Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Untuk menjamin keamanan, kenyamanan, pada masyarakat baik segala


sesuatu yang beroperasi dibidang industri, maupun, dibidang-bidang lainnya.
Serta, melakukan pemeliharaan pada gardu-gardu listrik yang ada, perlu ada
pengaturan, pengontrolan dan pengendalian yang bertujuan untuk
mengoperasikan suatu alat secara nominal
Bila tidak ada pengaturan di dalam sistem ini maka terjadilah kerusakan
misalnya tidak adanya pemeliharaan pada tiang-tiang listrik atau pada gardu
listrik yang akan menimbulkan banyaknya pohon yang besar ataupun rumput-
rumput. Bila daun pohon mengenai kawat maka akan menimbulkan percikan api
yang besar
Di dalam ilmu kelistrikan ada berbagai macam pembangkit yang
menimbulkan arus atau disebut juga energi listrik seperti PLTU, PLTG, PLTMH,
PLTA, PLTN, PLTD dan pembangkit lainnya. Inilah sistem yang menggunakan
pengontrolan dan pengendalian.
Oleh karena itu perlu diketahui hal-hal apa yang dapat mengganggu suplay
listrik tersebut dapat sampai dengan baik ke konsumen agar dapat dicegah dan
tidak mengalami gangguan yang sama pada hari lain.

1.2. Tujuan

Agar mahasiswa dapat memahami gangguan apa saja yang terjadi pada
jaringan distribusi sehingga dapat meminimalisir gangguan tersebut terjadi
kembali agar pelayanan listrik kepada pelanggan tidak terganggu, dan dapat
menambah pengalaman di dunia pekerjaan beserta keadaan lapangan.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembahasan dalam laporan ini antara
lain :

1
1. Mengetahui gangguan apa saja yang dapat terjadi pada jaringan saluran
udara tegangan menengah yang dapat menyebabkan gangguan terhadap
suplay listrik ke konsumen.
2. Dapat di gunakan sebagai pedoman agar meminimalisir gangguan yang
terjadi agar tidak terulang di kemudian hari
3. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa untuk mengetahui keadaan
dilapangan kerja karena mahasiswa adalah calon tenaga kerja.
4. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah sesuai Bidang
Studi yang diperoleh.

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan laporan ini adalah tentang masalah-


masalah yang ditemukan selama melaksanakan kerja praktek antara lain :
1. NH Fuse pada gardu distribusi 20 KV
2. Fuse Cut Out
3. MCB pada Perumahan
4. Gangguan pada SUTM
5. Pemeliharaan dan Pengukuran Gardu
6. Recloser

1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. PLN Persero Rayon Abepura.


Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek dimulai tanggal 9 Juli 2012 dan
berakhir pada tanggal 9 Agustus 2012

2
BAB II

TINJAUAN UMUM PT.PLN CABANG JAYAPURA

2.1 Sejarah singkat Berdirinya PT. PLN (Persero) Cabang Jayapura

Kelistrikan di Papua dimulai sekitar tahun 1954 dibawa Pemerintahan


Hindia Belanda Electriciteis wezen). Seiring dengan pengambilan alihan
kekuasaan Irian Barat dari Pemerintahan Hindia Belanda ke Pemerintahan
Republik Indonesia oleh UNTEA, maka pada tanggal 30 September 1962
perusahaan tersebut diambil alih oleh Brigade Pembangunan Irian Barat.
Pada tanggal 15 Mei 1963 Status Perusahaan (Electriciteis Wesen)
tersebut diubah menjadi Djawatan Listrik Irian Barat, kemudian melalui surat
keputusan Gubernur Propinsi Irian Barat No. l09/GIB/1968, status Djawatan
Lisrik Irian Barat diubah lagi menjadi Perusahaan listrik Negara Exploitasi
Selanjutnya melalui SK Gubernur No. 29/GIB/l97l tanggal 18 Pebruari 1971
Pemerintah Propinsi Irian Barat menyerahkan Djawatan Listrik Irian Barat.
Dengan keluamya PP No. 17 tahun 1972 telah berubah kedudukan
Perusahaan Listrik, rnaka secara hukum pada tahun 1973 PLN Daerah Exploitasi
XV berubah menjaditPerusahaan Umum Lisrik Negara atau PLN Wilayah X
Cabang Jayapura
Berdasarkan keputusan pemerintah dengan surat Menteri Pertambangan
dan Energi No.1024/KPTS/IVPERTAMBEN/1981 Tanggal 3 September 1981
telah menetapkan bahwa PLN Wilayah X Cabang Jayapura sebagai pelaksana
pengelola kelistrikan Papua.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan ekonomi pada
tanggal 16 juni 1994 dikeluarkan peraturan Pemerintah No.23 yang menetapkan
perubahan perusahaan umum menjadi PT.PLN (Persero) berlaku diseluruh jajaran
PLN di Indonesia, Mulai terhitung tanggal 1 Juli 1994.
Berdasarkan pembagian struktur organisasi secara operasional PT.PLN
(Persero) Wilayah X Cabang Jayapura sesuai keputusan Pimpinan PT.PLN
Wilayah X Irian Jaya Nomor :441.k./023/PW.X/1994 tanggal 8 Oktober 1994,
maka daerah kerja PT.PLN (Persero) Wilayah X Cabang Jayapura dirincikan:

3
1. Rayon Jayapura
2. Rayon Abepura dengan 5 Listrik Desa
3. Ranting Sentani dengan 17 Listrik Desa
4. Ranting Genyem dengan 25 Listrik Desa
5. Ranting Wamena dengan 2 Listrik Desa
6. Ranting Sarmi dengan 5 Listrik Desa
7. Ranting Arso dengan 18 Listrik Desa
8. PLTD Yarmoch
9. PLTD Waena
10. PLTD Sentani

2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Rayon Abepura

Demi untuk memperlancar dan mensukseskan tugas-tugas dalam suatu


perusahaan maka pimpinan harus membuat suatu kerangka atau susunan sebagian
tugas-tugas dan tanggung jawab dari bawahan. Struktur organisasi suatu
perusahaan dengan perusahaan lainnya tak selamanya sama, seperti halnya
struktur organisasi yang ditetapkan pada Perusahaan Umum Listrik Negara Rayon
Jayapura mungkin tidak sama dengan struktur yang digunakan pada instansi-
instansi.

4
Adapun struktur organisasi yang diterapkan di PT. PLN Persero Rayon Abepura, dapat dilihat pada Gambar 2.1 di
bawah ini :

MANAJER RAYON
HORMAT PAKPAHAN

SPV TEKNIK
SALMON TANATI

OPDIST RENDIST HARDIST


 Farli Akbar R.S.  Muh. Tamsil  Antoni Makabori
 Victor Wanori  Harnov Ralahalu
 Try Sroyer (Pos Koya)

Pelayanan Teknik
 PT. Haleyora Powerindo

Gambar 2.1 Struktur Organisasi

5
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu system pembangkitan,
sistem transmisi dan sistem distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi
merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah
menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Adapun
bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik adalah :
a) Gardu Induk Distribusi
b) Jaringan Primer/Jaringan Tegangan Menengah(JTM)
c) Transformator Distribusi
d) Jaringan Sekunder/Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
e) Sambungan Rumah

3.2 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi dikategorikan ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut ;


a. Tegangan Pengenalnya :
1) Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV
2) Jaringan Tegangan Rendah 380/220 Volt
b. Konfigurasi Jaringan Primer
1) Jaringan distribusi pola radial
2) Jaringan distribusi pola loop
3) Jaringan distribusi pola loop radial
4) Jaringan distribusi pola grid
5) Jaringan distribusi pola spindle

6
c. Konfigurasi Penghantar Jaringan Primer
1) Konfigurasi penghantar segitiga
2) Konfigurasi penghantar vertikal
3) Konfigurasi penghantar horizontal

d. Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di Indonesia

Pentanahan titik netral adalah hubungan titik netral dengan tanah, baik
langsung maupun melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan Petersen. Di
Indonesia sistem pentanahan meliputi empat macam, yaitu ;
1) Sistem distribusi tanpa pentanahan
2) Sistem distribusi pentanahan tak langsung (dengan tahanan)
3) Sistem distribusi pentanahan langsung (solid)
4) Sistem distribusi pentanahan dengan kumparan Petersen

3.3. Gangguan Sistem Distribusi

Jenis gangguan hubung singkat yang sering terjadi :


3.3.1 Hubung singkat satu fasa ke tanah

Hubung singkat satu fasa ke tanah adalah gangguan hubung singkat yang
terjadi karena flashover antara penghantar fasa dan tanah (tiang travers atau
kawat tanah pada SUTM). Gangguan ini bersifat temporer, tidak ada kerusakan
yang permanen di titik gangguan. Pada gangguan yang tembusnya (breakdown)
adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen.
Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker
oleh relay pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap
dioperasikan kembali. Jika terjadi gangguan satu fasa ke tanah, arus
gangguannya hampir selalu lebih kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa.

7
3.3.2 Hubung singkat dua fasa

Hubung singkat dua fasa adalah gangguan hubung singkat yang terjadi
karena bersentuhannya antara penghantar fasa yang satu dengan satu penghantar
fasa yang lainnya sehingga terjadi arus lebih (over current). Gangguan ini dapat
diakibatkan oleh flashover dengan pohon-pohon yang tertiup oleh angin. Jika
terjadi gangguan hubung singkat dua fasa, arus hubung singkatnya biasanya lebih
kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa.

3.4 Sistem JTM 20 kV

3.4.1 Pasokan daya distribusi 20 kV

Pasokan daya listrik pada sistem distribusi 20 kV PLN didapat dari trafo
Step Up yang berfungsi menaikan tegangan yang diproduksi Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel sebesar 6 kV. Khusus di Jayapura, kapasitas saluran 20 kV sudah
sampai pada level 1000 s/d 2000 A per sirkit dan kapasitas hubung singkat di
Bus 150 kV sudah mencapai ribuan MVA

3.4.2 Sistem distribusi 20 kV

Keluaran dari trafo daya dikumpulkan dulu pada Bus 20 kV di kubikel


Gardu Induk untuk kemudian di distribusikan melalui beberapa penyulang 20 kV
ke konsumen dengan jaringan berupa saluran udara Tegangan Menengah
(SUTM) atau Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)' Khusus SUTM'
jaringan bisa ditarik sepanjang puluhan sampai ratusan Km termasuk
percabangannya dan biasanya ada diluar kota besar' seperti diketahui di
Indonesia, jaringan dengan konduktor telanjang yang digelar di udara bebas
banyak mengandung resiko terjadi gangguan hubung singkat fasa-fasa atau satu
fasa-tanah. Disepanjang SUTM terdapat percabangan yang dibentuk didalam
Gardu Distribusi atau Gardu Tiang. Sementara jaringan SKTM relatif lebih
pendek dan berada di dalam kota besar dengan jumlah gangguan relatif sedikit.

8
Bila terjadi gangguan itu biasanya pada sambungan yang akan merupakan
gangguan permanen. Seperti halnya di jaringan SUTM, di jaringan SKTM juga
terdapat Gardu Distribusi
untuk percabangan ke beban konsumen atau percabangan SKTM. Seringnya
gangguan hubung singkat di jaringan menyebabkan sering pula relay proteksi
bekerja dan sesering itu pula trafo daya menderita pukulan hubung singkat yang
dapat memperpendek umur trafo daya tersebut' Dengan sudah besarnya kapasitas
sistem 150 kV, boleh dikatakan hubung singkat di Bus 20 KV tergantung dan
dibatasi oleh besarnya kapasitas trafo daya.

3.5 Pemeliharaan Jaringan Distribusi

3.5.1 Pengertian Pemeliharaan :

Dari tahun ke tahun bidang pemeliharaan jaringan distribusi diperkirakan


menempati kedudukan yang cukup tinggi, baik dilihat dari fungsinya maupun
dilihat dari anggaran biaya yang diperlukan. Keadaan ini dapat terjadi karena
system distribusi terus semakin padat dan berkembang.
Pada hakekatnya pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang
dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu system/peralatan akan
berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil
maupun bagi masyarakan umum.

3.5.2 Tujuan Pemeliharaan.

Menjaga agar peralatan/komponen dapat dioperasi-kan secara optimal


berdasarkan spesifikasinya sehingga sesuai   dengan umur ekonomisnya.
a. Menjamin bahwa jaringan tetap berfungsi dengan baik untuk menyalurkan
energi listrik dari pusat listrik sampai ke sisi pelanggan.
b. Menjamin bahwa energi listrik yang diterima pelanggan selalu berada dalam
tingkat keandalan dan mutu yang baik.

9
c. Mendapatkan jaminan bahwa system/peralatan distribusi aman baik bagi
personil maupun bagi masyarakat umum.
d. Untuk mendapatkan efektivitas yang maksimum dengan memperkecil waktu
tak jalan peralatan sehingga ongkos operasi yang menyertai diperkecil.
e. Menjaga kondisi peralatan atau sistem dengan baik, sehingga kwalitas
produksi atau kwalitas kerja dapat dipertahankan.
f. Mempertahankan nilai atau harga diri peralatan atau system, dengan
mencegah timbulnya kerusakan kerusakan.
g. Untuk menjamin keselamatan bagi karyawan yang sedang bekerja dan seluruh
peralatan dari kemungkinan adanya bahaya akibat kerusakan dan kegagalan
suatu alat.
h. Untuk mempertahankan seluruh peralatan dengan efisiensi yang maximum.

3.5.3 Pemeriksaan rutin

Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan jaringan secara visual


(inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
pemeliharaan sesuai dengan saran-saran (rekomendasi) dari hasil inspeksi, antara
lain penggantian, pembersihan, peneraan dan pengetesan .
Hasil pekerjaan diharapkan dari pekerjaan pemeriksaan rutin ini adalah dapat
ditemukannya kelainan-kelainan atau hal-hal yang dikawatirkan bisa
menyebabkan terjadinya gangguan sebelum periode pemeliharaan rutin
berikutnya terselenggara.
Suatu system jaringan dapat dinyatakan sudah mengalami pemeliharaan
rutin, system jaringan sudah diperiksa secara visual dan saran-saran sudah
dilaksanakan, kecuali saran pekerjaan yang bersifat perubahan/rehabilitasi
jaringan.

10
a. Pemeriksaan rutin sistematis.

Pemeliharaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang


dimaksudkan untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang tidak
ditemukan/diketahui pada saat pelaksanaan inspeksi yang kemudian disusun
saran-saran untuk perbaikan.Pekerjaan dalam kegiatan pemeriksaan rutin
sistematis akan lebih luas jangkauanya dan akan lebih teliti, bisa sampai tahap
bongkar pasang (over houl).
Suatu system jaringan dapat dikatakan sudah dilaksanakan pemeliharaan
rutin sistematis apabila system jaringan system tsb sudah dipelihara secara
sistematis termasuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya penyempurnaan/
perubahan.

b. Pemeliharaan Korektif (korektif maintenance).

Pemeliharaan korektif dapat dibedakan dalam 2 kegiatan yaitu: terencana


dan tidak terencana. Kegiatan yang terencana diantaranya adalah pekerjaan
perubahan /penyempurnaan yang dilakukan pada jaringan untuk memperoleh
keandalan yang lebih baik (dalam batas pengertian operasi) tanpa mengubah
kapasitas semula. Kegiatan yang tidak terencana misalnya mengatasi/
perbaikan kerusakan peralatan/gangguan.

Perbaikan kerusakan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha/pekerjaan


untuk mempertahankan atau mengembalikan kondisi system atau peralatan
yang mengalami gangguan/kerusakan sampai kembali pada keadaan semula
dengan kepastian yang sama.
Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk pemeliharaan korektif diantaranya
adalah :
 Pekerjaan penggantian mof kabel yang rusak.
 Pekerjaan JTM yang putus.

11
 Penggantian bushing trafo yang pecah.
 Penggantian tiang yang patah.
 Dll.

Perubahan/ penyempurnaan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha/


pekerjaan untuk penyempurnaan system atau peralatan distribusi dengan cara
mengganti/ merubah system peralatan dengan harapan agar daya guna dan
keandalan system peralatan yang lebih tinggi dapat dicapai tanpa merubah
kapasitas system peralatan semula.
Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk perubahan/ penyempurnaan yang
dimaksudkan diantaranya adalah :
 Pekerjaan rehabilitasi gardu.
 Pekerjaan rehabilitasi JTM
 Pekerjaan rehabilitasi JTR.

c. Pemeliharaan Khusus (emergency maintenance).
Pemeliharaan Khusus atau disebut juga pemeliharaan darurat adalah
pekerjaan pemeliharaan yang dimaksud untuk memperbaiki jaringan yang
rusak yang disebabkan oleh force majeure atau bencana alam seperti gempa
bumi, angin rebut, kebakaran dsb yang biasanya waktunya mendadak.
 Dengan demikian sifat pekerjaan pemeliharaan untuk keadaan ini adalah
sifatnya mendadak dan perlu segera dilaksanakan, dan pekerjaannya tidak
direncanakan.

3.5.1 Jadwal Pemeliharaan Distribusi.


Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna, dan keandalan
tenaga listrik yang telah tercantum dalam tujuan pemeliharaan adalah menyusun
program pemeliharaan periodik dengan jadual tertentu.
Menurut siklusnya kegiatan pelaksanaan pemeliharan distribusi dapat
dikelompokan dalam empat kelompok yaitu : 

12
a.  Pemeliharaan Tri wulanan (3 bln).
Pemeliharaan tri wulanan atau 3 bulanan adalah suatu kegiatan
dilapangan yang dilaksanakan dalam tiga bulan dengan maksud untuk
mengadakan pemeriksaan kondisi system. Dengan harapan langkah-langkah
yang perlu dilaksanakan perbaikan system peralatan yang terganggu dapat
ditentukan lebih awal.
Bila ada keterbatasan dalam masalah data pemeliharaan, program
pemeliharaan triwulan dapat dibagi untuk memelihara bagian-bagian jaringan
distribusi yang rawan gangguan, diantaranya adalah saluran telanjang atau
tidak berisolasi.
Dimana saluran udara semacam ini diperkirakan paling rawan terhadap
gangguan external misalnya pohon-pohon, benang layang-layang dsb.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam program triwulanan adalah :
 Mengadakan inspeksi terhadap saluran udara harus mempunyai jarak
aman yang sesuai dengan yang di ijinkan (2 m).
 Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah dilaksanakan dan
segera mengadakan tindak lanjut.

b. Pemeliharaan Semesteran (6 bln).


Pemeliharaan semesteran atau enam bulanan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dilapangan dengan maksud untuk mengetahui sendiri kemungkin
keadaan beban jaringan dan tegangan pada ujung jaringan suatu penyulang TR
(tegangan rendah).Dimana besarnya regulasi tegangan yang diijinkan oleh
PLN pada saat ini adalah + 5% untuk sisi pengirim dan  – 10%  untuk sisi
penerima.Perbandingan beban untuk setiap fasanya pada setiap penyulang TR
tidak kurang dari 90%; 100% dan 110%.Hal ini untuk menjaga adanya
kemencengan tegangan yang terlalu besar pada saat terjadi gangguan putus
nya kawat netral (Nol) di jaringan TR. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam
pemeliharaan ini adalah :
 Melakukan pengukuran (timbang) beban.

13
 Melaksanakan pengukuran tegangan ujung jaringan.
 Mengadakan evaluasi hasil pengukuran dan menindak lanjuti.

c. Pemeliharaan Tahunan (1 thn).


Pemeliharaan tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengadakan pemeriksaan dan perbaikan system peralatan.Kegiatan
pemeliharaan tahunan biasanya dilaksanakan menurut tingkat prioritas
tertentu .
Pekerjaan perbaikan system peralatan yang sifatnya dapat menunjang
operasi secara langsung atau pekerjaan-pekerjaan yang dapat mengurangi
adanya gangguan operasi system perlu mendapat prioritas yang lebih tinggi.
Pada prakteknya pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam dua
keadaan yaitu :
 Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan.
 Pemeliharaan tahunan keadaan bebas tegangan.
 Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan.
Pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan tahunan
keadaan bertegangan adalah mengadakan pemeriksaan secara visual (inspeksi)
dengan maksud untuk menemukan hal-hal atau kelainan-kelainan yang
dikawatirkan/dicurigai dapat menyebabkan gangguan pada operasi system,
sebelum periode pemeliharaan tahunan berikutnya terselenggara.
 Pemeliharaan semacam ini pada pelaksanaanya meng-gunakan chek list
untuk memudahkan para petugas memeriksa dan mendata hal-hal perlu
diperhatikan dan dinilai.
 Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bebas Tegangan.
Pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan tahunan pada keadaan bebas
tegangan adalah pekerjaan-pekerjaan yang meliputi
 Pemeriksaan.
 Pembersihan.
 Pengetesan.

14
 Penggantian material Bantu : fuse link, sekring.
Adapun bagian-bagian system yang perlu dilakukan pemeliharaan
tahunan secara periodik diantaranya adalah :
 JTM dan peralatanya.
 Gardu distribusi.
 JTR dan peralatanya (bila ada).
 Sambungan rumah dan APP.

d. Pemeliharaan Tiga Tahunan.


Pemeliharaan tiga tahunan merupakan program pemeliharaan sebagai
tindak lanjut dari kegiatan pemeliharaan tahunan yang telah diselenggarakan.
Kegiatan pemeliharaan tiga tahunan dilaksanakan dalam keadaan bebas
tegangan dimana sifat pemeliharaanya baik  teliti dan penyaluran, biasa
sampai tahap bongkar pasang (over houl).
Dengan keadaan ini, pelaksanaan pemeliharaan tiga tahunan merupakan
kegiatan pemeliharaan rutin yang termasuk pekerjaan pemeriksaan rutin
sistematis.

3.6. Peralatan Proteksi Pada Sistem Distribusi JTM 20 kV

3.6.1. peralatan proteksi pada sistem distribusi JTM 20 kV terdiri dari :

a) Relay Arus Lebih ( Over Current Relay/OCR)


Relay Arus Lebih (OCR) adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih,
ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya ( I set ).
Prinsip kerja OCR pada dasarnya adalah suatu alat yang mendeteksi besaran
arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau
besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.
b) Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)

15
Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR) adalah alat yang
berfungsi untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya
gangguan satu fasa ketanah.
c) Recloser
Pemutus balik otomatis (Automatic Circuit Recloser) ini secara fisik
mempunyai kemampuan seperti otomatis untuk mengamankan system
gangguan hubung singkat. pemutus beban yang dapat bekerja secara dari arus
lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat
d) Saklar seksi Otomatis (sectionaliser)
Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya
dipasang bersama-sama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-
up nya. Alat ini menghitung jumlah operasi pemutusan yang dilakukan oleh
perlindunganback-up nya secara otomatis disisi hulu dan SSO ini membuka
pada saat peralatan pengaman disisi hulu dan sedang dalam posisi terbuka.
e) Pelebur (fuse cut out)
Fuse cut out adalah suatu alat pemutus, dimana dengan
meleburnyabagiarr dari komponen yang telah dirancang khusus dan
disesuaikan ukurannya untuk membuka rangkaian dimana pelebur tersebut
dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai dalam
waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan
pennanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai
arus gangguan tertentu.

3.7 Hasil Temuan dan Pembahasan Pelaksanaan Kerja praktek

3.7.1 NH Fuse Pada Gardu Distribusi 20 kV

NH Fuse digunakan pada sisi tegangan rendah trafo distribusi. NH fuse


berfungsi untuk melindungi trafo dari gangguan atau beban lebih pada jaringan
tegangan rendah. jika terjadi gangguan maka NH fuse akan terbakar, dan NH
fuse tersebut harus di ganti secara manual oleh petugas di lapangan.

16
Gambar 3.1 NH Fuse

Gambar 3.2 NH fuse yang terbakar Gambar 3.3 NH fuse terpasang pada Holder

Langkah pemeliharaan terhadap NH-Fuse dan ground plate


1) Periksa kesesuaian nilai fuse terhadap ground platenya
2) Periksa kerapatan penjepit pisau/holder NH Fuse, setel kembali pernya
3) Adanya kotoran pada penjepit ground plate dan pisau NH fuse bersihkan
dengan kuas atau kain lap dan cairan yang mudah menguap
4) Adanya kotoran pada terminal ground plate lakukan hal yang sama seperti di
atas ukur tahanan isolasi terminal masuk maupun keluar ground plate terhadap
body. Catatan Nilai tahanan i`1solasi minimal : 1000 x tegangan kerja
5) Periksa kondisi busbar dan isolator dudukannya
6) Periksa kekencangan pengikatan mur-baut antara terminal masuk ground-plate
NH-Fuse dengan busbar.

17
7) Oleskan vaseline netral pada penjepit/holder dan pisau fuse

3.7.2 Fuse Cut Out

Fuse (Pelebur) merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya


bagian dari komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan
ukurannya untuk itu, membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan
memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu
yang cukup.
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan
terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi dari batas
maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau beban
lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu
Induk (sub-station). lkan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang
sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu
saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran
tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah.
Adapun prinsip kerjanya adalah :
Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip kerja
melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus nominalnya.
Biasanya Fuse Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi
feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang
dilindunginya,Fuse Cut Out juga sering ditemukan pada setiap transformator.
Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan
distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang
memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang
diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang
digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan
harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini
ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang

18
digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng,
kawat timbel atau kawat paduan dari bahan – bahan tersebut. Pada umumnya
diantara kawat diatas, yang sering digunakan adalah kawat logam perak, hal ini
karena logam perak memiliki Resistansi Spesifik (µΏ/cm) yang paling rendah
dan Titik Lebur (oC) yang rendah. Kawat ini dipasangkan di dalam tabung
porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur api, dan
menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir
melaluinya.
Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat
perak di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat
dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan
oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin. Karena udara yang berada di
dalam porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang
karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan &
diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena
tenaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur.
Karena adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar dari
kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai saklar.
pemisah, maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban
lebih atau arus hubung singkat.
Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus
yang melalui fuse cut out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut
out lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada jaringan
distribusi hendaknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas
tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal yang
diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman
tansformator distribusi, dan pengaman pada cabang - cabang saluran feeder yang
menuju ke jaringan distribusi sekunder.

19
Gambar 3.4 Fuse cut out
Keterangan :
1) Isolator Porselin
2) Kontak Tembaga (disepuh perak)
3) Alat Pemadam/Pemutus Busur
4) Tutup Yang Dapat dilepas (dari kuningan)
5) Mata kait (dari tembaga)
6) Tabung pelebur (dari resin)
7) Penggantung (dari kuningan)
8) Klem pemegang (dari baja)
9) Klem terminal (dari kuningan)

3.7.3 MCB Pada Perumahan

Main Circuit Breaker (MCB), pemutus hubungan listrik secara otomatis


bilamana daya/tegangan melampaui standar yang ditentukan .Gunanya untuk
mencegah terjadinya korsleting/hubungan pendek ataupun kerusakan peralatan
listrik akibat melonjaknya tegangan listrik. Pada rumah model lama, pemutus
arus listrik ini berupa fuse (sekering) yang sudah tidak praktis lagi, karena
bilamana putus, harus mengganti sekering tersebut. Dengan adanya MCB maka
setiap kali arus listrik over sehingga circuit terputus, sesudah instalasi normal

20
kembali maka untuk menghidupkan listrik cukup dengan menekan tuas/saklar
pada mcb. MCB adayang dipasang pada box meteran PLN (putih dengan tuas
warna biru dan bersegel PLN) adalah piranti untuk mengamankan arus yang
masuk ke dalam gedung/rumah. Sedang MCB di dalam rumah (instalasi sesudah
box meteran PLN) biasanya tuasnya berwarna hitam, adalah pembagi arus listrik
menjadi beberapa zone sesuai kebutuhan masing-masing cabang.
Untuk keamanan (terutama bagi gedung bersifat publik) umumnya MCB ini
dipasang dalam kotak panel yang terkunci. Untuk mencegah penggunaan MCB
yang kurang baik kualitasnya, peraturan kelistrikan mengatur agar MCB yang
digunakan memenuhi standar industri, di Indonesia digunakan standar SNI.

Gambar 3.5 MCB

Pemeliharaan kabel SUTM secara berkala dengan memangkas ranting pohon


atau batang pohon yang hampir atau sudah mengenai kabel SUTM dan
membersihkan kabel SUTM dari benang-benang atau rangka layang-layang yang
menempel atau melilit pada kabel. Mengefektifkan kerja sama antara PLN ,
POLISI dan masyarakat dalam hal pengawasan maupun penindakan terhadap
perbuatan yang tidak bertanggung jawab seperti pencurian listrik ataupun
pencurian alat-alat yang terpasang pada jaringan.

21
3.7.4. Recloser atau Pemutus Balik Otomatis (PBO)

Recloser adalah alat yang digunakan untuk membuka dan menghubungkan


rangkaian melalui sebuah pengendali (terletak pada Control box) baik pada saat
ada gangguan maupn pada kondisi normal. Saat gangguan Recloser berfungsi
untuk mengisolasi gangguan supaya tidak mempengaruhi system yang lebih
besar. Pada saat normal, Recloser dipakai untuk memindahkan beban dengan
memutus atau menghubungkan beban tersebut dari satu saluran ke saluran yang
lain. Recloser digunakan pada proteksi peralatan kerja utamanya adalah phase to
phase over current protection dan phase to ground over current protection. Hal ini
membuat alat tidak cepat rusak yang diakibatkan arus lebih fasa ke fasa maupun
arus lebih fasa ke tanah.
Prinsip kerja recloser pada dasarnya
hamper sama dengan pemutus. Recloser
dilengkapi dengan control recloser dan
dihubungkan dengan kabel control.
Seperti gambar disamping:

Gambar 3.6 Prinsip Kerja Recloser

3.7.5 Skun Kabel (cable schoen)

Skun Kabel Diproduksi menggunakan elektro timah plat tembaga untuk


konduktivitas yang tinggi, produk ini menampilkan batang lama juga akan
memungkinkan untuk crimping. Bell ganda berakhir di mulut lugs
memungkinkan untuk penyisipan kabel mudah sementara lipatan perpecahan
memastikan selesai lebih baik untuk terminal di solder.

22
Skun kabel atau cable schoen atau kabel lug adalah sama sama sepatu kabel,
yang ber fungsi untuk penyambungan kabel ke terminal atau panel dengan
dibautkan pada bussbar atau panel.Ada berbagai jenis skun Almunium /
tembaga / Almunium-Tembaga, serta berbagai ukuran 35mm, 50mm, 70mm,
95mm, 120mm, 150mm, 240mm, 300mm, 400mm, 500mm, 630mm dst.
Tergantung jenis kabel dan ukuran.

Gambar 3.7 Skun Kabel (cable schoen)

23
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Dengan adanya program KP ini, diharapkan pola pikir mahasiswa menjadi

berkembang dengan situasi dan kondisi teknologi dan ilmu pengetahuan

sekarang ini.

2. Permasalahan yang timbul pada bagian distribusi jaringan bagian

pemeliharaan jaringan SUTM adalah masalah gangguan dan dampak yang

terjadi pada jaringan.

4.2 Saran

1. Agar pemeliharaan jaringan harus terus dilakukan secara berkala agar

mencegah atau memperkecil gangguan yang terjadi yang disebabkan oleh

pohon-pohon yang tumbang atau faktor-faktor lainnya

2. Ketersediaan bahan seperti NH Fuse yang sering habis agar lebih diperhatikan

agar tidak mengganggu pasokan listrik kepada masayarakat

3. Agar mahasiswa yang melaksanakan kerja praktek lebih aktif dalam bertanya

saat di lapangan agar menambah pengetahuan dan pengalaman yang belum

pernah di terima selama mengikuti proses pembelajaran di kampus.

24
DAFTAR PUSTAKA

 Data dari PT PLN Persero Rayon Jayapura

 http://www.indolistrik.com/namsung-nh-fuse-size-00-125a.html

 http://ilhamwidianfatari.blogspot.com/2012/03/pemeliharaan-jaringan-
distribusi.html

 http://www.warunghardware.com/products/1278.aspx#.UQEchKzkTIU

25
26
28
29

Anda mungkin juga menyukai