Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 2, 2019, ISSN: 2622-0520
Abstrak
Kualitas pangan sangat penting untuk diperhatikan baik dari segi kandungan zat gizinya,
mikroorganisme, dan bahan-bahan kimia lainnya yang merupakan syarat penting yang harus melekat pada
pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Menurut Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) sekitar 50% makanan jajanan yang dijual di sekolah sama sekali tidak baik untuk
kesehatan karena ditemukan adanya beberapa zat: pewarna tekstil (Rhodamine B), MSG, formalin, boraks,
zat pemanis (Sakarin) yang dapat merusak sistem syaraf, hati, dan pernafasan (BPOM, 2017). Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis jajanan anak sekolah SD Inpres Batua 1 dan dampak
terhadap status gizi anak Jenis Penelitian ini menggunakan deskriptif dan menggunakan uji laboratorium
yaitu tes zat pewarna Rhodamine B dan zat pemanis (Sakarin). Adapun sampel penelitian ini adalah jajanan
anak yang berada di kantin sekolah SD Inpres Batua 1 baik jenis makanan basah, kering dan cair, dan
sekitar 150 anak kelas 4 dan 5 yang di ukur status gizinya.
Hasil penelitian diperoleh bahwa dalam jajanan anak sekolah terdiri dari 11 sampel makan dan
untuk makanan yang mengadung Rhodamine dinyatakan negative ada 4 sampel. Dan tidak di temukan
mengandung bahan pewarna. Adapun untuk jajanan anak yang mengandung zat pemanis (Sakarin) terdapat
2 yang positif mengandung zat pemanis yaitu Cholatos dengan kadar 21846,95 µg/g dan permen dengan
kadar 39821, 14 µg/g. Adapun dampak status gizi siswa SD Inpres Batua 1 rata-rata adalah normal sekitar
52% di karenakan sebelum ke sekolah mereka membiasakan sarapan pagi. Adapun yang sering jajan
dengan kriteria status gizi normal sebanyak 44%, kurus sebanyak 29% dan yang gizi lebih yaitu gemuk dan
obesitas masing-masing sebanyak 8% dan 2 %. Walaupun siswa SD Inpres sering jajan tetapi status gizi
mereka normal di akibatkan makanan yang di konsumsi adalah jajanan yang di beli oleh siswa tidak
mengadung rhodamine. Adapun penyakit yang sering di alami oleh anak sekolah terbanyak adalah flu
sekitar 40.5% dan Batuk sekitar 15.5%. Hal ini disebabkan siswa SD Inpres 1 sering menkonsumsi makanan
yang mengandung zat pemanis sehingga menimbulkan radang di tenggorakan.
Disarankan untuk pihak sekolah SD Inpres Batua 1 untuk lebih memperhatikan kualitas makanan
serta hyginitas yang di jual oleh kantin sekolah dan pedagang disekitar sekolah, sehingga anak-anak
sekolah tidak mendapatkan dampak dari jajanan yang di komsumsi. Siswa SD Inpres Batu 1 adalah generasi
penerus bangsa sehingga harus di perhatikan gizi oleh karena itu semua pihak baik dari Dinas Pendidikan,
Dinas Kesehatan dan Pihak produsen makanan untuk saling bersinergis dan berkolaborasi menciptakan
generasi sehat dan cerdas, serta bahagia.
Jajanan anak yang di dagangkan di sekolah atau di memiliki nilai gizi. Pemanis buatan yang telah
sekitar sekolah adalah lebih banyak makanan dikenal dan banyak digunakan adalah sakarin dan
ringan seperti snak, permen dan soft drik. Hal ini siklamat Untuk menghebat baiaya produksi
yang membuat anak sekolah dasar menghabiskan terhadap produk makanan yang di produksi
uang jajannya untuk membeli makanan yang biasanya para pedangang kecil dan indutri rumahan
kurang memenuhi standar gizi dan keamanan seringkali menggunakan pemanis buatan karena
pangan. Oleh sebab itu, pemilihan makanan dapat menghemat biaya produksi (Wisnu Cahyadi,
jajanan yang aman dan berkualitas perlu 2009). Hasil kajian terbatas yang dilakukan Badan
diperhatikan. Aman maksudnya adalah makanan POM di beberapa sekolah dasar (SD) menemukan
jajanan tersebut tidak mengandung bahan-bahan banyaknya anak yang mengkonsumsi makanan dan
yang membahayakan kesehatan jika dikonsumsi minuman yang mengandung kadar pemanis buatan
dalam jumlah tertentu sedangkan berkualitas sakarin dengan tingkat yang tidak aman. Anak-
maksudnya adalah jajanan tersebut mengandung anak SD yang diteliti, ditemukan konsumsi sakarin
nilai gizi yang cukup. Mengkonsumsi makanan sebesar 12,2 % dari nilai ADI (Acceptable Daily
jajanan yang tidak sehat baik dari segi mutu Intake) (BPOM, 2017).
maupun keamanannya dapat menimbulkan Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa
berbagai masalah kesehatan antara lain, keracunan (KLB, 2012-2013) mengenai jajanan anak sekolah
makanan, diare, dan berbagai foodborne disease di Indonesia, diperoleh bahwa kelompok siswa
lainnya(Widodo Judarwanto, 2009) . Sekolah Dasar (SD) merupakan kelompok yang
Menurut Badan Pengawasan Obat dan paling sering mengalami keracunan makanan
Makanan (BPOM) sekitar 50% makanan jajanan (BPOM, 2013). Tahun 2012 terjadi sebanyak 24
yang dijual di sekolah sama sekali tidak baik untuk kali kejadian keracunan makanan yang berasal dari
kesehatan karena ditemukan adanya beberapa zat: makanan jajanan dengan kejadian luar biasa
pewarna tekstil, MSG, formalin, boraks, gula biang tertinggi terjadi pada anak SD, yaitu 21 kali
yang dapat merusak sistem syaraf, hati, dan kejadian keracunan (BPOM, 2012). Pada tahun
pernafasan (BPOM, 2017). 2013, terjadi 180 kejadian keracunan makanan
Di Indonesia, peraturan mengenai bahan dimana 30 KLB keracunan makanan terjadi di
tambahan pangan yaitu penggunaan zat pewarna lingkungan sekolah. Penyebab KLB keracunan
yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur pangan di lingkungan anak SD sebesar 29,6%
melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor berasal dari makanan yang terkontaminasi oleh
722/Menkes/Per/IX/88. Akan tetapi, seringkali bakteri (BPOM, 2017).
terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna Pangan jajanan anak sekolah (PJAS)
untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat memegang peranan strategis menjadi salah satu
pewarna untuk tekstil, sakarin, benzoate dan kulit sumber asupan gizi bagi anak-anak disekolah.
dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini Kandungan zat gizi pada pangan jajanan
jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena bervariasi, tergantung dari jenisnya yaitu
adanya residu logam berat pada zat pewarna sebagaimana kita ketahui makanan utama,
tersebut (Wisnu Cahyadi, 2009). makanan kecil (snack), maupun minuman. Besar
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik kecilnya konsumsi pangan jajanan akan
yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. memberikan konstribusi (sumbangan) zat gizi bagi
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.28, Tahun status gizi seseorang. Pangan jajanan kaki lima
2004, Rhodamin B merupakan zat warna tambahan menyumbang asupan energi bagi anak sekolah
yang dilarang penggunaannya dalam produk sebanyak 36%, protein 29%, dan zat besi 52%
produk pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan (Widodo Judarwanto, 2009).
iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada Anak sekolah Dasar merupakan aset
mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, penerus bangsa yang akan melaksanakan
gangguan hati dan dapat menyebabkan kanker. Zat perubahan pembangunan di Indonesia.
warna Rhodamin B walaupun telah dilarang Sehubungan dengan hal tersebut, proses
penggunaanya ternyata masih ada produsen yang pertumbuhan dan perkembangan penerus bangsa
sengaja menambahkan zat warna rhodamin B haruslah diperhatikan dari segi gizi terutama
untuk produknnya (Widodo Judarwanto, 2009). asupan makanannya. Masalah kesehatan pada anak
Zat pemanis buatan merupakan bahan usia sekolah sangat berpengaruh pada kualitas
tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa tumbuh kembang anak dikemudian hari. Tumbuh
manis pada makanan dan minuman, tetapi tidak kembang anak yang optimal salah satunya
Jajanan (n)
Empek-empek 32
Pentolan 16
Pop ice 39
Minuman 4
Nugget pisang 5
Mie rebus 31
Biscuit 10
Keripik 8
Sosis 4
Snack 1
Total 150
Sumber : Data Primer
diantara
Tabel 1, Pare- Pare, Kabupaten
menunjukkan bahwa Gowa, Polewali, Mandar,
distribusi jajanan yang Pinrang, Sidrap,
sering di beli siswa- Bulukumba, Mamuju,
siswi Di Sekolah SD Soppeng, Majene,
Inpres Batua 1 Kota Pangkep, Wajo, Takalar,
Makassar yaitu empek- Tana Toraja dan
empek sebanyak 32 Enrekang, yaitu dari total
orang (21,3%), pop ice 747 sampel PJAS yang di
sebanyak 39 orang uji, menunjukkaan bahwa
(26,0%), dan mie rebus 595 (79,8%) sampel
sebanyak 31 orang memenuhi syarat dan 151
(20,7%). (20,2%) sampel tidak
Hasil memenuhi syarat karena
pengawasaan pangan mengandung boraks,
secara insentif oleh Rhodamin B, siklmat ,
balai besar/Badan POM sakarin dan cemaran
di Makassar yang di mikroba (Pertiwi et al.,
lakukan di Makassar 2017).
yang dilakukan di 16 Tabel 2
Kabupaten/Kota, yaitu menunjukkan jenis
Kota Makassar dan makanan yang diuji
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 330
26-27 Juli 2019
laboratorium adalah Rhodamine B, sampel minuman
11 makanan yaitu 4 sedangkan 7 dan 3 sampel
makanan yang di uji
zat pemanisnya
yaitu Sakarin, dua
diantaranya
mengandung postif
mengandung sakarin
yaitu Chocolatos
dan permen dengan
kadar masing-
masing 21846,95
µg/g dan 39821,14
µg/g. Menurut
Peraturan Menteri
Kesehatan RI
Nomor
722/Menkes/Per/IX/
88, jumalah zat
pemanis yang
dianjurkan adalah
300 µg/g.
Dampak
negatif mungkin
saja terjadi bila
pewarna sintetik itu
ditambahkan dalam
jumlah berlebih
pada makanan, atau
dalam jumlah kecil
namun dikonsumsi
secara terus-
menerus dalam
jangka waktu lama
adalah dapat
menimbulkan
kanker. Mata yang
terkena Rhodamin B
dapat mengalami
iritasi yang ditandai
dengan mata
kemerahan dan
timbunan cairan
atau edema pada
mata (Cahyadi,
2009).
Hal ini
sesuai dengan
penelitian yang
dilakukan yang
dilakukan Prautami
(2010) menunjukkan
bahwa dari 11 jenis
sampel makanan
yang terdiri dari 4
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 330
26-27 Juli 2019
makanan di SD Sudirman serta 2 sampel minuman dan methanyl yellow, dan zat pemanis (Sakarin)
dan 2 sampel makanan di SD Kompleks dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan
Rappokalling terdapat 1 sampel yang berbahaya bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang
yaitu mengandung Rhodamin B pada minuman soda menyebabkan kelainan-kelainan pada organ tubuh
yang terdapat di SD Sudirman dan jajanan ini tidak manusia seperti rhodamin B dan Sakarin bila
memenuhi syarat dari segi warna. Dapat di pastikan tertelan dapat mengakibatkan iritasi saluran
bahwa jajanan anak yang di jual masih mengandung pencernaan, gangguan fungsi hati, dan kanker hati.
zat pewrnan sintetik dan pemanis (sakarin) dan Untuk methanyl yellow bila tertelan dapat
ukuran yang melampaui batas (Prautami, Fikha mengakibatkan mual, muntah, sakit perut, dan
Vinky,2011). kanker kandung kemih (Cahyadi, 2009).
Menurut Savitri penggunaan BTP ilegal
seperti Rhodamin B (pewarna merah pada tekstil) Tabel.2
Analisis Hasil Laboratorium
Rhodamine dan Zat Pemanis
(Sakarin) pada Jajajanan Anak
di Lingkungan SD Inpere
Batua 1 Kota Makassar
Tabel.3.
Distribusi Kaitan Kebiasaan Jajan
dengan Status Gizi Siswa
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT), 332
26-27 Juli 2019
Di SD Inpres Batua 1 Kota Makassar
Jajan Status Gizi Total
Kurus Normal Gemuk Obesitas
(n) % (n) % (n) % (n) % (n) %
Ya 44 29.3 66 44 12 8 2 1,3 124 82.7
Kadang- 8 5.3 11 7.3 0 0 0 0 19 12.7
kadang
Jarang 3 2 2 1.3 2 1,3 0 0 7 4.7
Total 55 36.7 79 52.7 14 9.3 2 1.3 150 100
Sumber : Data Primer
Tabel.4.
Distribusi Kaitan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Siswa-Siswi
Di SD Inpres Batua 1 Kota Makassar
Sarapan Status Gizi Total
Kurus Normal Gemuk Obesitas
(n) % (n) % (n) % (n) % (n) %
Ya 14 9,3 22 14.7 6 4 1 0.7 43 28.7
Kadang-kadang 18 12 30 20 4 2.7 0 0 52 34.7
Jarang 16 10.7 20 13.3 3 2 2 1.3 41 27.3
Tidak 8 5.3 5 3.3 1 0.7 0 0 14 9.3
Total 56 37.3 78 52 14 9.3 2 1.3 150 100
Sumber : Data Primer
Sarapan sebaiknya mengandung makanan perkembangan dan proses belajar anak terutama
sumber karbohidrat, protein, tinggi serat, dan disekolah. Sarapan pagi memiliki manfaat dalam
rendah lemak. Melewatkan sarapan dapat berisiko memberi energi untuk otak, sarapan dapat
untuk menjadi status gizi lebih dan memiliki membantu meningkatkan daya ingat dan
gangguan kesehatan. Status gizi lebih dapat konsentrasi sebelum tiba waktunya makan siang
terjadi karena ketika anak tersebut melewatkan dan sebagai pengganti waktu malam yang tidak
sarapan dan merasa lapar maka mereka akan terisi oleh makanan setelah tidur selama kurang
mengkonsumsi makanan berkalori lebih tinggi lebih 8 jam. Oleh karena itu, zat gula dalam tubuh
yang didapatkan dari makanan jajanan akan menurun, maka sarapan merupakan cara
(Sahariah.S. 2013). untuk menggantikan energi yang di butuhkan oleh
Sarapan pagi sangat penting untuk tubuh (Lestari, 2017).
memenuhi kecukupan energi untuk melakukan Tabel 5. menunjukkan distribusi kaitan
aktivitas dan juga sangan mempengaruhbagi
kebiasaan bawa bekal dengan status gizi siswa-
siswi Di SD Inpres Batua 1 Kota Makassar yaitu Anak yang membawa bekal makanan nasi
jarang bawa bekal yang kurus sebanyak 23 dan lauk pauk, nasi goreng, snack dll, sebagian
orang(40,4%), gizi normal sebanyak 24 orang besar tidak mengkonsumsi bekal makanannya
(42,1%), gemuk sebanyak 9 orang (15,7%), dan namun meminta makanan temannya untuk
obesitas sebanyak 1 orang (1,8%), ya, sering dimakan saat istirahat disekolah. Hal ini yang
yang kurus sebanyak 5 orang (41,7%), gizi menyebabkan orang tua lebih sering memyiapkan
normal sebanyak 6 orang (50%), gemuk sebanyak bekal makanan berupa makanan jajanan yang
1 orang (8,3%), dan obesitas tidak ada. Pada anak praktis berbasis karbohidrat kepada anak.
prasekolah usia (3-6 tahun) sudah memiliki Bekal makanan yang disiapkan oleh ibu
kebiasaan membawa bekal makanan kesekolah. biasanya sesuai dengan kemauan anak, dimana
Kebiasaan membawa bekal makanan ke sekolah anak tidak suka dengan bekal makanan seperti
tidak terlepas dari peran ibu dalam penentuan nasi, lauk pauk dan diberi sayur. Anak lebih suka
jumlah, jenis dan keanekaragaman makanan. Ibu dibekali dengan bekal makanan jajanan karena
akan menyediakan bekal makanan untuk kebanyakan teman-teman mereka disekolah
mencukupi kebutuhan gizi anak dan untuk membawa makanan jajanan.
menghindari anak agar tidak jajan makanan Bekal makan yang diberikan kepada anak
sembarangan yang belum tentu sehat dimana haruslah yang memiliki kandungan gizi yang baik
makanan jajanan anak sekolah sangat beresiko bagi anak. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang mineral, serat, zat besi, dan kalsium merupakan
banyak menganggu kesehatan, baik jangka asupan gizi yang baik serta diperlukan oleh anak
pendek maupun jangka panjang (Mariza, Y.Y,. usia sekolah untuk masa pertumbuhannya dan
Kusumastuti, A.C. (2013). mendukung aktifitasnya (Mariza, Y.Y,.
Kusumastuti, A.C. (2013).
Tabel.5.
Distribusi Kaitan Kebiasaan Bawa Bekal dengan Status
Gizi Siswa-Siswi Di SD Inpres Batua 1 Kota Makassar
Tabel.6.
Distribusi Kaitan Penyakit Yang Pernah Di Derita Anak Sekolah Dengan Status Gizi Siswa-Siswi Di SD
Inpres Batua 1 Kota Makassar
Penyakit Status Gizi Total
Kurus Normal Gemuk Obesitas
(n) % (n) % (n) % (n) % (n) %
Demam berdarah 1 0.7 1 0.7 1 0.7 0 0 3 2
dengue
Tipes/tifoid 2 1.3 11 7.3 1 0.7 0 0 14 9.3
Campak 0 0 3 2 0 0 0 0 3 2
Cacar air 1 0.7 2 1.3 0 0 0 0 3 2
Flu 25 16.7 32 21.3 5 3.3 0 0 60 40
Asma 1 0.7 2 1.3 0 0 1 0.7 4 2.7
Radang tenggorokan 0 0 2 1.3 0 0 0 0 2 1.3
Diare 2 1.3 6 4 2 1.3 0 0 10 6.7
Batuk-batuk 12 8 10 6.7 1 0.7 1 0.7 24 16
Muntah-muntah 4 2.7 5 3.3 0 0 0 0 9 6
Iritasi Mata 1 0.7 1 0.7 0 0 0 0 2 1.3
Sesak napas 4 2.7 1 0.7 1 0.7 0 0 6 4
Cacingan 0 0 1 0.7 0 0 0 0 1 0.7
Tidak pernah sakit 9 6 8 5.3 1 0.7 0 0 18 12
Total 62 41.3 85 56.7 12 8 2 1.3 159 100
Sumber : Data Primer
Faktor penyebab langsung terjadinya erat antara penyakit infeksi dengan kejadian
kekurangan gizi adalah ketidakseimbangan gizi malnutrisi. Terjadi interaksi yang sinergis antara
dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya malnutrisi dengan kejadian infeksi, infeksi akan
penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah mempengaruhi status gizi (Cahyadi, 2009).
ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan Secara patologis mekanismenya adalah
anak dan pelayanan kesehatan. Faktor ibu penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu
memegang peranan penting dalam menyediakan dan makan, menurunnya absorbsi, dan kebiasaan
menyajikan makanan yang bergizi dalam keluarga, mengurangi makanan saat sakit, peningkatan
sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak kehilangan cairan atau zat gizi akibat penyakit diare,
(Lestari, P.T,. Listyan, L, Shoim, D, 2013). mual atau muntah akibat perdarahan yang terus-
Dampak penyakit pada anak-anak sama menerus, meningkatnya kebutuhan akibat sakit dan
dengan dampak kekurangan gizi. Secara umum, parasit yang terdapat di dalam tubuh (Lestari, P.T,.
adanya penyakit menyebabkan berkurangnya Listyan, L,. Shoim, D,2013).
asupan pangan karena selera makan menurun.
Scrimshaw menyebutkan bahwa ada hubungan yang
KESIMPULAN DAN SARAN Dian Pertiwi, 2013, Analisis Kandungan Zat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pewarna Sintetik Rhodamin B dan Methanil
SD Inpres Batua 1 Kota Makassar, maka dapat Yellow pada Jajanan Anak DiSDN
disimpulkan bahwa jajanan anak yang di konsumsi Kompleks Mangkura Kota Makassar, Jurnal
oleh anak sekolah dasar baek dari segi zat pewarna Kesehatan Masyarakat Unhas.
maupun zat pemanis yang di gunakan masih diatas Ike, Bena Lestari,dkk. Analisis Kandungan
standar yang telah di tetapkan oleh BPOM. Jenis Rhodamine B dan Pemanis Buatan
makanan yang sring dikonsumsi oleh anak sekolah (Sakarin) pada Buah Semangka (Citrulus
dasar adalah empek-empek sebanyak 32 orang Lanatus) Yang dijual Di Pasar Tradisional
(21,3%), pop ice sebanyak 39 orang (26,0%), dan dan Pasar Modern Kota Medan Tahun 2013,
mie rebus sebanyak 31 orang (20,7%). Dan Diakses di Internet 24 Oktober 2018.
kandungan zat pemanis yang terdapat pada Mariza, Y.Y,. Kusumastuti, A.C. (2013). Hubungan
chocolatos dan permen berkisar 21846,95 µg/g dan antara Kebiasaan Sarapan daan Kebiasaan
39821,14 µg/g dengan batas normal yang jajan dengan Status Gizi Anak Sekolah
direkomendasikan adalah 300 µg/g. Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota
Status gizi siswa sekolah dasar SD Inpres Semarang. Journal of Nutrition College,
Batua 1 yang sering jajan masih dalam kategori 2(1), 207-213.
normal hal ini disebabkan 34.7 % siswa melakukan Pramastuty, I.L., Mursid, R., Yusniar, H.D. (2017).
sarapan sebelum berangkat kesekolah dan sekitar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
21.3 % mereka masih membawa bekal ke sekolah. Keberadaan Zat Pewarna dan Pengawet
Adapun jenis penyakit yang terbanyak di Terlarang pada Makanan Jajanan Di Pasar-
alami oleh siswa sekolah dasar adalah flu dan batuk Pasar Tradisional Kota
di karenakan siswa mengkomsumsinya dalam Prautami, Fikha Vinky. 2010 Studi Penggunaan
keadaan dingin dan juga pemanis buatan yang Pewarna Makanan dan Minumn Jajanan di
terdapat dalam minuman soft drink memicu SDN Sudirman dan SD Komplek
terjadinya batuk. Rapokalling: Skripsi tidak di publikasikan
Disarankan untuk pihak sekolah SD Inpres Makassar FKM UMI
Batua 1 untuk lebih memperhatikan kualitas Sahariah.S. 2013. Perbandingan Penggunaan Zat
makanan serta hyginitas yang di jual oleh kantin Pemanis dan Zat Pewarna Antara Sirup
sekolah dan pedagang disekitar sekolah, sehingga Lokal dan Non-Lokal yang Beredar di Pasar
anak-anak sekolah tidak mendapatkan dampak dari Tradisional Kota Makassar. Makassar
jajanan yang di komsumsi. Siswa SD Inpres Batu 1 Widodo Judarwanto, 2009, Perilaku Anak Sekolah.
adalah generasi penerus bangsa sehingga harus di Jakarta. www.pdpersi.co.id. Diakses
perhatikan gizi oleh karena itu semua pihak baik tanggal, 25 Juli 2019
dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Pihak
produsen makanan untuk saling bersinergis dan
berkolaborasi menciptakan generasi sehat dan
cerdas, serta bahagia
DAFTAR PUSTAKA