Anda di halaman 1dari 33

METODE PENUGASAN PERAWATAN PROFESIONAL

ILMU MANAJEMEN KEPERAWATAN

“SUPERVISI”

Kelas : C-S1Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

• Riza shilviyah (201501119)

• Muhammad rifak (201501122)

• Chandra reta franchieska (201501124)

• Nur roslinda akbar (201501101)

• Azalea diah safitri (201501129)

• Muhammad asrul azis (201501116)

• Rina andriyanti (201501118)

Kelompok : 3
STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN
MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2018/2019

JalanJabon Km.6 MojokertoTelp/Fax. (0321)3902032

www.stikes.ppni.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga “MPKP SUPERVISI” dapat

terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua kami yang selalu mendoakan kami

2. Ibu Dosen pembimbing mata kuliah

3. Serta kelompok 3 yang meluangkan waktunya untuk menyelesaikan

makalah ini

Saya menyadari bahwa MPKP ini terdapat berbagai kekurangan,

maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya butuhkan

untuk perbaikan selanjutnya.

Saya berharap semoga MPKP ini dapat bermanfaat, khususnya

bagi kami dan mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

Saya mengucapkan terimakasih dan wassalamualaikum wr.wb

Mojokerto, Mei 2018

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam

manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini

juga ada dalam manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan

keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari Perawat profesional.

Oleh karena itu sebagai seorang manajer keperawatan atau sebagai Perawat

profesional diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan

evaluasi.

Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (dalam

fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segalam

kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.

Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan

berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di

ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang

mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan

pemecahannya.

3
Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu

asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah –masalah

yang terjadi di unit keperawatan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh

manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staf keperawatan

yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksut dengan supervise dalam keperawatan ?

2. Apa tujuan supervise keperawatan?

3. Apa saja model-model supervise dalam keperawatn?

4. Apa saja komponen model supervise kperawatan ?

5. Bagaimana proses supervise?

6. Bagaimana tehnik supervise dalam keperawatan?

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENGERTIAN SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN

Supervisi merupakan salah satu proses bagian dari fungsi pengarahan

dan pengawasan dalam manajemen. Supervisi mempunyai peran penting

untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian yang jelas tentang supervisi

terus mengalami perkembangan.

Supervisi berasal dari kata "supervision". Super artinya hebat,

istimewa. Sedangkan Vision yang artinya melihat sesuatu, melihat kerja

orang lain (Mulianto, Cahyadi, Widjayakusuma, 2006). Supervisi klinis

artinya melihat atau mengamati seseorang dalam melaksanakan kegiatan.

Kegiatan supervisi biasanya dilakukan perawat supervisor yang berperan

langsung mengamati kegiatan perawat dan mengontrol perawat dalam

melakukan pekerjaannya (Lynch, 2008).

Supervisi dapat juga diartikan sebagai proses untuk meningkatkan

kontribusi anggota perawat secara aktif dan positif agar tujuan organisasi

tercapai (Marquis & Huston, 2010). Swansburg (2000) mengatakan supervisi

sebagai suatu proses yang memudahkan sumber-sumber yang diperlukan

untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan

keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian

5
kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kerja

karyawan.

Supervisi klinis adalah proses formal konsultasi antara dua

profesional atau lebih yang fokusnya untuk memberikan dukungan pada

orang yang disupervisi untuk meningkatkan kesadaran diri, mengembangkan,

dan meningkatkan lingkungan profesional (Hancox &Lynch, 2002).

Supervisi klinis menurut Royal College of Nursing London (2005) adalah

proses formal profesional dalam memberikan dukungan dan pembelajaran

pada praktisi individu untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi,

sebagai respon untuk praktik dan melindungi konsumen dan keselamatan

pada perawatan klinik dalam situasi yang kompleks.

Supervisi klinis adalah suatu pemberian dukungan (dukungan) untuk

praktisi profesional yang dilakukan dengan berbagi pengalaman klinik,

organisasi, pengembangan dan pengalaman emosional dengan profesi lain

dalam lingkungan untuk merubah pengetahuan dan keterampilan. Di dalam

proses ini belajar untuk meningkatkan tanggung jawab dan refleksi praktis

(Lyt G:2000)

Supervisi dalam keperawatan merupakan suatu proses untuk

meningkatkan pengetahuan, kesadaran diri dan keterampilan profesional

perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan pada pasien sehingga

mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan aman bagi

masyarakat. Supervisi mencakup dimensi perilaku, pengetahuan dan

6
kemampuan psikomotor perawat juga membangun kesadaran diri perawat

tentang perannya. Supervisi bukan untuk mencari kesalahan seseorang tetapi

untuk meningkatkan kompetensi perawat agar tujuan organisasi tercapai.

II.2 TUJUAN SUPERVISI

Tujuan kegiatan supervisi adalah mengusahakan seoptimal mungkin

kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik,

atmosfer kerja dan jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk

memudahkan pelaksanaan tugas. Supervisi diarahkan pada kegiatan,

mengorientasikan staf dan pelaksanaan keperawatan, melatih staf dan

pelaksanaan keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan

sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti akan peran dan

fungsinya sebagai staf dan difokuskan pada kemampuan staf dan pelaksanaan

keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan (Arwani, 2005).

Tujuan supervisi klinis menurut Royal College Of Nursing London

(2005) adalah memperbaiki kualitas perawatan, manajemen risiko dan kinerja

serta meningkatkan tanggung jawab dan responsibilitas. Kegiatan supervisi

untuk mengawasi, mengevaluasi kemampuan perawat salam mencapai

standart pelayanan keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan keperawatan pada klien. Dengan melakukan supervisi maka

supervisor dapat melakukan prediksi risiko pelayanan keperawatan yang

mungkin terjadi dan dapat melakukan pengelolaan kinerja perawat. Supervisi

akan melatih perawat pelaksana bertanggung jawab terhadap tindakan

7
keperawatan yang dilakukan serta memberikan respon yang tanggap terhadap

permasalahan yang terjadi.

II.3 MODEL-MODEL SUPERVISI

Kegiatan supervisi klinik keperawatan dirumah sakit dilakukan

dengan sangat sistematis terutama dinegara US dan Eropa. Peran supervisor

dapat menentukan apakah pelayanan keperawat mencapai standart mutu atau

tidak. Penelitian Hyrkas dan Paunonen Ilmonen (2001) membuktikan bahwa

supervisi klinik yang dilakukan dengan baik berdampak positif bagi kualitas

perawatan (Brunero, 2005). Penerapan supervisi klinis dirumah sakit dapat

menggunakan berbagai model supervisi. Model- model supervisi klinis antara

lain model pengembangan, akademik, ekperimental, dan 4 S (Supratman &

Sudaryanto, 2008).

II.3.1 Model Pengembangan


Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental

dan pusat tekhnologi adiksi tahun 1998. Model ini dikembangkan

dalam rumah sakit mental yang bertujuan agar pasien yang dirawat

mengalami proses pengembangan yang lebih baik. Supervisor

diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dengan tiga cara,

yaitu pembaharu, konselor, dan pendidik. Kegiatan pembaharu

bertujuan agar supervisor membimbing perawat menjadi agen

perubahan suatu kegiatan yang akan ditransfer kepada pasien sehingga

pasien memahami masalah kesehatannya.

8
Kegiatan konselor dilakukan supervisor dengan tujuan

membina, membimbing, mengajarkan kepada perawat tentang hal-hal

yang berkaitan dengan tugas rutin perawat misalnya supervisor

membimbing perawat melakukan pengkajian fisik.

Kegiatan teaching bertujuan untuk mengenalkan dan

mempraktikkan praktik keperawatan yang sesuai dengan tugas

perawat seperti supervisor di ICU mengajarkan tekhnik pengambilan

darah arteri, analisis gas darah.

II.3.2 Model Akademik


Model akademik diperkenalkan oleh Farington di Royal

College Of Nursing UK tahun 1995 (Supratman & Sudaryanto, 2008).

Farington mengatakan bahwa supervisi klinik dilakukan untuk

membagi pengalaman supervisor kepada para perawat sehingga ada

proses pengembangan kemampuan professional yang berkelanjutan.

Supervisi klinik merupakan proses formal dari perawat professional

(RN's) untuk memberikan dukungan dan pembelajaran pada perawat

pelaksana sehingga pengetahuan dan kompetensi perawat dapat

dipertanggung jawabkan. Hal ini akan memberikan perlindungan dan

perasaan aman pada pasien selama proses perawatan.

Kegiatan proses supervisi klinik model akademik menurut

Farington meliputi tiga bagian, yaitu a)pendidikan, b)dukungan,

c)manajemen. Kegiatan pendidikan dilakukan dengan : 1)mengajarkan

9
keterampilan dan kemampuan seperti perawat diajarkan cara membaca

hasi EKG, 2)membangun pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari

setiap intervensi keperawatan seperti supervisor mengajarkan perawat

dan melibatkan pasien DM dalam demonstrasi injeksisubcutan,

3)supervisor melatih perawat untuk mengembangkan strategi, teknik-

teknik lain dalam bekerja seperti supervisor mengajarkan merawat

luka dekubitus dengan obat-obat jenis baru yang lebih baik.

Kegiatan dukungan dilakukan dengan cara memberikan

pelatihan perawat untuk mengendalikan emosi ketika bekerja (contoh :

meredam konflik antar perawat, pekerjaan yang banyak agar

mengurangi kebosanan selama bertugas). Sedangkan kegiatan

managerial dilakukan dengan cara melibatkan perawat dalam

peningkatan standart (contoh : SOP yang sudah ada dikaji bersama

kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu).

II.3.3 Model Eksaperimenta


Model eksperimental diperkenalkan oleh Milne & James di

New Castle University UK dan Departemen OF health US tahun

2005. Kegiatan supervisi klinil keperawatan meliputi training dan

mentoring. Kegiatan training, supervisor mengajarkan teknik-teknik

keperawatan tertentu yang belum diapahami perawat pelaksana seperti

pemasangan infus pada bayi, melakukan vena sectie, teknik atvance

life dukungan. Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada

10
setiap perawat, misalnya training pada perawat pemula, perawat

pemula-lanjut.

Supervisor pada kegiatan mentoring berperan sebagai

penasehat. Tugasnya memberikan bimbingan atau nasehat yang

berhubungan dengan masalah rutin sehari-hari misalnya mencari

perawat pengganti yang tidak masuk, menenggahi konflik, mengambil

keputusan secara tepat, tepat dan etis. Kegiatan supervisor dalam

mentoring mirip dengan kegiatan dukungan dalam model akademik

(Supratman & Sudaryanto, 2008).

II.3.4 Model 4S
Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil

penelitian di Greater Manchester UK dan New York tahun 1995.

Model supervisor ini dikembangkan dengan empat (4) strategi, yaitu

Structure, Skils, Dukungan dan Sustainability. Kegiatan struktur

dilakukan oleh perawat RN's dalam melakukan pengkajian dan asuhan

pasien dimana perawat yang dibina sekitar 6-8 orang. Tujuan kegiatan

ini untuk penggembangan pengalaman perawat dalam hal memberikan

konsultasi, fasilitator dan melakukan pengkajian. Kegiatan skills

dilakukan supervisor untuk meningkatkan keterampilan praktis seperti

menjahit luka, interpretasi EKG. Kegiatan dukungan dilakukan

dengan tujuan untuk penyegaran praktis, diskusi, kebutuhan-

kebutuhan training tertentu yang terbaru seperti pelatihan emergency

pada keadaan bencana. Kegiatan sustainability bertujuan untuk tetap

11
mempertahankan pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai yang telah

dianut perawat. Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dengan cara

mentransfer pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana seperti

supervisor membuat modul tentang berbagai keterampilan teknik yang

dibagikan pada semua perawat pelaksana (Supratman& Sudaryanto,

2008).

II.4 KOMPONEN MODEL SUPERVISI KLINIS

Komponen model supervisi meliputi

a. Administrasi atau managerial

Kadushin menggunakan supervisi administrasi untuk seleksi dan

orientasi pegawai,pengkajian kasus, pengawasan, evaluasi pegawai.

Sedangkan Proctor menggunakan istilah normatif atau managerial untuk

promotif dalam organisasi.

b. Pendidikan atau formatif

Pendidikan menurut Kadushin merupakan aktivitas untuk

mengembangkan kemampuan profesional perawat yang di supervisi

dengan mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan

kesadaran diri, Sedangkan menurut Proctor, pendidikan dalam supervisi

untuk mengembangkan keterampilan praktek perawat.

c. Dukungan atau restoratif

Kadushin menggunakan supervisi dukungan untuk membantu pegawai

menyelesaikan pekerjaannya yang berhubungan dengan stress,

menormalkan hubungan pegawai, pemberian penguatan dan melakukan

12
diskusi untuk pengambilan keputusan yang sulit. Komponen ketiga

menurut Proctor adalah restorasi yang mempunyai pengertian pemberian

dukungan untuk membantu praktisi perawat untuk memanagemen stres

emosional dalam melaksanakan praktek keperawatan (Camh, 2008).

II.5 PROSES SUPERVISI

Supervisi akan meningkatkan kinerja perawat dengan melihat

permasalahan yang terjadi dan adanya penyelesaian masalah dari supervisor.

Adapun tahapan proses supervisi meliputi identifikasi masalah, klarifikasi

masalah, memberikan respon temuan musalah melipúti dlentilikasi

melakukan pencatatan hasil supervisi .

Tahap identifikasi masalah, pada tahap ini supervisor

mengidentifikasi pedoman supervisi dan memprediksi hambatan yang

mungkin terjadi serta mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah yang

dapat diberikan (Halpem & McKimm, 2009).

Tahap selanjutnya tahap klarifikasi masalah, supervisor melakukan

klarifikasi masalah dengan mengajukan pertanyaan terkait masalah yang ada,

dan dilanjutkan dengan tahap refleksi. Pada tahap ini supervisor dan staf yang

disupervisi menentukan tujuan supervisi bersama-sama dan melakukan

evaluasi dengaan standar yang ada. (NCETA. 2006).

Tahap selanjutnya adalah memberikan respon terhadap temuan

masalah yang tidak sesuai standar dengan menentukan alternatif pemecahan

masalah secara bersama-sama antara supevisor dan staf yang disupervisi.

13
Kemudian memilih alternatif pemecahan masalah yang terbaik. Selanjutnya

tahap terakhir dalam supervisi melakukan pencatatan hasil supervisi meliputi

masalah yang ditemukan dan alternatif pemecahan masalah (Halpem &

McKimm, 2009). Hasil temuan supervisi digunakan sebagai laporan untuk

melakukan pembinaan staf dan untuk memberikan umpan balik kepada staf

sehingga meningkatkan kinerja dan keterampilan staf yang di supervisi

(Lynch et al, 2008).

II.5.1 Supervisor dan Supervisee


Supervisor adalah seorang praktisi yang berkualitas dan

memiliki pengalaman yang cukup untuk memberikan saran atau

umpan balik saat melakukan pengawasan. Supervisor bisa seorang

manajer lini, atau rekan kerja, yang berada dalam posisi sebagai

tempat konsultasi staf tentang pedoman praktek dan kebijakan yang

diterapkan. Supervisor profesional memiliki kemampuan membantu

praktisi dalam pengembangan nilai-nilai, keterampilan, pengetahuan

dan profesionalisme (Camh, 2008) Supervise adalah seorang praktisi

yang menerima nasihat profesional, dukungan dan bimbingan dari

supervisor.

II.5.2 Peran Supervisor


1) Supervisor sebagai Coach

Supervisi merupakan kegiatan pemberian pembekalan kepada staf

sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Supervisor

berperan sebagai pelatih bagi staf dengan memberikan bimbingan

14
secara individu untuk mengembangkan kemampuan profesional

staf. Supervisor sebagai coach memberikan bantuan kepada staf

secara langsung sehingga staf memiliki bekal yang cukup untuk

melaksanakan tugas atau pekerjaannya dengan hasil yang baik

(Suarli & Bahtiar, 2010).

2) Supervisor sebagai Mentor

Keterampilan klinik perawat perlu ditingkatkan agar mampu

memberikan pelayanan keperawatan yang optimal melalui

mentoring dari supervisor klinik kepada perawat.

Mentoring merupakan suatu kegiatan pengarahan yang dilakukan

supervisor untuk membangun staf yang kurang berpengalaman

dalam keterampilan klinik melalui pemberian dukungan dan

bimbingan dari supervisor yang lebih berpengalaman (Skinner et

al, 2005).

3) Supervisor memberi waktu untuk refleksi

Proses refleksi merupakan suatu upaya mengidentifikasi dan

menemukan kebutuharn untuk mengembangkan kemampuan

profesionalisme.

4) Meningkatkan kualitas hubungan supervisor- perawat yang di

supervisi

Supervisi klinik merupakan kolaborasi antara staf yang kurang

berpengalaman dengan supervisor yang lebih berpengalaman. Hal

ini akan meningkatkan kualitas hubungan antara supervisor dan

15
staf. Memberi kesempatan pada staf sehingga staf mampu

merefleksikan pelaksanaan praktik sebelumnya sebagai upaya

untuk meningkatkan dan membangun praktik di masa datang

(Turner & Hill,2011).

II.5.3 Kompetensi Supervisi


Supervisor harus mempunyai kompetensi yang sesuai agar

mampu menjadi supervisor yang baik. Adapaun kompetensi yang

harus dimiliki supervisor menurut arwani (2005) ada 5 yaitu:

1) Kemampuan memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas

Seoorang pemimpin terkadang tidak mampu memberikan

pengarahan dan petunjuk yang jelas pada perawat pelaksana

sehingga menimbulkan miskomunikasi anntara supervisor dan

perawat pelaksana

2) Mampu memberikan saran, nasihat dan bantuan yang di butuhkan

staf dan perawat pelaksana

Pemberian saran atau nasihat harus dilakukan secara hati-hati

sehingga tidak menyebabkan perasaan tersinggung pada bawahan.

Supervisor harus mampu melakukan pendekatan secara asertiff

pada seluruh anggotanya. Supervisor dapat melibatkan perawat

senior dalam memberikan saran pada perawat pelaksana.

Pertimbangan lain ialah pemilihan waktu yang tepat untuk

memberikan saran serta nasihat pada perawat pelaksana.

16
3) Mampu memberikan moivasi untuk meningkatkan semangakerja

safdan perawat pelaksana

Seorang supervisor harus mampu memberikan motivasi pada

kinerja perawat pelaksana pada saat yang tepat. Pemberian

motivasi saat bawahan mengalami stress akibat pekerjaan bukanlah

waktu yang tepat bahkan dapat menyebabkan perasaan

tersiinggung.

4) Mampu memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh

staf dan perawat pelaksana.

Supervisor harus mampu memberikan latihan secara benar pada

perawat pelaksana sehingga mampu mengidentifikasi tindakan

yang dilakukan bawahannya yang kurang tepat. Seorang pemimpin

harus dapat memberikan contoh yang benar tenntang suatu

keterampilan sehingga disamping kemampuan manajerial juga

harus menguasai kemampuan praktis.

5) Mampu melakukan penilaian secara obyektif dan benar pada

kinerja keperawatan penelitian kinerja pada bawahan harus

dilakukan secara obyektif dan mengacu pada standart penilaian

yang ada, kadang-kadang factor pendekatan hubungan pribadi

dapat memunculkan efek “halo” karena supervisor tidak tega

member nilai kurang pada bawahannya

17
Lynch(2008) menjelaskan bahwa karakteristik supervisor klinik

yang baik atau efektif harus mempunyai dua kemampuan yaitu:

a). Keterampilan Interpersonal

Keterampilan interpersonal merupakan hal utama yang harus

dimiliki seorang supervisor dalam malkukan tekhnik supervisi kepada

perawat pelaksana. Beberapa contoh keterampilan interpersonal yang baik

dimiliki supervisor seperti terbuka, ramah, hangat, humor, insightfull,

refleksi diri dan respek pada perubahan atau pertanyaan orang lain tanpa

melihat sebagai kritikan.

b). Keterampilan praktis

Supervisor klinik perlu memiliki keterampilan tinggi sebagai

komunikator. Keterampilan tersebut meliputi menjadi pen aktif,

klarifikasi pertanyaan dan menyimpulkan pembicaraan.

Sedangkan Camh(2008) mengatakan kompetensi supervisor meliputi:

1. Pengetahuan

a. Mengetahui area yang akan disupervisi

b. Mengetahui model, teori, penelitian yang relevan

c. Mempunyai kemampuan klinik

d. Pengembangan profesi dan pembelajaran

e. Pengetahuan etik dan legal isu untuk disupervisi

18
2. Keterampilan

a. Menguasai metode supervisi

b. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain

c. Mampu memberikan umpan balik yang efektif

d. Mampu mengkaji pembelajaran dan pengembangan yang diperlukan

perawat yang di supervisi

e. Mampu mengevaluasi pelaksanaan feedback oleh perawat yang di

supervisi

f. Mempunyai keterampilan mengajar

3. Nilai

a. Bertanggung jawab

b. Penuh dengan perhatian yang membangun

c. Menyeimbangkan antara dukungan dan umpan balik

d. Mempunyai nilai prinsip etik

e. Memiliki pengetahuan dan melakukan penelitian supervisi serta

melakukan praktek dengan baik

f. Komitmen untuk melanjutkan pembelajaran dan pengembangan

profesional

4. Sosial

a) Legal etik

b) Menguasai proses pengembangan

c) Mempunyai pengetahuan tentang organisasi

d) Mempunyai kebijakan sosial yang berhubungan dengan supervisi

19
e) Kreatif menciptkan iklim kerja yang nyaman dengan memberikan

dukungan

5. Pelatihan

a. Melanjutkan pendidikan tentang pengetahuan dan keterampilan

supervisi

b. Mendapat pembelajaran supervisi melalui pengamatan dengan video,

audiotape

6. Pengkajian kompetensi supervisi

a. sukses melakukan supervisi

b. Melakukan observasi secara langsung

c. Pengkajian diri dan mempunyai kesadaran bahwa dirinya diperlukan

untuk konsultasi

d. Meningkatkan kepuasan klien

II.5.4 Prinsip-prinsip Supervisi Klinis


Seorang manager keperawatan harus mengetahui dasar Prinsip-

prinsip supervisi supaya dapat melakukan kegiatan supervisi secara

benar. Prinsip-prinsip supervisi menurut Arwani(2005) tersebut antara

lain:

a. Supervisi didasarkan hubungan profesional, bukan hubungan


pribadi.
b. Kegiatan supervisi harus direncanakan secara matang
c. Supervisi bersifat mendidik
d. Memberikan perasaan aman bagi perawat pelaksana
e. Menciptakan suasana kerja yang kondusif dan demokratis

20
f. supervise dilakukan secara obyektif
g. mampu meningkatkan terjadinya penilain dini
h. bersifat progresif, inovatif dan fleksibeel
i. supervise dapat membantu pengembangan potensi perawat
pelaksana
j. supervise bersifat membangun dan kreatif dalam mengembangkan
diri sesuai kebutuhan
k. supervise harus dapat meninngkatkan kinerja bawahan dalam
upaya meningkatkan kualitas asuhan keperaawatan.

Kegiatan supervise akan terjadi hubungan interpersonal natara

orang-orang yang terlibat dalam supervise. Seorang manajer

keperawatan harus mampu menempatkan diri secara professional.

Hubungan yang lebih ke arah pribadi harus di hindari seorang manager

karena akan mempengaruhi pengambilam keputusan. Bahkan kadang-

kadang akan menyebabkan pimpinan sulit mengatakan “tidak” pada

kondisi yang seharusnya berkata tidak pada kondisi ynng seharusnya

berkata tidak sehingga menyebabkan kegagalan dalam mencapai

tujuan organisasi (arwani,2005).

Komunikasi merupakan saah satu factor yang sangat

menentukan dalam melakukan kegiatan supervise. Seorang manager

harus mengusai keterampilan dalam berkomunikasi agar kegiatan

supervisi dapat dipahami oleh perawat pelaksana dan tidak

menimbulkan konflik, sehingga proses demokrasi dapat tercapai

(marquis,2006)

21
Sedangkan prinsip supervise klinis menurut Camh (2008)

meliputi :

1. meningkatkan kualitas sehingga tujuan oragnisasi dapat tercapai

supervisi klinis merupakan budaya baru untuk meningkatkan

kualitas pelayanan sehingga tujuan organisasi akan tercapai.

2. Meningkatkan proses peenyembuhan pada pasien

Salah satu tujuan dari supervisi klinis adalah untuk meningkatkan

kesembuhan pada klien

3. Meningkatkan rasa tanggung jawab

Supervisor bertanggung jawab untuk memberikan dukungan dan

pendidikan. Supervisor klinis dan staf perawat yang i supervisikan

bertanggung jawab pada kesembuhan klien. Kemudian supervisor menilai

kerja dari staf perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada

klien.

4. Meningkatkan pengetahuan khusus, keterampilan dan mampu


mengaplikasikannya dalam praktek..

Supervisor bertanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan aplikasi praktik pada perawat pelaksana.. perawat

professional meempunyai kompetensi

a. Mampu brhubungan baik dengan klien


b. Kekeeluargaan dan memberikan dukungan sosial
c. Mempunyai otonomi dan bertanggung jawab

22
d. Mengembangkan profesi dan penelitian
e. Mampu bekerja il, kolaborasi dan bekeerjasama
f. Memberikan pelayanan keperawatan pada klien mulai pengkajian
sampai evaluasi
g. Mampu memberikan pendidikan dan konsultasi
h. Mematuhi legal etika dan bertanggung jawab.

5. Meningkatkan pembelajaran dan pengembangan professionalisme.

Mengembangkan suatu profesi meupakan salah satu komitmen

dalam pembelajaran sepanjang hidup, dimana supervise klinis adalah

metode untuk mencapai tujuan ttersebut. Pengaturan profesi kesehatan

mulai dari pendidikan, standart praktek dan legal etik.

Kegiatan supervise prinsipnya untuk mencapai untuk mencapai

tujuan organisasi dengan meningkatkan kualitas perawatanpasien,

keamanan bagi pasien, mendukung pertumbuhan staf professional

II.5.5 Metode supervise


Metode pelaksanaansupervisi klnis menurut center of addition

and mental health,2008 antara lain:

1. Demontrasi

Supervisor mengadakan pertemuan denganpesawat yang di

supervise dan mendikusikan tentang keteraampilan yang harus di

pelajari lagi oleh staf perawat. Supervisor bersama perawat yang di

supervise melakukan wawancara bersama-sama

kepasien.supervisor memberikan kesempatan pada perawat yang di

23
supervise untuk membandingkan hasil wawancaranya dengan

wawancara supervisor.

2. Ko-terapi/refleksi

Supervisor berada dalam ruangan dengan klien, sedangkan

pperawat yang di supervise di luar ruangan dengan mengamati

dari luar.

3. Bermain peran

Supervisor dan perawat yang di supervise mengadakan roleplay.

Perawat yang di supervise berperan sebagai pasien sedangkan

supersior sebagai perawat. Dengan melakukan bermain peran maka

perawat yang di supervise akan mendapat gambaran yang jelas

tentang cara melakukan supervise pada klien.

4. Audi/video

Supervisor menggunakan alat bantu tape atau video untuk

memberikan gambaran yang jelas tentang ssesuatu keterampilan

tertentu. Sedangkan perawat yang di supervise mengamati atau

mendengarkan denan seksama. Kemudian menduskusikan dengan

supervisor.

24
II.5.6 Pelaksanaan Ssupervisi
Supervise dapat dilaksanakan supervise secara individu dan

kelompok tergantung dari kebutuhan.

1. Supervise klinik kelompok

pembeerian supervise yang dilaksakan secara berkelompok

berorientasi terutama dalam bekerja dengan tim atau unit untuk

mengeksplorasi kedinamisan tim. Peningkatan keterampilan klinis

atau perkembangan professional. Frekuensi supervise kelompok

paling sedikit tiap bulan tergantung dari kebutuhan kelmpok. Jika

sudah dilakkukan tiap bulan dan ttidak ada perawat yang

melakukan kesalahan maka supervise dapat di lakukan 2 bulan

waktu yang dilakukan supervise klinik kelompok anatara 60-90

menitt (lynch, et all:2008)

2. Supervise klinik individu

Supervise klinik indiviu menurut lynch (2008) arttinya supervise

yang dilkukan antara dua orang, yaitu perawat yang di supervise

dan supervisor. Perawat yang di supervise menjadi focus utama

supervisor pelaksanaan supervise individu tlebih bersifat terttuttup

dan kemungkinan akan terjadi perasaan tidak nyaman dalam

komunikasi pada eperawat yang di supervise. Dalam supervise

individu kepercayaan merupakan hal penting sehingga perawat

pelaksana mudah menerima saran atau nasihat.

25
Supervise individu bertujuan untuk mengembangkan individu yang

didasari hubungan yang terbuka, pengertian dan kepercayaan.

Superisi individu memerlukan waktu lebih lama karena perawat

yang ddi ssupervisi meenyampaikan alasan, diskusi dan pekerjaaan

yang berhubungan dengan kegiatan supervise. Perawat yang di

supervise akan lebih fokuspada sesi yang berhubungan dengan

penyelesaian masalah yang saat ini sedang di alaminya.

Indikasi supervise individu antara lain:

a. Individu sedang mengalami konflik dengan tim kerjanya. Maka


supervisor dapat memberikan saran aau latihan untuk
meningkatkan kemampuan cara mengatasi konflik untuk
mengattasi koping strateginya
b. Individu membutuhkan waktu istirahat dan menceritakan
pengalaman praktik kliniknya
c. Individu tertarik pada pengalaman contoh praktik yang baik
untuk meningkatkan pemahaman individu bahwa dalam
pelaksanaan pekerjaan harus berperinsip bekerja yang baik
d. Individu perawat mempunyai kesulitan ddalam bekerjanya yang
berhubungan dengan klien atau bagian diagnosis klien (lisa
lynch,2008).

II.5.7 Supervisor Keperawatan


Depkes (2008) mengemukan bawah pelaksanaan supervisi di

rumah sakit dapat dilakukan oleh:

1. Kepala ruangan

26
Bertangung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk

klien. Kepala ruangan sebagai ujung tombak penentu tercapai

tidaknya tujuan pelayanan keperawatan dan mengawasi perawat

pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Pengawas perawatan
Beberapa ruan atau unuit pelayanan berada di bawah unit

pelaksana fungsional (UPF). Pengawas bertanggung jawab dalam

supervisi pelayanan keperawatan pada areanya yaitu beberapa

kepala ruangan yang di UPF bersangkutan.

3. Kepala seksi
Beberapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi

(Kasie). Kepala seksi mengawasi pengawas UPF dalam

melaksanakan tugasnya secara langsung dan seluruh perawat

secara tidak langsung.

4. kepala bidang

Kepala bidang bertanggung jawab untuk supervise kepala seksi

secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung. Jadi

supervise berkaitan dengan struktur organisasi yang

menggambarkan garis tanggung jawab, siapa yang menjadi

supervisor dan siapa yang disupervisi.

27
II.6 TEKHNIK SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN

Supervise dalam keperawatan memerlukan teknik khusus dan bersifat

klinis. Swansburg (2000), supervise dalam keperawatan mencakup hal-hal di

bawah:

1. Proses supervisi

Proses supervisi dalam praktek keperawatan meliputi tiga elemen, yaitu

a. Standar prakek keperraeatan sebagai acuan

b. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembimbing untuk

pencapaian atau kesenjangan dan tindak lanjut,

c. Upaya mempertahankan kualitas atau memperbaiki

2. Area supervisi

Area supervisi keperawatan meliputi:

a) Pengetahuan dan pengertian tentang tugas yang akan dilaksanakan,

b) Keterampilan yang dilakukan sesuai standar,

c) Sikap erta penghargaan terhadap pekerjaan.

Sedangkan menurut Arwani(2005), supervisi dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu:

1. Secara langsung

Supervisi dengan cara langsung dilakukan pada saat perawat pelaksana

melakukan kegiatan yang sedang berlangsung saat itu. Supervisor

28
dapat terlibat langung dalam kegiatan yang dilakukan perawat

pelaksana sehingga dapat memberikan pengarahan dan petunjuk yang

tidak dirasakan oleh perawat pelaksana sebagai suatu perintah. Umpan

balik langsung diberikan oleh supervisor kepada bawahan tanpa

dirasakan sebagai beban oleh perawat pelaksana, Proses supervisi

perawat langsung, pelaksana melakukan tindakan secara mandiri

dengan didampingi supervisor. Supervisor memberikan dukungan,

reinforcement dan petunjuk selama proses supervisi. Kemudian

supervisor mengadakan diskusi dengan perawat pelaksana untuk

memperkuat tindakan yang sudah benar dan memperbaiki kekurangan

dalam melaksanakan tindakan.

2. Tidak langsung

Supervisi secara tidak langsung baik tertulis atau tidak melalui laporan

baik tertulis atau tidak tertulis. Hal ini memungkinkan terjadinya salah

pengertian dan salah persepsi karena supervisor tidak melihat kejadian

secara langsung kegiatan yang dilakukan perawat pelaksana

II.6.2 Kegiatan Supervisor


Kegiatan supervisor menurut Depkes(2008), dalam supervisi

sebagai berikut:

1. Sebelum pertukaran shif(15.30 menit)

a. Kecukupan fasilitas/sarana/peralatan hari itu

b. Mengecek jadwal kerja

29
2. Pada waktu mulai shif(15-30 menit)

a. Mengecek personil yang ada

b. Menganalisa keseimbangan personil dan pekeriaannya

c. Mengatur pekerjaannya

d. Mengidentifikasi kendala yang muncul

e. Mencari jalan agar pekerjaan dapat diselesaikan

3. Sepanjang hari(6.7 jam)

a. Mengecek pekerjaan personil

b. Mengarahkan sesuai kebutuhan

c. Mengecek kemajuan pekerjaan personil

d. Mengecek pekerjaan rumah tangga

e. Menciptakan kenyamanan kerja khususnya personil baru

f. Berjaga jaga di tempat apabila ada pertanyaan atau permintaan

bantuan

g. Mengatur istirahat jam personil

h. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul saat itu serta

solusinya

i. Mengecek kecukupan alat/sarana/fasilitas sesuai kondisi

operasional

j. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya

k. Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja

30
4. Sekali dalam sehari (15-30 menit)

a. Mengobservasi satu persatu personik atau area kerja secara

kontinyu untuk 15 menit

b. Melihat dengan seksama hal-hal yang terjadi misal: keterlambatan

pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan

5. Sebelum pulang ke rumah(15 menit)

a. Membuat daftar masalah yang belum diselesaikan

b. Berusaha menyelesaikan persoalan tersebut besok harinya

c. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dan

hasilny

d. Lengkapi laporan harian sebelum pulang

e. Membuat daftar pekerjaan untuk besok

f. Membawa pulang dan mempelajarinya di rumah sebelum pergi

bekerja

II.6.3 Penelitian yang Berhubungan dengan Supervisi


1. Basuki Duwi(2012), didapatkan faktor pendidikan dan pe han

meruapakan faktor dominan yang mempengaruhi pelaksanaan

supervisi oleh kepala ruang

2. Basuki Duwi(2012), tentang persepsi perawat pelaksana dengan

pelaksanaan supervisi kepala ruang didapatkan tidak ada

hubungan yang bermakna. Hal tersebut terjadi karena adanya

rasa sungkan perawat pelaksana terhadap atasan mereka

31
3. Basuki Duwi(2013), tentang pengaruh supervisi terhadap kualitas

inieksi intravena didapatkan adanya pengaruh yang berpola

positif Semakin baik kepala ruang menjalankan fungsi supervisi

maka hasil pelaksanaan SOP pemberian obat intavena semakin

meningkat sehingga mampu menurunkan angka kesalahan dalam

pemberian obat pada klien

4. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari(2009) di rumah sakit

Mardi Rahayu Kudus tentang pengalaman perawat pelaksana

dalam menerapkan prinsip enam benar dalam pemberian obat

didapatkan data 30% obat yang diberikan tidak

didokumentasikan, 15% obat diberikan dengan cara yang tidak

tepat, 23% obat. diberikan dengan waktu yang tidak tepat, 2%

obat tidak diberikan, 12% obat diberikan dengan dosis yang

tidak tepat(Lestari, 2009). Hal ini terjadi karena perawat tidak

mendapatkan pengarahan secara maksimal.

32
BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan

keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi

memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan

tugasnya secara efektif dan efisien.

Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang

memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk

meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada

akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

33

Anda mungkin juga menyukai