Anda di halaman 1dari 4

Gangguan Pencernaan

Gangguan pencernaan dapat menimbulkan beragam gejala, seperti:

 Sulit menelan
 Muntah
 Perut kembung
 Sakit maag
 Sakit perut
 Diare
 Sembelit
 Muntah darah atau BAB berdarah
 Berat badan naik atau malah turun

Penyebab Gangguan Pencernaan


Penyebab gangguan pencernaan sangat bervariasi, tergantung kepada
penyakitnya. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa penyakit gangguan pencernaan
beserta penyebab yang mendasarinya.
Penyakit refluks asam lambung
Penyakit refluks asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD)
adalah kondisi ketika asam lambung naik ke esofagus (kerongkongan). Kondisi ini
terjadi akibat melemahnya cincin otot kerongkongan yang berfungsi mencegah
makanan kembali ke kerongkongan setelah masuk ke lambung.
Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan di lapisan kerongkongan yang dapat menimbulkan
nyeri, sulit menelan, dan nyeri di bagian dada. Apabila dibiarkan tidak tertangani,
esofagitis dapat menyebabkan penyempitan pada kerongkongan.  
Akalasia
Akalasia adalah kondisi ketika saraf di area esofagus (kerongkongan) mengalami
kerusakan. Kondisi tersebut menyebabkan otot katup di antara kerongkongan dan
lambung kehilangan kelenturan, sehingga makanan sulit terdorong ke lambung.
Gastritis
Gastritis adalah peradangan di dinding lambung, yang dapat terjadi tiba-tiba (akut),
atau berlangsung dalam jangka panjang (kronis). Kondisi ini dapat menyebabkan
tukak lambung. 
Tukak lambung
Tukak lambung (peptic ulcer) merupakan luka terbuka yang terbentuk di lapisan
lambung, atau bisa juga terjadi di usus 12 jari (ulkus duodenum). Tukak lambung
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, dan penggunaan aspirin atau obat
antiinflamasi nonsteroid dalam jangka panjang.
Penyakit celiac
Penyakit celiac adalah penyakit akibat reaksi sistem imun terhadap konsumsi
gluten, yaitu protein yang dapat ditemukan pada gandum. Pada penderita penyakit
celiac, gluten akan memicu reaksi sistem imun di usus halus. Bila kondisi tersebut
berlangsung terus-menerus, lapisan usus halus dapat rusak dan mencegah nutrisi
terserap.
Penyakit batu empedu
Penyakit batu empedu adalah kondisi ketika terjadi penyumbatan pada saluran
empedu. Sumbatan disebabkan oleh batu hasil pengkristalan kolesterol. Pada
beberapa kasus, batu empedu terbentuk dari pengkristalan bilirubin atau zat yang
menyebabkan penyakit kuning.
Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan pada kantung empedu. Peradangan tersebut dipicu
oleh tersumbatnya kantung empedu oleh batu empedu atau tumor. Penyumbatan
menyebabkan cairan empedu terperangkap di dalam kantung empedu, dan memicu
peradangan.
Hepatitis.
Hepatitis adalah istilah yang merujuk pada peradangan hati. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh infeksi virus, penyakit autoimun, serta paparan alkohol, obat, racun
kimia, atau NAPZA.
Sirosis
Sirosis adalah terbentuknya jaringan parut di hati, yang menyebabkan fungsi hati
menurun atau bahkan gagal berfungsi. Sirosis merupakan akibat jangka panjang
dari hepatitis.
Pankreatitis
Pankreatitis adalah peradangan pada organ pankreas. Pankreas merupakan organ
yang menghasilkan enzim untuk mencerna makanan dan hormon untuk mengatur
kadar gula darah. Pankreatitis dapat disebabkan oleh penyakit batu empedu atau
kecanduan alkohol.
Radang usus
Sebagaimana namanya, radang usus adalah kondisi ketika usus mengalami
peradangan. Radang usus terdiri dari 2 jenis, yaitu penyakit Crohn dan kolitis
ulseratif. Bedanya, radang pada kolitis ulseratif hanya terjadi di usus besar.
Sedangkan pada penyakit Crohn, radang dapat terjadi di seluruh bagian saluran
pencernaan.
Divertikulitis
Divertikulitis adalah peradangan pada divertikula. Divertikula sendiri adalah kantong-
kantong abnormal yang terbentuk di saluran pencernaan. Divertikulitis dapat
menimbulkan gejala demam, sakit perut, mual, muntah, sembelit atau diare.
Proktitis
Proktitis adalah peradangan pada rektum (bagian akhir dari usus besar yang
tersambung ke anus). Kondisi ini dapat menimbulkan rasa ingin BAB yang sering
(tenesmus). Proktitis juga menyebabkan nyeri di perut, rektum, dan anus.
Kanker usus besar
Kanker usus besar bisa bermula dari tumor jinak yang disebut polip adenoma.
Seiring waktu, polip tersebut berkembang menjadi ganas.
Fisura ani
Fisura ani adalah luka terbuka pada jaringan yang melapisi anus. Kondisi ini dapat
menyebabkan nyeri dan tegang pada dubur atau anus. Penderita juga dapat
mengalami perdarahan saat buang air besar.
Wasir
Wasir merupakan pembengkakan pembuluh darah di sekitar atau di dalam anus.
Meskipun wasir bisa tidak menimbulkan gejala, pada beberapa kasus dapat
menimbulkan gatal dan nyeri pada anus, serta keluarnya darah atau nanah saat
atau setelah BAB.

Diagnosis Gangguan Pencernaan


Dokter akan menduga pasien mengalami gangguan pencernaan, bila terdapat
gejala yang telah dijelaskan di atas. Adapun untuk memastikan penyebab yang
mendasari gejala tersebut, dokter gastroenterologi akan menjalankan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti:

 Uji sampel di laboratorium. Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil


sampel darah, urine, atau feses pasien, untuk diteliti di laboratorium. Sampel
tersebut dapat membantu dokter mengetahui penyebab gangguan sistem
pencernaan, misalnya pasien terinfeksi bakteri atau virus.
 Endoskopi. Endoskopi dilakukan untuk melihat kondisi organ di saluran
pencernaan dengan menggunakan selang kecil yang dilengkapi kamera.
Selang dapat dimasukkan melalui mulut, dubur, atau melalui sayatan kecil
yang dibuat di dekat organ yang akan diperiksa. Selain melihat secara visual,
endoskopi juga berfungsi untuk mengambil sampel jaringan (biopsi) pada
organ yang terkena, guna diperiksa di bawah mikroskop.
 Uji pencitraan. Uji pencitraan dilakukan untuk melihat kondisi organ di
saluran pencernaan. Sejumlah uji pencitraan yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis gangguan pencernaan antara lain foto Rontgen dengan
pewarna bahan barium, USG, CT scan, atau MRI.

Pengobatan Gangguan Pencernaan


Pengobatan untuk gangguan pencernaan sangat bervariasi. Tergantung kepada
penyebab dan tingkat keparahannya, dokter dapat meresepkan obat-obatan, atau
menjalankan prosedur bedah, seperti akan dijabarkan di bawah ini.
Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat diresepkan dokter untuk menangani gangguan
pencernaan adalah:

 Obat maag, misalnya antasida, penghambat histamin-2 (H2 blockers), dan


jenis penghambat pompa proton (proton pump inhibitor).
 Paracetamol.
 Probiotik.
 Obat pencahar.
 Antibiotik.
 Obat yang menurunkan sistem kekebalan tubuh untuk penyakit autoimun
(obat imunosupresif).
 Obat yang melemaskan otot anus, misalnya nifedipine atau nitrogliserin.
 Suntik botox.

Prosedur medis
Tergantung kepada jenis dan tingkat keparahan gangguan pencernaan yang
diderita pasien, dokter dapat memilih salah satu dari sejumlah prosedur medis di
bawah ini:

 Kolesistektomi, untuk mengangkat batu empedu.


 Pemotongan usus pada kasus divertikulitis dan kanker usus besar.
 Tindakan pengikatan (ligasi), menyuntikan zat untuk mengecilkan pembuluh
darah (skeloterapi), dan terapi lase), untuk mengatasi wasir.
 Proktokolektomi (bedah pengangkatan keseluruhan kolon dan rektum), guna
mengatasi kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.
 Transplantasi hati pada kasus sirosis parah.

Komplikasi Gangguan Pencernaan


Bila tidak segera ditangani, gangguan pencernaan dapat menimbulkan komplikasi
serius, baik di organ yang terdampak maupun pada organ di sekitarnya. Beberapa
komplikasi tersebut adalah:

 Perdarahan saluran pencernaan


 Anemia (kekurangan sel darah merah)
 Dehidrasi
 Osteoporosis (pengeroposan tulang)
 Fistula (saluran abnormal) antara usus dan kandung kemih
 Splenomegali (pembesaran limpa)
 Kekurangan nutrisi
 Penyempitan esofagus

Pencegahan Gangguan Pencernaan


Gangguan pencernaan dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat, antara
lain:

 Mempertahankan berat badan ideal, atau menurunkan secara perlahan bila


berat badan berlebih.
 Memperbanyak makanan berserat, seperti buah dan sayur.
 Rutin berolahraga.
 Mencukupi asupan cairan.
 Tidak menunda bila terasa hendak BAB.
 Tidak mengejan terlalu keras saat BAB.
 Menghindari duduk atau jongkok terlalu lama di toilet.
 Menghindari konsumsi alkohol.
 Menerapkan perilaku seksual yang aman dengan menggunakan kondom dan
tidak bergonta-ganti pasangan, serta menghindari berbagi penggunaan jarum
suntik, untuk mencegah hepatitis akibat virus.

Anda mungkin juga menyukai