ABSTRAK
ADI TRI WIBOWO. Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota
Surabaya. Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.
Kata kunci: asian green city, berkelanjutan, evaluasi, index of happiness, kota hijau,
modern
ABSTRACT
ADI TRI WIBOWO. Evaluation of Green City Concept Implementation in
Surabaya. Supervised by ALINDA FM ZAIN.
Key words: asian green city index, evaluation, green city, index of happiness,
modern, sustainable
EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA SURABAYA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
xxii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini ialah mengenai konsep Kota Hijau, dengan
judul Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Surabaya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada;
1. Dr Alinda FM Zain, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam menyusun dan
menyelesaikan tulisan ini.
2. Dr Indung Sitti Fatimah, Msi dan Dr Ir Afra DN Makalew, MSc yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan penelitian ini.
3. Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan banyak pengarahan selama mengikuti perkuliahan
4. Keluarga besar ayahanda Arif Santoso, ibunda Nunung jubaedah, Akbar
Tanjung Abyoso, Arini Nur Aini yang telah memberi ketulusan akan kasih
sayangnya kepada penulis
5. Teman–teman penulis bimbingan Ibu Alinda (Annisa, Altrifianus,
Hersalina, I Made Natawiguna, dan Imaniar) yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Dinas–Dinas dan instansi di Kota Surabaya yang telah banyak membantu
dalam pengumpulan data.
7. Teman-teman seperjuangan ARL 47 yang telah memberikan dukungan
dan doanya
8. Teman-teman kontrakan Pondok Rantau (Alja, Alul, Budiman, Jundi,
Hengki, Okin, Novan, Risko, Santos dan Zumar ) yang telah memberi
dukungan dan bantuannya
9. Teman-teman seperjuangan daerah Kemala 47 terutama untuk Ardian
yang telah membantu memberi bantuan selama dalam penulisan.
10. Teman-teman Seruni
11. Teman-teman Undesain (Adhrid, Altrifianus, Digo, I Made Natawiguna,
dan Rahmat Arif) yang telah membantu dalam proses penulisan.
12. Serta seluruh pihak yang telah memberikan doa, bantuan serta
dukungannya.
Penulis menyadari penelitian ini jauh dari sempurna. Penulis berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak Pemerintah Kota Surabaya
dan pihak lain yang memerlukan. Atas segala kekurangan, penulis memohon
saran dan kritik yang membangun agar penulisan kedepannya dapat lebih
baik.
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Daya Dukung Lahan (Carrying Capacity) 4
Permasalahan perkotaan dan lingkungannya 4
Kota Hijau (Green City) 5
Asian Green City Index 5
Energi dan CO2 5
Penggunaan Lahan dan Kepadatan 6
Transportasi 6
Sampah 6
Air 7
Sanitasi 7
Udara 7
Kebijakan Lingkungan 7
Kebahagiaan 8
METODOLOGI 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Batasan Penelitian 9
Alat dan Bahan Penelitian 9
Metode Penelitian 10
Inventarisasi 10
Analisis 13
Evaluasi 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Profil Wilayah Kota Surabaya 18
Kondisi Fisik dan Lingkungan 18
Topografi 18
Hidrologi 18
Demografi 19
Sosial dan Budaya Masyarakat 19
Perekonomian 19
xxiv
Penggunaan Lahan 20
Rencana Tata Ruang Wilayah 20
Inventarisasi 21
Aspek Kuantitatif 21
Aspek Kualitatif 22
Analisis 24
Energy and CO2 24
Land use and Buildings 28
Transport 33
Waste 39
Water 45
Sanitation 50
Air Quality 53
Environmental Governance 58
Evaluasi Penerapan konsep Kota Hijau 64
Index of Happiness 71
Green Initiatives 72
SIMPULAN DAN SARAN 78
Simpulan 78
Saran 78
DAFTAR PUSTAKA 79
LAMPIRAN 81
RIWAYAT HIDUP 94
DAFTAR TABEL
1 Alat dan bahan 10
2 Data yang dibutuhkan 10
3 Proporsi jumlah responden 12
4 Baku mutu tiap indikator pada aspek kuantitatif 14
5 Asian Green City Index 15
6 Contoh performa kota 17
7 Indikator kuantitatif 21
8 Aspek kualitatif 22
9 Aspek kuantitatif Energy and CO2 24
10 Aspek kualitatif Energy and CO2 26
11 Aspek kuantitatif Land use and Buildings 28
12 Aspek kualitatif Land use and Buildings 30
13 Aspek kuantitatif Transport 33
14 Aspek kualitatif Transport 34
15 Aspek kuantitatif Waste 39
16 Aspek kualitatif Waste 41
17 Aspek kuantitatif Water 46
18 Aspek kualitatif Water 47
19 Aspek kuantitatif Sanitatiom 50
20 Aspek kualitatif Sanitation 52
21 Aspek kuntitatif Air Quality 53
22 Aspek kualitatif Air Quality 55
23 Aspek kualitatif Environmental Governance 58
24 Alih fungsi ex SPBU menjadi taman Kota Surabaya 59
25 Evaluasi kategori Energy and CO2 64
26 Evaluasi kategori Land use and Buildings 65
27 Evaluasi kategori Transport 65
28 Evaluasi kategori Waste 66
29 Evaluasi kategori Water 67
30 Evaluasi kategori Sanitation 68
31 Evaluasi kategori Air Quality 69
32 Evaluasi kategori Environmental Governance 70
33 Kinerja Kota Surabaya dalam menerapkan konsep Kota Hijau 71
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian 81
2 Batasan penilaian 84
3 Kriteria penilaian penerapan kualitatif 85
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Surabaya merupakan ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kota ini
merupakan sebuah kota terbesar kedua setelah Jakarta dengan penduduknya
mencapai 2 juta jiwa serta menjadi pusat bisnis, industri, dan perdagangan di
Jawa Timur. Berdasarkan hasil sensus tahun 2014, Kota Surabaya memiliki
jumlah penduduk sebanyak 2 819 095 jiwa dengan wilayah seluas 333.063
km² dengan kepadatan penduduknya adalah sebesar 8911 jiwa per km².
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di Kota Surabaya tidak
terlepas dari sebuah kendala, dan kendala utamanya adalah ketidakmampuan
lahan dalam menampung daya dukungnya. Carrying capacity atau daya
dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam
menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu
yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan
lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari
bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. Peningkatan populasi yang
signifikan merupakan suatu masalah jika tidak dikendalikan dengan baik, jika
terus terjadi maka terciptalah permasalahan diantaranya kemacetan lalu lintas,
polusi, sampah, dan degradasi lingkungan yang menyebabkan
ketidaknyamanan bagi masyarakat.
Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan menerapkan konsep Kota Hijau. Kota Hijau
merupakan suatu konsep dari upaya untuk melestarikan lingkungan dengan
cara mengembangkan sebagian lingkungan dari suatu kota menjadi lahan-
lahan hijau yang alami agar menciptakan kekompakkan antara kehidupan
alami dari lingkungan dengan manusia yang tinggal di dalamnya (Ernawi
2012). Berbagai peraturan perangkat hukum yang mendukung terwujudnya
pembangunan kota yang berkelanjutan (Kota Hijau) telah dihasilkan,
misalnya Undang-Undang (UU) No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 7/2004 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Air, dan UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung (Joga dan
Ismaun 2011).
Konsep Kota Hijau telah banyak ditawarkan oleh berbagai lembaga
lingkungan, diantaranya Kementrian Pekerjaan Umum (PU) dengan Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH), Economist Intelligence Unit (EIU) yang
disponsori oleh Siemens dan banyak lagi. Kota Surabaya saat ini giat dalam
pembangunan dengan konsep Kota Hijau yang diusung langsung dari Badan
Perencanaan dan Pengembangan Kota (Bappeko). Konsep Kota Hijau yang
dilakukan oleh Kota Surabaya mengadaptasi P2KH dari PU dengan
menerapkan 8 indikator hijau kota, namun Kota Surabaya belum masuk
kedalam 60 kota di Indonesia yang mengikuti P2KH dari PU.
Metode dalam menerapkan konsep Kota Hijau dalam penelitian ini
menggunakan metode Asian Green City Index dari Economist Intelligence
Unit (EIU). Metode ini merupakan sebuah rangkaian penelitian yang
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan,
1. mengidentifikasi kondisi umum dan kinerja Kota Surabaya berdasarkan
delapan kategori Kota Hijau menurut Asian Green City Index,
2. menganalisis kondisi umum dan kinerja Kota Surabaya berdasarkan
Asian Green City Index,
3. mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat (Index of Happiness)
berdasarkan kondisi lingkungan di Kota Surabaya dan,
4. mengevaluasi penerapan konsep Kota Hijau di Kota Surabaya dengan
hasilnya berupa performa kota dan green initiatives yang menjadi acuan
dalam pembangunan Kota Hijau.
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah,
masyarakat, komunitas hijau dan LSM Kota Surabaya dalam mewujudkan
konsep Kota Hijau yang ideal agar menjadi kota yang berkarakter, berbasis
lingkungan dan berkelanjutan.
Kota
Surabaya
Kondisi
Umum
Upaya Kota
Dalam Mencapai
Kota Hijau
Index of Happiness
TINJAUAN PUSTAKA
krisis air bersih, kemacetan lalu lintas, pencemaran udara, dan penyakit
lingkungan. Fenomena pemanasan bumi, degradasi kualitas lingkungan, dan
bencana lingkungan telah membangkitkan kesadaran dan tindakan bersama
akan pentingnya menjaga keberlanjutan air bersih dan udara sehat di kota,
untuk menjamin kelangsungan dan menyelamatkan kehidupan umat manusia
di muka bumi (Joga dan Ismaun 2011).
sumber daya yang ada secara efisien. Mengganti energi fosil dengan energi
terbarukan seperti energi air, panasbumi, angin, dan tenaga surya. Sehingga
menciptakan sebuah pemanfaatan energi yang berkelanjutan dan kelestarian
lingkungan dengan menekan tingkat emisi gas buang terutama CO2 (Kristijo
dan Nugroho 2005).
Transportasi
Transportasi adalah suatu proses perpindahan sesuatu dari satu tempat
ke tempat lain baik dengan atau tanpa sarana sesuai dengan kemajuan
teknologi. Transportasi tidak terlepas dari sarana dan prasarana jalan, berupa
penerangan jalan umum (PJU), signage, traffic light, dan lain sebagainya.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat menyebabkan permasalah baru yaitu
kemacetan dan pencemaran lingkungan. Terjadinya kemacetan lalu lintas
dapat diakibatkan meningkatnya jumlah angkutan umum dengan jaringan
trayek yang tumpang tindih serta jaringan jalan yang terbatas (Setijowarno
dan Frazila 2003).
Sampah
Sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik. Sampah yang sejenis dengan sampah rumah tangga adalah sampah
yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan atatau daur ulang energi. Perlu adanya
pengolahan sampah secara khusus untuk menghindari residu yang berbahaya.
Penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan (PSP) adalah kegiatan
merencanakan, membangun, mengoperasikan dan memelihara, serta
7
Air
Air merupakan unsur yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia
dan semua aspek kehidupan di dunia. Pengembangan sumberdaya air yang
konsisten sangat diperlukan karena menyangkut hidup matinya kehidupan.
Oleh karena itu pengembanan dan pengolahan sumberdaya air merupakan
dasar peradaban manusia (Sunaryo et al 2005). Air bersih merupakan air
yang harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan
kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia meupun makhluk hidup
lainnya.
Sanitasi
Menurut Azwar (tahun tidak diketahui) sanitasi adalah cara
pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Masyarakat mempunyai hak kewajiban dalam menjaga
lingkungannya agar tercipta sanitasi yang baik. Selain dilihat dari lokasi
tempat tinggal, tingkat kesejahteraan masyarakat kota juga dapat dilihat dari
baik atau tidaknya akses terhadap infrastruktur permukiman berupa air bersih
dan sarana sanitasi lingkungan. Terdapat dua macam sistem pengelolaan air
limbah domestik yaitu diantaranya sanitasi sistem setempat atau sanitasi on-
site dan saitasi sistem terpusat atau off-site/sewerage. Sanitasi dengan sistem
on-site merupakan sistem dengan fasilitas pengolahan air limbah berada di
dalam persil atau batas tanah yang dimiliki, seperti seperti tangki septik atau
cubluk, sedangkan sanitasi off-site/sewerage merupakan sanitasi dengan
sistem fasilitas pengolahan air limbah berada di luar persil atau dipisahkan
dengan batas jarak yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air
limbah dari rumah - rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke
IPAL (Kementrian PU (tahun tidak diketahui)).
Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan
(Fardiaz 1992). Manfaat udara sangat besar dalam kehidupan manusia, di
dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses
fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultra violet.
Udara yang tercemar mengganggu keberlangsungan organisme hidup di
bumi.
Kebijakan Lingkungan
Lingkungan merupakan aspek mutlak yang harus dijaga bersama. Pola
hidup bersih dan budaya membuang sampah pada tempatnya merupakan ciri
Warga Negara yang baik. Menurut UU No 23 Tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup bahwa lingkungan hidup Indonesia sebagai
8
karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa
Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan matranya
sesuai dengan wawasan nusantara. Keterlibatan masyarakat dan organisasi
non pemerintah dalam mengelola dan mengawasi lingkungan dapat
mempermudah tugas pemerintah dalam menjaga lingkungan (Denig 2011).
Kebahagiaan
Definisi kebahagiaan secara filsafat adalah sebuah kenyamanan dan
kenikmatan spiritual dengan sempurna dan rasa kepuasan, serta tidak adanya
cacat dalam pikiran sehingga merasa tenang dan damai. Kebahagiaan bersifat
abstrak sehingga tidak dapat diraba, dan erat hubungannya dengan kejiwaan
dari yang bersangkutan (Kosasih 2002).
Pendapat lainnya menyatakan bahwa kebahagian digambarkan sebagai
rasa positif terhadap kehidupan, dimana sepenuhnya merupakan bentuk dari
kepemilikan komponen kognitif dan afektif. Aspek kognitif sendiri
merupakan kebahagiaan yang diukur dari suatu evaluasi positif terhadap
kehidupan baik melalui standar atau harapan. Aspek afektif merupakan
kebahagiaan yang terdiri dari apa yang kita sebut sebagai kesejahteraan,
seperti finansial yang baik, rasa puas yang terpenuhi (Veenhoven 2006).
9
METODOLOGI
Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah melihat seberapa “hijau” kota Surabaya
berdasarkan delapan indikator Kota Hijau yang dikembangkan di Indonesia
dan disesuaikan dengan delapan kategori menurut Asian Green City Index.
Sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi serta melihat pengaruh pemerintah
kota, masyarakat, LSM, dan pengembang-pengembang swasta dalam
mewujudkan Kota Hijau di Kota Surabaya.
Alat Fungsi
Kamera Mengambil gambar
Map Sebagai pencari lokasi yang akan dituju
Bahan Fungsi
Peta RTRW Sebagai acuan dalam mengetahui rencana pengembang
ruang Kota Surabaya
Bahan Pustaka Studi literatur
Kuisioner Panduan dalam mengetahui data kualitatif dan
kuantitatif
Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian menggunakan metode survey
lapang. Tujuannya adalah melihat kinerja dari upaya pemerintah kota maupun
pihak swasta dan masyarakat dalam mewujudkan Kota Hijau berdasarkan
Asian Green City Index (AGCI). Tahap yang dilakukan terdiri dari tahap
pengumpulan data atau inventarisasi, analisis dan evaluasi. Berikut
penjelasan dari tahap yang dilakukan.
Inventarisasi
Inventarisasi merupakan tahap awal dari penelitian berupa
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
observasi langsung ke lapang dengan mengamati potensi dan kendala kota,
sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi terkait dan studi literatur
yang disesuaikan dengan topik penelitian. Data pendukung yang diambil
berikutnya berupa wawancara dan kuesioner. Wawancara dimaksudkan
untuk mengetahui kinerja pemerintah dalam menerapkan konsep Kota Hijau
secara tersirat, lalu kuesioner dibutuhkan dalam mengetahui persepsi
masyarakat terhadap kenyamanan tinggal di Kota Surabaya. Data yang
dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Environmental Governance
Pengelolaan lingkungan Primer, Bappeko, DKP Survei, Wawancara,
Pengawasan lingkungan Sekunder studi pustaka
Partisipasi masyarakat
2 819 095
n= = 99.9 = 100
1 + 2 819 095 x 0.12
Analisis
Tahapan analisis dilakukan terhadap kedua aspek Asian Green City
Index yaitu aspek kuantitatif dan analisis kualitatif. Berikut akan dijelaskan
tahapan pada masing-masing analisis,
1. Aspek Kuantitatif
Analisis terhadap aspek kuantitatif menggunakan teknik normalisasi
dengan menghitung hasil data dan baku mutu yang diperoleh dengan
menggunakan rumus zero-max approximation / min-max approximation lalu
dikalikan dengan bobot AGCI yang disesuaikan dari masing-masing
indikator. Setiap perhitungan digunakan baku mutu yang telah ditetapkan,
adapun baku mutu tertuang dalam Tabel 4. Perhitungan terhadap aspek
kuantitatif dapat dilihat pada rumus berikut,
1. Data dengan ketentuan memiliki bobot yang semakin rendah atau
semakin buruk jika mendekati baku mutu
2. Data dengan ketentuan memiliki bobot semakin tinggi atau semakin hijau
jika mendekati baku mutu
Asian Green City Index (AGCI) memiliki bobot untuk konsumsi air
sebesar 25%. Hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas lalu dikalikan
dengan bobot AGCI 25% dan didapatkan hasil Y untuk tingkat konsumsi air
di Kota X. Jika dalam suatu kasus perhitungan didapatkan bobot nilai yang
melebihi bobot Asian Green City Index dan bobot nilai yang memiliki nilai
negatif maka dilakukan pembobotan nilai untuk nilai maksimum sebesar 25%
sedangkan untuk bobot nilai negatif akan diberikan nilai 0%.
1. Aspek Kualitatif
Analisis terhadap aspek kualitatif menggunakan analisis deskriptif dan
perhitungan pembobotan kinerja. Kinerja dinilai dari upaya pemerintah, pihak
swasta maupun masyarakat dalam menerapkan konsep Kota Hijau,
perhitungan tersebut menggunakan perhitungan skoring. Adapun rumusan
skoring sebagai berikut,
0 = ada rencana, belum ada penerapan
1 = ada aturan, belum diterapkan/belum ada aturan, sudah diterapkan
2 = ada aturan, penerapan ≤50%
3 = ada aturan, penerapan >50%
Penentuan terhadap skor dengan nilai penerapan ≤50% dan >50%
dihitung dengan melihat tingkat kualitas penerapan atau upaya yang telah
dilakukan dan menyesuikannya dengan kriteria masig-masing upaya. Kriteria
tersebut dapat dilihat dalam lampiran 3. Setelah skoring dilakukan, tahap
selanjutnya adalah menghitung bobot tiap indikator yang telah ditentukan.
Perhitungan dilakukan dengan mengalikan hasil skoring dengan persentase
bobot berdasarkan Asian Green City Index. Perhitungan skoring dapat dilihat
sebagai berikut,
total skor
Bobot nilai (%) = ( ) x bobot AGCI
skor tertinggi
Evaluasi
Tahap evaluasi mencantumkan tabel yang berisikan hasil dari
pembobotan tiap indikator, yang bertujuan untuk mengetahui posisi Kota
Surabaya dalam menerapkan konsep Kota Hijau.
Hidrologi
Kota Surabaya dilalui oleh daerah aliran sungai (DAS) Kali Brantas
yang memiliki dua cabang aliran utama yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong,
dan terdapat juga salah satu anak sungai Kali Brantas di sepanjang Jl. Jagir
Wonokromo yaitu Kali Jagir. Kali Surabaya terpecah menjadi dua anak
sungai yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo, yang berada di Kecamatan
Wonokromo. Kualitas air Kali Mas tidak mencapai tingkat c, sehingga
kualitas air tersebut paling buruk. Buruknya kualitas diakibatkan pencemaran
dari buangan rumah tangga, pasar, saluran drainase, dan kegiatan diluar non
rumah tangga (Laboratorium Perum Jasa Tirta). Sedangkan kualitas Kali
Surabaya dan Kali Jagir cukup baik sehingga digunakan sebagai sumber air
bersih oleh perusahaan daerah air minum (PDAM).
Iklim
Kota Surabaya berada di selatan garis khatulistiwa sehingga
menyebabkan perbedaan yang signifikan pada musim kemarau dan musim
penghujan. Musim kemarau berlangsung diantara bulan Mei dan Oktober,
sedangkan untuk musim penghujan berlangsung diantara November sampai
April. Bulan November hingga Februari terjadi curah hujan tinggi yang
diakibatkan musim angin dari utara lalu pada musim kemarau angin pasat dari
tenggara membawa udara yang lebih dingin dari Australia. Suhu rata-rata
19
Demografi
Kota besar tidak terlepas dari kepadatan penduduk yang dimiliki.
Sebagai kota besar Kota Surabaya memiliki penduduk sebanyak 2 819 095
jiwa pada tahun 2014. Luas wilayah Kota Surabaya adalah 316.36 km2, maka
kepadatan penduduk Kota Surabaya pada tahun 2014 adalah sebesar 8911
org/km2.
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin secara umum
menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Surabaya dengan jenis kelamin
laki-laki mendominasi jumlah penduduk perempuan dari tahun ke tahun.
Jumlah penduduk laki-laki di Kota Surabaya pada tahun 2012 sebesar 1 021
770 jiwa dengan sex ratio rata-rata sebesar 101.26, sedangkan jumlah
penduduk perempuan di Kota Surabaya tahun 2012 sebesar 1 014 276 jiwa
dengan sex ratio rata-rata sebesar 98.8.
Kota Surabaya terdiri dari 31 kecamatan. Kecamatan dengan luas
wilayah terbesar adalah Kecamatan Benowo dengan luas 26.78 Km2, namun
kepadatan penduduknya tergolong paling rendah yaitu 2014 jiwa/ km2,
sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu sebesar 2.89 km2
adalah Kecamatan Simokerto dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu
sebesar 41 036 jiwa/km2. Pemerintah terus berupaya dalam menekan arus
pertumbuhan penduduk hingga 1% sampai tahun 2015 dengan pengendalian
pada jumlah kelahiran dan arus urbanisasi pada setiap daerah.
Perekonomian
Salah satu indikator dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi
maupun kondisi ekonomi suatu wilayah baik berdasarkan atas dasar harga
konstan maupun atas dasar harga berlaku adalah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Tiga sisi pendekatan PDRB adalah produksi, pendapatan, dan
pengeluaran.
20
Penggunaan Lahan
Lahan terbangun Kota Surabaya hampir 2/3 dari luas wilayahnya dan
secara relatif terkonsentrasi perkembangan fisik kota berada di pusat kota
yang membujur dari kawasan utara hingga selatan kota, namun hingga saat
ini berkembang hingga kawasan timur dan barat kota. Proporsi penggunaan
lahan didominasi oleh area perumahan yaitu sebesar 42.00%, sedangkan area
yang masih memiliki sawah dan tegalan sebesar 16.24% lalu tambak sebesar
15.20%, area jasa dan perdagangan sebesar 10.76%, area industri sebesar
07.30%, dan lahan kosong sebesar 05.50%.
Kawasan perumahan kampung terkonsentrasi di area pusat kota,
sedangkan perumahan real estate di kawasan barat, timur dan selatan kota.
Areal sawah dan tegalan berada di kawasan barat dan selatan kota, areal
tambak pesisir timur dan utara kota, areal jasa dan perdangan terkonsentrasi
di pusat kota sebagian berada di areal permuhan yang berkembang di kawasan
barat dan timur kota, lalu untuk areal industri dan pergudangan berada di
kawasan pesisir utara dan kawasan selatan kota yang berbatasan langsung
dengan kabupaten Gresik dan Sidoarjo. Wilayah pesisir kota dimanfaatkan
sebagai area waterfront city yang berada di kecamatan kenjeran dan beberapa
hutan kota yang terpusat di pantai timur kota diantaranya adalah Hutan kota
Balas Klumprik, Hutan Kota Prapen, Taman Bunga Wonorejo, Hutan Kota
Pakal dan Kawasan Lindung Pamurbaya.
Inventarisasi
Pada tahap inventarisasi dilakukan identifikasi terhadap kondisi umum
dan upaya Kota Surabaya. Setiap upaya atau penerapan yang dilakukan
dimasukan kedalam tabel kuantitatif dan tabel kualitatif Asian Green City
Index.
Aspek Kuantitatif
Aspek kuantitatif merupakan aspek yang mengidentifikasi kondisi
umum Kota Surabaya dalam penerapan konsep Kota Hijau berdasarkan
Asian Green City Index. Tabel 7 merupakan data aspek kuantitatif dari tujuh
kategori menurut Asian Green City Index yaitu Energy and CO2, Land use
and Building, Transport, Waste, Water, Sanitation dan Air Quality yang
diperoleh di Kota Surabaya.
Tabel 7 Indikator kuantitatif
Kategori Indikator Hasil Tahun Sumber
Energy and Emisi CO2 598 493 859.5 2012 SLHD Kota
CO2 Ton CO2 Surabaya 2012
Konsumsi energi 238 271 2014 PLN
KwH/org
Land use and Kepadatan 8911 org/km2 2014 Dinas
Buildings penduduk kependudukan
dan pencatatan
sipil 2014
Jumlah ruang 10 575 360 m2 2014 DKP, Bappeko
terbuka hijau Surabaya
(RTH)
Transport Jaringan 0.09 km/km² 2013 Bappeko
transportasi Surabaya
publik
Waste Jumlah sampah 8905 m3/hari* 2012 DKP Surabaya
yang dihasilkan
Jumlah sampah 1300 ton/hari 2012 DKP Surabaya
yang
dikumpulkan
Water Tingkat PDAM 34.0 2014 PDAM Kota
konsumsi air L/Org Surabaya
Tingkat 28.96% 2013 PDAM Kota
kebocoran Surabaya
sistem air
Sanitation Akses 52.7% 2012 SLHD Kota
masyarakat Surabaya 2012
terhadap sanitasi
Pengolaan 60.87% 2004 Cipta Karya
limbah cair Surabaya 2004
Air Quality Tingkat NO2 20.93 2014 BLHD Kota
µg/Nm3/hari Surabaya
22
Aspek Kualitatif
Aspek kualitatif merupakan aspek mengenai upaya-upaya yang
dilakukan di Kota Surabaya dalam mengembangkan konsep Kota Hijau.
Terdapat kebijakan dan upaya-upaya yang akan atau telah dilakukan oleh
pemerintah, pihak swasta dan masyarakat. Upaya-upaya tersebut merupakan
tahap dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah dibuat untuk
mendukung aspek kuantitatif. Sifat dari kebijakan dan upaya yang telah ada
berupa rencana dan penerapan. Upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan
dapat dilihat pada Tabel 8.
Analisis
Analisis dilakukan secara deskriptif dan berupa pembobotan tiap
indikator pada aspek kuantitatif dan kualitatif. Analisis terhadap delapan
kategori akan dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab berikut.
Emisi CO2
Emisi CO2 Kota Surabaya dilihat dari sumber pengeluaran terbesarnya
yaitu pembangkit tenaga listrik yang berada di Jl. Ketintang Baru yang
disebut PT. Pembangkit jawa-Bali (PT. PJB). Pembangkit ini berdomisili di
Surabaya yang menangani pembangkitan tenaga listrik. Sumber bahan bakar
masih menggunakan bahan bakar fosil berupa batu bara.
Emisi CO2 didasari dari perhitungan konsumsi energi yang diperoleh
yaitu sebesar 671.710.280 KwH lalu dikalikan dengan faktor emisi 0.0891
Kg CO2, dan untuk mendapatkan standar/baku mutu emisi CO2 menggunakan
konsumsi energi Indonesia yang dikalikan dengan faktor emisi dan jumlah
penduduk Surabaya. Berikut perhitungan untuk memperoleh emisi CO2,
E = A × EF
E = 671 710 280 × 0.891
E = 598 493 859.5
25
Keterangan ;
A = data aktivitas (jumlah konsumsi energi)
E = jumlah emisi CO2
EF = faktor emisi karbon dioksida
Perhitungan untuk mendapatkan baku mutu emisi adalah sebagai
berikut,
Baku mutu = 900 KwH × 0.891KwH/kg × 2 819 095
Baku mutu = 2 260 632 280
Asian Green City Index memilki bobot emisi CO2 sebesar 25%. Hasil
yang diperoleh 0.74 lalu dikalikan dengan 25%, sehingga bobot untuk emisi
CO2 yang terdapat di Kota Surabaya adalah 18.3%. Angka ini menunjukan
bahwa bobot emisi CO2 Kota Surabaya cukup aman dari baku mutu emisi
dilihat dari skala persentase yaitu lebih dari 0% (buruk) dan kurang dari 25%
(baik).
Konsumsi energi
Konsumsi listrik di Kota Surabaya didistribusikan secara langsung oleh
PLN Distribusi Provinsi Jawa Timur yang terletak di Kota Surabaya, namun
pendistribusian energi listrik ini tidak hanya mencakup wilayah kota
Surabaya saja tetapi di bagi per sub wilayah seperti salah satunya Surabaya
Bagian Selatan yang didalam sub tersebut terdapat beberapa konsumen dari
kabupaten Sidoarjo. Distribusi ini melayani konsumen secara seimbang. PLN
Surabaya sendiri membeli pasokan listrik dari P3B yang berlokasi di Waru,
Surabaya Selatan. Data yang didapat merupakan data kumulatif konsumen,
dan data penjualan perKWHnya merupakan data kumulatif 1 tahun.
Bobot konsumsi listrik Kota Surabaya sebesar 18.25% berikut hasil dari
perhitungan bobot konsumsi listrik Kota Surabaya.
Asian Green City Index memilki bobot konsumsi energi sebesar 25%
lalu dikalikan dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya yaitu
0.74, sehingga bobot untuk konsumsi energi yang terdapat di Kota Surabaya
adalah 18.3%. Jika dilihat dari skala persentase yaitu lebih dari 0% (buruk)
dan kurang dari 25% (baik) angka ini menunjukan bahwa bobot konsumsi
energi Kota Surabaya cukup aman dari baku mutu emisi
26
Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk yang dimiliki oleh Kota Surabaya adalah sebesar
8911 org/km2. Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kepadatan penduduk Kota Surabaya adalah perhitungan yang menyatakan
bahwa semakin tinggi kepadatan penduduk maka akan semakin buruk. Baku
mutu yang dipakai dalam kategori kepadatan penduduk ini yaitu berdasarkan
WHO dalam Asian Green City Index. Adapun baku mutu yang digunakan
adalah 10 000 org/km2. Berikut perhitungannya,
8911 org/km2
(1 − ) × 25% = (1 − 0.9) × 25% = 2.5%
10 000 org/km2
Dari hasil perhitungan, didapatkan hasil 1.06 dari total RTH 10 575 360
m2atau 32%. Pada AGCI, bobot untuk RTH adalah 25% dan hasil yang
didapatkan melebihi rentang 0-1 yang menjelaskan bahwa penerapan telah
mencapai 100%. Hasil ini didapatkan dari kerja keras pemerintah dalam
mengoptimalkan RTH di Kota Surabaya, dan upaya ini tidak terlepas dari
kerjasama swasta, pengembang dan masyarakat kota.
Bobot Skoring
Indikator Usaha yang dilakukan
AGCI 0 1 2 3
Kebijakan 1. Pelaksanaan Green Building
√
Eco Awareness Award 25%
Buildings 2. Kepemilikan IMB √
Nilai total/nilai maksimum x Total Bobot AGCI 4/6 x 25% = 16.6%
1. Ekspansi dan opitimisasi
√
ruang terbuka hijau
Kebijakan 2. Pengembangan wilayah
Penggunaan waterfront city di wilayah 25% √
Lahan pesisir (Kenjeran)
3. Optimisasi kawasan lindung
√
(Pamurbaya)
Nilai total/nilai maksimum x Total Bobot AGCI 7/9 x 25% = 19.4%
Total bobot = 30%
yang direncanakan sesuai dengan tata ruang yang telah ditentukan dan
rencana kostruksi bangunan tersebut juga dapat dipertanggungjawabkan
dengan maksud untuk kepentingan bersama.
Gambar 8 Pamurbaya
Sumber: Bappeko Surabaya
33
3. Transport
0.10 km/km2
( ) × 33% = 10.9%
0.3 km/km2
4. Waste
8905 𝑚3/ℎ𝑎𝑟𝑖
(1 − ) = (1 − 1.20) × 25% = 0%
7407.7 m3/hari
Asian Green City Index memiliki bobot 25% pada jumlah sampah
yang dihasilkan. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai -0.2. nilai tersebut
dinyatakan sebagai 0 dikarenakan masuk dalam rentang 0-1 dimana nilai 0
menyatakan bahwa hasil dari upaya dalam meminimalisir sampah belum
maksimal sedangkan nilai 1 adalah hasil dari upaya yang dirasa sudah
maksimal.
15%
( ) × 25% = 5.4%
70%
3. Pengembangan IPLT
Pengembangan instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) telah diterapkan
di Kecamatan Keputih dengan kapasitas 400 m3/hari. IPLT Keputih
merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis daerah (UPTD) di Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya yang bertugas sebagai
pengelola limbah tinja menjadi pupuk kompos dalam upaya meningkatkan
kualitas lingkungan khususnya kualitas perairan yang disebabkan oleh
pencemaran air. IPLT menggunakan sistem biologi dengan kolam oksidasi
yang dilengkapi motor. Sampai saat ini biro jasa penyedot tinja yang
memperoleh ijin pembuangan ke IPLT sebanyak 28 jasa/perusahaan. Tujuan
pengolahan limbah tinja adalah untuk mengurangi tingkat pencemaran yang
43
disebabkan oleh limbah tinja, dan manfaatnya adalah kompos hasil dari IPLT
untuk pertanian. Gambar 18 merupakan contoh penerapan dari pemberian
kompos dari hasil pengolahan limbah tinja IPLT oleh Dinas kebersihan dan
pertamanan Kota Surabaya
5. Bank sampah
Bank sampah di Kota Surabaya dikelola langsung oleh warga kota
dibawah naungan pemerintah. Pertumbuhan bank sampah cukup signifikan,
dimulai pada tahun 2010 yang berjumlah 15 unit, lalu pada tahun 2012
mencapai 50 unit, 2013 naik lebih dua kali lipat yaitu 135 unit, dan pada tahun
2014 mencapai 180 unit. Bank sampah Surabaya terdapat di 31 Kecamatan
dengan omzet rata-rata Rp. 350 000.00 sampai dengan Rp. 5 000
000.00/bulan. Selain menambah ekonomi warga, program ini juga telah
berhasil mereduksi sampah anorgank hingga 7.14 Ton/Minggu. Proses bank
sampah dilakukan dengan pemilahan sampah oleh nasabah, setelah itu
dilakukan penyetotan ke bank sampah, lalu sampah yang dibawa oleh
nasabah di timbang dan warga melihat hasil tabungan di teller. Gambar 20
merupakan contoh dari penerapan bank sampah di RW N Morokembang dan
Tambak Rejo Surabaya.
5. Water
turun, membuang limbah pabrik ke sungai yang mengkibatkan air itu menjadi
tercemar oleh bahan-bahan berbahaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
diperlukan pengolahan air yang telah tercemar hingga layak digunakan untuk
aktivitas sehari-hari. Berikut tersaji data kuantitatif water dalam Tabel 17.
Tabel 17 Aspek kuantitatif Water
Kategori Indikator Hasil Baku Mutu Bobot
Water Konsumsi air (25%) 34 Liter/hari 60 - 126.9 lt/org/hari 25%
Kebocoran sistem air 28.96% 45% 7.5%
(25%)
Asian Green City Index, memiliki bobot 25% untuk konsumsi air.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas adalah 26%, namun dikarenakan
nilai tersebut telah melewati skala persentase 25% dari skala 0 (buruk) sampai
25 (baik) maka dibulatkan menjadi nilai 1 lalu dikalikan bobot AGCI 25%
47
sehingga nilai akhir yang didapatkan adalah 25% untuk konsumsi air. Nilai
ini menunjukan bahwa pemakaian air masih didalam batas normal, karena
data yang digunakan menggunakan data PDAM, yaitu data untuk konsumsi
air terbanyak digunakan oleh warga Kota Surabaya. Pemerintah terus
berupaya dalam mencegah hilangnya air tanah yang dikonsumsi oleh warga
yang tidak terkontrol dengan terus menghimbau untuk beralih dari air
tanah/sumur ke air PDAM.
28.96%
(1 − ) × 25% = (1 − 0.7) × 25% = 7.5%
45%
2. Pengembangan boezem
Boezem merupakan waduk peninggalan pemerintahan Belanda yang
berarti penampungan air. Fasilitas ini berfungsi sebagai penyuplai kebutuhan
air, pengendali banjir dan sebagai pengendali inlet dari pasang surut ait laut.
Boezem menjaga agar jika air laut pasang maka air laut tidak masuk ke
saluran pembuangan yang dapat mengakibatkan banjir. Hingga tahun 2013
telah berkembang 9 boezem di Surabaya. Gambar 23 merupakan contoh
penerpan boezem atau waduk yang telah dibersihkan oleh pemerintah.
50
6. Sanitation
97.4% − 20%
( ) × 33% = 31.7%
100% − 20%
Asian Green City Index memiliki bobot terhadap sanitasi sebesar 33%.
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan hasil 0.96. Hasil tersebut dikalikan
dengn bobot AGCI 33% dan diperoleh hasil 31.7%. Nilai ini menyatakan
bahwa akses masyarakat terhadap sanitasi sudah baik, namun berdasarkan
persentase rumah tangga yang memiliki jamban sehat dan memadai sebesar
89.3% dari 55% rumah tangga yang telah disurvey oleh Dinas terkait. Berarti
masih perlu adanya peningkatan terhadap penyuplaian jamban atau sanitasi
yang baik oleh pemerintah (SLHD, 2012).
60.9% − 10%
( ) × 33% = 18.7%
90%
7. Air Quality
20.93 µg/Nm3/hari
(1 − ) × 25% = (1 − 0.14) × 25% = 21.5%
150 µg / Nm3/hari
54
59.65 µg/Nm3/hari
(1 − ) × 25% = (1 − 0.16) × 25% = 21%
365 µg / Nm3/hari
10.43 µg/Nm3/hari
(1 − ) × 25% = ( 1 − 0.06) × 25% = 23.5
150 µg / Nm3/hari
1. Uji emisi
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006
tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, pemerintah wajib
menerapkan program standar uji emisi. Dinas Perhubungan (Dishub) Kota
Surabaya bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH), Polrestabes
Surabaya, serta beberapa pihak swasta seperti PT. Oto Point Surabaya dan
Astra Grup melaksanakan program uji emisi setiap setahun sekali. Program
ini dimaksudkan dalam upaya menjaga kualitas udara dan lingkungan dengan
menyadarkan warga kota bahwa pentingnya menjaga serta melestarikan
kualitas udara kota, serta mendorong warga untuk menggunakan bahan bakar
yang efisien.
menjadi gaya hidup baru. Gambar 27 merupakan contoh dari rencana konsep
integrasi pedestrian dengan halte tram oleh Bappeko Surabaya.
8. Environmental Governance
Pengelolaan lingkungan
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup (UU No 23 Tahun 1997 pasal 1 ayat 2).
Dalam penerapanya pemerintah Kota Surabaya membuat kebijakan tentang
pengelolaan lingkungan diantaranya revitalisasi ex. stasiun pengisisan bahan
bakar umum (SPBU) menjadi taman, IMB, Pengelolaan infrastruktur kota,
Eco Campus & Eco School, dan Kampung Hijau.
5. Kampung Hijau
Kampung Hijau merupakan program percontohan kampung dalam
mengelola lingkungan sekitar. Dalam upaya ini pemerintah menghimbau
kepada warga untuk mengelola lingkungan menjadi wilayah yang bersih dan
asri secara berkelanjutan. Dalam penerapanya setiap kampung difasilitasi
IPAL yang nantinya akan dibuat sendiri oleh warga. Tujuan IPAL sendiri
adalah untuk mengolah air limbah dan dimanfaatkan kembali untuk
penyiraman tanaman, pencucian kendaraan dan lain sebagainya. Terdapat
bank sampah untuk mendukung aksi dari program hijau kampung. Program
ini telah diikuti oleh 33 kampung yang tersebar di Kota Surabaya. Gambar 32
merupakan contoh dari penerapan konsep Kampung Hijau yang diterapkan di
Kelurahan Gundih RW X Surabaya.
Pengawasan lingkungan
Bentuk pengawasan lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah
diantaranya penghargaan Adipura Kencana , Adiwiyata, dan Yustisi
kebersihan.
2. Penghargaan Adiwiyata
Program Adiwiyata merupakan salah satu program yang ditujukan
kepada sekolah dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan
kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Program
yang diusung oleh Kementerian Lingkungan Hidup ini diharapkan agar setiap
warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang
sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Dalam
pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para
62
3. Yustisi kebersihan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya melaksanakan
program dalam pengawasan lingkungan dengan melakukan yustisi
kebersihan. Yustisi kebersihan merupakan inspeksi atau pengawasan
terhadap pelanggaran kebersihan. Program ini dimaksudkan agar dapat
menekan jumlah pelanggar kebersihan dan meningkatkan kualitas
lingkungan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya (DKP Surabaya) tercatat angka pelanggaran pada tahun 2013
mencapai 21 pelanggaran, angka ini lebih baik dibandingkan dengan tiga
tahun yang lalu yaitu pada tahun 2010 mencapai 215 pelanggaran.
Diharapkan dengan tertibnya pelaksanaan yustisi ini dapat menciptakan
budaya hidup bersih dan sehat di Kota Surabaya. Gambar 33 merupakan
contoh dari penerapan proses yustisi kebersihan yang dilakukan oleh DKP,
dimana kasusnya adalah seorang warga membuang sejumlah sampah dan
segera ditindak oleh petugas dengan memberi peringatan dan sanksi.
Index of Happiness
Index of Happiness merupakan indeks dalam mengukur kebahagian
seseorang yang diukur dari pendapatan dan kenyaman sesorang tesebut
tinggal. Namun dalam penelitian ini, Index of Happiness diukur dari
72
kebahagiaan yang membuat seseorang nyaman tinggal dalam suatu kota yang
dinilai dari beberapa aspek fisik, lingkungan, transportasi dan infrastruktur
serta utilitas kota.
Pengambilan sampel diambil dari 100 responden dari beberapa
golongan masyarakat Kota Surabaya dan hasil sampel menyatakan bahwa
sebanyak 70 responden menyatakan sangat bahagia tinggal di Surabaya, 25
responden bahagia, dan sisanya sebanyak 5 responden kurang bahagia.
Pernyataan responden yang menyatakan bahagia dikarenakan aspek
infrastruktur dan utilitas yang cukup memenuhi kebutuhan masyarakat.
Aspek infrastruktur dan utilitas tersebut merupakan kebutuhan konsumsi
energi listrik dan air yang disediakan oleh Kota Surabaya. Sedangkan aspek
terendah untuk penilian kurang bahagia dihasilkan dari aspek transportasi dan
lingkungan. Aspek fisik memperoleh nilai bahagia, dikarenakan penilaian
aspek perluasan RTH cukup memberikan kebahagiaan dan kenyamanan bagi
masyarakat.
Faktor-faktor yang dinilai sebagai penyebab masyarakat tidak bahagia
secara umum adalah masalah lingkungan seperti penumpukan sampah,
pembuangan sampah ke sungai dan drainase yang menyebabkan pencemaran
air dan udara. Lalu masalah transportasi berupa kualitas angkutan umum yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berpindah tempat,
sehingga sebagian beralih kekendaraan pribadi dan menyebabkan kemacetan.
Gambar 37 menunjukan jumlah dan persentase dari tingkat
kebahagiaan masyarakat Kota Surabaya. Perlu adanya analisis statistik lebih
lanjut untuk mengetahui keterkaitan kinerja yang telah dilakukan oleh
pemerintah kota dalam upaya mewujudkan Kota Hijau dengan tingkat
kebahagiaan masyarakat.
KURANG
BAHAGIA
BAHAGIA
SANGAT
BAHAGIA;
70%
Green Initiatives
Transport
Penggunaan transportasi umum harus ditingkatkan untuk mengurangi
angka pemakaian kendaraan pribadi yang semakin mendominasi kemacetan.
Sebuah perancangan jalur yang terintegrasi serta desain halte atau spot
pemberhentian yang mengutamakan nilai estetik dan fungsionalnya, mampu
mendorong minat masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum.
Gambar 40 merupakan contoh visulisai 3D dengan konsep transportasi yang
terintegrasi dengan pedestrian dan moda angkutan umum lainnya.
Waste
Solusi dalam menghadapi permasalahan sampah adalah dengan
mengembangkan sistem pengelolaan sampah setempat seperti bank sampah
dan sistem terpusat, lalu perbaikan pola operasional pelayanan seperti
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, hingga pengangkutan dan
pembuangan akhir (Nopiyanto 2009). Jumlah bank sampah di Kota Surabaya
tahun 2014 mencapai 180 unit. Jumlah tersebut hingga saat ini masih
terbilang kurang cukup dan efektif dalam menangani permasalahan sampah
di Kota Surabaya. Butuh setidaknya 8758 bank sampah untuk mencapai
kefektifan dalam menangani permasalahan sampah. Rumus untuk mencari
jumlah bank sampah yang ideal adalah sebagai berikut (Bagea 2014).
Vp = jumlah penduduk × efektivitas bank sampah
Vp = 2 819 095 × 0.2417 kg/org/hari
Vp = 681375.26 kg/org/hari
Vp
mencari kebutuhan bank sampah =
kapasitas bank sampah
681375.26 kg/org/hari
=
77.8 kg/hari
= 8758.03 unit
Keterangan;
Vp : potensi volume sampah terkumpul di bank sampah perhari
Efektivitas bank sampah : 0.2417 kg/org/hari
Kapasitas bank sampah : 53.47 kg/hari-77.8 kg/hari
Jumlah penduduk Kota Surabaya : 2 819 095 jiwa
75
Sanitation
Pembangunan harus memperhatikan aspek sanitasi yang layak dan
memadai dengan memperhatikan kepadatan penduduk serta kondisi eksisting
kawasan yang akan dilayani, sehingga mampu dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan warga. Penggunaan tangki septik pada jamban dan pembuangan
limbah domestik harus lebih ditingkatkan. Gambar 43 merupakan contoh dari
pola pemilahan sampah untuk sanitasi.
Air Quality
Optimasi Ruang Terbuak Hijau (RTH) dalam mereduksi polutan,
dapat dilakukan dengan cara menanam jenis vegetasi penjerap dan penyerap
polutan. Vegetasi jenis semak hingga pohon dapat ditanam disepanjang
median jalan, pocket park, traffic park dan pedestrian. Beberapa contoh
vegetasi semak seperti Draceana marginta yang mampu menyerap formalin
dan benzene dan Sansevieria trifasciata yang mampu menyerap formaldehida,
NO, dan polutan lainnya. Sedangkan untuk vegetasi pohon dapat ditanam
vegetasi Hibiscus tiliaceus yang mampu dalam menyerap serta menjerap
berbagai macam polutan, lalu Casurina equisatifolia yang bermanfaat dalam
menyerap berbagai polutan gas. Gambar 44 merupakan contoh visualisasi 3D
open space atau taman dengan tanaman penyerap polutan dan landmark
suroboyo sebagai point of interest dalam taman.
Environmental Governance
Pengelolaan lingkungan harus dilandasi dengan visi perlindungan dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup dalam melaksanakan pembangunan
berkelanjutan. Partisipasi masyarakat perlu diapresiasi dengan memberi
reward atas usahanya, dan mendukung ide atau gagasan yang bertemakan
lingkungan demi kemajuan dan keberlanjutan kota. Gambar 45 merupakan
contoh penerapan acara Green and Clean Surabaya.
Simpulan
Hasil dari kinerja Kota Surabaya dalam menerapkan konsep Kota
Hijau berdasarkan Asian Green City Index adalah 65.5% dengan penerapan
dan upaya tertinggi pemerintah Kota Surabaya terdapat dalam kategori Air
Quality sebesar 89.5% lalu kategori terendah adalah Waste sebesar 42.7%.
Dalam usaha untuk mengimplementasikan beberapa upaya dan meningkatkan
kinerja pemerintah, tidak terlepas dari adanya intervensi dari pengembang
atau pihak swasta dan masyarakat.
Tingkat atau persentase kebahagiaan untuk tinggal di Kota Surabaya
sebesar 70% sangat bahagia, 25% bahagia, dan 5% kurang bahagia. Aspek
infrastruktur dan utilitas menjadi aspek dengan pernyataan sangat bahagia
oleh masyarakat dikarenakan efek dan kenyamanan dari aspek tersebut telah
dirasakan langsung, sedangkan untuk aspek fisik mendapat pernyataan
bahagia, dinilai dari ruang terbuka hijau yang semakin berkembang, lalu
aspek transportasi dan lingkungan menempati aspek tidak bahagia,
disebabkan oleh ketidaknyaman terhadap fasilitas dan kebersihan lingkungan
Kota Surabaya.
Saran
Perlu adanya sebuah kolaborasi yang dikoorDinasi oleh pemerintah
langsung kepada pihak swasta dan masyarakat dalam mengembangkan
konsep Kota Hijau. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan harus bertindak
tegas dan nyata sesuai peraturan yang berlaku dalam memenuhi kebutuhan
warganya, lalu pihak swasta berperan sebagai mitra dalam mengembangkan
pembangunan yang dilandasi oleh RTRW yang telah ditetapkan, dan
masyarakat berperan sebagai warga Kota Surabaya yang baik dalam
mendukung pelaksanaan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan
pembangunan berbasis lingkungan dan berkelanjutan serta menjaga dan
melestarikan lingkungan sekitarnya.
79
DAFTAR PUSTAKA
[BAPPEKO] Badan Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Kota
Surabaya.2013. Green City MasterPlan 2013. [Laporan]
[BAPPEKO] Badan Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Kota
Surabaya.2013. Launching Green Building Awareness Award; Tujuan,
Thapan dan Mekanisme Lomba 2013. [Laporan]
[BLHD] Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Surabaya. 2012. Status
Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 [Laporan]
[DISHUB] Dinas Perhubungan Kota Surabaya. 2013. Potensi Angkutan
Umum Kota Surabaya. 2013 [Laporan]
[DKP] Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. 2013. Pengelolaan
Kebersihan dan RTH di Kota Surabaya. 2013 [Laporan]
[DKP] Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. 2014. Jumlah
Sebaran Fasilitas Pertamanan Kota Surabaya. 2014 [Laporan]
[DPU] Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan. 2014. Penataan
Jalur Pejalan Kaki yang Ramah Lingkungan (Pedestrian). 2014.
[Laporan]
[KPU] Kementrian Pekerjaan Umum. 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Prasarana Persampahan Dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga [Internet]. [Diunduh pada 13 Juni 2014]. Tersedia
pada: http:/pu.go.id
[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2012. Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik [Internet]. [Diunduh pada 13 Juni 2014]. Tersedia
pada: http://Menlh.go.id
[PDAM] Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Surabaya. 2013.
Data Pelanggan dan Pemakaian PDAM Surabaya. 2013. [Laporan]
[PDAM] Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Surabaya. 2014.
Laporan Harian Air Produksi Januari-Februari 2014 PDAM Surabaya.
2014. [Laporan]
[PLN] Perusahaan Listrik Negara. 2014. Laporan Penjualan Tenaga Listrik
Versi Pusat Total Maret Surabaya. 2014. [Laporan]
[Penulis tidak diketahui]. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang
Persampahan (Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah 2,
Wiyung – Surabaya, 2010) [Internet]. [Diunduh pada 06 Juli 2014].
Tersedia pada: http://Sanitasi.or.id
[IAP]. Indonesia Asociation of Urban Regional Planners. Indonesia Most
Liveable City Index. 2011. [Internet]. [Diunduh pada 14 April 2014].
Tersedia pada: http://earoph.info
Bagea. 2014. Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota
Tangerang. [skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas
Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Arifin. 2014. Terbuka Biru (RTB) untuk Pengendali Banjir. [Internet].
Diakses pada 2 Oktober 2014. Tersedia pada
http://news.ipb.ac.id.
80
LAMPIRAN
Saya bahagia
8. karena di kota
ini masih
memiliki
taman yang
indah & rapi.
Saya bahagia
9. karena dapat
menghirup
udara segar di
kota ini setiap
hari
Saya bahagia
10. karena
penataan kota
ini sangat baik
Saya bahagia
11. karena
menggunakan
angkutan
umum di kota
ini
Saya bahagia
12. karena mudah
mudah
menemukan
trotoar di kota
ini
Saya bahagia
13. karena trotoar
di kota ini
memiliki
penerangan,
lebar, aman,
dan nyaman
Saya bahagia
14. karena
aman dan
nyaman
mengendarai
sepeda di kota
ini
Saya bahagia
15. karena kota ini
bebas dari
kemacetan
Saya bahagia
16. karena
ketersediaan
energi listrik
yang memadai
84
Saya bahagia
17. karena air
bersih selalu
tersedia di
kota ini
Saya bahagia
18. karena dapat
menggunakan
air bersih
setiap hari
Saya bahagia
19. karena
mengurangi
pemakaian air
tanah
Saya bahagia
20. karena mampu
dalam
menghemat
energi listrik
dan air
RIWAYAT HIDUP