Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL WAWANCARA

PANCASILA

Disusun oleh:
Nama : Yunita
NIM : C10119032
Kelas : P1/A

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas saya panjatkan kepada Allah SWT kerena atas izinnya, rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelasaikan makalah laporan hasil wawancara ini dengan baik, Tugas ini berjudul “
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara dan sistem filsafat pancasila” Ini di susun dengan
tujuan untuk melengkapi tugas pengganti MID untuk mata kuliah Pancasila. Melalui hasil wawancara
ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai pancasila sebagai
dasar negara.

Saya mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang sudah membantu saya dalam
proses penyusunan hasil wawancara ini khususnya kepada Dosen Bpk. Roy kulyawan yang bersedia
membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan hasil laporan wawancara ini.

Saya berharap agar laporan hasil wawancara ini yang telah saya susun dapat memberikan
inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar hasil wawancara ini menjadi
acuan yang baik dan berkualitas

PALU, 17 NOVEMBER 2019

YUNITA

NIM : C10119032
PENDAHULUAN

Desa dan kelurahan adalah dua satuan pemerintahan terendah di indonesia. Akan tetapi,
kebudayaan memiliki prosedur pemilihan kepemimpinan yang berbeda. Kepala desa di pilih langsung
oleh rakyat,disebutkan dalam pasal 34 ayat 1 Undang-undang Nomor 06 tahun 2014.

Desa pada umumnya di tinggali oleh sejumlah penduduk atau orang-orang yang salong
mengenal, suka bergotong royong, memiliki adat istiadat yang relatif sama dan mempunyai tata cara
sendiri dalam mengatur kehidupan masyarakat, sebagian besar mata pencarian masyarakat adalah
bertani.

Desa Pakuli menjadi lokasi penelitian saya. Dalam gambaran awal penelitian, masyarakat
desa ini mempunyai beberapa strategi misalnya mereka selalu berkurban di hari Idul Adha di bagi ke
seluruh masyarakat desa.

Keadaan desa Pakuli bisa di katakan cukup baik. Ini dapat di lihat dari kondisi insfrastruktur.
Misalnya, jalan di desa ini sudah banyak di aspal, kantor kepala desa sudah di renovasi secara baik. Di
desa tersebut, di lihat dari segi sarana pra seran kesehatanjuga sangat baik, yang mana di desa Pakuli
terdapat 2 puskesmas pembantu desa. Di lihat dari jondisi alam, tanah yang subur. Oleh kerena itu,
sebagian besar masyarakat desa ini berprofesi sebagai petani.
KAJIAN PUSTAKA

Kelahiran dan keberadaan Ilmu Negara tidak dapat lepas dari jasa George Jellinek,
seorang pakar hukum dari Jerman yang kemudian dikenal sebagai bapak Ilmu Negara, pada
tahun 1882 ia telah menerbitkan buku dengan judul Allgemeine Staatslehre (Ilmu Negara
Umum), buku ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Ilmu Negara. Istilah Ilmu Negara
dikenal dengan beberapa istilah, antara lain:

1. di Belanda dikenal dengan istilah Staatsleer,


2. di Jerman dikenal dengan istilah Staatslehre,
3. di Perancis dikenal dengan istilah Theorie d’ etat, sedangkan
4. di Inggris dikenal dengan istilah Theory of State, The General Theory of State,
Political Science, atau Politics.

Dalam menyusun bukunya Allgeimeine Staaslehre George Jellinek menggunakan


methode van systematesering (metode sistematika), dengan cara mengumpulkan semua bahan
tentang ilmu negara yang ada mulai zaman kebudayaan Yunani sampai pada masanya sendiri
(sesudah akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 dan bahan-bahan itu kemudian disusunnya
dalam suatu sistem.
Berkaitan dengan perbedaan penyelidikan objek antara Ilmu Negara dengan Ilmu Lain
yang pembahasan sama, yaitu Negara, bahwa Hukum Tata Negara RI dan Ilmu Politik
Kenegaraan memandang objeknya, yaitu negara dari sifatnya atau pengertiannya yang
konkret, artinya objeknya itu sudah terikat pada tempat, keadaan dan waktu, jadi telah
mempunyai objek yang pasti, misalnya negara Republik Indonesia, negara Inggris, negara
Jepang dan seterusnya. Kemudian, dari negara dalam pengertiannya yang konkret itu
diselidiki atau dibicarakan lebih lanjut susunannya, alat-alat perlengkapannya. Wewenang
serta kewajiban daripada alat-alat perlengkapan tersebut dan seterusnya.
Sedangkan Ilmu Negara memandang objeknya itu, yaitu Negara, dari sifat atau
pengertiannya yang abstrak, artinya objeknya itu dalam keadaan terlepas dari tempat, keadaan
dan waktu, belum mempunyai ajektif tertentu, bersifat abstrak-umum-universal.
Pengertian Negara dan Unsur-unsurnya
Istilah negara sudah dikenal sejak zaman Renaissance, yaitu pada abad ke-15. Pada
masa itu telah mulai digunakan istilah Lo Stato yang berasal dari bahasa Italia, yang
kemudian menjelma menjadi L’etat’ dalam bahasa Perancis, The State dalam bahasa Inggris
atau Deer Staat dalam bahasa Jerman dan De Staat dalam bahasa Belanda.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian negara seperti dikemukakan oleh Aristoteles,
Agustinus, Machiavelli dan Rousseau.
Sifat khusus daripada suatu negara ada tiga, yaitu sebagai berikut.
1 Memaksa
Sifat memaksa perlu dimiliki oleh suatu negara, supaya peraturan perundang-undangan
ditaati sehingga penertiban dalam masyarakat dapat dicapai, serta timbulnya anarkhi bisa
dicegah. Sarana yang digunakan untuk itu adalah polisi, tentara. Unsur paksa ini dapat
dilihat pada ketentuan tentang pajak, di mana setiap warga negara harus membayar pajak
dan bagi yang melanggarnya atau tidak melakukan kewajiban tersebut dapat dikenakan
denda atau disita miliknya.
2 Monopoli
Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Negara
berhak melarang suatu aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu hidup dan
disebarluaskan karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat.
3 Mencakup semua
Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa, kecuali untuk
mendukung usaha negara dalam mencapai masyarakat yang dicita-citakan. Misalnya,
keharusan membayar pajak.
Hal yang dimaksud unsur-unsur negara adalah bagian-bagian yang menjadikan negara itu
ada. Unsur-unsur negara terdiri dari:

1. Wilayah, yaitu batas wilayah di mana kekuasan itu berlaku. Adapun wilayah terbagi
menjadi tiga, yaitu darat, laut, dan udara.
2. Rakyat, adalah semua orang yang berada di wilayah negara itu dan yang tunduk pada
kekuasaan negara tersebut.
3. Pemerintah, adalah alat negara dalam menyelenggarakan segala kepentingan
rakyatnya dan merupakan alat dalam mencapai tujuan.
4. Pengakuan dari negara lain. Unsur ini tidak merupakan syarat mutlak adanya suatu
negara karena unsur tersebut tidak merupakan unsur pembentuk bagi badan negara
melainkan hanya bersifat menerangkan saja tentang adanya negara. Jadi, hanya
bersifat deklaratif bukan konstitutif. Pengakuan dari negara lain dapat dibedakan dua
macam, yaitu pengakuan secara de facto dan pengakuan secara de jure.

Teori Tujuan Negara dan Teori Asal Mula Negara


Setiap negara mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Tujuan negara merupakan
masalah yang penting sebab tujuan inilah yang bakal menjadi pedoman negara disusun dan
dikendalikan sesuai dengan tujuan itu. Mengenai tujuan negara itu ada beberapa teori, yaitu
menurut Lord Shang, Nicollo Machiavelli, Dante, Immanuel Kant, menurut kaum sosialis dan
menurut kaum kapitalis.
Ada beberapa paham tentang teori tujuan negara, yaitu teori fasisme, individualisme,
sosialisme dan teori integralistik.
Kemudian, mengenai teori asal mula terjadinya negara selain dapat dilihat
berdasarkan pendekatan teoretis, juga dapat dilihat berdasarkan proses pertumbuhannya.
Asal mula terjadinya negara dilihat berdasarkan pendekatan teoretis ada beberapa macam,
yaitu sebagai berikut.
1 Teori Ketuhanan
Menurut teori ini negara terbentuk atas kehendak Tuhan.
2 Teori Perjanjian
Teori ini berpendapat, bahwa negara terbentuk karena antara sekelompok manusia yang
tadinya masing-masing hidup sendiri-sendiri, diadakan suatu perjanjian untuk mengadakan
suatu organisasi yang dapat menyelenggarakan kehidupan bersama.
3 Teori Kekuasaan
Kekuasaan adalah ciptaan mereka-mereka yang paling kuat dan berkuasa
4 Teori Kedaulatan
Setelah asal usul negara itu jelas maka orang-orang tertentu didaulat menjadi penguasa
(pemerintah). Teori kedaulatan ini meliputi:

a Teori Kedaulatan Tuhan


Menurut teori ini kekuasaan tertinggi dalam negara itu adalah berasal dari Tuhan.
b Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori ini bahwa hukum adalah pernyataan penilaian yang terbit dari kesadaran
hukum manusia dan bahwa hukum merupakan sumber kedaulatan.
c Teori Kedaulatan Rakyat
Teori ini berpendapat bahwa rakyatlah yang berdaulat dan mewakili kekuasaannya kepada
suatu badan, yaitu pemerintah.
d Teori Kedaulatan negara
Teori ini berpendapat bahwa negara merupakan sumber kedaulatan dalam negara.
Kemudian, teori asal mula terjadinya negara, juga dapat dilihat berdasarkan proses
pertumbuhannya yang dibedakan menjadi dua, yaitu terjadinya negara secara primer dan
teori terjadinya negara secara sekunder.
Fungsi Negara dan Tipe-tipe Negara
Hal yang dimaksud fungsi negara adalah tugas daripada organisasi negara untuk di
mana negara itu diadakan. Mengenai fungsi negara ini ada bermacam-macam pendapat,
seperti Montesquieu, Van Vallenhoven, dan Goodnow. Negara terlepas dari ideologinya itu
menyelenggarakan beberapa minimum fungsi yang mutlak perlu, yaitu sebagai berikut.
1 Melaksanakan penertiban
Negara dalam mencapai tujuan bersama dan untuk mencegah bentrokan-bentrokan dalam
masyarakat harus melaksanakan penertiban. Jadi, dalam hal ini negara bertindak sebagai
stabilitator.
2 Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Setiap negara selalu berusaha untuk mempertinggi kehidupan rakyatnya dan mengusahakan
supaya kemakmuran dapat dinikmati oleh masyarakatnya secara adil dan merata.
3 Pertahanan
Pertahanan negara merupakan soal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu
negara. Untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar diperlukan pertahanan maka dari itu
negara perlu dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.
4 Menegakkan keadilan
Keadilan bukanlah suatu status melainkan merupakan suatu proses. Keadilan dilaksanakan
melalui badan-badan pengadilan.
Tipe negara dibagi menjadi dua golongan, yaitu tipe negara menurut sejarahnya dan
tipe negara ditinjau dari sisi hukum.
Tipe negara menurut sejarahnya, dibagi menjadi berikut ini.
1. Tipe negara Timur Purba.
2. Tipe negara Yunani Kuno/Purba.
3. Tipe negara Romawi Kuno/Purba.
4. Tipe negara abad pertengahan.
5. Tipe negara modern.
Sedangkan tipe negara ditinjau dari sisi hukum dibedakan menjadi berikut ini.
1. Tipe negara Polisi (Polizei Staat)
2. Tipe negara hukum, yang dibagi 3 macam, yaitu sebagai berikut.
a. Tipe negara hukum liberal.
b. Tipe negara hukum formil.
c. Tipe negara hukum materiel.
3. Tipe negara Kemakmuran

KONSEP- KONSEP NEGARA


Kosep merupakan kemponen terpenting untuk tercapainya suatu teori. Konsep lahir
dalam pikiran (mind) manusia sehingga bersifat abstak.
Berikut ini akan diuraikan sejumlah konsep negara dari para ilmuan, filosof, dan teolog tempo
dulu.
1.  Organisasi kebiasaan bersama (public good)
Socrates (469-399 S.M.)
Socrates menjedi kiblat pemikiran karena sering di sebut olah plato dalam karya-karyanya.
Ada pun pemikiran socrates tentang negara adalah bahwa negara bukanlah organisasi yang
dapat dibuat oleh manusia untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi merupakan jalan susunan
objektif berdasarkan pada hakikat manusia sehingga bertugas menjalankan peraturan-
peraturan yang objektif mengandung keadilan dan kebaikan umum, tidak hanya melayani
kebutuhan penguasa yang berganti-ganti orangnya.
Plato (429-347 S.M.)
Plato adalah murid setia socrates yng banyak memperoleh tradisi keilmuan filsafat gurunya.
Sebagai pemikir reputasi plato barangkali melebihi reputasi gurunya.
Reputasi pemikiran Plato dapat diketahui dari hasil karyanya yaitu :
-          Politeia ( Negara)
-          Politicos ( ahli Negara)
-          Nomea (undang-undang)
Menurut Plato Negara itu adalah merupakan lembaga atau organisasi yang mementingkan
kebajikan (pengetahuan) umum atau kebaikan bersama.
Aristoteles (384-322 S M)
Walaupun Aristoteles merupakan murid dari Plato tapi dalam pemikirannya mengenai Negara
sangatlah berbeda. Aristoteles membahas konsep-konsep dasar ilmu politik, melalui asal mula
Negara, Negara ideal, warga Negara ideal, pembagian kekuasaan politik, keadilan dan
kedaulatan, dan lain sebagainya. Aristoteles mengatakn bahwa Negara adalah lembaga politik
yang paling berdaulat meskipun bukan berarti Negara tidak memiliki batas kekuasaan.
Negara memiliki kekuasaan tertinggi hanya karena ia merupakan lembaga politik yang
memiliki tujuan yang paling tinggi dan mulia. Tujuan dibentuknya Negara adalah yejahtrakan
seluruh warga Negara, atau hamper sama dengan tujuan hidup manusia. Ini artinya, Negara
merupalan organisasi politik yang bertujuan menggapai kebahagiaan bersama, berbentuk
kebahagiaan dengan jumlah yang besar dengan itu kebahagiaan individu akan tercapai dengan
tersendirinya.
2. Organisasi teokrasi
Santo Agustinus
Pemikiran Agustinus tentang Negara, pertama Negara terdiri dari dua bentuk  yaitu : Negara
Tuhan dan Negara Iblis atau Negara keduniawian.
Dalam Negara tuhan (the city of Good daalm bhs inggris) terdapat kejujuran, keadilan,
keluhuran, dan kesejatraan. Sedangkan Negara Iblis (civitas terena (yunani) ) diliputi nafsu,
penghianatan, kemaksiatan, kejahatan, dan kebobrokan. Dalam Negara Tuhan tidak dikenal
kekuasaan politik, yang ada hanyalah kepatuhan terhadap Tuhan sebagai implpomentasi
langsung dari kedaulatan Tuhan. Keadilan adalah nilai fundamental dalam Negara Tuhan.
Negara Tuhan ditandain oleh Imam, ketaatan, dan kasih Tuhan, menjunjung tinggi nilai
moralitas terpuji seperti : kejujuran, keadialan, keluhuran budi, keindahan dan lain-lain.
Negara tuhan diciptakan sebelum adanya manusia, bahkan telah ada sebelum semesta
diciptakan.
Ibn Abu Rabi
Berdasarkn interprensi terhadap pemikiran dan gagasan Ibn Abu Rabi mengenai proses
terbentuknya Negara, cara pemilihan kepala Negara, dan pemberhentian kepala Negara.
Disini dijelaskan bahwa manusia adalah jenis mahluk yang saling memerlukan satu sama
lainnya untuk mencapai segala kebutuhannya. Keinginan mencukupi kebutuhan agar bertahan
hidup, dan untuk memperolehnya diperlukan kerjasama, mendorong mereka berkumpul
disuatu tempat, agar mereka bisa saling menolong dan memberi. Proses inilah yang
menyebabkan terbentuknya kota-kota dan ahirnya menjadi Negara.
Untuk mendirikan Negara diperlukan 5 unsur dan dandi yaitu :
1.      wilayah yang terdiri dari sumberdaya alam seperti air bersih, tanah yang subur,
tempat mata pencarian, terhindar dari serangan musuh, jalan-jalan raya, tempat shalat
ditengah kota, pagar yang menelilingi kota dan pasar-pasar.
2.      Raja atau penguasa sebagai pengeloela Negara yang akan menyelenggarakan
urusan Negara dan rakyat. Penguasa bertugas melindungi rakyatnya dari tindakan
aniaya dan kejahatan yang tibul dari mereka sendiri dan dari luar.
3.      Rakyat, dibagi dalam tujuh kelompok yaitu :
1.      Orang-orang zuhud, yaitu kelompok rakyat atau masyarakat yang lebih
mementingkan ibadah,
2.      hukama 9 golongan candikiawan), yaitu mereka yang mengambil profesi
sebagai ilmuan di bidang ilmu pengetahuan umum,
3.      ulama, yaitu mereka yang berpengetahuan agama,
4.      keluarga raja,
5.      mil;iter sebagai pengawal Negara,
6.      para pedagang,
7.      penduduk desa.
4.      keadilan, merupakan unsur yang penting dari suatu Negara. Keadilan merupakan
hukum Allah di muka bumi dan mencakup pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
5.      pengelolaan Negara, penjelmaan dan perwujudan hubungan kuat antara raja dan
massa rakyat, raja tidak mungkin mampu sendirian mengelola urusan kerajaan. Ia
membutuhkan orang-orang untuk membantunya, seperti menteri yang berkemampuan
dan berpengalamamn, sekretaris yang arif bijaksana, qadi yang warak, hakim yang
adil, pegawai yang professional, harta yang banyak, militer yang kuat, dan
candikiawan yang berpengalaman.
Al-Ghazali (1058-1111 M.)
Menurut Al-Ghazali manusia adalah mahluk sosial. Manusia diciptakan oleh Allah tidak bisa
hidup sendiri, ia butuh berkumpul bersama yang lain dengan mahluk sejenisnya. Ada dua
factor yang membuat manusia tidak bisa hiidup sendiri yaitu:
1.      Faktor kebutuhan akan keturunan demi kelangsungan hidup  manusia. Hal itu h
anya mungkin melalui pergaulan antara laki-laki dan perempuan serta keluarga.
2.      Faktor saling membantu dalam penyediaan bahan makanan, pakian, dan
pendidikan anak.
Bagi Al-Ghazali dunia adalah ladang untuk mengumpulkan perbekalan bagi kehidupan di
ahirat nanti, dunia ialah wahana untuk mencari rida Tuhan bagi mereka yang menganggap
sebagai wahana serta jabatan, dan bukan tempat tinggal tetap dan terakhir. Sedangkan
pemanfaatan dunia untuk tujuan ukarawi itu hanya mungkin kalau terdapat ketertiban,
keamanan, dan kesejahtraan yang merata didunia. Kewajiban mengangkat seorang kepala
Negara atau pemimpin Negara tidak berdasarkan rasio, tetapi berdasarkan keharusan agama.
Hal ini disebabkan persiapan untuk kesejahtraan ukhrawi harus dilakukan melalui
pengalaman dan penghayatan ajaran agama secara benar. Hal itu baru nyata dalam suatu
dunia yang tertib, aman, dan tentram. Untuk itu, diperlukan pemimpin atau kepala Negara
yang ditaati. Dalam hal ini Al-Ghazali menganalogikan agama dan raja sebagai dua anak
kembar. Agama adalah suatu pendasi, sedangkan raja adalah penjaganya. Sesuatu tanpa
pondasi akan mudah runtuh dan suatu pondasi tanpa penjaga akan hilang. Keberadaan
Dalam memenuhi berbagai kehidupan rakyat, seperti keamanan, ketertiban, dan kesejahtraan,
Negara memerlukan sejumlah unsur yang menjamin tegaknya Negara, yaitu pertanian, untuk
menghasilkan bahan makanan; pengembalaan, untuk menghasilkan binatang ternak,
perburuan dan pertambangan, untuk menghasilkan binatang buruan dan barabg tambang
yang tersimpan di dalam perut bumi, pemintalan untuk menghasilkan pakaian; pembangunan,
untuk menghasilkan tempat tinggal, politik yang berkaitan dengan pengelolaan Negara,
pengaturan kerja sama antar warga Negara untuk menjamin kepentingan bersama.
Dalam bidang politik Negara memerlukan pertama ahli pengukur tanah, untuk mengetahui
ukutan tanah milik rakyat dan pembagian secara adil, kedua, militer untuk memelihara
keamanan dan pertahanan Negara; ketiga, kehakiman untuk menyelesaikan perselisihan dan
pertikaian antara warga Negara; keempat, hukum, yakni undang-undang yang memelihara
moral yang harus mereka patuhi agar tidak terjadi perselisihan dan pelanggaran hak.
Kekuasaan kepala Negara sultan atau raja tidak datang atau berasal dari rakyat, tetapi dari
Allah, yang diberikan hanya kepada sejumlah kecil hamba pilihan oleh karena itu kekuasaaan
kepada Negara adalah suci (muqaddas), juga sebagai bayangan dari Allah di muka bumi.
Syarat untuk menjadi kepala Negara adalah :
1.      Dewasa atau aqil balik
2.      Otak yang sehat
3.      Merdeka dan bukan budak
4.      Laki-laki
5.      Keturunan quraisy
6.      Pendengaran dan pengelihatah yang sehat
7.      Kekuasaan yang nyata
8.      Hidayah
9.      Ilmu pengetahuan
10.  wara (kehiidupan yang bersih degan kemampuan mengendalikan diri, tidak
berbuat hal-hal yang bterlarang dan tercela.
3. Organisasi Kekuasaan
Niccolo Machiavelli (1469-1527 M)
Pemikiran Machiavelli mengenai hubungan Negara sebagai organisasi kekuasaan yaitu :
1.      kekuasaan dan Negara hendaknya dipisahkan dari moralitas dan Tuhan
2.      kekuasaan sebagai tujuan, bukan instrunen untuk mempertahankan nilai-nilai
moralitas dan agama
3.      penguasan yang baik harus mengejar kejayaan dan kekayaan karena keduanya
merupakan nasib mujur yang dimiliki oleh penguasa
4.      kekuasaan merupakan raison d,entre Negara. Negara merupakan simbolis
kekuasaan politik tertinggi yang bersipat mencakup bersama.
5.      dalam mempertahankan kekuasaan setelah merebutnya dibagi menjadi dua yaitu
-          memusnahkan, membumianguskan seluruh Negara, dan membunuh
seluruh  keluarga penguasa lama.
-          Melakukan kolonisasi dan menjalin baik dengan Negara tetangga dekat
6.      kekuasaan yang didapat secara keji dan jahat bukan merupakan nasib baik. Jika
ia melakukan kekejamann hendaknya mengiringinya dengan tindakan simpati, kasi
sayang kepada rakyat, dan menciptakan kebergantungan rakyat kepadanya untuk
menghindari pembrontakan.
7.      seorang penguasa perlu mempelajari sifat yang terpuji maupun yang tidak
terpuji. Ia harus berani melakukan tindakan yang kejam, bengis, kikir, dan khianat
asalkan baik bagi Negara dan kekuasaan. Untuk mencapai tujuan, cara apapun dapat
dilakukan. Penguasa tidak perlu takut untuk dicintai asalkan ia tidak di bencu rakyat.
8.      penguasa Negara dapat menggunakan cara binatang dalam menghadapi lawan-
lawan politiknya. Seorang penguasa dapat mencontoh peringai singa yang menggretak
di suatu saat dan perangai ruba yang tidak bisa dijebak di saat lain.
9.      sseorng penguasa yang mempunyai sikap yang jelas apakah sembagai musuh
atau kawan akan lebih dihargai daripada bersikap netral.
Thomas Hobbes 91588-1645 M.)
Hobbes mengibaratkan Negara sebagai leviathan, yaitu sejenis moster yang ganas,
menakutkan dan bengis yang terdapat dalam kisah perjanjian lama. Pertama  asumsi Hobbes
adalah :
1.      manusia cendrung mempunyai insting hewani yang kuat;
2.      untuk mencapai tujuannya, manusia cendrung menggunakan insting hewaninya
(leviathan);
3.      manusia akan menjadi serigala bagi manusia lainnya (homo homini lupus);
4.      semua manusia akan berperang melawan semua (bellum omnium contra omnes);
dalam keadaan alamiah manusia sering membunuh, sesuatu yang sebenarnya tidak
dikehendaki oleh manusia;
5.      nalar manusia untuk berdamai.
Kedua Kontrak Sosial,
Bahwa terbentuknya suatu Negara atau kedaulatan pada hakekatnya merupakan sebuah
kontrak atau perjanjian sosial. Hanya saja perjanjian itu bukan antara individu atau antara
manusia dengan Negara, melainkan antarindividu saja. Oleh karena itu, Negara berdiri bebas
dan tidak terikat oleh perjanjian. Negara berada diatas individu. Negara bebas melakukan apa
saja yang dikehendakinya, terlepas apakan sesuai atau tidak dengan kehendak individu.
Ketiga asumsi Negara dan kekuasaan
Negara perlu kekuatan mutlak untuk mengatur individu atau manusia. Oleh karena itu, bentuk
Negara yang monarki absolut adalah yang terbaik dan niscaya. Untuk menjunjung
kekuasaannya, seorang penguasa monarki memiliki hak-hak istimewa. Di antaranya, hak
menetapakan seorang pengganti, kelak jika sang penguasa beralangan atau meninggal dunia.
Penguasa boleh menunjuk seseorang untuk menjadi penguasa yang berasal dari kalangan
mana pun termasuk anggota keluarganya sendiri, yang penting adalah apakah penguasa
penggantinyaitu melakukan kewajibannya sebagai penguasa atau tidak.
4.Organisasi Hukum
Thomas Aquineas (1226-1274 M.)
Kekuasaan dan Negara menurut Thomas tidak terlepas dari huum kodrat atau hukum alam.
Hukum abadi adalah kebijaksanaan dan akal budi abadi Tuhan. Bertitik tolak  dari hukum
kodrat tersebut, Thomas berpendapat bahwa eksitensi Negara bersumber dari sifat alamiah
manusia. Salah satu sifat alamiah manusia adalah wataknya yang bersifat sosial dan
politis.hukum kodrat ialah yang mendasari prilaku dan aspirasi manusia membentuk Negara.
Beberapa argument mengapa manusia membutuhkan Negara :
1.      manusia adalah bagian integral dari alami. Karena itu manusia tidak hanya
bergantung dan membutuhkan manusia lain, melainkan berbagai subtansi alam-
hewan, tumbuhan, mineral, lautan, udara, dan lain-lain.yang berada diatas bumu ini.
2.      sisi lain watak alamiah manusia adalah manusia bertindak sesuai dengan
intelegensinya karena manusia adalah mahluk yang berpikir.
3.      seorang manusia sederajat dengan manusia lainnya. Posisi derajat itu diterima
manusia sejak pertama kalinya manusia dilahirkan ke dunia.

John Locke (1632-1704 M.)


John Locke percaya bahwa akal senantiasa membuat manusia berperilaku rasional dan tidak
merugikan orang lain. Ini karena akal budi merupakan hukum yang memiliki sifai-sifat
sebagai “suara Tuhan”.
Prinsip pemikiran Locke yaitu :
1.manusia memiliki kemampuan yang sama untuk mengetahui hukum moral
2. percaya dalam kompetisi kebajikan merupakan gagasan yang radikal.
Dua macam perjanjian tentang penegakan HAM dan kekuasaan hukum masyarakat yaitu :
pactum unions dan pactum subjektionis. Pada tahap pertama diadakan pactum unions yaitu
prjanjin antarindinidu untuk membentuk body politik yaitu Negara. Kemudian, pada bagian
keduan para individu yang membentuk body politik bersama-sama menyerahkan hak untuk
mempertahankan kehidupan dan hak untuk menghukum yang bersumber dari hukum alam.
Jhon Locke membagi kekuasaan menjadi tiga bentuk yaitu :
1.      kekuasaan pembuat undang-undang atau kekuasaan legislatif (legislative power)
2.      kekuasaan pelaksanaan undang-undang atau kekuasaan eksekutif (executive
power)
3.      kekuasaan federatif (federative power)
Montesquieu (1688-1755 M.)
Montesquieu terkenal dengan karya-karyanya, salah satunay adalah menjadi penyebab
kehanycuran bangsa, yaitu 1) kebijakan konstutisional pokok pemerintahan yang silih
berganti, dan 2) semamngat rakyat untuk melakukan perubahan.
Karyanya yang paling menonjol juga adalah semangat hukum. Dalam bukunya ini banyak
memberikan barbagai alternatif politik yang masuk akal. Seperti halnya buku teori tentang
politik, teori buku ini mempunyai tiga tujuan, antara lain filosofis, histories, dan polemik.
Tujuan filosofis buku ini adalah  pemikiran Montesquieu dalam karya ini adalah :
1.      Hukum dan bentuk pemerintahan yang ditentukan oleh banyaknya orang yang
berkuasa dan prinsip nilai yang digunakan. Pemerintah dibagi menjadi tiga yaitu :
republik, monarki, dan despotis.republik biasanya berupa demokrasi, atau aristokrasi.
2.      kondisi diatas mempengaruhi gagasan tentang trias politica yang memisakkan
kekuasaan Negara dalam tiga bentuk kekuasaan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif).
Ide ini muncul karena demi terjaminnya kebebasan politik rakyat, perlu diadakan
pemisahan kekuasaan Negara. Ini bertujuan membatasi kekuasaan raja dan
menghindari kekuasaan mutlak yang sewenang-wenang.
3.      Dua factor utama yang membentuk watak masyarakat, yaitu secara geografis
yang mengkibatkan munculnya mental tertentu. Factor moral juga berpengaruh
penting terhadap agama, hukum, kebiasaan,
4.      Masalah undang-undang ekonomi, yang ia khususkan pada perniagaan,
memperbaiki sekaligus merusak tata karma dan nilai moral. Selain itu, ada hubungan
antara perdagangan dan pemerintah. Bahkan kemiskinan diklasifikasikan dalam dua
hal ; karena kekejaman pemerintah dan karena diri sendiri yang menganggap bahwa
kemiskinan merupakan bagian kebebasan mereka.
5.     Organisasi Kedaulatan Rakyat
Al-mawardi (975-1059 M.)
Manusia menurut mawardi adalah mahluk lemah dan paling banyak kebutuhannya. Untuk itu
manusia memerlukan kerja sama. Allah menciptakan manusia dengan keadaan lemah dan
paling banyak kebutuhan, menurut mawardi, bertujuan membuat mereka sadar bahwa Dia
adalah pencipta dan pemberi rezeki. Dan yang terpenting dari semua itu adalah agar manusia
tidak sombong dan tekabur. Namun begitu Allah tidak pernah membiarkan manusia menjadfi
lemah Dia membimbing manusia untuk mendaapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kelemahan manusia yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebuthan hidupnya
sendiri, dan adanya keragaman dan perbedaan bakat, pembawaan, serta kemampuan, semua
itu mendorong manusia untuk bersatu dan saling membantu, dan akhirnya sepakat untuk
mendirikan Negara.
Menurut mawardi, dari segi politik, Negara itu memerlukan enam sandi utama, yaitu :
1.      Agama yang dihayati,
2.      Penguasa yang berwibawa,
3.      Keadilan yang menyeluruh,
4.      Keamanan yang merata,
5.      Kesuburan tanah yang berkesinambungan,
6.      Harapan keberlangsungan hidup.
Mawardi berpandangan bahwa kepala Negara dibentuk untuk menggantikan fungsi kenabian
guna memelihara agama dan memgatur dunia. Ini artinya seorng kepala Negara adalah
pemimpin agama di satu pihak dan pemimpin politik di pihak lain.
Untuk mengangkat kepala Negara terdapat beberapa cara. Salah satunya adalah cara
pemilihan oleh mereka yang berwenang mengikat dan melepas, yaitu para ulama,
candikiawan, dan pemunka masyarakat. Tugas terpenting anggota lembaga pemilih adalah
mengadakan penilaian lebih dahulu terhadap kandidat kepala Negara apakah dia memenuhi
persyaratan. Jika memenuhu persyaratan, si kandidat diminta kesediaannya lalu ditetapkan
sebagai kepala Negara dengan ijtihad atas dasar rida dan pemilihan yang diikuti dengan
pembaitan. Dalam penbaitan tidak ada paksaan. Rakyat yang telah membait harus
menaatinya. Namun bila ada diantara pemilih yang tidak stuju kepada kepala Negara terpilih,
karena pengangkatannya atas dasar persetujuan dan tujuan  pemilihan, jabatan kepala Negara
harus diserahkan kepada orang yang dipandang lebih berhak memegang jabatan terhormat itu.
Pengangkatan kepala Negara merupakan persetujuan kedua belah pihak, antara pemilih dan
yang dipilihsebagai suatu hubungan dua pihak dalam mengadakan perjanjian atas dasar
sukarela. Kesekwensinya, kedua belah pihak mempunyai kewajiban dan hak secara timbale
balik.
J.J Rousseau (1712-1778 M.)
Negara adalah sebuah produk perjanjian sosial. Individu-individu dalam masyarakat sepakat
untuk menyerahkan sebnagian hak, kebebasan, dan kekuasaan yang dimilikinya kepada suatu
kekuasaan bersama.
Negara berdaulat karena karena adanya mandat dari rakyat. Negara diberi mandat oleh rakyat
untuk mengatur, mengayomi, dan menjaga keamanan maupun harta benda mereka.
Kedaulatan negara akan tetap absah selama negara tetap menjalankan fungsi-fungsinya sesuai
dengan kehendak rakyat. Negara harus selalu berusaha mewujudkan kehendak umum dari
segi ini, konsep negara berdasarkan kontrak sosial merupakan antitensi terhadap hak-hak
ketuhanan, raja dan kekuasaan negara.
6. Organisasi Integralistik
George F. Hegel (1770-1831 M.)
Hegel berpendapat bahwa negara bersifat unik karena ia memiliki logika, nalar, sistem
berpikir, dan berperilaku tersendiri yang berbeda dengan organ politik apa pun. Karena itu
bisa saja umpamanya negara menegasi kebebasan atau kemerdekaan individu dengan asumsi
bahwa individu tidak memiliki makna dalam totalitas negara. Ia harus labur dalam kesatuan
negara. Dalam persefektip semacam ini, individu tidak mungkin bisa menjadi kekuatan
oposisi berhadapan dengan negara.
Negara juga bertujuan untuk memberikan kebebasan yang sempurna kepada manusia.
Manusia sebagai individu, terkatung-katung dan diperbudak oleh nalirinya. Dengan dmikian,
maka hidup akan tercipta jika individu menyerahkan diri kpada negara.
Prof. Soepomo
Negara integralistik didasarkan pada premis bahwa kwhidupan kebengsaan dan kenegaraan
terpatri dalam suatu totalitas. Negara tidak boleh berpihak pada kelompok tertentu atau
mayoritas dan menindas kolompok yang lemah dan minoritas, apalagi hanya membela
kepentingan segelinir orang. Tidak ada diskriminasi sedikit pun dala bentuk apa pun dalam
kehidupan bernegara.
Dua model negaran integralistik yaitu : Negara Dai Noippon          ( jepang), dan Negara Nazi
Jerman. Keduanya dinilai memiliki corak ketimiran yng cocok dengan kondisi Indonesia.
Konsep negara dapat ditarik dalam empat persepetif atau sudut pandang utama yaitu :
1.      Sudut pandang politis. Titik tolak pandangan ini adalah kekuasaan. Artinya,
negara dilihat sebagai organisasi kekuasaan. Operasional konsep kekuasaan adalah
kemungkinan untuk melaksanakan kehendak sendiri dalam kerangkan suatu hubungan
sosial.
2.      Sudut pandang sosiologi. Titik tolak pandangan ini adalah masyarakat. Negara
dipahami sebagai organisasi tertinggi yang dipengruhi kuat oleh keberadaan
masyarakat. Operasional konsep masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
3.      sudut pandang yuridis. Titik tolak pandangan ini adalah hukum. negara diartikan
sebagai bagian dari tata hukum dan organisasi besar yang harus tunduk pada hukum.
Oprasional konsep hukum adalah segala peraturan yang dibuat untuk mengatur
tatatertib kehidupan bersama.
4.      Sudut pandang religi. Titik tolak pandangan ini adalah agama atau Tuhan.
Artinya negara dinyatakan sebagai fasilitas atau tempat bersemayam Tuhan di bumi.
Dalam konsep operasional agama dimaksudkan sebagai sesuatu kepercayaan yang
dianut olae umat manusia untuk menemukan hakikat hidup dan hubungan denagn
Tuhan
KONSEP NEGARA DALAM EMPAT PERSEPEKTIF UTAMA
No. Perspektif Titik tolak Oprasional konsep
1. Politis Kekuasaan: Negara Kemungkinan untuk melaksanakan
sebagai organisasi kehendak sendiori dalam kerangka suatu
kekuasaan hubungan sosial
2. Sosiologis Masyarakat: Negara Sejarah manusia dalam arti selua-luasnya
sebagai kenyataan dan terikat oleh suatu kebudayaan yang
masyarakat mereka anggap sama.
3. Yuridis Hukum: negara sebagai Segala peraturan yang di buat untuk
organisasi hukum mengatur tata tertib kehidupan manusia.
4. Religis Tuhan: Negara sebagai Suatu kepercayaan yang dianut oleh umat
implementasi kedaulatan manusia untuk menemukan hakekat hidup
Tuhan di bumi. dan hubungannya dengan Tuhan.

LAPORAN HASIL WAWANCARA

PEWAWANCARA : Yunita
NAMA NARASUMBER : Irsal udak

PROFESI NARASUMBER : Mahasiswa

TOPIK : 1. Pancasila Sebagai Dasar Negara

2. ideologi negara

3. sistem filsafat pancasila

HARI TANGGAL : Minggu, 16 November 2019

TAMPAT : Desa Pakuli Kec Gumbasa

LAPORAN HASIL WAWANCARA

1.1 LATAR BELAKANG


Siapa yang tidak mengenal pancasila? Tujuh puluh tahun lalu tepatnya tanggal 1 juni 1945
Pancasila di cetuskan oleh Presiden Soekarno dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidiki Usaha
Persiapan Kemerdekaan) dan menjadi satu idealogi yangt di pegang erat bangsa indonesia, tidak itu
saja Pancasila menjadi Dasar Negara yang di cantumkan dalam UUD 1945 Alinea IV, tentu sudah
menjadi kewajiban bagi kita masyarakat indonesia menjunjung tinggi pancasila, pertanyaan apakah
kita sudah menajdi manusia yang pancasila? Seberapa paham memahami nilai-nilai pancasila dan
menjadi acuan dalam berperilaku sehari-hari?

11 TUJUAN
1. Memenuhi tugas pengganti Mid Pancasila
2. Melatih mahasiswa dalam berkomunikasi dengan orang lain dan dapat mengapresiasi realitas
kondisi sosial masyarakat
3. Melatih mahasiswa untuk dapat menyajikan hasil kejian lapangan secara tepat dan
argumentatif serta komunikatif

111 TOPIK WAWANCARA

” Pancasila Sebagai Dasar Negara,Ideologi Negara dan Pancasila Sebagai Filsafat ”

1V WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

Wawancara ini di selasaikan pada:

Hari / Tanggal : jum’at 15 November 2019

Tempat : Desa Pakuli Kec Gumbasa

HASIL WAWANCARA
Pada hari Jum’at 15 November 2019, setelah semuannya siap saya menuju ke tempat yang
telah di tentukan oleh Narasumber saya untuk melaksanakan wawancara Pada hari ini Narasumber
saya yang akan saya wawancarai adalah salah satu warga Desa Pakuli yang bernama Irsal udak.

Pertanyaan Saya :

Pertanyaan saya yang peratama : Apa menurut pendapat anda tentang pancasila?

Seseorang Narasumber saya yang merupakan warga Desa pakuli mengatakan Pancasila adalah
ideologi bangsa ini dan dasar bagi negara kita. Saya ibaratkan rumah pancasila itu adalah fondasi seperti kita yang tidak
tahu betapa kokohnya suatu rumah jika di lengkapi dengan fondasi. Jadi kesimpulannya adalah betapa kokohnya negri i
ini dengan adanya pancasila.

Pertanyaan saya yang ke dua : Jelaskan lahirnya pancasila(sejarah)?


Seseorang narasumber menjawab Lahirnya pancasila : pancasila pertama kali di kemukakan oleh
soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Pidato ini pada awalnya di sampaikan oleh soekarno secara
aklamasi tampa judul dan baru mendapatkan sebutan “lahirnya pancasila” oleh mantan ketua BPUPKI Dr.
Radjiman Wedyonigrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian di bukukan oleh
BPUPKI.

Dan sejak tahun 2017, tanggal 1 juni resmi menjadi hari libur nasional untuk memperingati hari
lahirinya pancasila.

Pertanyaan saya yang ke tiga : Apakah pancasila bener-bener tepat sebagai ideology dan dasar Negara?
Alasannya?

Seseorang naerasumber saya menjawab Dalam sejarahnya, pancasila merupakan gagasan dari
Ir. Soekarno yang kemudian disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila sendiri memiliki
makna yang sangat dalam bagi bangsa Indonesia sebagai perannya yaitu Ideologi Bangsa Indonesia.

Alasan Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, ialah selain pancasila sebagai cita – cita dan
tujuan bangsa, pancasila juga memiliki peran vital sebagai pedoman dalam setiap aktivitas di berbagai
bidang masyarakat Indonesia. Di karena kan ke fleksibelannya dalam mengikuti perkembangan
zaman, serta kemampuannya dalam mencakup semua jajaran lini masyarakat. Sehingga dijadikanlah
pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

4). Pertanyaan saya yang ke empat : Apakah masyarakat sudah memahami tentang pancasila
sebagai ideology?

Seorang narasumber saya menjawab Tidak semua kerana masih ada masyarakat awam yang
tidak mengenyam pendidikan sekolah.

Pertanyaan saya yang kelima :Bagaimana cara merealisasikan masyarakat yang berfilsafat Pancasila?

Seorang narasumber saya menjawab Banyak cara untuk merealisasikan masyarakat


yang ber filsafat Pancasila sebagai contoh konkret yang kita ketahui seperti di saat kita kuliah
mata kuliah Pendidikan Pancasila Dosen memberi kesempatan bagi pemeluk agama muslim
untuk menunaikan ibadah sholat, selain itu pada saat pemilihan gubernur DKI  Jakarta
masyarakat Jakarta diberi kesempatan untuk mengaspirasikan suaranya dalam pilgub tersebut.
KESIMPULAN
Dasar negara adalah fondasi atau landasan yang kuat dan kokoh serta tahan
terhadap segala gangguan, hambatan maupun rintangan dari dalam maupun dari luar,
sehingga bangunan gedung di atasnya dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Bangunan itu
ialah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ingin mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur. Tujuan dirumuskannya Pancasila oleh para pendiri negara adalah
sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh  Radjiman
Widyodiningrat bahwa hakikat Pancasila adalah sebagai dasar negara. Demikian pula
Muhammad Yamin,  Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno juga menyebutkan perlu adanya dasar
negara Indonesia yang merdeka yaitu Pancasila. Dengan demikian, para pelaku sejarah
memang berniat merumuskan Pancasila sebagai landasan negara, sebagai falsafah negara dan
ideologi negara dan tidak ada niatan lainnya.

Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar atau pedoman dalam
penyelenggaraan negara. Seandainya negara adalah sebuah bangunan, maka Pancasila sebagai
fondasi yang nantinya akan dijadikan tempat berpijak bangunan-bangunan berikutnya.
Dengan  demikian, Pancasila dijadikan dasar dan tonggak dalam pembuatan segala peraturan
perundang-undangan negara serta berbagai peraturan lainnya yang mengatur di berbagai
bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun pertahanan dan
keamanan. Di samping Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila juga sebagai sumber hukum
yang paling utama bagi segala perundang-undangan yang akan dibuat dan digali. Oleh sebab
itu, Pancasila di samping memerankan diri sebagai dasar negara juga memerankan diri
sebagai sumber tertib hukum bagi Republik Indonesia.

Adapun yang dimaksud Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa,
Pancasila selalu dijunjung tinggi oleh setiap warga masyarakat, karena pandangan hidup
Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan hidup
yang ada dalam masyarakat Indonesia menjelma menjadi pandangan hidup bangsa yang
dirintis sejak jaman Sriwijaya hingga Sumpah Pemuda 1928. Kemudian diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri negara ini serta disepakati dan ditentukan sebagai dasar negara
Republik Indonesia. Dalam pengertian yang demikian, maka Pancasila selain sebagai
pandangan hidup negara, sekaligus juga sebagai ideologi negara.

Pandangan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai
religius sebagai keyakinan bangsa Indonesia, maka dengan pandangan hidup yang diyakini
inilah bangsa Indonesia dapat dan mampu memandang dan memecahkan masalah yang
dihadapi secara tepat. Pandangan hidup bagi suatu bangsa mempunyai arti menuntun, sebab
dengan pandangan hidup yang dipegang teguh maka bangsa tersebut memiliki landasan
fundamental yang menjadi pegangan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Dengan pandangan hidup yang jelas, bangsa Indonesia akan memiliki pegangan dan pedoman
bagaimana mengenal serta memecahkan berbagai masalah politik, sosial budaya, ekonomi,
hukum dan persoalan lainnya dalam gerak masyarakat yang semakin maju.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu>pancasila_sebagai_ideologi

https://www.scribd.com/

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai