Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS JURNAL

EFEKTIFITAS LATIHAN REHABILITAS JANTUNG FASE II


TERHADAP KUALITAS HIDUP KLIEN PASCA CABG
DIRUMAH SAKIT

OLEH
ZEIN PERMATA ASE

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rehabilitasi pada penderita gangguan jantung merupakan program multi

fase yang dirancang untuk memulihkan gangguan jantung terutama gangguan

pembuluh darah koroner jantung. Pada program ini pasien dilatih agar dapat

kembali menjalankan hidup secara optimal dan produktif. Program ini didasarkan

pada pengetahuan fisiologis, psikologis, sosial, vocational dan rekreasional.

Program ini meliputi terapi latihan, konseling psikologis, terapi perilaku menuju

gaya hidup sehat. Gaya hidup yang disarankan berupa menghentikan rokok, diet

tinggi serat, rendah lemak dan manajemen stress (Djohan, 2016).

Gangguan jantung merupakan permasalahan kesehatan yang insidensinya

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Penderita gangguan jantung

memerlukan program rehabilitatif yang komprehensif untuk mengembalikan

kemampuan fisik paska serangan serta mencegah terjadinya serangan ulang.

Ketidakmampuan jantung dalam melakukan fungsinya akan menimbulkan

kerusakan dan kerusakan tersebut memicu berbagai macam penyakit jantung salah

satunya Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Djohan, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO, 2015), diperkirakan lebih

dari 17,5 juta orang meninggal dunia karena serangan jantung pada tahun 2012

dan diperkirakan tahun 2030 lebih dari 23,6 juta orang yang meninggal.

Berdasarkan statistik penyakit jantung koroner dari American Heart Association

(AHA), di negara maju seperti di Amerika Serikat, PJK merupakan penyebab


kematian nomor satu. Pada tahun 2006, PJK menyebabkan 550.000 kematian

dan setiap tahunnya sekitar 1,5 juta orang mengalami serangan jantung.

Sedangkan di Eropa diperhitungkan 20.000 – 40.000 orang dari 1 juta penduduk

menderita PJK (Nurrohmah, 2015). Di negara berkembang seperti di India

kematian akibat PJK mencapai 3,46 juta orang dari total 10,3 juta kematian

sedangkan tingkat prevalensi PJK di India baik pedesaan atau perkotaan,

mengalami peningkatan dari 1,6 % menjadi 7,4 % pada populasi pedesaan dan 1

% menjadi 13,2 % pada populasi perkotaan. Perkiraan WHO pada tahun 2030,

sekitar 23,6 juta orang akan meninggal akibat penyakit kardiovaskular, terutama

penyakit jantung koroner akan terjadi peningkatan prevalensi terbesar di daerah

timur mediteranian, sedangkan peningkatan kematian terbesar akan terjadi di

daerah Asia Tenggara (WHO, 2015).

Indonesia sebagai salah satu negara yang termasuk dalam kawasan Asia

Tenggara seharusnya waspada terhadap isu global tersebut. Hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) menunjukan bahwa, prevalensi PJK mencapai 7,2% per 1000

penduduk. Angka kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan

akibat PJK 8,7%, hipertensi dan penyakit jantung lain masing-masing 7,1%,

sedangkan di pedesaan kematian akibat PJK 8,8%, hipertensi dan penyakit

jantung lainya mencapai 9,2%, Sementara itu angka kematian pada kelompok usia

55-64 tahun di daerah perkotaan akibat PJK 5,8%, sedangkan di pedesaan 5,7%

(Riskesdas, 2015).

Penyakit jantung koroner mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

antara aliran darah pada arteri koroner dan kebutuhan oksigen miokard (Ismantri,
2014). Apabila keadaan ini berlangsung lama dan tidak segera ditangani dengan

tepat dapat menyebabkan kematian jaringan otot jantung (infark miokard) yang

bisa mengakibatkan kematian, sehingga sangat diperlukan penanganan yang tepat

untuk mencegah resiko kematian. Ada beberapa cara dalam penanganan infark

miokard, salah satunya adalah melakukan rehabilitas.

Rehabilitasi Jantung adalah protokol pengobatan yang direkomendasikan

untuk pengobatan penyakit jantung, dan telah berkembang dari proses

pemantauan pasien sederhana menjadi pendekatan multidisiplin yang berfokus

pada pendidikan pasien, program latihan yang dirancang khusus, modifikasi

faktor risiko pasien, dan kesejahteraan keseluruhan dari pasien. Manfaat pasien

yang yang didapat dengan program rehabilitasi jantung termasuk berkurangnya

kematian, pengurangan gejala, berhenti merokok, peningkatan kemampuan fisik,

dan peningkatan kesejahteraan psikologis (Yusuf, 2015).

Rehabilitasi jantung direkomendasikan untuk pasien dengan sindrom

koroner akut (ACS), dan untuk pasien yang telah menerima revaskularisasi

koroner, termasuk operasi bypass graft koroner (CABG). Pasien dalam program

rehabilitasi jantung akan menerima rehabilitasi multidisiplin komprehensif

dengan durasi normal 6 minggu. Ini terdiri dari terapi berbasis kelompok,

termasuk pendidikan (faktor risiko penyakit jantung, anatomi dan fisiologi

jantung), fisioterapi dan olahraga, manajemen stres, obat-obatan, makan sehat,

dan gaya hidup. Setiap terapi dijalankan oleh tim multidisiplin, termasuk

perawat jantung, ahli fisioterapi, pekerja sosial, apoteker, ahli diet, dokter umum

dan terapis okupasi.(Rohman, 2015).


Berdasarkan latar belakang diatas tersebut penulis tertarik untuk

melakukan analisis jurnal tentang “ Efektivitas Latihan Rehabilitas Jantung Fase

II Terhadap Kualitas Hidup Pasien Pasca CABG ”

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Efektivitas Latihan Rehabilitas Jantung Fase II

Terhadap Kualitas Hidup Pasien Pasca CABG.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui efektivitas latihan rehabilitas jantung fase II.

b. Untuk menganalisis efektivitas latihan rehabilitas jantung fase II terhadap

kualitas hidup pasien pasca CABG.

1.3 Manfaat

1.1.1 Manfaat Teoritis

Bagi profesi ners diharapkan analisis jurnal dapat dijadikan sebagai

perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori tambahan dan

aplikasi dalam asuhan keperawatan.

1.1.2 Manfaat Praktis

a. Bagi program studi profesi ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan

bacaan tentang efektivitas latihan rehabilitas jantung fase II terhadap

kualitas hidup pasien pasca CABG .


b. Bagi perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

perawat dalam melakukan intervensi.

c. Bagi rumah sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam

melaksanakan latihan rehabilitas jantung fase II terhadap kualitas hidup klien.


BAB II

METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal ini menggunakan 2 (dua) media atau metode pencarian jurnal

yaitu menggunakan data base dari google scholar sebagai berikut:

Kata Kunci Hasil Sumber


Penyakit Jantung 975 Google Scholar
Koroner (PJK),
Coronary Artery Bypass
Graft (CABG), Latihan
rehabilitasi Jantung Fase
II, Kualitas Hidup.
Penyakit Jantung 802 Google Scholar
Koroner (PJK), Latihan
rehabilitasi Jantung Fase
II, Kualitas Hidup,
Coronary Artery Bypass
Graft (CABG),
Coronary Artery Bypass 228 Google Scholar
Graft (CABG), Latihan
rehabilitasi Jantung Fase
II, Kualitas Hidup,
Coronary Artery Bypass 324 Google Scholar
Graft (CABG), Jantung
Koroner (PJK),
rehabilitasi Fase II,

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis


2.2.1 Penyakit Jantung Koroner (PJK)

a. Definisi Jantung Koroner (PJK)

Penyakit Jantung Koroner adalah ketidak sanggupan jantung akut atau

kronis yang timbul karena kekurangan suplai darah pada myocardium

sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner. PJK adalah

penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut

pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun

memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah keseluruh

tubuh, jantung akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan

darah kejantung akan berkurang, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan pasokan dan peneluaran, sehingga terjadi ketidak seimbangan

antara kebutuhan dan pasokan zat makanan dan oksigen, makin besar

persentase penyempitan pembuluh koroner makin berkurang aliran 9 darah ke

jantung (Novrianty, 2017).

Penyakit Jatung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan

oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah

ke otot jantung. Jantung diberi oksigen dalam darah melalui arteri-arteri

koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil

yang efisien. Penyakit jantung koroner bukan penyakit menular, tetapi dapat

ditularkan melalui suatu bentuk penularan sosial yang berkaitan dengan gaya

hidup (life style) masyarakat. Karena itu penyakit ini juga berkaitan dengan

sosial ekonomi masyatrakat. PJK bukan disebabkan oleh kuman, virus ataupun
mikroorganisme lainnya, tetapi dapat menyerang banyak orang dengan

karakteristik tertentu. (Handayani, 2017).

b. Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner

Menurut Iman ( 2017), penyakit jantung koroner diklasifikasikan menjadi

3, yaitu Silent Ischaemia (Asimtotik), Angina Pectoris, dan Infark Miocard

Akut (Serangan Jantung). Berikut adalah penjelasan masing-masing klasifikasi

penyakit jantung koroner:

a. Silent Ischaemia (Asimtotik) Banyak dari penderita silent ischaemia

yang mengalami PJK tetapi tidak merasakan ada sesuatu yang tidak

enak atau tanda-tanda suatu penyakit

b. Angina Pectoris Angina pectoris terdiri dari dua tipe, yaitu Angina

Pectoris Stabil yang ditandai dengan keluhan nyeri dada yang khas,

yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang menjalar ke lengan kiri dan

Angina Pectoris tidak Stabil yaitu serangan rasa sakit dapat timbul, 8

baik pada saat istirahat, waktu tidur, maupun aktivitas ringan. Lama

sakit dada jauh lebih lama dari sakit biasa. Frekuensi serangan juga

lebih sering.

c. Infark Miocard Akut (Serangan Jantung) Infark miocard akut yaitu

jaringan otot jantung yang mati karena kekurangan oksigen dalam darah

dalam beberapa waktu. Keluhan yang dirasakan nyeri dada, seperti

tertekan, tampak pucat berkeringat dan dingin, mual, muntah, sesak,

pusing, serta pingsan.


c. Etiologi

Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,

penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau

penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot

jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,

kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak

sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian

(Hermawatirisa, 2016).

Faktor risiko seperti umur, keturunan, jenis kelamin, anatomi pembuluh

koroner dan faktor metabolisme adalah faktor-faktor alamiah yang sudah tidak

dapat diubah. Namun ada berbagai faktor risiko yang justru dapat diubah atau

diperbaiki. Sangat jarang orang menyadari bahwa faktor risiko PJK bisa lahir

dari kebiasaaan hidup sehari-hari yang buruk misalnya pola komsumsi lemak

yang berlebih, perilaku merokok, kurang olaraga atau pengelolaan stress yang

buruk. Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor risiko mayor

dan minor. Faktor risiko mayor meliputi hipertensi, hiperlipidemia, merokok,

dan obesitas sedangkan faktor risiko minor meliputi DM, stress, kurang

olaraga, riwayat keluarga, usia, gnetik, stres, pil kontrasepsi oral, gout dan

seks (Hermawatirisa, 2016).

d. Manifestasi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau

sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa

nyeri terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar ke leher, dagu dan tangan.
Rasa tersebut akan beberapa menit kemudian. Rasa nyeri muncul karena

jantung kekurangan darah dan suplai oksigen. Gejala ini lain menyertai jantung

koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik

(angina pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika

jantung dipaksa bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau

mengalami tekanan emosional. Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering

tidak disertai keluhan apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan

(Novirianty, 2017).

e. Upaya Pencegahan PJK

a. Pencegahan Primodial

Pencegahan ini ditunjukan mencegah munculnya faktor predisposisi

terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor

yang menjadi resiko PJK. Tujuan dari primordial adalah untuk menghindari

terbentuknya pola hidup sosial ekonomi kultural yang mendorong

peningkatan risiko penyakit.

b. Pencegahan Primer

Pencegahn ini ditunjukan kepada seorang sebelum menderita PJK.

Dilakukan dengan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor –faktor

resiko PJK terutama pada kelompok risiko tinggi. Pencegahan primer

ditunjukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses

asteriosklerosis secara dini.


c. Pencegahan Sekunder

Upaya pencegahan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau

menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola hidup (terhadap

faktor – faktor yang dapat dikendalikan) dan kepatuhan berobat bagi orang

yang sudah menderita PJK.

d. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan upaya mencegah terjadinya komplikasi yang

lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkat ini dapat berupa

rehabilitsi jantung. Program rehabilitasi jantung memang terutama

ditunjukan kepada penderita PJK, atau pernah serangan jantung atau pasca

oprasi jantung, tetapi juga dapat untuk meningkatkan fungsi jantung dan

pencegahan sekunder juga untuk pencegahan primer (Novirianty, 2017).

2.2.2 Latihan Rehabilitas Jantung

a. Definisi

Rehabilitasi jantung adalah intervensi multifase yang dirancang untuk

mengoptimalkan fungsi fisik, psikologis, dan sosial pasien jantung, selain untuk

menstabilkan, memperlambat, atau bahkan menghentikan perkembangan proses

aterosklerosis, sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Pada

dasarnya program rehabilitasi jantung adalah program komprehensif yang

melibatkan pendidikan, latihan, modifikasi faktor risiko, dan konseling yang

dirancang untuk membatasi efek fisiologis dan psikologis dari penyakit jantung,

mengurangi risiko kematian atau kambuhnya serangan jantung (Jneid, 2016).

Tujuan utama rehabilitasi jantng adalah untuk membantu pasien kembali ke


kehidupan normal sesegera mungkin dengan mempertahankan tingkat kebugaran

kardiovaskular yang memadai, serta untuk memastikan kesejahteraan psikologis

pasien dengan memenuhi kebutuhan sosial dan emosional.

Program rehabilitasi jantung terdiri dari pelatihan aktifitas fisik yang

diawasi dan pendidikan modifikasi faktor risiko. Durasi programnya yaitu

delapan minggu dan setiap sesi berlangsung 1 jam selama tiga kali per minggu

dan terdiri dari latihan pemanasan, latihan aerobik, dan latihan pendinginan.

Intensitas olahraga disesuaikan menurut status klinis pasien untuk mencapai 60-

85% dari denyut jantung maksimal. Setiap pasien dikonsultasikan dan dididik

secara individual tentang faktor risiko jantung dan dampak modifikasi gaya

hidup pada penyakit jantung. Peserta menerima konsultasi untuk modifikasi pola

makan, gaya hidup, konsultasi psikologis dan pendidikan tentang sifat penyakit

jantung (Pourafkari, 2016).

b. Manfaat Rehabilitasi Jantung

1. Mengurangi efek samping fisiologis dan psikologis tirah baring di rumah

sakit.

2. Dapat dimanfaatkan untuk memonitor kondisi fisiologis penderita

3. Mempercepat proses pemulihan dan kemampuan untuk kembali apda

level aktivitas sebelum serangan jantung (Pourafkari, 2016).

c. Gerakan Latihan Rehabilitas Jantung

1. Latihan I (Latihan Siku)

Cara :

• Berdiri dengan siku menekuk dan dikatupkan pada dada


• Luruskan siku ke arah depan.

• Tekuk kembali siku

. • Ulangi sampai dengan 10 kali.

2. Latihan Elevasi Lengan

Cara :

• Berdiri dengan siku menekuk di dada.

• Luruskan siku dan lengan ke arah atas

• Tekuk kembali ke posisi semula.

• Ulangi sampai dengan 10 kali


3. Latihan Ekstensi lengan

4. Latihan Elevasi Lengan II

5. Latihan Lengan Gerak Melingkar


6. . Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5)

7. Latihan Menekuk Pinggang

Cara :

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu

• Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kanan

• Pertahankan kaki dan punggung tetap lurus.

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

• Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kiri.

• Ulangi sampai 10 kali


8. Latihan Memutar Pinggang

Cara:

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tekuk lengan dan tempatkan

tangan di pinggang

• Putar tubuh ke kanan dan kemudian kembali.

• Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali

• Ulangi sampai dengan 10 kali.

9. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7)

Cara:

• Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, lengan diangkat diatas kepala.

• Tekuk punggung sampai tangan menyentuh lutut.

• Angkat kembali lengan keatas kepala

• Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali

• Ulangi sampai dengan 10 kali.


10. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3)
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Author Judul Metode Hasil Source

Heince Efektifitas desain cross Sebagian besar Google


Reyferaldo Latihan sectional responden usianya scholar
Halirat Rehabilitasi 45-65 tahun (84,6
Jantung Fase II %), Jenis
(2015) Terhadap Kelamin laki-laki
Kualitas Hidup (76,9 %),
Klien Pasca pendidikan SMA
CABG Di (65,4%). Kapasitas
Rspad Gatot Fungsional 6 – 7
Soebroto METs (80,8 %)
Ditkesad sedangkan
kapasitas
fungsional < 6
METs (19,2%).
Kualitas hidup
baik (80,8%)
sedangkan kualitas
hidup sedang
(19,2%). Uji
statistik
menunjukan
latihan rehabilitasi
jantung fase II
efektif
meningkatkan
kualitas hidup
klien pasca
CABG di RSPAD
Gatot Soebroto
Ditkesad, (p<0,05).
Abdurachim Aktivitas desain cross Hasil analisis Google
Rehabilitasi sectional univariat scholar
(2015) Jantung Fase II didapatkan bahwa
Pada Pasien pasien di Rumah
Pasca CABG Sakit Moewardi
menunjukan pasien
yang menjadi
responden dengan
usia 40-50 tahun.
Rata-rata
responden
memiliki berat
badan 67,91 kg
dengan berat badan
minimal 47 kg dan
berat badan
maksimal 87 kg.
Jenis kelamin
pasien sebagian
besar adalah laki-
laki. Responden
dengan kebiasaan
merokok rata-rata
responden sebesar
76%. Kesimpulan
penelitian ini
adalah tingkat
aktifitas fisik fase
II menunjukan
sebagian besar
pasien yang
menjadi responden
adalah pasien
dengan tingkat
aktifitas dengan
kategori berjalan,
berikutnya ada
yang melakukan
olahraga sedang
dan untuk yang
melakukan olah
raga berat tidak ada
pasien yang
melakukan.

Yulianti Okta Aktivitas Fisik cross sectional Hasil analisis Google


Rehabilitasi univariat scholar
(2015) Jantung Fase II didapatkan bahwa
Pada Terhadap rata-rata usia
Kualitas Hidup responden
Klien Pasca pasien adalah 50-
CABG Di 60 tahun, mayoritas
RSUD Bojolali responden berjenis
kelamin laki-laki
sebanyak 50
responden (67,3%),
responden
frekuensi tingkat
aktivitas fisik
rehabilitasi jantung
fase II pada pasien
CABG sebanyak
55 responden
(73,4%),
Kesimpulan bahwa
aktibitas rehabilitas
jantung fase II
memiliki kualitas
yang baik.

Ilham Aktivitas Fisik metode cross Hasil analisis Google


Ramadhan Rehabilitasi sectional univariat scholar
Jantung Fase II dengan didapatkan bahwa
(2019) Pada Terhadap melakukan rata-rata usia
Kualitas Hidup observasi atau responden
Klien Pasca pengukuran pasien adalah 60
CABG variabel. tahun, mayoritas
Di Poliklinik responden berjenis
Jantung kelamin laki-laki
Rsud Dr. sebanyak 47
Moewardi responden (57,3%),
Surakarta responden
frekuensi tingkat
aktivitas fisik
rehabilitasi jantung
fase II pada pasien
CABG sebanyak
52 responden
(63,4%),
Kesimpulan
penelitian ini
adalah tingkat
aktivitas fisik
rehabilitasi jantung
fase II pada pasien
CABG di RSUD
Dr.Moewardi
Surakarta
mayoritas low.

3.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti mengambil empat jurnal dari peneliti

sebelumnya untuk dijadikan sebagai referensi dalam menyusun analisis jurnal

tentang efektivitas latihan rehabilitas terhadap kualitas hidup klien pasca CABG.

Keempat jurnal tersebut menghasilkan kesimpulan yang sama namun masing-

masing memiliki cara penelitian yang berbeda dilihat dari metode penelitiannya,

jumlah, karakteristik dan responden.

Dari segi responden yang diteliti, keempat jurnal ini sama-sama

mengambil pasien yang mengalami gagal jantung. Namun pasien yang diteliti ada

yang sama jumlahnya dan ada yang tidak sama dalam jumlahnya. Pada jurnal

Heince Reyferaldo Halirat tahun 2014, jumlah klien pasca CABG sebanyak 52

responden. Pada jurnal Abdurachim tahun 2014, jumlah klien pasca CABG

sebanyak 50 responden. Pada jurnal Yulianti tahun 2015, jumlah klien pasca
CABG sebanyak 50 responden. Pada jurnal Ilham Ramadhan tahun 2019, jumlah

klien pasca CABG sebanyak 82 responden.

Pada jurnal Heince Reyferaldo Halirat tahun 2015, jumlah sampel 52

responden. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional. Dalam

penelitian ini responden pasca CABG menjalani latihan rehabilitas jantung fase II

selama 5-8 minggu, sebagaian responden berusia 45-65 tahun. Latihan ini

dilakukan satu minggu setelah pasien pulang dari rumah sakit, latihan rehabilitasi

jantung yang dilakukan adalah melakukan uji jalan selama 6 menit, lalu

dilanjutkan dengan latihan aerobic dan relaksasi. Pasien dikelompokan kedalam

resiko rendah sedang dan berat berdasarkan penyakit jantung yang di deritannya.

Frekuensi yang diberikan latihan teratur 3 kali seminggu selama 5 - 8 minggu.

Hasil penelitian klien pasca CABG yang mengikuti rehabilitasi jantung fase II,

kualitas hidupnya menjadi baik. Kualitas hidup baik (80,8%) sedangkan kualitas

hidup sedang (19,2%).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Abdurachim tahun 2015, jumlah

sampel 50 responden. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional,

sebagian responden berumur 40-50 tahun. Pada penelitian ini menunjukan bahwa,

peserta program rehabilitasi fase II ini masih sangat sedikit persentasenya. klien

pasca CABG yang persentasenya mendominasi peserta baru program rehabilitasi

jantung fase II sebenarnya hanya 58% saja dari total klien yang menjalani

operasi CABG. Sedangkan 42% memilih menjalani program rehabilitasi fase II di

rumah dengan alasan harus kembali ke daerah asalnya atau karena akses ke RS

yang jauh. Penelitian menunjukan bahwa kelompok rehabilitasi di rumah lebih


banyak yang olah raga tidak teratur dibanding dengan kelompok di rumah sakit

(26,67% dan 8,83 %), dan kualitas hidup dalam aspek kesehatan umum pada klien

yang latihan teratur lebih baik jika dibandingkan dengan yang tidak teratur.

Frekuensi dalam program latihan rehabilitas ini 3 kali seminggu selama 4-8

minggu.

Pada penelitian Yulianti tahun 2015, jumlah sampel 50 responden.

metode yang digunakan cross sectional, sebagian responden berumur 42-50

responden. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa klien yang mengikuti latihan

rehabilitas jantung memiliki kualitas hidup yang baik. Latihan ini dilakukan satu

minggu setelah pasien pulang dari rumah sakit, latihan rehabilitas yang digunakan

adalah jalan, senam erobik dan latihan relaksasi. Frekuensi yang diberikan selama

3 kali seminggu 4-8 minggu. Pasien yang memiliki kualitas hidup baik mampu

berjalan 3000 meter dalam waktu 30 menit. Menurut Yulianti (2015), dalam

jurnalnya menyatakan keterbatasan aktivitas fisik dapat mempengaruhi kualitas

hidup seseorang, semakin berat keterbatasan aktivitas fisik seseorang, maka

kualitas hidupnya semakin rendah, pada klien pasca CABG perlu dilakukan

rehabilitasi jantung fase II, untuk meningkatkan kemampuan fisik yang dapat

dilatih secara bertahap dan teratur hingga muncul rasa percaya diri klien untuk

kembali melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit sehingga dengan

beraktivitas secara baik maka kualitias hidup klien diharapkan akan ikut

meningkat.

Beda halnya dengan penelitian Ilham Ramadhan tahun 2019, jumlah

sampel 82 responden. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional,


sebagian responden berumur 60 tahun. Pada penelitian ini menggunakan latihan

jalan, relaksasi dan erobik. Latihan jalan selama 5 menit dan dilanjutkan dengan

senam eroubik dilakukan selama 4-8 minggu. Pada penelitian ini tidak

mencantumkan berapa kali klien melakukan latihan rehabilitas. Hasil penelitian

ini didapatkan aktivitas fisik rehabilitasi jantung fase II pada klien pasca CABG

sebanyak 60 responden (63,4%), kualitas hidup baik sebanyak 28 responden

(34,1%) dan kualitas hidup kurang baik sebanyak 2 responden (2,4%). Pada

penelitian ini hanya 2 responden yang memiliki aktivitas fisik yang kurang baik

Dalam pelaksanaan rehabilitasi, dikelompokan dalam beberapa fase; fase

I dilakukan saat klien masih dalam masa perawatan, yang bertujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan efek buruk akibat tirah baring yang lama

sedangkan fase II, dilakukan segera setelah klien keluar dari rumah sakit, dan

merupakan fase yang amat penting karena jika dilakukan secara teratur dapat

membantu memperbaiki kemampuan fisik klien, menurunkan faktor resiko dan

menyiapkan pasien kembali pada kehidupan normal seperti sebelum sakit.

Rehabilitasi dini dimulai sejak periode awal perawatan, dipulangkan ke rumah

dan dilanjutkan di luar rumah sakit, sehingga klien mampu memperoleh tingkat

kesehatan yang optimal (Arovah, 2016).

Hal ini ditunjukan bahwa latihan rehabilitas jantung fase II pada kualitas

hidup klien pasca CABG memiliki kualitas yang baik. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa melakukan latihan rehabilitas jantung secara teratur dapat

mengubah kualitas hidup klien pasca CABG membaik.


3.2 Implikasi Keperawatan

Berdasarkan pembahasan analisis jurnal diatas maka dalam hal ini melakukan

latihan rehabilitas jantung fase II pasca CABG terhadap kualitas hidup klien dapat

dilakukan implikasi keperawatan sebagai berikut:

a) Rekomendasi Tindakan Keperawatan

melakukan latihan rehabilitas jantung fase II pasca CABG terhadap kualitas

hidup klien diharapkan dapat dijadikan rekomendasi tindakan keperawatan

secara mandiri yang dapat diberikan pada klien pasca CABG dirumah sakit.

b). Rekomendasi Penelitian

melakukan latihan rehabilitas jantung fase II pasca CABG terhadap kualitas

hidup klien ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi penelitian selanjutnya

yang meneliti tentang efektifitas latihan rehabilitas jantung fase II terhadap

kualitas hidup klien pasca CABG dimana penelitian selanjutnya bisa

menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kualitas hidup merupakan persepsi seseorang terhadap apa yang ingin

dicapai dalam hidupnya, yang disampaikan secara subyektif. Sehingga

dapat disimpulkan dari hasil penelitian diatas menyatakan bahwa

melakukan latihan rehabilitas jantung fase II dapat memperbaiki

kualitas hidup terhadap klien pasca CABG.

4.2 Saran

a. Bagi Program Studi Profesi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan

bahan bacaan, pengetahuan tentang baiknya melakukan latihan

rehabilitas jantung terhadap kualitas hidup.

b. Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien penyakit

gagal jantung

c. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit

dalam memberikan penyuluhan tentang klien yang mengalami

penyakit gagal jantung.


d. Bagi pasien

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi referensi bagi keluarga

untuk tetap menjaga kualitas hidup.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurachim K. N. 2015. Penilaian Kualitas Hidup Pasien Pasca Bedah Pintas


Koroner Yang Menjalani Rehabilitasi Fase II. Jurnal Kardiologi
Indonesia, 28, (3), 189-199

Arovah N. I. 2016. Program Latihan Fisik Rehabilitatif Pada Penderita Penyakit

Jantung. FIK UNY

Djohan T. B. A. 2016. Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi. FK USU

Handayani. 2017. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian


Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien yang Berkunjung ke
Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
Jurnal Keperawatan. Vol I No 2 September 2017. Ungaran:
Stikes Ngudi Waluyoh

ImanM. A. 2017. Hubungan Penyakit Jantung Koroner Dengan Tingkat


Hipertensi Di RSUP H. Adam Malik Medan. Journal
keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Hermawatirisa, 2016. Penyakit Jantung Koroner : Patofisiologi, Pencegahan Dan


Pengobatan Terkini.

Novriyanti I.D. 2017. Pengaruh Lama Hipertensi Terhadap Penyakit Jantung


Koroner di PoliklinikKardiologi RSUP. Dr. Mohammad Hoesin
Palembang 2017. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol I No 1
Oktober 2017. Palembang: Bagian Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran, Universitas Sriwijaya

Jneid, H. 2016. Cardiac rehabilitation after myocardial infarction: Unmet needs


and future directions. JAMA Cardiology, 1(9), 978–979

Rohmah, U. 2013. Hubungan Pendidikan Kesehatan dan Kepatuhan Pasien


Pasca CABG dalam menjalani Program Rehabilitasi
Kardiovaskular di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita,
(Skripsi). Jakarta: Universitas Esa Unggul

Yusuf M. Y, (2015). Rehabilitasi Penyakit Jantung. Wijaya Kusuma, 1, (1), 41-


48.

Anda mungkin juga menyukai