NIM : P07120118035
KMB II
1. Meresume materi tentang Stroke, Meningitis, dan Tumor otak.
- Konsep dasar
- Pengkajian
- Dx Kep
- Perencanaan
A. STROKE
Cedera cerebrovaskuler atau stroke adalah deficit neurologis yang berhubungan dengan
penurunan aliran darah cerebral yang disebabkan oleh oklusif atau stenosis pembuluh darah
karena embolisme atau hemoragik, yang menyebabkan iskemik otak. (Brunner dan Suddart
2000:633)
- Infark otak (80%) (Emboli kardiogenik dan Emboli Paradoksal) dan (Aterotrombik)
- Pendarahan intracerebral (5%)
- Pendarahan sub arachnoid (5%)
- Penyebab lain (bisa karena infark atau pendarahan
Jenis Stroke ada dua yaitu, Stroke hemoragik dan stroke non hemoragik.
Pengkajian Pasien
Gejala : merasa kesulitan untuk aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi, atau
paralysis
2. Sirkulasi
3.Integritas ego
Tanda : emosi yang labil dan letidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira, kesulitan
mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria. Tanda : distensi
abdomen, bising usus negativ.
5.Makanan/cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut(peningkatan TIK) ,kehilangan
sensasi (kecap) pad lidah, pipi, tenggorokan dan disfsgis
6. Neurosensori
Tanda : penurunan tingkat kesadaran, paralysis, afasia, agnnosia, ukuran reaksi pupil tidak
sama.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-berbeda karena arteri karotis
terkena.
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot fasialis.
8. Pernafasan
9. Keamanan
Gejala : motorik sensorik: masalah dengan penglihatan, tidak mampu mengenali objek,
warna, kata dan wajah yang pernah dikenalinya dengan baik, gangguan regulasi suhu tubuh.
1.Membuka mata:
a. Membuka mata: 4
d.Tidak respon: 1
2. Respon motorik
b. Melokalisasi nyeri: 5
d. Fleksi abnormal(nyeri): 3
e. Ekstensi abnormal(nyeri): 2
3. Respon verbal
a. Berorientasi: 5
b. Bingung: 4
c. Mengatakan kata-kata yang tidak tepat: 3
DX Kep
Fokus Intervensi
Tujuan: tidak ada gangguan kesadaran, tanda-tanda vital dalam batas normal
Rasional: hipertensi atau hipotensi dapat menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat terjadi
karena syok (kolaps sirkulasi vaskuler). Peningkatan TIK dapat terjadi karena edema,
adanya formasi bekuan darah. Tersumbatnya arteri subklavia dapat dinyatakan dengan
adanya perbedaan tekanan pada kedua lengan (Doengoes,2000:294).
Rasional : membantu menemukan daerah dan derajat kerusakan cerebral yang terjadi dan
kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap komunikasi ( Doengoes,2000:298).
Rasional ; pemberian pengenalan terhadap adanya orang atau benda dapat membantu
mengatasi masalah persepsi (Doengoes,2000:300).
Rasional : kulit biasanya cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer, ketidakmampuan
untuk merasakan tekanan, imobilisasi, gangguan pengatur suhu tubuh (Doengoes,2000:355).
Rasional: menstimulasi sirkulasi, meningkatkan nutrisi sel atau oksigenasi sel dan untuk
meningkatkan kesehatan jaringan ( Doengoes,2000:356 ).
B. MENINGITIS
A.. Pengertian
Meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak (termasuk durameter, arachnoid,
dan piameter) (Harold, 2005). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi, 2006). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa meningitis
adalah suatu peradangan dari selaput-selaput (meningen) yang mengelilingi otak dan sumsum
tulang belakang (spinal cord).
B. Etiologi
Penyebab dari meningitis meliputi:
C. Klasifikasi
2.Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :
a.Meningitis Serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacteriumtuberculosa. Penyebab lainnya
virus, Toxoplasma gondhii danRicketsia.
b.Meningitis Purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak
dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcuspneumoniae (pneumokokus),
Neisseria meningitis (meningokokus),Streptococcus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonasaeruginosa (Satyanegara,
2010).
D. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikutidengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.Faktor predisposisi mencakup
infeksi jalan nafas bagian atas, otitismedia, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena
yangmelalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan
dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksiradang di dalam
meningen dan di bawah korteks yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah
serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula
spinalis.Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
E. Manifestasi klinis
1.Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,diare, tonus otot
melemah, menangis lemah.Pathway
2.Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahansensori, kejang, mudah
terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi,maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan
brudinzinski positif,ptechial (menunjukkan infeksi meningococal) (Nurarif, 2013)
F. Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan pungsi lumbalDilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal,dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a.Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b.Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,jumlah sel darah putih
dan protein meningkat, glukosa menurun,kultur (+) beberapa jenis bakteri.
3.Pemeriksaan Radiologisa.
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkindilakukan CT Scan.
b.Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,sinus paranasal, gigi
geligi) dan foto dada (Smeltzer, 2002).
G. Penatalaksanaan
penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain
2. efusi atau abses subdural. Yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena adanya infeksi
karena kuman
3. hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang disebabkan
oleh penyumbatan cairan serebrospinalis
5. abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak
6. arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena adanya infeksi
pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak
8. gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi mental yang
mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu
PENGKAJIAN
a. biodata klien
1. aktivitas
2. sirkulasi
Tanda: tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, takikardi,
disritmia
3. eliminasi
Tanda: inkontinensia dana tau retensi
Tanda: anoreksia muntah, turgor kulit jelek dan membrane mukosa kering
5. hygiene
6. Neurosensori
Gejala: sakit kepala, paresthesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi, hyperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi
penciuman.
Tanda: letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
mmemori , afasia, anisokor, nystagmus, ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese,
tanda brudzinki positif dana tau kerning positif, rigiditas nukal, Babinski positif,
reflek abdominal menurun, dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki
7. nyeri/keamanan
8. pernafasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
c. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
INTERVENSI
1. intervensi: Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
Rasional: Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
3. intervensi: Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada
hipertensi sistolik
5. intervensi: Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk
mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
Rasional: Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi
cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
8. intervensi: Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.
1. intervensi: Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi
yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage
otot leher.
3. intervensi: Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-
hati
Rasional: Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa
sakit / discomfort
c. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
1. intervensi: monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya
Rasional: Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2. intervensi: Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman,
dan alat suction selalu berada dekat pasien.
Rasional: Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
4. intervensi: Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll.
Rasional: Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin diperlukan sampai organisme
diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran
pada orang lain
2. intervensi: Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
Rasional: Memobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan
Rasional: Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu
C. TUMOR OTAK
Pengertian
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi
tidak ganas. Tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian
tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang
didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola
tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari
kompresi dan infiltrasi jaringan.
Patofisiologi
Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral.
Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurogist fokal.
Hidrosefalus.
Gangguan fungsi hipofisis.
Etiologi
1) Glioma
Glioma disebabkan oleh sel-sel glia (mikroglia, oligodendroglia dan astrosit) yang
berkumpul membentuk parut sikatriks padat dibagian otak dimana neuron menghilang.
2) Tumor meningeal / meningloma
Berasal dari meningen, sel-sel mesotel dan sel-sel penyambung arakhnoid dan dura.
3) Tumor hipofisis
Berasal Dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hiofofisis anterior.
4) Neuroma akustik
Tumor yang barasal dari sel-sel schwann selubung saraf yang menyebabkan serabut-serabut
saraf otak kedelapan menjadi rusak.
5) Tumor metastasis
Berasal dari tumor atau kanker sistemik dari daerah lain yang bermetastase ke otak.
6) Tumor pembuluh darah
Angioma disebabkan malformasi arteriovenosa konginetal. Hemangioblastoma merupakan
neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vascular embriologis yang paling sering
diserebelum. Sindrome von Hippel-Lindau merupakan gabungan antara hemangioblastoma
serebellum, angiomatosis retina, dan kista ginjal dan pancreas.
7) Tumor gangguan perkembangan (konginetal)
Kordopma terdiri dari sel-sel yang berasal dari sisa-sisa notokorda embrional dan dijumpai
pada dasar tengkorak.
Teratoma akibat sumbatan pada ventrikel ketiga, akueduktus, atau ventrikel keempat.
Kraniofaringioma berasal dari sisa-sisa duktus kraniofaringeal embrional (kantung rathke)
dan umumnya terletak di posterior sela tursika.
Manisfestasi Klinis
Tekanan intracranial (TIK) meningkat: sakit kepala, muntah, papilemaedema.
Gejala terlokalisasi:
- Tumor korteks serebri
Kejang Jacksonian ( kejang pada satu sisi tubuh)
- Tumor lobus oksipital:
Hilangnya penglihatan pada sisi berlawanan dari tumor dan halusinasi.
- Tumor lobus frontal:
Gangguan kepribadian, perubahan status emosional , TK, disintegrasi perilaku mental.
- Tumor intra kranial:
Gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara, gangguan gaya jalan, terutama pasien
lansia.
- Tumor sudut serebelopontin:
* Tinitus
* Kesemutan
* Kelemahan/ paralisis
* Keabnormalitas fungsi motoric
Pemeriksaan Penunjang
- CT Scan
- EEG (Elektroensefalogram)
- MRI
- Angiografi serebral
- Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal (CSF)
a. Pengkajian Keperawatan
1) Aktivitas / istirahat
Gejala: Keterbatasan akibat keadaan
Ketegangan mata, sakit kepala yang hebat pada saat perubahan postur tubuh aktivitas (kerja)
Tanda : Gangguan tonus otot dan terjadi kelemahan umum.
Gangguan penglihatan
Ataksia, masalah berjalan
2) Integritas Ego
Gejala: Faktor-faktor stress emosional / perubahan status emosional dan tingkah laku.
Perubahan dalam berhubungan
Depresi, gangguan kepribadian
Disintegrasi perilaku mental
Tanda : Bingung
Pelebaran rentang respon emosional
Ekstrem yang tidak ter
3) Makanan cairan
Gejala : mual dan muntah
Tanda : Muntah (proyektil)
4) Neurosensori
Gejala : Pening, sakit kepala
Adanya aura atau (visual, area halusinogenik, auditoris, tinnitus)
Kejang
Perubahan visual
Kelemahan progresif / paralysis
Tanda : Perubahan dalam pola bicara / proses piker
Papiledema
Perubahan status mental
Gangguan penginderaan : penglihatan dan pendengar
Ketidakseimbangan
Refleks tendon lemon
Afraksia, hemiparese, atasia.
5) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermitten Seringkali membuat pasien
terbangun, mungkin terlokakisasi pada posisi tertentu
Tanda : Nyeri
Fokus menyempit
Respon emosional / perilaku tak terarah
Otot-otot daerah leher menegang, rigiditas nukal.
6) Keamanan
Tanda : Sakit kepala
Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisi, hipotoni
Penurunan kekuatan
Gangguan penglihatan
7) Interaksi sosial
Tanda : Afasia motorik Masalah dalam hubungan Interpersonal dalam keluarga atau lingkungan
sosialnya.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang perawatan diri berhubungan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan sensori
serta penurunan kemampuan kognitif
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kakesia akibat
pengaruh tumor.
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan tumor
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan kematian, perubahan dalam penampilan.
6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
c. Intervensi Keperawatan
1. Kurang perawatan diri berhubungan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan sensori
serta penurunan kemampuan kognitif
Tujuan: Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
Intervensi
a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 0-4) untuk melakukan
kebutuhan sehari-hari
Rasional: Membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual
b. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan
bantuan sesuai kebutuhan
Rasional: Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun
bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk
melakukan sebanyak mungkin untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
c. Sadari perilaku (aktivitas) impulsif karena gangguan dalam pengambilan keputusan
Rasional: Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk
meningkatkan keamanan pasien
d. Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya
Rasional: Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang
akan membantu pasien secara konsisten
e. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya
Rasional: meningkatkan perasaan makna diri. Meningkatkan kemandirian, dan mendorong
pasien untuk berusaha secara kontinu
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kakesia akibat
pengaruh tumor.
Tujuan: - Mendemonstrasikan pemeliharaan / kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan
- Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi, dengan nilai laboratorium dalam rentang
normal
Intervensi:
a. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi
Rasional: Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus
terlindungi dari aspirasi.
b. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan / hilangnya atau suara yang hiperaktif
Rasional: Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau berkembangnya
komplikasi.
c. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
d. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat tidur
selama makan atau selama pemberian makan lewat selang NGT
Rasional : Menurunkan resiko regurgitasi dan atau terjadinya respirasi
e. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan teratur.
Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang di berikan
dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
f. Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan
orang terdekat untuk membawa makanan yang di sukai pasen
Rasional : Meskipun proses pemilihan pasien memerlukan bantuan dan/atau menggunakan alat
Bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan
pemasukan dan menormalkan fungsi makan.
g. Berikan makan dengan cara yang sesuai, seperti melalui selang NG, melalui oral dengan
makanan lunak dan cairan yang agak kental
Rasional: Pemilihan rute pemberian tergantung pada kebutuhan dan kemampuan pasien. Makan
melalui selang ( NGT ) mungkin di perlukan pada awal pemberian.
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan tumor
Tujuan: - Melaporkan nyeri hilang / terkontrol
- Menunjukan postur rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat
Intervensi:
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensifitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat / relaksasi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
Rasional : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
c. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata.
Rasional: Meningkatkan vasokonstriksi, menumpulkan persepsi sensori yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri.
d. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit
Rasional : Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
e. Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara tepat dan masase otot daerah leher / bahu.
Rasional : Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri
atau rasa tidaknyaman tersebut.
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : mungkin di perlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
Tujuan: Mempertahankan pola pernapasan normal / efektif, bebas sianosis, dengan GDA dalam
batas normal pasien.
Intervensi:
a. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat ketidak teraturan pernafasan.
b. Catat kompetensi refleks gag / menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan
napas sendiri, pasang jalan napas sesuai indikasi.
c. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi.
d. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif jika pasien sadar.
e. Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik. Catat karakter,
warna, dan kekeruhan dari secret.
f. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara-suara tambahan
yang tidak normal (seperti krekels, ronkhi, mengi).
g. Pantau penggunaan dari obat-obat depresan pernapasan, seperti sedatif.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Sudarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol.2. EGC. Jakarta
Doengoes, E Marilyn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.