Larutan
Larutan
KIMIA DASAR
DISUSUN OLEH :
NAMA : RIRIN (E1M013044)
ROSITA MARTINI (E1M013046)
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA
2. Jenis-jenis larutan
Ada beberapa jenis larutan,yang dibedakan berdasarkan
1. Kelarutan
Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul gula. Jika kristal
gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan
kristal gula menuju ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti
gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau
molekul gula yang lain. Sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau
saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga kembali membentuk kristal
(mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju pengkristalan ulang, maka proses
itu berada dalam kesetimbangan dan larutannya disebut jenuh.
Kristal gula + air ↔larutan gula
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut.
Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan
suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam
gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu.
Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itudikatakan tak larut
(insoluble). Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya,maka larutannya disebut
tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan
larutan jenuh. Jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya
disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh.
b. Larutan Non-Elektrolit
Larutan non elektrolit merupakan larutan yang dibentuk dari zat non elektrolit. Sedangkan zat
non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air tidak terurai dalam bentuk ion-
ionnya, tetapi terurai dalam bentuk molekuler. Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit lemah
adalah:
a. Asam lemah, contohnya: HF, H2S, HCN, H2CO3, HCOOH, CH3COOH
b. Basa lemah, contohnya: Fe(OH)3 , Cu(OH)2 , NH3, N2H4, CH3NH2, (CH3)2NH
3. Proses pelarutan
Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan), yaitu:
a) Cairan- cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan “Like dissolver like” maknanya zat- zat
cair yang memiliki struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan. Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol. Perbedaan kepolaran antara zat
terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap kelarutan. Contohnya: CH3Cl (polar)
dengan CCl4 (non- polar).Larutan ini terjadi karena terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya
dispersi (peristiwa menyebarnya zat terlarut di dalam zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi
peristiwa soluasi, yaitu peristiwa partikel- partikel pelarut menyelimuti (mengurung) partikel
terlarut. Untuk kelarutan cairan- cairan dipengaruhi juga oleh ikatan Hydrogen.
b) Padat- cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar
molekul zat padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non- polar (sedikit
polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah. Contohnya: minyak kelapa,
tidak mudah larut dalam air (polar).
c) Gas- cairan
Ada 2 prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan, yaitu:
Ø Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar molekulnya. Gas
dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
Ø Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat mirip
dengan yang dimiliki oleh suatu gas.
5. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan.
Dalam kimia, konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a. Fraksi mol (x)
Konsentrasi larutan dapat diungkapkan dalam bentuk fraksi mol. Fraksi mol suatu komponen
zat A (XA) menyatakan perbandingan jumlah mol komponen zat A terhadap total mol semua
komponen yang terdapat dalam larutan.
b. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
c. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram (1 000 gram)
pelarut.
mol zat terlarut
m = masa pelarut (kg)
d. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
ekuivalen solute
N= L larutan
Massa ekuivalen adalah massa zat yang diperlukan untuk menangkap atau melepaskan 1
mol elektron dalam reaksi (reaksi redoks).
7. Sistem Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata
di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan
heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase)
peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki
sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan
campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian
campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat
yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100
nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,
serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid.
a. Penggolongan Koloid
Koloid merupakan suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan
memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil. Di dalam
larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
· Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
· Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh: paduan logam, gelas
warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, tepung dalam air,
tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: debu di udara, asap
pembakaran
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat.Contoh: Jelly, keju, mentega,
nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair. Contoh: susu, mayones, krim
tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Contoh: hairspray dan obat
nyamuk
3. Buih (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat. Contoh: Batu apung,
marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair. Contoh: putih telur yang dikocok,
busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas,
campurannya tergolong larutan.
c. Jenis Koloid
Berdasarkan kesetbilannya, koloid digolongkan menjadi dua macam, yaitu koloid liofob
yang kesetabilannya sangat rendah, dan koloid liofil yang kesetabilannaya tinggi. Liofob berasal
dari bahsa latinyang artinya menolak pelaru, sedangkal liofil berarti menyukai pelarut. Apabila
medium pendispersi dalam koloid adalah air, maka digunakan istilah hidrofob dan hidrofil
sebagai pengganti liofob dan liofil.
Contoh koloid hidrofil meliputi gelatin, albumin telur, dll. Koloid hidrofilmudah terbentuk
misalnya dengan cara pelarutan. Gel terbentuk dari proses dehidrasi (penghilangan air) dari
koloid hidrofil. Melalui penambahan medium pendispersi, gel dapat terbentuk kembali menjadi
koloid karna prosesnya dapat balik.
Koloid hidrofob pada umumnya kurang stabil dan cenderung mudah mengendap. Waktu
yang diperlukan untuk mengendap beragam bergantung pada kemampuan beragregat dari sol
tersebut. Lumpur merupakan koloid jenis ini dan dalam waktu yang tidak lama akan memisah.
Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irreversible). Jika koloid hidrofob mengalami
dehidrasi maka tidak dapt kembali ke keadaan semula walaupun dengan menambah medium
pendispersinya.
Koloid hidrofil yang dapat menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid pelindung. Koloid
pelindung bertindak melindungi muatan fase disperse oleh semacam lapisan agar terhindar dari
koagulasi. Contohnya protein kasein bertindak sebagai koloid pelindung dalam air susu dengan
cara menstabilkan emulsi minyak dalam air.
d. Deterjen
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan
dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan sabun, deterjen
mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh
oleh kesadahan air.Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:
1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda
yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan.
2. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
3. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
4. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Daya pembersih deterjen
Pembuatan deterjen melibatkan pembentukan bagian ekor yang larut dalam lemak
(hidrofob) dan pembentukan bagian kepala yang larut dalam air (hidrofil). Dua jenis bagian ekor
yang telah dikembangkan adalah natrium alkil sulfat dan dari alkilbenzena sulfonat.
Rantai alkil sufat mngandung 10 sampai 18 atom karbon untuk setiap molekulnya. Rantai ini
berasal dari rantai alkohol, misalnya lauril alkohol. Rantai alkil benzene sulfonat berasal drai
alena rantai lurus (10-12 atom karbon dalam satu molekulnya) dengan cincin benzena.
Alkilbenzena yang dihasilkan kemudian direaksikan dengan asam sulfat pekat untuk membentuk
asam alkilbenzena sulfonat. Selanjutnya asam ini dinetralkan oleh natrium hidroksida
membentuk deterjen.
Deterjen merupakan sediaan pembersih yang terdiri dari zat aktif permukaan (surfaktan),
bahan pengisi, pemutih, pewangi (bahan pembantu), bahan penimbul busa, dan optical brightener
(bahan tambahan yang membuat pakaian lebih cemerlang).
Surfaktan merupakan bahan utama deterjen. Pada deterjen ini, jenis muatan yang dibawa
surfaktan adalah anionik. Kadang ditambahkan surfaktan kationik sebagai bakterisida
(pembunuh bakteri). Fungsi surfaktan anionik adalah sebagai zat pembasah yang akan menyusup
ke dalam ikatan antara kotoran dan serat kain. Hal ini akan membuat kotoran menggulung, lama
kelamaan menjadi besar, kemudian lepas ke dalam air cucian dalam bentuk butiran. Agar butiran
ini tidak pecah kembali dan menempel di kain, perlu ditambahkan jenis surfaktan lain yang akan
membungkus butiran tersebut dan membuatnya tolak menolak dengan air, sehingga posisinya
mengambang. Ini untuk memudahkannya terbuang bersama air cucian. Pada umumnya kotoran
yang dapat dihilangkan surfaktan adalah yang berasal dari debu atau tanah. Bila kotoran lebih
berat seperti noda makanan dan noda darah, perlu ditambahkan enzim tertentu seperti enzim
pengurai protein atau lemak. Namun, jika nodanya sudah lama, akan sukar sekali dihilangkan
karena antara noda dan serat kain dapat terjadi reaksi polimerisasi yang menyatukan noda
dengan kain.
Selain itu, daya pembersih deterjen juga tergantung pada bahan pengisi. Bahan pengisi ini
berfungsi menetralisir kesadahan air atau melunakkan air, mencegah menempelnya kembali
kotoran pada bahan yang dicuci dan mencegah terbentuknya gumpalan dalam air cucian. Tetapi
jika air terlalu sadah, maka daya pembersih deterjen apa pun tidak akan optimal. Kemampuan
daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim
dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian
memudar. Sedangkan hubungan antara daya pembersih deterjen dengan bahan penimbul busa
sama sekali tidak signifikan. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa
menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan
tanpa perlu adanya busa.
Tahap pencucian
Pakaian yang akan dicuci biasanya mengandung kotoran yang terdiri dari minyak atau
lemak yang berasal dari badan kita. Jika deterjen dicampurkan maka ujung hidrofobik akan
melarut dalam lemak ,sedangkan ujung hidrofilik akan berada dalam medium air. Selama
pencucian, pergerakan molekul-molekul air akan menarik bagian kepala molekul deterjen.
Bagian kepala molekul deterjen akan menarik bagian ekornya, lalu bagian ekor akan menarik
lemak hingga terpisah dari permukaan pakaian. Lemak akan lepas dibawa bersama-sama aliran
air. Kotoran yang melekat pada lemak juga akan turut lepas dalam proses ini. Lemak bersama-
sama deterjen dalam air akan membentuk emulsi. Pakaian akan bersih jika emulsinya dibuang.
9. Larutan Asam-Basa
a. Teori Asam-Basa
Reaksi terjadi karena ion H+ asam bereaksi dengan ion O2- dari oksiida basa membentuk
air. Misalnya, reaksi antara kalsium oksida dan asam klorida menghasilkan kalsium klorida
dan air.
CaO + 2HCl → CaCl2 + H2O
b. Reaksi oksida basa dengan asam
Oksida asam adalah oksida nonlogam yang dapat bereaksi dengan basa membentuk garam
dan air. Oksida asam dan basa bereaksi menurut persamaan berikut:
Reaksi tersebut terjadi karena ion OH- bereaksi dengan oksida asam membentuk anion sisa
asam dan air. Misalnya, reaksi antara gas karbondioksida dengan basa berikut ini
CO2 + 2OH- → CO32- + H2O
e.Kegunaan Asam-Basa Dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Asam
Asam asetat (CH3COOH) terdapat dalam larutan cuka
Asam askorbat (C6H8O6) terdapat dalam jeruk, tomat,dan sayuran
Asam sitrat (C6H8O7) terdapat dalam jeruk
Asam karbonat (H2CO3) terdapat dalam minuman berkarbonasi
Asam klorida (HCl) terdapat dalam lambung
Asam nitrat (HNO3) terdapat dalam pupuk,dan peledak (TNT)
Asam laktat (C3H6O3) terdapat dalam susu yang difermentasi dan keju
Asam sulfat (H2SO4) terdapat dalam batrei dan pupuk
Asam benzoat ( C6H5COOH) digunakan sebagai bahan pengawet makanan
Asam borat (H3BO3) terdapat dalam larutan pencuci mata
Asam fosfat (H3PO4) terdapat dalam deterjen dan pupuk
Asam tartrat (C4H6O6) terdapat dalam anggur
Asam malat (C4H6O5) terdapat dalam apel
b. Basa
Aluminium hidroksida (Al(OH)3) terdapat dalam deodorant dan antasida
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) terdapat dalam plester
Magnesium hidroksida (Mg(OH)2) terdapat dalam antasida
Natrium hidroksida (NaOH) terdapat dalam sabun dan deterjen
f. pH
pH (potensial of hydrogen) digunakan untuk menyatakan keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan. Menurut Soren peter Laurith, pH dinyatakan sebagai ukuran
konsentrasi ion hydrogen dirumuskan :
pH = - log [ H+ ]
Kw = [ H+ ] [ OH- ]
Berdasarkan eksperimen nilai Kw = 10-14 pada suhu 25 °C ,
Maka [ H+ ] = 10-7 mol/L, Nilai pH air murni = 7 disebut netral
- -7
[ OH ] =10 mol/L Nilai pH larutan asam dalam air < 7
dan 14 = pH + pOH
Nilai pH larutan larutan basa dalam air > 7
Jadi pH = 14 - pOH