MAKALAH
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Kelompok 3
Kelas ES 3A
SEPTEMBER 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Obligasi Syariah.................................................................2
B. Prinsip Obligasi Syariah.......................................................................3
C. Jenis-jenis Obligasi Syariah..................................................................10
D. Perbedaan Pendapat tentang Hukum Jual Beli Obligasi.......................12
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan institusi keuangan syariah di Indonesia kembali
membuka lembaran baru. Suatu bentuk obligasi sudah lahir di tengah
kondisi pasar modal yang lesu, Instrumen baru ini diharapkan menjadi
alternatif baru investasi jangka panjang dengan menggunakan asas-asas
hukum Islam. Produk syariah yang berkembang di mancanegara
sebenarnya sudah relatif banyak. Dan yang penting hampir seluruhnya
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Untuk Indonesia,
perkembangan produknya cukup baik dan telah mendapatkan dukungan
positif dari berbagai pihak. Terutama pada perbankan dan reksa dana
syariah yang menonjol dibandingkan yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Obligasi Syariah?
2. Bagaimana Prinsip Obligasi Syariah?
3. Bagaimana Jenis-jenis dari Obligasi Syariah?
4. Bagaimana Perbedaan Pendapat tentang Hukum Jual Beli Obligasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian obligasi syariah.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip obligasi syariah.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis obligasi syariah.
4. Untuk mengetahui perbedaan pendapat tentang hukum jual beli
obligasi syariah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung: Alfabeta,2010),hlm. 105.
2
sejumlah manfaat secara periodik menurut akad.” Dan pada obligasi
syariah tidak mengenal kupon, karena penerimaan bunga dianggap riba
dalam sistem syariah.
3
konvensional terletak pada penetapan bungan yang besarnya sudah
ditetapkan/ditentukan di awal transaksi dilakukan. Sedangkan pada
obligasi syariah saat dilakukan transaksi (jual beli) belum ditentukan
besarnya bunga. Yang ditentukan adalah berapa proporsi pembagian hasil
apabila mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Perbedaan obligasi konvensional dan obligasi syariah :
4
Ibid., hlm. 110
4
b. Laporan keuangan yang diaudit akuntan yang terdaftar di
Bapepam.
c. Nilai nominal obligasi yang dicatatkan Rp. 25 milyar.
d. Jarak masa permohonan dengan penerbitan sekurangnya 6 bulan,
dan masa jatuh tempo obligasi minimal 4 tahun.
e. Perusahaan penerbit telah beroperasi minimal 3 tahun.
f. Pada 2 tahun terakhir perusahaan telah mendapatkan keuntungan
dan tidak ada kerugian pada 1 tahun terakhir.
g. Anggota administrasi mempunyai nama baik.
Dokumen yang diperlukan terhadap penerbitan obligasi berbeda
dengan dokumen saham. Perbedaan ini berkaitan dengan Wali
Amanat yang bertindak sebagai agen. Wali Amanat merupakan
wakil, dan juga pihak yang mempertahankan kepentingan investor.
Dengan demikian kontrak Wali Amanat pada prinsipnya
merupakan janji perusahaan penerbit terhadap calon investor,
karena semasa kontrak berlangsung nama investor belum
dicantumkan. Pelaksanaan perjanjian akan dilakukan antara
perusahaan penerbit (emiten), Wali Amanat dan penjamin jika
letter of intent (Lol) telah disetujui oleh BAPEPAM. Kemudian
diadakan dengar pendapat akhir dalam forum resmi sehngga ketua
BAPEPAM memberi keizinan untuk dalam forum resmi sehingga
ketua BAPEPAM memberi keizinan untuk menerbitkan obligasi
atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia.5
2. Perdagangan Obligasi
Proses penawaran obligasi sama halnya dengan proses penawan
perdana saham yaitu penyampaian isi prospektus kepada calon
investor dengan mencantumkan fakta dan pertimbangan penting.
Seperti budget perusahaan, bidang usaha perusahaan, jumlah nilai
obligasi dan tujuan penggunaannya. Obligasi diperdagangkan
5
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung:Alfabeta,2010),hlm. 111.
5
melalui penawaran dan pemesanan obligasi-selayaknya
perdagangan pada umunya pada pasar utama :
a. Penawaran pertama obligasi yang diterbitkan perusahaan
(seperti yang dijelaskan dalam prospektus) kepada investor
dilakukan oleh Wali Amanat dan agen penjual di pasar primer.
b. Kemudian investor menghubungu Wali Amanat atau broker
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Pemesanan Obligasi diikuti dengan pembayaran.
d. Wali Amanat atau agen penjual memberi maklumat mengenai
hasil penawaran kepada investor.
e. Proses peruntukkan obligasi kepada investor dilakukan oleh
Wali Amanat dan emiten.
f. Apabila jumah obligasi kurang dari yang dipesan investor,
maka kelebohan dana akan dikembalikan (proses ini disebut
refund).
Kemudian obligasi dibagikan kepada investor melalui Wali
Amanat dan agen penjual. Obligasi yang telah diterbitkan
perusahaan akan dibeli atau dijual di pasar primer dengan harga
nominal setelah dilakukan penawran dan perdagangan obligasi
pada pasar primer, kemudian dicatatkan di Bursa Efek. Proses
selanjutnya adalah jual beli obligasi pada pasar sekunder atau
Over the Counter(OTC).
3. Proses Pembayaran Transaksi Obligasi
Sebelum pembelian dan penjualan obligasi, investor mesti
membuka rekening bagi penerimaan atau pembayaran bunga dan
pelunasan pokok utang. Hal ini berlaku bagi obligasi swasta dan
pemerintah. Untuk pembelian dan pembayaran obligasi swasta
dilakukan melalui pengalihan ke rekening perusahaan sekuritas.
Setelah pembayaran selesai, maka investor menunggu proses
settlement (penyelesaian transaksi).
6
Sementara obligasi yang diterbitkan pemerintah, rekening
mesti dibuka melalui institusi keuangan yang diregister sebagi sub
register oleh Bank Indonesia. Sub registry juga berfungsi untuk
mencatatkan kepemilikan bagi obligasi pemerintah. Pengalihan
obligasi dari rekening penjual kepada rekening pembeli dikuasakan
kepada Bank Indonesia.
Untuk mengetahui bahwa obligasi yang dimiliki telah
tercatat atas nama investor, maka central registry dan sub-registry
diwajibkan untuk mengirim bukti kepemilikan obligasi berupa
pengesahan pencatatan obligasi kepada investor, begitu juga
sekiranya terjadi perubahan kepemilikan. Pengesahan pencatatan
ini dikirim 2 hari kerja setelah terjadi perubahan kepemilikan.
Pembayaran obligasi dilakukan melalui prinsip Delivery
Versus Payment atau DVP (ini berlaku bagi obligasi swasta dan
pemerintah).6
4. Penyelesaian Transaksi
Secara umum proses penyelesaian transaksi di bursa bukan
bersifat tunai (nasi’ah). Untuk itu bursa menetapkan bahwa
transaksi obligasi yang dilakukan hati ini (T+0), maka
penyelesaian transaksi dilaksanakan pada hari bursa ke lima (T+5).
Seluruh laporan transaksi diselesaikan secara otomatik oleh
OTC+FIS dan disampaikan pada hari itu juga.
Dengan selesainya proses pembelian dan penjualan, berarti
peralihan kepemilikan obligasi berpindah kepada pemilik yang
baru. Peralihan hak ini merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam proses jual beli, karena keuntungan bagi investor tidak akan
tercapai jika tidak diselenggarakannya peralihan hak tersebut.
Untuk melakukan peralihan ini dipercayakan kepada Biro
Administrasi Efek atau oleh pihak perusahaan penerbit itu sendiri.
6
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung:Alfabeta,2010),hlm. 112-113.
7
Untuk pengaturan penyelesaian transaksi utang negara atau
obligasi pemerintah kepemilikan obligasi dapat dicatat melalui
Bank Indonesia Sistem Kliring, Register dan Informasi Obligasi
Pemerintah (BI-SKRIP). Dalam hal ini tidak terdapat sertifikat
yang akan diterbitkan karena BI-SKRIP akan mengurus obligasi
pemerintah secara scripless.7
7
Ibid., hlm. 113.
8
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung: Alfabeta,2010),hlm. 114-115
8
Adapun secara syar’i berkenaan dengan jual beli utang, para ulama
klasik mempertentangkan hal ini. Beberapa pandanagn fuqaha tentang
jual beli utang seperti di atas, apakah utang tersebut akan dijual kepada
orang yang berutang (al-madin), atau kepada orang lain (ghairu
madin), diantaranya adalah:
a. Jual beli utang secara tunai
Jumhur ulama berpendapat bahwa dibolehkan menjual utang
yang tetap kepada orang yang berutang atau dapat dihibahkan
kepadanya sama ada dengan tukaran (bayaran) atau tanpa
tukaran, ini dikenal dengan istibdal. Sebaliknya, mereka tidak
mengharuskan jual utang kepada orang lain daripada orang
yang berutang.
b. Jual beli utang secara tunai
Ahli fiqh, sebagaimana dikutip Hulwati, sepakat bahwa bay al-
dayn tidak dibolehkan, apakah dijual kepada orang yang
berutang atau kepada orang lain.9
3. Pandangan Islam Terhadap Perdagangan Obligasi
Berdasarkan pandangan di atas, maka jual beli utang pada
dasrnya tidak diperbolehkan. Namun bila jual beli utang dilihat
lebih rinci, menurut Adiwarnan (2003: 57), maka dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu jual beli utang yang representasi ‘ayn. Secara
umum dapat dikatakan bahwa hanya jual beli utang yang
merupakan representasi ‘ayn saja yang dapat diperjualbelikan.
Prinsip dasar jual beli utang (obligasi) syariah adalah sebagai
berikut :
a. Menggunakan sistem mudharabah.
b. Untuk pasar sekunder dapat digunakan mekanisme hawalah.
c. Dijual dengan harga nominal di pasar perdana.
d. Obligasi syariah merupakan suatu kontrak utang yang tertulis,
berjangka panjang. Untuk itu pengembalian utang dan pembayaran
9
Ibid., hlm. 115.
9
keuntungan dilakukan berdasarkan aqad, tetap pada suatu saat dapat
ditarik kembali sesuai akad.10
10
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah,(Bandung: Alfabeta,2010),hlm. 116.
10
2) Zero coupon bonds, untu obligasi nirkupon.
f. Berdasarkan Call Feature
1) Freely collabe bond, obligasi yang dapat ditarik kembali oleh
penerbitnya setiap waktu sebelum masa jatuh tempo.
2) Non-collabe bond, setelah obligasi diterbitkan dan terjual, tidak
dapat dibeli/ditarik kembali oleh penerbitnya sebelum obligasi
tersebut jatuh tempo.
3) Deffered collabe bond adalah, kombinasi antara freely collabie
bond dan non-collabe bond.
g. Berdasarkan Konversi
1) Convertible bond, obligasi yang dapat ditukarkan saham
setelah jangka waktu tertentu.
2) Non-convertible bond, obligasi yang tidak dapat dikonversi
menjadi saham.
h. Jenis Obligasi Lainnya
1) Income bond, obligasi yang membayarkan kupon jika emiten
penerbitnya mendapatkan laba.
2) Guaranteed bond, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan
cabang tetapi tidak didukung oleh perusahaan induk.
3) Voting bond, obligasi yang mempunyai hak suara.
2. Jenis Obligasi Syariah
Berbeda dengan jenis-jenis obligasi seperti halnya di atas, obligasi
syariah berdasarkan transaksi yang ditetapkan oleh Dewan Syariah
Nasional berdasarkan fatwanya No:32/DSN-MUI/IX/2002
Tentang Obligasi Syariah, maka ditetapkan jenis-jenis obligasi
syariah sebagai berikut :
a. Mudharabah (Muqaradah) atau Qirad
Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang
menggunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah
akad kerja sama antara pemilik modal dengan pengelola.
b. Obligasi Ijarah
11
Obligasi ijarah adalah kontrak pembelian dan penyewaan
barang/peralatan produksi yang diperlukan institusi (dalam
hal ini perusahaan). Obligasi ijarah mempunyai akad sewa
menyewa sehingga kupon bersifat tetap, dan bisa
diperhitungkan sejak awal obligasi.11
Pendapat kedua
11
Ibid., hlm. 117-120
12
Muhamad, Manajemen Keuangan Syari’ah (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), hlm. 588
12
1. Bahwa obligasi (Sertifikat Investasi) adalah gambar lain dari
mudharabah yang dihalalkan oleh syari’ah Islam.
2. Obligasi adalah sebuah transaksi keuangan baru yang diindikasikan
menciptakan manfaat besar kepada bangsa.
3. Obligasi dibeli oleh para investor untuk membantu pemerintah
dalam melaksanakan program pembangunan bukan dengan tujuan
mengambil keuntungan atas kebutuhan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Obligasi syariah adalah alternatif pengganti obligasi konvensional
yang berbasis riba. Obligasi syariah dikeluarkan oleh institusi dengan
tujuan untuk membiayai proyek atau usaha tertentu.
Prinsip-prinsip obligasi syariah adalah prinsip syariah yang
dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Jenis obligasi syariah berdasarkan transaksi yang ditetapkan oleh
Dewan Syariah Nasional berdasarkan fatwanya No:32/DSN-
MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah, yaitu ada obligasi
mudharabaha dan obligasi ijarah.
Perbedan pendapat tentang hukum jual beli obligasi pendapat
pertama mengatakan obligasi konvensional yang dikeluarkan oleh
perusahaan atau pemerintah dianggap seperti utang yang di dalamnya
terdapat bunga. Pendapat kedua mengatakan obligasi dibeli oleh para
investor untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan program
pembangunan bukan dengan tujuan mengambil keuntungan atas
kebutuhan orang lain.
B. Pandangan Kelompok
Obligasi merupakan instrumen yang sudah lama bahkan sudah
ratusan tahun dikenal di negara-negara dengan sistem keuangan yang
sudah mapan. Sedangkan di negara-negara yang baru dan sedang
berkembang seperti Indonesia, obligasi masih merupakan instrumen
baru sehingga partisipasi masyarakat masih relatif rendah. Pemahaman
masyarakat pada umumnya terhadap berbagai terminologi obligasi
masih relatif rendah. Informasi mengenai obligasi yang tersedia di
masyarakat masih relatif lebih sedikit dibanding dengan informasi
mengenai saham. Berita-berita keuangan di media ketas dan televisi
didominasi oleh pergerakan saham. Penerbitan obligasi merupakan
14
salah satu sumber dana utama bagi perusahaan-perusahaan maupun
negara.
Dalam sistem keuangan modern, penerbitan obligasi oleh
perusahaan-perusahaan merupakan cara pembiayaan langsung,
berbeda dengan pembiayaan melalui perbankan yang termasuk
pembiayaan tidak langsung. Penerbitan obligasi disukai perusahaan
karena lebih murah dan lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan
melalui perbankan.
15
DAFTAR PUSTAKA