Anda di halaman 1dari 30

Manajemen Instrumen Keuangan Sukuk

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Investasi Syariah

Dosen Pengampu:
Yulia Maris Herdianti, SE., ME

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. Nadia Zulaifah 12402173004
2. Nawirotun Nikmah 12402173006
3. Ratna Juwita 12402173013
4. Windi Agustina 12402173019
5. Abi Rizki Faradian 12402173025

JURUSAN EKONOMI SYARIAH (3A)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yulia Maris Herdianti, SE., ME yang telah
membimbing, mendidik, dan mengayomi kami sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik, dan kepada rekan-rekan sekalian yang telah berperan serta
untuk menuangkan ide-idenya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah yang berjudul “Manajemen Instrumen Keuangan Sukuk“
ini semoga bisa memberikan ispirasi dan gambaran kepada pembaca. Adanya
pelajaran dan materi ini semoga dapat di gunakan untuk menambah ilmu dan
wawasan kita semua. Kami menyadari tentang berbagai kekurangan dan
kelemahan dalam menyelesaikan tugas ini. Kami mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca demi perbaikan di kemuadian hari.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Tulungagung, 5 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian, Asal, dan Keistimewaan Sukuk .........................................3
B. Jenis-Jenis Sukuk...................................................................................7
C. Masalah-Masalah Sekuritas/Sukuk........................................................12
D. Sukuk Ritel Syariah (Kasus Di Indonesia)............................................16
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan...........................................................................................26
B. Pandangan Kelompok...........................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena bangkitnya minat yang besar terhadap industri keuangan Islam
tahun-tahun belakangan ini ditunjukkan dengan munculnya dan tumbuhnya
bentuk sekuritisasi Islam (Sukuk), yang memiliki kemampuan besar untuk
menawarkan solusi keuangan yang inovatif. Tidak hanya produknya yang
benar-benar memberi konstribusi terhadap usaha untuk melakukan inovasi
produk, tetapi juga gemanya yang sebanding dengan pasar modal
konvensional lainnya. Produk-produk antarnegara (sovereign)
dipertimbangkan secara aktif oleh perusahaan penerbit alternatif baru ini,
untuk kebutuhan pembiayaan dan investasi mereka.
Penerbitan pertama Obligasi Islam dengan mata uang dolar senilai 600 juta
$ telah ditawarkan oleh Malaysia pada tahun 2002. Diikuti dengan peluncuran
400 juta $ Trustsukuk dari Syariah Divelopment Bank pada bulan September
2003. Setelah itu, penerbitan sekitar Qatar, UAE, UK, Jerman, Pakistan. Di
Indonesia pada bulan maret 2004 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI) mengeluarkan fatwa baru tentang obligasi syariah.
Lembaga tersebut membolehkan pemerintah RI maupun perusahan-
perusahaan bila ingin menerbitkan obligasi syariah dengan skim ijarah.1
Penerbitan sukuk oleh Negara baru dimulai tahun 2008 setelah
diterbitkannya UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (untuk selanjutnya disingkat UU SBSN) dan PP Nomor 57 Tahun
2008 tentang Pendirian Perusahaan Penerbitan Surat Berharga Syariah
Negara Indonesia sebagai landasan hukumnya.2 Untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1
Muhamad, Manajemen Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2014),
Hlm. 601
2
Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk Memahami dan Membedah Obligasi pada Perbankan
Syariah,(Yogyakarta:Ar-ruzz Media, 2010), hlm.7

1
1. Bagaimana pengertian, asal, dan keistimewaan sukuk?
2. Bagaimana jenis-jenis sukuk?
3. Bagaimana masalah-masalah sekuritas/sukuk?
4. Bagaimana sukuk ritel syariah (kasus di indonesia)?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan pengertian, asal, dan keistimewaan sukuk.
2. Menjelaskan jenis-jenis sukuk.
3. Menjelaskan masalah-masalah sekuritas/sukuk.
4. Menjelaskan sukuk ritel syariah (kasus di indonesia).

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Asal, Dan Keistimewaan Sukuk


Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak)
yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman
praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan. Kata-kata tersebut
terutama secara umum digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah
muslim pada abad pertengahan, bersamaan dengan kata hawalah
(menggambarkan transfer/pengiriman uang) dan mudharabah (kegiatan bisnis
persekutuan). Tetapi sejumlah penulis barat tentang sejarah perdagangan
Islam/Arab abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata Sakk
merupakan kata dari suara Latin “cheque” atau “Check” yang biasanya
digunakan pada perbankan kontemporer.
Dalam fatwa nomor 32/DSN-MUI/IX/2002, Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia mendefinisikan sukuk sebagai surat berharga jangka
panjang berdaasarkan prinsip syari’ah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obigasi syari’ah yang mewajibkan emiten membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syari’ah berupa bagi hasil margin atau fee, serta
membayar kembali dan dana obligasi saat jatuh tempo. Sukuk juga dapat
diartikan dengan Efek Syari’ah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau
tidak terbagi atas: (1) kepemilikan aset berwujud, (2) nilai bermanfaat dan
jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, atau (3)
kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.3
Secara umum sukuk ada dua bentuk, yaitu Islamic bonds dan Islamic
asset securitazions. Islamic bonds didasarkan pada kredit suatu entitas yang
ikut serta dalam kontrak, melebihi aset dan cash flow. Sedangkan
securitizations memerlukan perpindahan aset dari orginator ke suatu
kepercayaan seperti Special Purpose Vehicle (SPV). Kedua pemahaman

3
Muhamad, Manajemen Keuangan Syari’ah,............. hlm. 602

3
sukuk ini membentuk pasar modal dan perlu bagi keseimbangan pertumbuhan
pasar.
1. Saiful Azhar Rosly (2007:473) mengatakan, sukuk adalah suatu dokumen
atau sertifikat yang mewakili nilai dari suatu aset.
2. Menurut AAOIFI, investasi sukuk merupakan sertifikat yang
menempatkan kegunaan hak milik dengan nilai yang sama sebagai shares
dan rights dalam aset tetap (tangible assets),manfaat (usufructs), dan
pengkhidmatan (services) atau suatu kewajaran dari proyek atau suatu
investasi tertentu (AAOIFI 2003 No.17).
3. Salahuddin Ahmed (2006:289) memberikan pengertian terhadap dukuk
yang berhubungan dengan instrumen pembiayaan yang inovatif yang
berbeda tehniknya dengan standar produk pasar modal secara global
termasuk bonds, warrrants, dan notes yang mendasari aktivitasnya pada
kadar faedah, sedangkan sukuk mendasari pada keuntungan investasi yang
disepakati atau berdasarkan sewa terhadap properti.
Konsep sukuk mempunyai asas keutamaan yang penting, yaitu (i)
transparasi dan kemurnian hak dan kewajiban, (ii) bahwa pendapatan security
harus dihubungkan dengan tujuan untuk apa dana itu digunakan dan benar-
benar tidak terdiri dari faedah, (iii) bahwa security akan dikembalikan sebagai
aset asal yang real. 4
Fakta empiris membuktikan dan menyimpulkan bahwa sukuk secara
nyata digunakan secara luas oleh masyarakat muslim pada abad pertengahan,
dalam bentuk surat berharga yang memiliki kewajiban pembiayaan yang
berasal dari perdagangan dan kegiatan komersial lainnya. Berkaitan dengan
perspektif dan kepentingan sejarah, asal mula produk dalam konteks
kontemporer merupakan satu dari kepurusan pertama dari Dewan Perundang-
undangan Islam (IJC) yaitu “bahwa kombinasi aset tertentu (atau manfaat dari
aseet tersebut) dapaat diwakili dalam bentuk instrumen pembiayaan tertulis
yang dapat dijual pada harga pasar dengan ketentuan bahwa komposisi

4
Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk Memahami dan Membedah Obligasi pada Perbankan
Syariah........, hlm.93-98

4
kelompok aset yang diwakili oleh sukuk mayoritas terdiri dari aset yang
tangible.
Dengan dukungan dari IJC, dan diikuti dengan periode pembangunan
teori dan model, maka pada tahun 2001 addalah pertama kalinya program
sukuk diluncurkan di pasar. Inisiatif oleh Agen Moneter Bahrain (Bahrain
Monetary Agency/BMA) berkaitan dengan sukuk sa/am jangka pendek (91
hari) senilai 25 juta $ Amerika diluncurkan pada Bulan Juni 2001 dan
diterima dengan baik di pasar. BMA melanjutkan program sikuk sa/am-nya
dengan sukuk ijarah berjangka panjang sebelum Malaysia , Quni (2002), dan
Qatar (2003) untuk menangkap pasar Internasional dengan menawarkan
sukuk mega sovereign.
Dengan debut pada pasar multi jutaan, standar syari’ah dengan tema
“sukuk investasi” berdasarkan Akuntansi dan Auditing Organisasi untuk
Institusi Keuangan Islam (AAOIFI) yang ditetapkan pada bulan Mei 2003,
sesungguhya penting dari operasioanlnya sebagaimana juga penting
dipandang dari perspektif aturan. Standar yang menjadi efektif dengan
pengaruh dari 1 Januari 2004 encatat bahwa “sukuk adalah sertifikat dengan
nilai yang sama yang mewakili bagian kepemilikan yang sepenuhnya
terhadap aset yang tangible, manfaat dan jasa atau (kepemilikan dari) aset
dari suatu proyek atau aktivitas investasi khusus.”
Dengan melihat sifat-sifat umum dari sukuk akan memperlihatkan bahwa
sukuk cukup memiliki kualitas yang sama dengan semua pasar lain yang
berorientasi aset keuangan konvensional, termasuk hal-hal berikut ini.
Perhatikan tabel berikut ini:

Karakteristik Sukuk

5
Dapat diperdagangkan Sukuk mewakili pihak pemilik
actual dari aset yang jelas, manfaat
aset atau kegiatan bisnis daan juga
daapat diperdagangan pada harga
pasar.

Dapat diperingkat Sukuk dapat diperingatkan dengan


mudah oleh Agen Pemberi
Peringkat regional dan
internasional

Dapat ditambah Sebagai tambahan terhadap aset


utama atau kegiatan bisnis, Sukuk
dapat dijamin dengan bentuk
kolateral berlandasan syari’ah
lainnya

Fleksibillitas hukum Sukuk dapat distruktur dan


ditawarkan secara nasional dan
global dengan pajak yang berbeda.

Dapat ditebus Struktur sukuk diperbolehkan


untuk kemungkinan penebusan.

Sukuk (jamak dari kata sakk) secara luas digunakan oleh masyarakat
muslim di Era Pertengahan sebagai surat berharga yang merupakan obligasi
keuangan yang berasal dari perdagangan atau kegiatan lainnya.
Bagaimanapun, struktur sukuk saat ini berbeda dari sukuk yang mula-mula
digunakan dan mirip dengan konsep sekuritisasi konvensional, suatu proses di
mana kepemilikan aset-aset utama dipindahkan kepada sejumlah besar
investor melalui surat berharga yang umumnya diketahui sebagai sanat,
sertifikat, sukuk, atau instrument lain yang menggambarkan proporsi nilai
dari aset yang relevan.5

5
Ibid, hlm. 605-606

6
Keunggulan sukuk terletak pada struktur yang berdasarkan aset nyata.
Hal ini memperkecil kemungkinan terjadinya fasilitas pendanaan yang
melebihi nilai dari aset yang mendasari transaksi sukuk. Pemegang sukuk
berhal atas bagian pendapatan yang dihasilkan dari aset sukuk disamping hak
dari penjualan aset sukuk. Ciri khas lain sukuk adalah jika sertifikat tersebut
mencerminkan kewajiban kepada pemegangnya, maka sertifikat tersebutt
tidak dapat diperjual belikam pada pasar sekunder sehingga menjadi
instrumen jangka panjang yang dimiliki hingga jatuh tempo atau dijual pada
nilai nominal.6

B. Jenis-Jenis Sukuk
Sukuk dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk
syari’ah sebagai kontrak atau subkontrak utama, yang paling penting adalah
syirkah, ijarah, salam, dan istisna’. Menurut aturan dasar syari’ah, investasi
sukuk harus distruktur, pada satu sisi berdasarkan prinsip muudharabah.
Dalam istilah penggunaan dana-dana yang dimobilisasi oleh Institusi
Keuangn merupakan kategori dari sukuk: sukuk mudharabah, sukuk
musyarakah, sukuk kepemilikan pada aset yang disewa jual, sukuk
kepemilikan usufructs, sukuk salam, sukuk istina’ dan sukuk murabahah.
Karena prinsip mudharabah adalah dasar untuk semua sukuk, kategori lain
dari sukuk:

1. Sanadatul Muqaradah atau Sukuk Mudharabah


Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat mennjadi instrumen dalam
mengakibatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi dalam suatu
perekonomian. Jenis ini merupakan sertifikat yang mewakili proyek atau
kegiatan yang dikelola berdasaarkan prinsip mudharabah dengan
menunjukkan partner atau pihak lain sebagai mdharib untuk manajemen
bisnis.7
6
Iyah Faniyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara : Sebagai Instrumen Investasi di
Indonesia, (Yogyakarta, Deepublish : 2018), hlm. 61-62
7
Muhamad, Manajemen Keuangan Syari’ah,............., hlm. 605

7
2. Sukuk Musyarakah
Sukuk musyarakah merupakan sertifikat nilai yang sama yang
diterbitkan untuk memobilisasi dana, yang digunakan berdasarkan
persekutuan/firma sehingga pemegang-pemegangnya menjadi pemilik dari
proyek yang relevan atau memiliki aset berdasarkan bagian masing-masing
yang merupakan bagian dari portofolio aset mereka. Sukuk musyarakah
yang dapat ditebus relatif sama dengan sukuk mudharabah. Untuk itu,
aturan dasar syari’ah yang berhubungan dengan mudharabah juga akan
diterapkan untuk sertifikat musyarakah. Perbedaan utamanya hanyalah
pada pihak perantara yang akan menjadi partner dari kelompok yang
melakukan perjanjian, yang diwakili oleh badan pemegang sertifikat
musyarakah sebagaimana cara yang sama pada perusahaan saham
gabungan.8
Kontak musyarakah adalah percampuran harta di antara dua pihak
atau lebih untuk membentuk modal dalam membiayai autu proyek dengan
keuntungan yang diperoleh dari proyek tersebut akan dibagi berdasarkan
nisbah keuntungan di dalam akad perkongsian manakala kerugian akan
ditanggung oleh setiap pihak mengikut modal yang disumbangkan. Dalam
terminologi perniagaan modern, sebagaimana instrumen pembiayaan Islam
lainnya, musyarakah sukuk telah lama dipraktikkan sebagai produk
pembiayaan.
Sukuk musyarakah ada dua bentuk: musyarakah mutlakah
(permanent musyarakah) dan musyarakah terbatas (diminishing
musyarakah). sedangkan bentuk diminishing musyarakah adalah
musyarakah yang dikaitkan dengan sesuatu proyek tertentu yang spesifik,
seperti pendirian gedung atau pengadaan barang. Kontrak ini berakhir jika
obyek yang dijadikan sebagai kontrak telah dilakukan penyerahan dan
harga telah dibayar.9
8
Ibid, hlm. 607
9
Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk Memahami dan Membedah Obligasi pada Perbankan
Syariah.......,hlm. 137-138

8
3. Sukuk Ijarah
Suku ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan aset yang
keberadaanya jelas dan diketahui, yang melekat pada suatu kontrak sewa
beli (lease), sewa di mana pembayaran sukuk return pada pemegang sukuk
berkat fleksibilitas pada aturan ijarah, pelaksanaan sekuritisasi kontrak
ijarah merupakan faktor kunci dalam mengatasi masalah-masalah
manajemen likuiditas dan untuk pembayaran kebutuhan-kebutuhan sektor
publik di negara-negara berkembang. Pembayaran dari sewa ijarah dapat
tidak berhubungan dengan periode pengambilan manfaat oleh penyewa.
Hal ini bisa dibuat sebelum memulai periode sewa beli, selama periode
atau setelah periode sesuai keputusan yang saling menguntungkan antara
pihak-pihak yang terlibat. Fleksibilitas dapat digunakan untuk mengubah
bentuk yang berbeda dari kontrak dan sukuk dapat disesuaikan untuk
tujuan berbeda dari penerbit dan para pemegang sukuk.10

4. Sukuk Istisna’
Istisna’ adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industri yang
memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman di masa depan atau
pembayaran di masa depan dan pengiriman di masa depan dari barang-
barang yang dibuat berdasarkan kontrak tertentu. Hal ini dapat dgunakan
untuk menghasilkan fasilitas pembiayaan pembuatan atau pembangunan
rumah, pabrik, proyek, jembatan, jalan, dan jalan tol. Disamping kontak
istisna’ yang pararel dengan sub-kontraktor, bank-bank islam dapat
melakukan pembangunan aset tertentu dan menjualnya untuk harga yang
ditunda, dan melakukan subkontraktor pembangunan aktual kepada
perusahaan khusus.
Pada Istisna’ kepemilikan penuh dari bagian segera dipindahkan
kepada pembeli dengan harga jual yang ditunda yang secara normal tidak
hanya menutupi biaya pembangunan tetapi juga keuntungan yang dapat

10
Muhammad, Manajemen Keuangan Syari’ah......, hlm. 601-607.

9
disahkan, termasuk hal-hal yang lain, biaya pengikatan, dana untuk jangka
waktu periode pembayaran kembali. Pembayaran harga yang ditunda dapat
didokumentasikan dalam from sukuk (sertifikat dalam bentuk utang) yang
dikenal sebagai sukuk Istisna’. Larangan terhadap riba mencegah
penjualan sertifikat utang ini kepada pihak ketiga pada harga selain dari
harga yang tercantum (face value). Para pembangun, industri-indutri besar,
dan pemasok pemasok besar dapat menjual aset tertentu dari IFIS
berdasarkan istisna’ dengan pembayaran yang ditunda dan menerbitkan
sukuk istisna’ yang dapat ditebus secara periodik berdasarkan perjanjian
pembayaran mereka. Pemegang sukuk istisna’ dapat memiliki properti
barang-barang dagangan untuk harga yang ditunda. Begitu diperoleh,
properti atau barang-barang dagangan tersebut dapat diatur dalam berbagai
cara.11

5. Sukuk Salam
Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga di muka, yang
dibuat untuk barang-barang yang dikirim kemudian. Tidak diperbolehkan
menjual komoditas yang diurus sebelum menerimanya. Untuk itu,
penerima tidak boleh menjual kembali komoditas salam sebelum
menerimanya, akan tetapi ia boleh menjual kembali komoditas tersebut
dengan kontrak yang lain yang pararel dengan kontrak pertama. Dalam
kasus ini, kontrak pertama dan kedua harus independen satu sama lain.
Spesefikasi dari barang dan jadwal pengiriman dari kedua kontrak harus
sesuai satu sama lain, tetapi kedua kontrak dapat dilakukan secara
independen.
Kemungkinan untuk memiliki sertifikat salam yang dapat
diperjualbelikan belum dapat diputuskan. Sejauh ini, para pakar cenderung
belum dapat menerimanya. Diperlukan analisis tentang penjualan kembali
barang yang dibeli dengan menggunakan salam sebelum dimiliki oleh

11
Ibid, hlm. 609

10
pembeli pertama, khususnya pada situasi di mana ia harus memelihara
persediaan dari barang tersebut.12

6. Sukuk Murabahah
“ Surat berharga” yang mewakili obligasi moneter, yang dikeluarkan
untuk transaksi penjualan kredit oleh bank, tidak dapat menciptkan
instrumen yang dapat diperjualbelikan. Sementara tagihan (receivable)
murabahah tidak mengambil return tertentu, perjanjian mereka juga harus
berdasarkan nilai tercantum. Sukuk murabahah lebih memungkinkan
digunakan untuk hal yang berhubungan dengan pembelian barang untuk
sektor publik. Dalam kasus pemerintah membutuhkan barng-barang
dengan harga yang tinggi, maka dimungkinkan untuk membelinya melalui
penjualan kredit dengan membayar angsuran. Penjual akan melakukan
amortisasi biaya dan return-nya (margin keuntungan) untuk keseluruhan
periode angsuran. Pemerintah akan menerbitkan sertifikat berdasarkan
jumlah angsuran. Setiap sertifikat memiliki tanggal jatuh tempo, yang
mewakili hk kepemilikan dari penjul yang tidak dapat dipindahtangankan
dan sejumlah klaim yang tidak dapat diubah. Penjual atau pemegang
sertifikat pertama dapat memindahkan hak kepemilikannya kepada pihak
lain, dimana pembayaran akan sama dengan nilai yang tercantum pada
sertifikat dikurangi biaya pengumpulan.

7. Sukuk Portofolio Gabungan


Bank dapat membuat sekuritas gabungan musyarakah, ijarah dan
beberapa murabahah, salam, istisna’, dan ju’alah (kontrak untuk
melaksanakan tugas tertentu dengan menetapkan pembayaran pada periode
tertentu). Return/risk pada sekuritas tersebut akan bergantung pada
gabungan kontrak yang dipilih. Contoh yang terkenal dari sukuk potrofolio
gabungan adalah Solidarity Trust Sukuk dari IDE untuk 400 juta dolar
Amerika yang diterbitakan pada tahun 2003.13
12
Ibid, hlm. 609-610
13
Ibid, hlm. 610

11
C. Masalah-Masalah Sekuritas/Sukuk
Beberapa usaha dilakukan pada tahun 1980-an untuk mengembangkan
instrumen/ sekuritas Islam yang dapat diperdagangkan, akan tetapi proses
yang baik untuk menerbitkan sukuk dimulai pada tahun 1992 di Malaysia dan
pada tahun 2001 di Bahrain. Setelah itu pasar sukuk meningkat dengan cepat
di hampir seluruh bagian dunia. Selama tahun 2001-2004 volume investasi
pada sukuk diperkirakan mencapai 8 sampai 9 miliar $ Amerika, di mana se
nilai lebih kurang 6 miliar merupakan sukuk ijarah dan sisanya berdasarkan
syirkah, salam, dan aset gabungan. Penerbitan sukuk Malaysia sebagian besar
berdasarkan konsep bay’ al ‘inah berupa aset utama dan konsep tabarru’,
sementara perdagangan pada dasar sekunder dilakukan melalui bay’ al-dayn,
mereka juga telah menerbitkan sukuk ijarah.
Sukuk berasal dari Bahrain dan daerah Timur Tengah lainnya, didasarkan
pada ijarah, salam, istisna’, istisna’-cum-ijarah, atau gabungan aset. Sukuk
tersebut diterima oleh hampir seluruh pakar perbankan Islam, karena
memenuhi dasar-dasar syari’ah minimal yang berhubungan dengan kontrak-
kontrak utamanya. Di samping penetrasi utama penerbitan sukuk di Malaysia
dan Bahrain, negara lain seperti Sudan,Iran, Arab Saudi, UAE, Filiphina,
Jerman, dan Pakistan telah mengembangkan beberapa sekuritas/ sukuk
berdasarkan syari’ah yang dapat diperdagangkan.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan sukuk yang memberikan
pengaruh jangka panjang terhadap integritas sistem keuangan Islam adalah:
1) Tingkat Return yang Dipastikan pada Sukuk
Tingkat return pada sebagian besar sukuk secara pasti disetujui di
awal bahkan tanpa provisi tertentu untuk jaminan pihak ketiga. Beberapa
sukuk yang diterbitkan menjadi sasaran kritikan tajam disebabkan karena
keterlibatan dari bay’ al-‘inah, bay’ al-dayn, dan sifat-sifat landasan non-
syari’ah yang membuat sukuk sama dengan obligasi berdasarkan bunga.
Bay’ al-‘inah merupakan penjualan dua kali di mana peminjam dan orang
yang meminjamkan menjual dan kemudian menjual kembali suatu objek

12
diantara mereka, sekali untuk tujuan memperoleh uang tunai dan sekali
lagi untuk tujuan harga yang lebih tinggi berdasarkan kredit, dengan hasil
bersih suatu pinjaman dengan bunga. Telah diketahui hal ini merupakan
cara yang sah untuk menghindari larangan riba.
Rosly dan Sanusi (1999) menyimpulkan untuk hal ini; “penggunaan
cara yang sah untuk hal semacam itu membuktikan bahwa faktor niat telah
dirusak atau dibuat sebagai faktor sekunder dalam proses sekuritisasi pada
obligasi Islam di Malaysia. Untuk mempertahankan strukur dasar obligasi
tradisional pada keuangan Islam, yaitu dengan memberikan return tetap
pada investor; para praktisi dan para pakar syariah yang relevan bisa saja
telah menjadi legitimasi bagi penerbitan obligasi Islam dengan
menggunakan bay’ al-‘inah adalah meragukan.”
Menurut aturan syari’ah, pemegang sukuk secara bersama memiliki
risiko terhadap harga aset dan biaya-biaya yang terkait dengan
kepemilikan dan bagian dari uang sewanya dengan melakukan sewa pada
pengguna tertentu. Sebagaimana yang telah didiskusikan sebelumnya,
dikarenakan kemungkinan adanya pengeluaran tak terduga yang
berhubungan dengan kepemilikan aset leasing dan kemungkinan
pembatalan, return dapat berupa quasi-fixed dan non absolutely fixed atau
dimodifikasi jika ditetapkan dengan pencontohan tertentu. Walaupun
demikian, return pada sebagian besar sukuk adalah absolutely fixed atau
tidak dimodifikasi. Aspek ini mengandung aspek pelaksanaan non-syari’ah
yang sistematik, dimana hal ini menghapuskan sistem keuangan Islam
yang sangat mendasar dan bertentangan dengan aspirasi para investor yang
berdasarkan pada keyakinan mereka.

2) Bay’ al-Dayn
Perdagangan pasar sekunder untuk sekuritas Islam dimungkinkan
melalui bay’ al-dayn sebagaimana berbagai kasus di Malaysia yang

13
didasarkan pada sukuk. Ahli-ahli hukum muslim tradisional dengan suara
bulat menyatakan bahwa bay’ al-dayn dengan diskon tidak diperbolehkan
dalam syari’ah. Mayoritas kuat dari pakar syari’ah kontemporer juga
memiliki pandangan yang sama. Rosly dan Sanusi (1999) melakukan
penyelidikan tentang hal ini, “Perdagangan obligasi Islam dengan
menggunakan bay’ al-dayn ditemukan tidak dapat diterima oleh jumhur
ulama termasuk Syafi’i. Dengan demikian,posisi obligasi Islam Malaysia
tetap tidak dapat diterima oleh ahli hukum dari Timur Tengah, walaupun
beberapa ahli hukum dari Malaysia menyatakan sebaliknya. “QIC Syari’ah
Fiqh Academy, yang mewakili seluruh negara Islam, termasuk Malaysia,
juga telah menyetujui larangan tentang bay’ al-dayn secara bulat tanpa
satu pun perbedaan pendapat.

3) Metode Jual dan Sewa Kembali


Berlawanan dengan konsep bay’ al-dayn yang dilarang, para ahli
prinsip-prinsip syari’ah memperbolehkan penggunaan teknik jual dan
sewa kembali. Hal ini dikarenakan fleksibilitas dalam kontrak ijarah
sebagaimana yang telah didiskusikan sebelumnya. Suatu aset dapat dibeli
dari satu pihak dan kemudian disewakan pada pihak tersebut. Dalam kasus
ini kontrak ijarah seharusnya tidak diputuskan kecuali dan sampai
lembaga keuangan telah memiliki aset tersebut. Aset-aset yang disewakan
dengan tehnik ini dapat dijual lagi pada pemilik pertama, sebagaimana
sebagian besar kasus penerbitan sovereign ijarah sukuk. Walaupun
demikian, pakar syariah menyarankan bahwa dalam kasus ini klien
sebaiknya membeli kembali aset paling tidak satu tahun setelah penjualan.
Hal ini untuk menjamin bahwa teknik ini tidak digunakan sebagai pintu
belakang riba.

4) Penguasaan Sukuk Ijarah


Seluruh penguasaan sukuk ijarah yang diterbitkan sejauh ini
melakukan penjaminan dan penconthan dengan fixed rate tanpa

14
keterlibatan jaminan pihak ketiga atau provisi untuk orang yang
menyewakan untuk memiliki liability asset. Analisi yang mengarah pada
dokumentasi yang terkait dengan penerbitan tersebut, menunjukkan bahwa
sejumlah persyaratan syari’ah tidak diperhatikan oleh SPV, pihak penerbit
atau pihak pengatur. Sebagai contoh, pada kasus penguasan sukuk ijarah
yang diterbitkan akhir-akhir ini oleh SPV keseluruhan dimiliki oleh
penguasa itu sendiri, penguasa telah menjual properti kepada SPV dengan
perjanjian di muka yang akan mengembalikan hak kepemilikan setelah
periode sewa. (hal ini deperbolehkn, sebagaimana telah didiskusikan
sebelumnya) penguasa akan membayar sewa tahunan secara tetap, yang
ekuivalen dengan diatas bulan LIBOR dan menembus pinjaman pokok
dari sukuk kepada pemegang obligasi setelah tahun. Pembayaran uang
sewa telah dijaminkan padakontraknya daklam bentuk kewajiban
perjanjian kontrak dari penguasa unutk membayar sewa.
Pinjaman pokok juga dijamin sebagaimana saat kontrak jaminan
penguasa untuk membeli kembali aset setelah periode sewa pada harga
tetap sebelumnya. Secara keseluruhan transaksi terdiri dari lima atau enam
perjanjian, di mana seluruhnya telah dibuat menjadi bagian yang menyatu
dengan kontrak utama.

5) Sukuk untuk Pembiayaan Sektor Publik yang Defisit


Titik yang perlu mendapat perhatian yang berkaitan dengan hal ini
adalah bahwa sebagian besar sukuk yang diterbitkan untuk pembiayaan
defisit adalah tidak berdasarkan pada struktur keuangan Islam yang
terbaik. Sukuk Salam di Bahrain dan beberap sertifikat yang berhubungan
dengan syirkah di Sudan diluar pengecualian. Sukuk Ijarah yang
diperkenalkan akhir-akhir ini memerlukan beberapa pemurnian. Tidak
diragukan lagi bahwa pengembangan instrumen berlandaskan syariah
untuk pembiayaan defisit anggaran pemerintahan meruapakan tugas yang
sulit. Akan tetapi, bentuk Ijarah,slam dan istisna’ jika distruktur dengan

15
tepat, memiliki kemungkinan untuk digunakan sebagai alternatif dari
pembiayaan defidit berdasarkan bunga.14

D. Sukuk Ritel Syariah (Kasus Di Indonesia)


Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002
sukuk adalah suatu surat lembaga jangka panjamg berdasarkan prinsip
syari’ah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syari’ah. Sukuk
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syari’ah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo. Sedangkan menurut Accounting and Auditing
Organization for Syari’ahc Institutions (AAOIFI) berpendapat lain mengenai
arti sukuk. Menurut organisasi tersebut, sukuk adalah sebagai sertifikat dari
suatu nilai yang direpresentasikan setelah penutupan pendaftaran, bukti
diterima nilai sertifikat dan menggunakannya sesuai rencana. Sama halnya
dengan bagian dan kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa, atau
modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari sesuatu aktivitas investasi
terentu.
Sukuk ritel negara merupakan sukuk yang dikeluarkan oleh pemerintah
dan ditujukan bagi individu warga negara Indonesia. Meskipun sukuk
memiliki pengertian yang sama dengan obligasi konvensional, tetapi sukuk
memiliku perbedaan mendasar. Jika obligasi konvensional tidak
mengharuskan adanya aset yang menjamin (underlyling asset), sukuk harus
memiliki underlyling assetyang jelas sebagai penjamin. Instrumen inipun
dijadikan oleh pemerintah dan bebas resiko gagal bayar atau tidak dibayar
pemerintah. Sukuk ritel mulai ditawarkan pada 30 Januari gingga 20 Februari
2009 dengan harga Rp 1 juta per unit. Individu dapat membeli sukuk ritel
tersebut minimal Rp 5 juta melalui 13 agen penjualan yang ditunjuk oelh
pemerintah. Diantaranya adalah Bank Syari’ah Mandiri, Bank Mandiri, BNI
Sekuritas, CIMB-GK Sekurities Indonesia, Citibank, HSBC, Riliance
Sekuritas, Trimegah Securities, Andalan Artha Advisindo Sekuritas,
14
Ibid, hlm610.-613

16
Anugerah Securindo Indah, Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bank
Internasional Indonesia.
Bank Syari’ah Mandiri sebagai agen penjualan di Pasar Perdana
menawarkan produk Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN) yang bersifat
ritel atau yang dikenal dengan istilah Sukuk Negara Ritel. Sukuk Negara Ritel
adalah Surat Berharga Syari’ah negara (Sukuk Negara) yang dijual kepada
individu atau perorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjualan di
pasar perdana dalam negeri. Pemesanan pembelian sukuk negara ritel hanya
dapat dilakukan oleh perorangan Warga Negara Indonesia yang dibuktikan
dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku dengan jumlah
minimum pembelian ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Memorandum
Informasi yang diterbitkan setiap Penerbitan Sukuk Negara Ritel.
Penunjukan bank syari’ah mandiri sebagai agen penjualan sukuk negara
ritel ditetapkan oleh pemerintah. Produk sukuk negara ritel yang ditawarkan
oleh bank syari’ah mandiri adalah sebagai berikut :
1. Sukuk Negara Ritel Seri SR-001
Telah jatuh tempo pada tanggal 25 Februari 2012
2. Sukuk Negara Ritel Seri SR-002
Telah jatuh tempo pada tanggal 10 Februari 2013
3. Sukuk Negara Ritel Seri SR-00315
Profil Sukuk Negara di Indonesia

Bentuk SR-003 SBSN tanpa warkat (scripless)

Akad Ijarah-Sale dan Lease Back

Underlying Asset  Barang Milik Negara (BMN) berupa


tanah dan atau bangunan.
 Menteri Keuangan menetapkan rincian
BMN yang akan digunakan sebagai Aset
SBSN dalam rangka oenerbitan Sukuk
Negara Ritel seri SR-003.

15
Muhamad, Manajemen Keuangan Syariah........., hlm. 613-614

17
Issuer Perusahaan penerbit SBSN Indonesia.

Investor Perorangan (individu) yang telah memiliki


rekening di BSM.

Nilai Nominal Per Unit Rp1 juta.

Nilai Nominal Pemesanan Rp5 juta (5 unit) dan kelipatan Rp5 juta serta
Pembelian tidak ada batas minimum.

Tenor 3 tahun.

Tradobility Tradable.

Kupon 8,15% p.a dan dibayar setiap bulan pada


tanggal 23

Masa Penawaran 7 Februari s.d. 18 Februari 2011 pukul 10.00


WIB BSM hanya melayani pemesanan
pembelian dari tanggal 7 Februari s.d 17
Februari 2011.

Tanggal Penerbitan 23 Februari 2011.

Tanggal Jatuh Tempo 23 Februari 2014.

Tanggal Penjatahan 21 Februari 2011.

Tanggal Setelmen 23 Februari 2011.

Tanggal Pencatatan Di Bursa 24 Februari 2011.

Nominal Pelunasan At par (100%), bullet payment.

Agen Pembayaran Bank Indonesia.

Sub-Registry Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)


melalui Pastisipan/Nasabah Subregistry :
Kustodian Bank Bukopin.

Pasar Perdana :

 Biaya  Biaya Materai untuk Pernyataan dan


Kuasa dan Pembukuan Rekening Surat
Berharga di Kustodian Bank Bukopin.

18
 Biaya penyimpanan Efek di Kustodian
Bank Bukopin sebesar 0.025% p.a
minimum Rp5.000/bulan. Biaya
penyimpanan Efek dibayar setiap bulan
dengan pemotongan secara langsung dari
Imbalan/Kupon SR-003 yang diterima
nasabah.
 Pajak Pajak Kupon sebesar 15% (PPh Final) (PP
No. 16 Tahun 2009 tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga
Obligasi).

Pasar Sekunder :

 Biaya Transaksi Rp25.000 per transaksi. Apabila nasabah


ingin membeli SR-003 di Pasar Sekunder
maka biaya ditambah dengan biaya-biaya
yang dikenakan di Pasar Perdana.

 Pajak Capital gain dan kupon berjalan (accrued


return) sebesar 15% (PPh Non Final),
dikenakan apabila nasabah melakukan
penjualan Sukuk Negara Ritel di Pasar
Sekunder.

Sukuk Negara Ritel Seri SR-004

Bentuk SR-004 SBSN tanpa warkat (scripless)

Akad Ijarah-Sale – Asset To Be Leased

Underlying Asset  Proyek dalam APBN tahun 2012 dengan


nilai dan spesifikasi sebagaimana
tercantum dalam Dokumen Transaksi
Aset.

19
 Barang Milik Negara (BMN) berupa
tanah dan/atau bangunan.
 Menteri Keuangan menetapkan rincian
Proyek dan BMN yang akan digunakan
sebagai Aset SBSN dalam rangka
penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-
004.
Issuer Perusahaan penerbit SBSN Indonesia.

Investor Perorangan (individu) yang telah memiliki


rekening di BSM.

Nilai Nominal Per Unit Rp1 juta.

Nilai Nominal Pemesanan Rp5 juta (5 unit) dan kelipatan Rp5 juta serta
Pembelian batas minimum sebesar Rp5 milliar.

Tenor 3 tahun 6 bulan.

Tradobility Tradable.

Kupon 6,25% p.a dan dibayar setiap bulan pada


tanggal 21.

Masa Penawaran 5 Mret 2012 s.d. 16 Maret 2012 pukul 10.00


WIB BSM hanya melayani pemesanan
pembelian dari tanggal 5 Maret 2012 s.d 15
Maret 2012, mulai jam 08.00 s.d. 13.00
WIB.

Tanggal Penerbitan 21 Maret 2012.

Tanggal Jatuh Tempo 21 September 2015.

Tanggal Penjatahan 19 Maret 2012.

Tanggal Setelmen 21 Maret 2012.

Tanggal Pencatatan Di Bursa 22 Maret 2012.

Nominal Pelunasan At par (100%), bullet payment.

Agen Pembayaran Bank Indonesia.

20
Sub-Registry Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
melalui Pastisipan/Nasabah Sub-registry:
Kustodian Bank Bukopin.

Pasar Perdana :

 Biaya  Biaya Materai untuk Pernyataan dan


Kuasa dan Pembukuan Rekening Surat
Berharga di Kustodian Bank Bukopin.
 Biaya penyimpanan Efek di Kustodian
Bank Bukopin sebesar 0.025% p.a
minimum Rp5.000/bulan. Biaya
penyimpanan Efek dibayar setiap bulan
dengan pemotongan secara langsung dari
Imbalan/Kupon SR-004 yang diterima
nasabah.
 Pajak Pajak Kupon sebesar 15% (PPh Final) (PP
No. 16 Tahun 2009 tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga
Obligasi).

Pasar Sekunder :

 Biaya Transaksi Rp25.000 per transaksi. Apabila nasabah


ingin membeli SR-004 di Pasar Sekunder
maka biaya ditambah dengan biaya-biaya
yang dikenakan di Pasar Perdana.

 Pajak Capital gain dan kupon berjalan (accrued


return) sebesar 15% (PPh Non Final),
dikenakan apabila nasabah melakukan
penjualan Sukuk Negara Ritel di Pasar
Sekunder.

21
Sukuk Negara Ritel Seri SR-005

Bentuk SR-005 SBSN tanpa warkat (scripless)

Akad Ijarah-Sale – Asset To Be Leased

Underlying Asset  Proyek dalam APBN tahun 2013 dengan


nilai dan spesifikasi sebagaimana
tercantum dalam Dokumen Transaksi
Aset.
 Barang Milik Negara (BMN) berupa
tanah dan/atau bangunan.
 Menteri Keuangan menetapkan rincian
Proyek dan BMN yang akan digunakan
sebagai Aset SBSN dalam rangka
penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-
005.
Issuer Perusahaan penerbit SBSN Indonesia.

Investor Perorangan (individu) yang telah memiliki


rekening di BSM.

Nilai Nominal Per Unit Rp1 juta.

Nilai Nominal Pemesanan Rp5 juta (5 unit) dan kelipatan Rp5 juta serta
Pembelian batas minimum sebesar Rp5 milliar.

Tenor 3 tahun 6 bulan.

Tradobility Tradable.

Kupon 6 p.a dan dibayar setiap bulan pada tanggal


27.

Masa Penawaran 8 Februari s.d. 22 Februari 2013 pukul


10.00 WIB BSM hanya melayani pemesanan
pembelian dari tanggal 8 Februari s.d. 21
Februari 2013, mulai jam 08.00 s.d. 13.00
WIB.

22
Tanggal Penerbitan 27 Februari 2013.

Tanggal Jatuh Tempo 27 Februari 2016.

Tanggal Penjatahan 25 Februari 2013.

Tanggal Setelmen 27 Februari 2013.

Tanggal Pencatatan Di Bursa 28 Februari 2013.

Nominal Pelunasan At par (100%), bullet payment.

Agen Pembayaran Bank Indonesia.

Sub-Registry Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)


melalui Pastisipan/Nasabah Sub-registry :
Kustodian Bank Bukopin.

Pasar Perdana :

 Biaya  Biaya Materai untuk Pernyataan dan


Kuasa dan Pembukuan Rekening Surat
Berharga di Kustodian Bank Bukopin.
 Biaya penyimpanan Efek di Kustodian
Bank Bukopin sebesar 0.025% p.a
minimum Rp5.000/bulan. Biaya
penyimpanan Efek dibayar setiap bulan
dengan pemotongan secara langsung dari
Imbalan/Kupon SR-005 yang diterima
nasabah.
 Pajak Pajak Kupon sebesar 15% (PPh Final).

Pasar Sekunder :

 Biaya Transaksi Rp25.000 per transaksi. Apabila nasabah


ingin membeli SR-004 di Pasar Sekunder
maka biaya ditambah dengan biaya-biaya
yang dikenakan di Pasar Perdana.

 Pajak Capital gain dan kupon berjalan (accrued


return) sebesar 15% (PPh Non Final),

23
dikenakan apabila nasabah melakukan
penjualan Sukuk Negara Ritel di Pasar
Sekunder.

Sukuk Negara Rirel (SUKRI) adalah surat berharga yang diterbitkan oleh
pemerintah RI berdasarkan prinsip Syari’ah yang ditawarkan kepada investor
perorabfab (WNI) di pasar perdana dalam negeri. Tujuan penerbitannya
SUKRI adalah untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
diversifikasi sumber pembiayaan, mengelola utang negara dan memperluas
basis investor. Selain PT Bank BRI Syari’ah ada 12 bank umum lainnya dan
11 Perusahaan efek yang berpartisipasi membantu Pemerintah sebagai Agen
Penjualan dalam penerbitan Sukuk Negara Ritel di tahun 2012 ini. Sukuk
Negara Ritel seri 004ini diperuntukan untuk pembangunan di bidang
pendidikan, sehingga melalui investasi di Sukuk maka selain tujuan investasi
aman dengan imbalan hasil tinggi, investor juga turut peduli pendidikan anak
bangsa.16

BAB III
16
Ibid, hlm. 613-619

24
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang
memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya,
sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan. Sukuk digunakan secara luas oleh
masyarakat muslim pada abad pertengahan, dalam bentuk surat berharga yang
memiliki kewajiban pembiayaan yang berasal dari perdagangan dan kegiatan
komersial lainnya. Keunggulan sukuk terletak pada struktur yang berdasarkan
aset nyata. Ciri khas lain sukuk adalah jika sertifikat tersebut mencerminkan
kewajiban kepada pemegangnya, maka sertifikat tersebut tidak dapat diperjual
belikam pada pasar sekunder sehingga menjadi instrumen jangka panjang yang
dimiliki hingga jatuh tempo atau dijual pada nilai nominal.
Sukuk dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk
syari’ah sebagai kontrak atau subkontrak utama, yang paling penting adalah
syirkah, ijarah, salam, dan istisna’. Menurut aturan dasar syari’ah, investasi
sukuk harus distruktur, pada satu sisi berdasarkan prinsip muudharabah.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan sukuk yang memberikan
pengaruh jangka panjang terhadap integritas sistem keuangan Islam adalah:
(1)Tingkat Return yang Dipastikan pada Sukuk, tingkat return pada sebagian
besar sukuk secara pasti disetujui di awal bahkan tanpa provisi tertentu untuk
jaminan pihak ketiga. (2) Bay’ al-Dayn, perdagangan pasar sekunder untuk
sekuritas Islam dimungkinkan melalui bay’ al-dayn sebagaimana berbagai
kasus di Malaysia yang didasarkan pada sukuk. (3) Metode Jual dan Sewa
Kembali , dalam kasus ini kontrak ijarah seharusnya tidak diputuskan kecuali
dan sampai lembaga keuangan telah memiliki aset tersebut. Aset-aset yang
disewakan dengan tehnik ini dapat dijual lagi pada pemilik pertama,
sebagaimana sebagian besar kasus penerbitan sovereign ijarah sukuk. (4)
Penguasaan Sukuk Ijarah, Seluruh penguasaan sukuk ijarah yang diterbitkan
sejauh ini melakukan penjaminan dan penconthan dengan fixed rate tanpa
keterlibatan jaminan pihak ketiga atau provisi untuk orang yang menyewakan

25
untuk memiliki liability asset. (5) Sukuk untuk Pembiayaan Sektor Publik
yang Defisit, sebagian besar sukuk yang diterbitkan untuk pembiayaan defisit
adalah tidak berdasarkan pada struktur keuangan Islam yang terbaik. Sukuk
Salam di Bahrain dan beberap sertifikat yang berhubungan dengan syirkah di
Sudan diluar pengecualian.
Sukuk ritel negara merupakan sukuk yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
ditujukan bagi individu warga negara Indonesia. Meskipun sukuk memiliki
pengertian yang sama dengan obligasi konvensional, tetapi sukuk memiliku
perbedaan mendasar. Jika obligasi konvensional tidak mengharuskan adanya
aset yang menjamin (underlyling asset), sukuk harus memiliki underlyling
assetyang jelas sebagai penjamin.

B. Pandangan Kelompok
Salah satu instrumen investasi yang saat ini sedang dan akan terus
dikembangkan adalah sukuk. Di Indonesia sendiri saat ini semakin besar
jumlahnya di pasar modal indonesia. Hal ini karena para investor mulai berani
berinvestasi sukuk, dan hal tersebut sudah terlihat dari bagaimana jumlah
penerbitan sukuk dan nilainya terus bertambah di setiap tahunnya. Fenomena
tumbuhnya minat investor terhadap sukuk merupakan efek dari luasnya
jangkauan sukuk itu sendiri dimana sukuk itu dapat menarik suatu investor
baik itu konvensional dan/ investor syariah sekaligus.
Ada beberapa hal yang berhubungan dengan kelebihan sukuk itu sendiri,
diantaranya yaitu bahwa sukuk menjamin aliran dana yang diterima akan
masuk kepada proyek investasi di sektor riil. Hal ini karena akad-akad dalam
keuangan syariah semuanya berbasis pada sektor riil. Sukuk juga dapat
menstimulasi pertumbuhan ekonomi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Faniyah,Iyah. 2018. Kepastian Hukum Sukuk Negara : Sebagai Instrumen


Investasi di Indonesia. Yogyakarta, Deepublish.

Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syari’ah. Yogyakarta : UPP STIM


YKPN.
Wahid, Nazaruddin Abdul (2010). Sukuk Memahami dan Membedah Obligasi
pada Perbankan Syariah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai