Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN OBLIGASI SYARIAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas “Manajemen Investasi Syariah”

Dosen Pengampu:

“Yulia Maris Herdianti, SE., ME ”

Disusun oleh :
Kelompok 3
Kelas ES 3A

1. Yeni Rahmadhani (12402173003)


2. Nian Ida Matus Silmi (12402173016)
3. Nadya Mukti Kamarinda (12402173027)
4. Dian Rohmatul Hasanah (12402173032)
5. Nur Maya Fauzul Izati (12402172046)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Obligasi Syariah.................................................................2
B. Prinsip Obligasi Syariah.......................................................................3
C. Jenis-jenis Obligasi Syariah..................................................................10
D. Perbedaan Pendapat tentang Hukum Jual Beli Obligasi.......................12

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Pandangan Kelompok...........................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan institusi keuangan syariah di Indonesia kembali
membuka lembaran baru. Suatu bentuk obligasi sudah lahir di tengah
kondisi pasar modal yang lesu, Instrumen baru ini diharapkan menjadi
alternatif baru investasi jangka panjang dengan menggunakan asas-asas
hukum Islam. Produk syariah yang berkembang di mancanegara
sebenarnya sudah relatif banyak. Dan yang penting hampir seluruhnya
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Untuk Indonesia,
perkembangan produknya cukup baik dan telah mendapatkan dukungan
positif dari berbagai pihak. Terutama pada perbankan dan reksa dana
syariah yang menonjol dibandingkan yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Obligasi Syariah?
2. Bagaimana Prinsip Obligasi Syariah?
3. Bagaimana Jenis-jenis dari Obligasi Syariah?
4. Bagaimana Perbedaan Pendapat tentang Hukum Jual Beli Obligasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian obligasi syariah.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip obligasi syariah.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis obligasi syariah.
4. Untuk mengetahui perbedaan pendapat tentang hukum jual beli
obligasi syariah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Obligasi Syariah

Obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Obligatie yang dalam


bahasa Indonesia disebut dengan obligasi yang berarti kontrak. Dalam
keputusan Presiden RI Nomor 775/KMK 001/1982 disebutkan bahwa
obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman
uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu
sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang
jumlah serta saat pembayaran telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten
(Badan Pelaksana Pasar Modal).

Secara umum, obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan


oleh perusahaan kepada investor dengan janji membayar bunga secara
periodik selama periode tertentu, serta membayar nilai nominalnya pada
saat jatuh tempo. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa obligasi
adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten(bisa berupa badan
hukum atau perusahaan, bisa juga dari pemerintah) yang memerlukan dana
untuk kebutuhan operasional maupun ekspansi dalam memajukan
investasi yang mereka laksanakan. Investasi dengan cara menerbitkan
obligasi memiliki potensial keuntungan lebih besar dari produk perbankan.
Keuntungan berinvestasi dengan cara menerbitkan obligasi akan
memperoleh bunga dan kemungkinan adanya capital gain (keuntungan
yang diperoleh dari jual beli saham di Pasar Modal atau Bursa Efek).1

Menurut Pontjowinoto, “Obligasi syariah adalah suatu kontrak


perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali
pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan
untuk kegiatan tertentu menurut syarat dan ketentuan serta membayar

1
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung: Alfabeta,2010),hlm. 105.

2
sejumlah manfaat secara periodik menurut akad.” Dan pada obligasi
syariah tidak mengenal kupon, karena penerimaan bunga dianggap riba
dalam sistem syariah.

Jadi obligasi syariah atau islamic bonds merupakan alternatif


pengganti obligasi konvensional yang berbasis riba. Obligasi syariah
dikeluarkan oleh institusi dengan tujuan untuk membiayai proyek atau
usaha tertentu.2

B. Prinsip-prinsip Obligasi Syariah


Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor
32/DSNMUI/IX/2002 menjelaskan, yang dimaksud dengan obligasi
syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Menurut Heru Sudarsono, sebagaimana kutip Abdul Manan dalam
suatu makalahnya, menjelaskan bahwa obligasi syariah bukan merupakan
utang berbunga tetap sebagaimana yang terdapat dalam obligasi
konvensional, tetapi lebih merupakan penyerta dana yang didasarkan pada
prinsip bagi hasil. Transaksinya bukan akad utang piutang nelainkan
penyertaan. Obligasi sejenis ini lazim dinamakan muqaradhah bond,
dimana muqaradhah merupakan nama lain dari mudharabah. Dalam
bentuknya yang sederhana obligasi syariah diterbitkan oleh sebuah
perusahaan atau emiten sebagai pengelola atau mudharib dan dibeli oleh
investor atau shahib maal.3
Dalam harga penawaran, jatuh tempo pokok obligasi, saat jatuh
tempo, dan rating antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional
tidak ada perbedaan. Perbedaan terdapat pada pendapatan dan return.
Perbedaan yang paling mendasar antara obligasi syariah dan obligasi
2
Ibid., hlm. 107
3
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung:Alfabeta,2010),hlm. 109.

3
konvensional terletak pada penetapan bungan yang besarnya sudah
ditetapkan/ditentukan di awal transaksi dilakukan. Sedangkan pada
obligasi syariah saat dilakukan transaksi (jual beli) belum ditentukan
besarnya bunga. Yang ditentukan adalah berapa proporsi pembagian hasil
apabila mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Perbedaan obligasi konvensional dan obligasi syariah :

Keterangan Obligasi Syariah Obligasi Konvensional


Harga penawaran 100% 100%
Jatuh tempo 5 tahun 1 tahun-10 tahun
Pokok obligasi saat 100% 100%
jatuh tempo
Pendapatan Bagi hasil Bunga
Return 15,5-16% indikatif 15,5-16%
Rating AA+ AA+

Namun, obligasi syariah lebih kompetitif dibanding obligasi


konvensional sebab, pertama : kemungkinan perolehan dari bagi hasil
pendapatan lebih tinggi daripada obligasi konvensional. Kedua : obligasi
syariah aman karena untuk mendanai proyek prospektif. Ketiga : bila
terjadi kerugian (di luar kontrol), investor tetap memperoleh aktiva.
Keempat : terobosan paradigma, bukan lagi surat utang, tapi surat
Investasi.4

Mekanisme Penerbitan dan Perdagangan Obligasi


1. Proses Penerbitan Obligasi
Dalam penerbitan obligasi, perusahaan penerbit akan menjelaskan
jumlah dana yang diperlukan, dikenal dengan istilah jumlah emisi
obligasi, dan mesti memperkirakan jatuh tempo obligasi tersebut,
apakah 5 tahun atau 10 tahun. Adapun prosedur penerbitan obligasi
adalah sebagai berikut :
a. Pernyataan pendaftaran telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.

4
Ibid., hlm. 110

4
b. Laporan keuangan yang diaudit akuntan yang terdaftar di
Bapepam.
c. Nilai nominal obligasi yang dicatatkan Rp. 25 milyar.
d. Jarak masa permohonan dengan penerbitan sekurangnya 6 bulan,
dan masa jatuh tempo obligasi minimal 4 tahun.
e. Perusahaan penerbit telah beroperasi minimal 3 tahun.
f. Pada 2 tahun terakhir perusahaan telah mendapatkan keuntungan
dan tidak ada kerugian pada 1 tahun terakhir.
g. Anggota administrasi mempunyai nama baik.
Dokumen yang diperlukan terhadap penerbitan obligasi berbeda
dengan dokumen saham. Perbedaan ini berkaitan dengan Wali
Amanat yang bertindak sebagai agen. Wali Amanat merupakan
wakil, dan juga pihak yang mempertahankan kepentingan investor.
Dengan demikian kontrak Wali Amanat pada prinsipnya
merupakan janji perusahaan penerbit terhadap calon investor,
karena semasa kontrak berlangsung nama investor belum
dicantumkan. Pelaksanaan perjanjian akan dilakukan antara
perusahaan penerbit (emiten), Wali Amanat dan penjamin jika
letter of intent (Lol) telah disetujui oleh BAPEPAM. Kemudian
diadakan dengar pendapat akhir dalam forum resmi sehngga ketua
BAPEPAM memberi keizinan untuk dalam forum resmi sehingga
ketua BAPEPAM memberi keizinan untuk menerbitkan obligasi
atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia.5
2. Perdagangan Obligasi
Proses penawaran obligasi sama halnya dengan proses penawan
perdana saham yaitu penyampaian isi prospektus kepada calon
investor dengan mencantumkan fakta dan pertimbangan penting.
Seperti budget perusahaan, bidang usaha perusahaan, jumlah nilai
obligasi dan tujuan penggunaannya. Obligasi diperdagangkan

5
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung:Alfabeta,2010),hlm. 111.

5
melalui penawaran dan pemesanan obligasi-selayaknya
perdagangan pada umunya pada pasar utama :
a. Penawaran pertama obligasi yang diterbitkan perusahaan
(seperti yang dijelaskan dalam prospektus) kepada investor
dilakukan oleh Wali Amanat dan agen penjual di pasar primer.
b. Kemudian investor menghubungu Wali Amanat atau broker
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Pemesanan Obligasi diikuti dengan pembayaran.
d. Wali Amanat atau agen penjual memberi maklumat mengenai
hasil penawaran kepada investor.
e. Proses peruntukkan obligasi kepada investor dilakukan oleh
Wali Amanat dan emiten.
f. Apabila jumah obligasi kurang dari yang dipesan investor,
maka kelebohan dana akan dikembalikan (proses ini disebut
refund).
Kemudian obligasi dibagikan kepada investor melalui Wali
Amanat dan agen penjual. Obligasi yang telah diterbitkan
perusahaan akan dibeli atau dijual di pasar primer dengan harga
nominal setelah dilakukan penawran dan perdagangan obligasi
pada pasar primer, kemudian dicatatkan di Bursa Efek. Proses
selanjutnya adalah jual beli obligasi pada pasar sekunder atau
Over the Counter(OTC).
3. Proses Pembayaran Transaksi Obligasi
Sebelum pembelian dan penjualan obligasi, investor mesti
membuka rekening bagi penerimaan atau pembayaran bunga dan
pelunasan pokok utang. Hal ini berlaku bagi obligasi swasta dan
pemerintah. Untuk pembelian dan pembayaran obligasi swasta
dilakukan melalui pengalihan ke rekening perusahaan sekuritas.
Setelah pembayaran selesai, maka investor menunggu proses
settlement (penyelesaian transaksi).

6
Sementara obligasi yang diterbitkan pemerintah, rekening
mesti dibuka melalui institusi keuangan yang diregister sebagi sub
register oleh Bank Indonesia. Sub registry juga berfungsi untuk
mencatatkan kepemilikan bagi obligasi pemerintah. Pengalihan
obligasi dari rekening penjual kepada rekening pembeli dikuasakan
kepada Bank Indonesia.
Untuk mengetahui bahwa obligasi yang dimiliki telah
tercatat atas nama investor, maka central registry dan sub-registry
diwajibkan untuk mengirim bukti kepemilikan obligasi berupa
pengesahan pencatatan obligasi kepada investor, begitu juga
sekiranya terjadi perubahan kepemilikan. Pengesahan pencatatan
ini dikirim 2 hari kerja setelah terjadi perubahan kepemilikan.
Pembayaran obligasi dilakukan melalui prinsip Delivery
Versus Payment atau DVP (ini berlaku bagi obligasi swasta dan
pemerintah).6
4. Penyelesaian Transaksi
Secara umum proses penyelesaian transaksi di bursa bukan
bersifat tunai (nasi’ah). Untuk itu bursa menetapkan bahwa
transaksi obligasi yang dilakukan hati ini (T+0), maka
penyelesaian transaksi dilaksanakan pada hari bursa ke lima (T+5).
Seluruh laporan transaksi diselesaikan secara otomatik oleh
OTC+FIS dan disampaikan pada hari itu juga.
Dengan selesainya proses pembelian dan penjualan, berarti
peralihan kepemilikan obligasi berpindah kepada pemilik yang
baru. Peralihan hak ini merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam proses jual beli, karena keuntungan bagi investor tidak akan
tercapai jika tidak diselenggarakannya peralihan hak tersebut.
Untuk melakukan peralihan ini dipercayakan kepada Biro
Administrasi Efek atau oleh pihak perusahaan penerbit itu sendiri.

6
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung:Alfabeta,2010),hlm. 112-113.

7
Untuk pengaturan penyelesaian transaksi utang negara atau
obligasi pemerintah kepemilikan obligasi dapat dicatat melalui
Bank Indonesia Sistem Kliring, Register dan Informasi Obligasi
Pemerintah (BI-SKRIP). Dalam hal ini tidak terdapat sertifikat
yang akan diterbitkan karena BI-SKRIP akan mengurus obligasi
pemerintah secara scripless.7

Perdagangan Obligasi Perspektif Islam


1. Konsep Utang
Dalam konteks muamalah dalam islam, obligasi pada umunya
dinisbatkan pada istilah “berutang”, atau “utang-piutang”. Dalam
bahasa Arab, “utang” atau al-dayn merupakan sesuatu yang berada
dalam tanggung jawab orang lain. Menurut pandangan sebagian
fuqaha (ulama Hanafiyah), utang bukanlah termasuk harta (al-mal)
yang boleh diperdagangkan, karena harta hanya terdiri dari pada ‘ayn
(benda) yang dapat disimpan, dimiliki, dan dikuasai. Akibat dari
semua ini dapat dipahamkan bahwa manfaat bukan termasuk kepada
harta. Karena itu menurut golongan ini harta tidak dapat dibagi kepada
‘ayn dan dayn.
Jadi, utang itu adalah harta, karena memandangkan akibat yang
ditimbulkan oleh adanya utang. Pada asalnya utang (dayn) dalam
pandangan ulama fiqh adalah suatu keharusan multazim untuk
membayarnya, kadang-kadang digunakan kata al-multazim lahu
(untuk kedua belah pihak).8
2. Jual Beli Utang
Dalam makalah Hulwati yang berjudul “Legitimasi Obligasi
sebagai instrumen Keuangan Islam”, menjelaskan bahwa jual beli
dengan cara piutang mengandung 3 jenis, yaitu: jual beli ‘ayn
dengan’ayn, ‘ayn dengan dayn dan jual beli dayn dengan dayn.

7
Ibid., hlm. 113.
8
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung: Alfabeta,2010),hlm. 114-115

8
Adapun secara syar’i berkenaan dengan jual beli utang, para ulama
klasik mempertentangkan hal ini. Beberapa pandanagn fuqaha tentang
jual beli utang seperti di atas, apakah utang tersebut akan dijual kepada
orang yang berutang (al-madin), atau kepada orang lain (ghairu
madin), diantaranya adalah:
a. Jual beli utang secara tunai
Jumhur ulama berpendapat bahwa dibolehkan menjual utang
yang tetap kepada orang yang berutang atau dapat dihibahkan
kepadanya sama ada dengan tukaran (bayaran) atau tanpa
tukaran, ini dikenal dengan istibdal. Sebaliknya, mereka tidak
mengharuskan jual utang kepada orang lain daripada orang
yang berutang.
b. Jual beli utang secara tunai
Ahli fiqh, sebagaimana dikutip Hulwati, sepakat bahwa bay al-
dayn tidak dibolehkan, apakah dijual kepada orang yang
berutang atau kepada orang lain.9
3. Pandangan Islam Terhadap Perdagangan Obligasi
Berdasarkan pandangan di atas, maka jual beli utang pada
dasrnya tidak diperbolehkan. Namun bila jual beli utang dilihat
lebih rinci, menurut Adiwarnan (2003: 57), maka dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu jual beli utang yang representasi ‘ayn. Secara
umum dapat dikatakan bahwa hanya jual beli utang yang
merupakan representasi ‘ayn saja yang dapat diperjualbelikan.
Prinsip dasar jual beli utang (obligasi) syariah adalah sebagai
berikut :
a. Menggunakan sistem mudharabah.
b. Untuk pasar sekunder dapat digunakan mekanisme hawalah.
c. Dijual dengan harga nominal di pasar perdana.
d. Obligasi syariah merupakan suatu kontrak utang yang tertulis,
berjangka panjang. Untuk itu pengembalian utang dan pembayaran

9
Ibid., hlm. 115.

9
keuntungan dilakukan berdasarkan aqad, tetap pada suatu saat dapat
ditarik kembali sesuai akad.10

C. Jenis-jenis Obligasi Syariah


1. Jenis Obligasi Umum
a. Berdasarkan Penerbitan
1) Obligasi Pemerintah Pusat
2) Obligasi Pemerintah Daerah.
3) Obligasi BUMN.
4) Obligasi Perusahaan Swasta.
b. Berdasarkan Jaminan
1) Obligasi tanpa jaminan.
2) Obligasi dengan jaminan.
3) Obligasi yang dijamin dengan properti.
4) Obligasi yang dijamin dengan sekuritas.
5) Obligasi yang dijamin aset tertentu.
6) Obligasi yang dijamin.
c. Berdasarkan Jenis Kupon
1) Fixed rate, obligasi yang memberikan tingkat kupon tetap sejak
diterbitkan hingga jatuh tempo.
2) Floating rate, obligasi yang tingkat bunganya mengikuti
tingkat kupon yang berlaku di pasar.
3) Mixed rate, obligasi yang memberikan tingkat kupon tetap
untuk periode tertentu.
d. Berdasarkan Peringkatnya
1) Investement grade bonds, minimal BB+.
2) Non-investment-grade bonds, CC atau speculative bond dan D
atau junk bond.
e. Berdasarkan Kupon
1) Coupon bonds pada obligasi berkupon.

10
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah,(Bandung: Alfabeta,2010),hlm. 116.

10
2) Zero coupon bonds, untu obligasi nirkupon.
f. Berdasarkan Call Feature
1) Freely collabe bond, obligasi yang dapat ditarik kembali oleh
penerbitnya setiap waktu sebelum masa jatuh tempo.
2) Non-collabe bond, setelah obligasi diterbitkan dan terjual, tidak
dapat dibeli/ditarik kembali oleh penerbitnya sebelum obligasi
tersebut jatuh tempo.
3) Deffered collabe bond adalah, kombinasi antara freely collabie
bond dan non-collabe bond.
g. Berdasarkan Konversi
1) Convertible bond, obligasi yang dapat ditukarkan saham
setelah jangka waktu tertentu.
2) Non-convertible bond, obligasi yang tidak dapat dikonversi
menjadi saham.
h. Jenis Obligasi Lainnya
1) Income bond, obligasi yang membayarkan kupon jika emiten
penerbitnya mendapatkan laba.
2) Guaranteed bond, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan
cabang tetapi tidak didukung oleh perusahaan induk.
3) Voting bond, obligasi yang mempunyai hak suara.
2. Jenis Obligasi Syariah
Berbeda dengan jenis-jenis obligasi seperti halnya di atas, obligasi
syariah berdasarkan transaksi yang ditetapkan oleh Dewan Syariah
Nasional berdasarkan fatwanya No:32/DSN-MUI/IX/2002
Tentang Obligasi Syariah, maka ditetapkan jenis-jenis obligasi
syariah sebagai berikut :
a. Mudharabah (Muqaradah) atau Qirad
Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang
menggunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah
akad kerja sama antara pemilik modal dengan pengelola.
b. Obligasi Ijarah

11
Obligasi ijarah adalah kontrak pembelian dan penyewaan
barang/peralatan produksi yang diperlukan institusi (dalam
hal ini perusahaan). Obligasi ijarah mempunyai akad sewa
menyewa sehingga kupon bersifat tetap, dan bisa
diperhitungkan sejak awal obligasi.11

D. Perbedaan Pendapat Tentang Hukum Jual Beli Obligasi


Pendapat Pertama
Sebagian besar ulama Islam temporir melarang jual beli obligasi
konvensional dalam semua jenis dan keseluruhan, serta menganggap
bahwa hukumnya haram mutlak. Para ulama yang berpendapat seperti itu
ialah Syaik Shaitut, Muhammad Yusuf Mussa, Syaik Yusuf Qardawi,
Abdul Aziz Al Kahiat, Ali al Salus, dan Saleh Marzuki dengan memberi
petunjuk fiqh yang menjadi dasar keluarnya fatwa larangan tersebut yaitu:
1. Obligasi konvensional yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
pemerintag dianggap seperti utang yang di dalamnya terdapat
bunga.
2. Utang obligasi sama dengan deposito yang disimpan dalam bank,
dan hitungan bunga atas obligasi dianggap sama seperti bunga
deposito.12

Pendapat kedua

Pendapat kedua dalam bahasa fiqh fatwa yang dikemukakan oleh


Mufti Mesir Syaik Muhammad Said al Tantawi bahasa jual-beli obligasi
pemerintah atau seperti yang dikenal di Mesir dengan nama Sertifikan
Investasi diperbolehkan oleh syari’ah dan keuntungan yang terdapat dari
kepemilikan obligasi itu adalah halal mutlak. Pentujuk yang menjadi dasar
keluarnya fatwa tersebut adalah:

11
Ibid., hlm. 117-120
12
Muhamad, Manajemen Keuangan Syari’ah (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), hlm. 588

12
1. Bahwa obligasi (Sertifikat Investasi) adalah gambar lain dari
mudharabah yang dihalalkan oleh syari’ah Islam.
2. Obligasi adalah sebuah transaksi keuangan baru yang diindikasikan
menciptakan manfaat besar kepada bangsa.
3. Obligasi dibeli oleh para investor untuk membantu pemerintah
dalam melaksanakan program pembangunan bukan dengan tujuan
mengambil keuntungan atas kebutuhan orang lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13
Obligasi syariah adalah alternatif pengganti obligasi konvensional
yang berbasis riba. Obligasi syariah dikeluarkan oleh institusi dengan
tujuan untuk membiayai proyek atau usaha tertentu.
Prinsip-prinsip obligasi syariah adalah prinsip syariah yang
dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Jenis obligasi syariah berdasarkan transaksi yang ditetapkan oleh
Dewan Syariah Nasional berdasarkan fatwanya No:32/DSN-
MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah, yaitu ada obligasi
mudharabaha dan obligasi ijarah.
Perbedan pendapat tentang hukum jual beli obligasi pendapat
pertama mengatakan obligasi konvensional yang dikeluarkan oleh
perusahaan atau pemerintah dianggap seperti utang yang di dalamnya
terdapat bunga. Pendapat kedua mengatakan obligasi dibeli oleh para
investor untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan program
pembangunan bukan dengan tujuan mengambil keuntungan atas
kebutuhan orang lain.
B. Pandangan Kelompok
Obligasi merupakan instrumen yang sudah lama bahkan sudah
ratusan tahun dikenal di negara-negara dengan sistem keuangan yang
sudah mapan. Sedangkan di negara-negara yang baru dan sedang
berkembang seperti Indonesia, obligasi masih merupakan instrumen
baru sehingga partisipasi masyarakat masih relatif rendah. Pemahaman
masyarakat pada umumnya terhadap berbagai terminologi obligasi
masih relatif rendah. Informasi mengenai obligasi yang tersedia di
masyarakat masih relatif lebih sedikit dibanding dengan informasi
mengenai saham. Berita-berita keuangan di media ketas dan televisi
didominasi oleh pergerakan saham. Penerbitan obligasi merupakan

14
salah satu sumber dana utama bagi perusahaan-perusahaan maupun
negara.
Dalam sistem keuangan modern, penerbitan obligasi oleh
perusahaan-perusahaan merupakan cara pembiayaan langsung,
berbeda dengan pembiayaan melalui perbankan yang termasuk
pembiayaan tidak langsung. Penerbitan obligasi disukai perusahaan
karena lebih murah dan lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan
melalui perbankan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz. 2010. Manajemen Investasi Syariah. Bandung: ALFABETA.


Muhamad. 2014. Menejemen Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai