Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Aktivitas audit intern adalah memeriksa dan menilai efektivitas dan kecukupan dari sistem
pengendalian internal yang ada dalam organisasi, tanpa fungsi audit intern dewan direksi dan
atau pimpinan unit tidak dapat memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai
kinerja organisasi. Audit intern pada dasarnya bertujuan utnuk memberikan bantuan kepada
manajemen dan dewan direksi dalam melaksanakan tanggung jawab secara efektif mencakup
pula usaha mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya wajar. Tujuan audit
intern yang dikemukakan oleh D. Hartanto dalam bukunya “Akuntansi untuk Usahawan”
adalah sebagai berikut :
Ruang lingkup audit intern mencakup pengujian dan pengevaluasian kelayakan dan
keefektifan pengendalian intern dan kualitas kinerja yang berdasarkan tanggung jawab yang
telah ditetapkan termasuk :
1. Mereview reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasional yaitu untuk
membantu para anggota organisasi untuk agar dapat menyelesaikan tanggung jawabnya
secara efektif, untuk tujuan tersebut pengawasan internal menyediakan bagi mereka
berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, nasihat dan informasi sehubungan aktivitas
yang diperiksa.
2. Mereview sistem yang ada untuk memastikan kepatuhannya kepada kebijakan rencana,
hukum, dan peraturan yang dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap operasi dan
pelaporan, serta menentukan apakah organisasi mematuhi hal tersebut atau tidak.
3. Mereview sarana pengamanan aktiva, dan bila dipandang perlu memverifikasi
keberadaan aktiva tersebut.
4. Menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya, dalam hal ini
keekonomisan berarti menggunakan sumber daya secara hati-hati dan bijaksana agar
diperoleh hasil terbaik, sedangkan efisiensi berarti kemampuan untuk meminimalisir
kerugian dan pemborosan sumber daya dan menghasilkan suatu out put.
5. Mereview operasi atau program untuk menentukan apakah hasilnya konsisten dengan
sasaran dan tujuan yang akan ditetapkan, dan menentukan apakah operasi dan program
dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya.
Guna mencapai tujuan audit intern, diperlukan batasan-batasan yang menetapkan wewenang
dan tanggung jawab bagian audit intern. Hal ini tidak berarti bahwa pengawas internal atas
inisiatifnya sendiri dapat melakukan pemeriksaan terhadap suatu area yang sangat sensitif
tanpa meminta persetujuan manajemen senior dan atau dewan direksi terlebih dahulu.
Pada dasarnya perusahaan adalah organisasi yang terdiri dari manusia dengan berbagai
macam karakter yang bekerja bersama-sama, sesuai dengan fungsi dan kedudukannya
masing-masing, dengan tujuan yang sama.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa setiap organisasi perusahaan menyimpan risiko bahwa
setiap bagian, unit atau divisi bisa melakukan penyimpangan dalam menjalankan tugas dan
fungsi masing-masing. Kadar penyimpangan itu bisa bervariasi mulai dari yang ringan,
sedang hingga yang berat.
Menyadari hal itu maka, untuk mengurangi risiko penyimpangan yang terjadi dan dilakukan
oleh orang dalam perusahaan maka dibutuhkan adanya satu unit kerja khusus yang bertugas
melakukan fungsi kontrol atau audit.
Fungsi ini kemudian dikenal dengan istilah internal audit. Unit ini terpisah sama sekali
dengan divisi operasional perusahaan. Ada tembok pembatas yang tegas yang memisahkan
fungsi internal audit dengan fungsi operasional perusahaan.
Peran dan fungsi internal audit ini tidak bisa dianggap remeh. Ia sangat membantu
manajemen dalam menjaga efektifitas jalannya roda organisasi perusahaan. Ia bisa
melaporkan temuan-temuan di lapangan langsung kepada Direktur Utama dan memberikan
rekomendasi solusi.
Dalam konteks Retail Risk Management, aspek pengawasan memegang peran penting dalam
menegakkan peraturan perusahaan dan meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Tak
jarang, karena pengaruh budaya maka pengawasan internal jadi tak berjalan efektif.
3. Struktur yang independen. Antara lain langsung melaporkan segala temuan ke pimpinan
tertinggi organisasi.
4. Mutasi / rolling bagi petugas pemeriksa (semisal Petugas Internal Audit Cabang, Pengawas
Internal Cabang, Loss Prevention Regional) maksimal 4 tahun sekali.
5. Mekanisme pelaporan yang apik, efisien dan efektif, antara lain dengan menggunakan
teknologi informasi yang dapat diakses oleh bagian Intenal Audit, Risk Management,
Hubungan Industrial, Direktur Risk Management dan Audit Comitee.
6. Adanya perencanaan pengawasan per bulan secara spesifik dan pelaporan per 3 bulan
kepada Board of Director / Komisaris.
7. Performance Appraisal yang mana aspeknya harus relevan sebagai bagian organiasasi yang
berfungsi pencegah, mengawasi dan memberikan solusi pada setiap masalah. Antara lain,
tidak membobotkan aspek penilaian kinerja pengawass hanya pada aspek kecilnya nilai
kerugian, tapi harus juga pada aspek berapa banyak aspek pencegahan yang dapat dideteksi,
seberapa cepat masalah diselesaikan, dan service level pengawasan operasionalnya.
Kepala unit Internal audit langsung bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Pengangkatan dan pemberhentian kepala internal audit dilakukan Direktur Utama dengan
persetujuan Dewan Komisaris dan dilaporkan kepada Bapepan.
Dalam rangka melaksanakan tugasnya itu, unit internal audit memiliki wewenang untuk
mengakses seluruh informasi yang relevan tentang perusahaan. Bahkan unit ini bisa
berkomunikasi langsung dengan Direksi maupun Dewan komisaris. Dengan fungsinya
yang sangat strategis itu semestinya bisa mengurangi risiko perusahaan terhadap
kemungkinan terjadinya penyelewengan ataupun penyalahgunaan asset perusahaan
Banyak perusahaan melihat proses Internal Audit sebagai bentuk kejahatan yang diperlukan
yang mereka butuhkan untuk bertahan dalam registrasi ISO 9001. Paling-paling, mereka pikir
itu adalah usaha duplikat dari registrar, tidak menyadari bahwa Internal Audit bisa jauh lebih
efektif karena terlihat pada proses yang lebih sering dan lebih mendalam daripada registrar
memiliki waktu untuk. Paling buruk, Auditor Internal dilihat sebagai semacam kekuatan
internal polisi bahwa yang terbaik adalah untuk melindungi diri terhadap dengan
menyembunyikan data penting atau langsung menyesatkan dengan informasi palsu.
Sebagai pemilik proses, proses Internal Audit dapat menjadi cara terbaik untuk mendapatkan
pandangan dari orang luar, yang dapat secara langsung melihat proses Anda dan membantu
mengidentifikasi area mana saja yang diperlukan perbaikan, atau membantu Anda
merampingkan proses untuk berjalan lebih baik, lebih cepat atau lebih efisien. Berikut adalah
lima langkah utama dalam proses Audit Internal dan bagaimana langkah-langkah tersebut
dapat digunakan oleh pemilik proses internal dalam meningkatkan proses mereka.
1. Perencanaan Jadwal Audit.Bagian terpenting dari suatu proses Audit yang baik
adalah memiliki Jadwal Audit yang tersedia untuk membiarkan semua orang tahu
kapan setiap proses akan diaudit selama siklus yang akan datang (biasanya jadwal
tahunan). Jika Anda tidak memiliki rencana audit dan melakukan audit secara
mendadak, hal itu seperti memberikan kesan bahwa manajemen “sudah tidak percaya
lagi dengan karyawannya.” Dengan menerbitkan jadwal audit, kesan yang
disampaikan adalah bahwa auditor datang untuk membantu pemilik proses untuk
melakukan perbaikan. Hal ini dapat memungkinkan pemilik proses untuk
menyelesaikan perbaikannya sebelum audit dilakukan, sehingga mereka mendapat
informasi berharga tentang hasil pelaksanaan perbaikan yang telah mereka lakukan,
atau meminta auditor untuk fokus membantu mengumpulkan informasi untuk
melakukan perencanaan improvement di area lainnya.
2. Perencanaan Proses Audit. Langkah pertama dalam perencanaan audit adalah
mengkonfirmasi dengan pemilik proses kapan audit akan dilakukan. Rencana diatas
lebih kepada pedoman seberapa sering proses akan diaudit dan kapan kira-kira akan
dilakukan, tetapi dengan mengkonfirmasi memungkinkan auditor dan pemilik proses
untuk berkolaborasi dalam menentukan waktu terbaik dan secara bersama-sama
meninjau proses yang ada. Auditor dapat meninjau hasil audit sebelumnya dan
melihat apakah ada tindak lanjut yang diperlukan pada komentar atau masalah yang
sebelumnya ditemukan, dan ketika pemilik proses dapat mengidentifikasi daerah yang
perlu perbaikan maka auditor dapat melihat dan membantu pemilik proses untuk
mengidentifikasi informasi yang diperlukan. Sebuah rencana audit yang baik dapat
memastikan bahwa pemilik proses akan mendapatkan nilai tambah dari proses audit
yang dilakukan.
3. Melakukan Audit. Audit dimulai dengan pertemuan auditor dan pemilik proses
untuk memastikan bahwa rencana audit selesai dan siap. Maka ada banyak jalan bagi
auditor untuk mengumpulkan informasi selama audit: meninjau catatan, berbicara
dengan karyawan, menganalisis data dari proses kunci atau bahkan mengamati proses
secara langsung. Fokus dari kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan bukti bahwa
proses ini berfungsi seperti yang direncanakan dalam SMM, dan efektif dalam
menghasilkan output yang dibutuhkan. Salah satu hal yang paling berharga yang
auditor dapat lakukan untuk pemilik proses, tidak hanya untuk mengidentifikasi area-
area yang tidak berfungsi dengan baik, tetapi juga untuk menunjukkan proses mana
saja yang dapat berfungsi lebih baik jika dilakukan perubahan.
4. Pelaporan Audit. Pertemuan penutupan dengan pemilik proses adalah suatu
keharusan untuk memastikan bahwa aliran informasi tidak tertunda. Pemilik proses
ingin tahu apakah ada kelemahan yang perlu ditangani, dan juga untuk mengetahui
jika ada proses yang bisa di Improve. Ini harus diikuti dengan catatan tertulis sesegera
mungkin untuk memberikan informasi dalam format yang lebih permanen untuk
membuat tindak lanjut dari informasi tersebut. Dengan mengidentifikasi tidak hanya
area-area yang tidak sesuai dengan proses, tetapi juga area positif dan area yang
memiliki potensi untuk improvement, pemilik proses akan mendapatkan nilai tambah
yang lebih baik dari Internal Audit yang dilakukan, dengan melakukan perbaikan
proses dari informasi tersebut.
5. Tindak lanjut atas Masalah atau Perbaikan yang ditemukan. Seperti banyak
standar manajemen mutu, tindak lanjut merupakan salah satu langkah penting. Jika
masalah telah ditemukan dan tindakan lanjut perbaikan telah dilakukan, lalu
memastikan bahwa temuan tersebut telah diperbaiki dan itumerupakan kunci dari
perbaikan. Jika improvement telah selesai dilakukan, kemudian proses berikutnya
adalah melihat berapa banyak proses telah meningkat dari sebelumnya.