Jurnalreviewpaperusu
Jurnalreviewpaperusu
Abstrak
Penelitian ini tentang review paper kultivasi mikroalga untuk bioteknologi biomassa
sebagai energi terbarukan. Alga merupakan organisme berkloroplas yang menghasilkan
oksigen melaui proses fotosintesis. Global warming semakin hari semakin meningkat
seiring dengan munculnya pabrik-pabrik industri baru di dunia yang menghasilkan limbah
cair, gas, maupun padat dan menimbulkan masalah dalam penanganannya. Beberapa unit
proses yang ada untuk menghilangkan nutrisi dari air limbah tetapi ini adalah mahal dan
menghasilkan konten lumpur yang tinggi. Upaya mencari sumber minyak nabati alternatif
terus dilakukan dan pemanfaatan alga sebagai sumber minyak telah menarik perhatian
peneliti akhir-akhir ini. Mikroalga tampaknya menjadi satu – satunya sumber biodesel yang
memiliki potensian untuk benar – benar menggantikan diesel fosil.Tidak seperti tanaman
minyak lainnya, mikroalga tumbuh sangat pesat dan sangat kaya minyak. Suhu harus dijaga
sekitar 20-30°C. Budidaya alga dapat dilakukan dalam berbagai bentuk wadah dengan
berbagai konfigurasi. Pada prinsipnya, pertumbuhan alga membutuhkan adanya suplai CO2
sebagai sumber karbon utama, pencahayaan dan nutrient.
A. PENDAHULUAN
B. Kultivasi Mikroalga
Sebagian besar mikroalga menggunakan cahaya dan karbon dioksida (CO ) sebagai sumber
2
1.Open Ponds
Open ponds merupakan sistem budidaya mikroalga tertua dan paling sederhana. Sistem tersebut
sering dioperasikan secara kontinyu. Umpan segar (mengandung nutrisi termasuk nitrogen,
phosphor, dan garam inorganic) ditambahkan di depan paddlewheel dan setelah beredar melalui
loop-loop mikroalga tersebut dapat dipanen di bagian belakang dari paddlewheel. Paddlewheel
digunakan untuk proses sirkulasi dan proses pencampuran mikroalga dengan nutrisi. Beberapa
sumber limbah cair dapat digunakan sebagai kultur dalam budidaya mikroalga. Pemilihan sumber
limbah cair tersebut berdasarkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari mikroalga. Mikroalga laut dapat
menggunakan air laut atau air dengan tingkat salinitas tinggi sebagai media kultur. Biaya
operasional sistem open ponds lebih rendah dibandingkan dengan sistem photobioreactor, namun
sistem tersebut memiliki beberapa kelemahan. Open ponds merupakan sistem kolam terbuka
sehingga mengalami evaporasi akut, dan penggunaan karbon dioksida (CO (a) (b) Gambar 2. (a)
Ilustrasi Raceway open pond; (b) Raceway open pond dilapangan
2. Photobioreactor
menjadi tidak efisien. Produktivitas mikroalga juga dibatasi oleh kontaminasi dari alga atau
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Gambar 2 menunjukkan sistem open ponds dengan
photobioreactor.(Dessy. A, et al.,2014)
Pada Tabel 2 terlihat bahwa hanya mikroalga paling potensial untuk sepenuhnya
menggantikan penggunaan bahan bakar minyak konvensional (fosil). Tidak seperti tanaman
biji lainnya, mikroalga dapat tumbuh sangat cepat dan mempunyai kandungan minyak yang
sangat tinggi. Umumnya mikroalga dapat menggandakan diri hanya dalam 24 jam saja.
H
O O
H C O C R1 R O C R1 H 2C OH
O O
H C O C R2 + 3 ROH katalis
R O C R2 + HC OH
O alkohol O
H C O C R3 R O C R3 H 2C OH
trigliserida
Gambar 1. Reaksi pembentukan senyawa alkil ester (biodiesel)
Sumber:Chisti, 2007)
Suhu harus dijaga sekitar 20-30°C. Budidaya alga dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk wadah dengan berbagai konfigurasi. Pada prinsipnya, pertumbuhan alga
membutuhkan adanya suplai CO2 sebagai sumber karbon utama, pencahayaan dan nutrient.
Gambar 2 Wadah budidaya alga tipe (a) silinder, (b) kotak, (c) kolam pacu satu atau tiga lingkar.
Sumber: Dessy Ariyanti, Dkk.,(2014), dan Chisty, (2007)
3. Proses Fotosintesis
Proses fotosintesis secara sederhana diperlihatkan seperti pada persamaan berikut:
Radiasi matahari menyinari bumi diperkirakan mencapai 178.000 terawatt per tahun atau
setara 15.000 kali kebutuhan energi saat ini. Fotosintesis sendiri mengkonsumsi sekitar 10
kali kebutuhan energi dunia dan ini hanya sebagian kecil dari radiasi matahari. Sekitar 2/3
produktivitas fotosintesis berasal dari tumbuhan di daratan, sementara itu sisanya berasala
dari aktivitas fitoplankton atau mikroalga di lautan yang menutupi sekitar 70% luas
permukaan bumi. Karena biomassa berasal dari fotosintesa tanaman dan alga, keduanya
menjadi sasaran kajian-kajian yang terkait dengan produksi energi biomassa.
4. Komposisi Mikroalga
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel yang
bervariasi, baik uni-selular maupun multiselular (membentuk koloni kecil). Sebagian besar
mikroalga tumbuh secara fototrofik, meskipun tidak sedikit jenis yang mampu tumbuh
secara heterotrofik. Ganggang hijau-biru prokariotik (cyanobacteria) juga termasuk dalam
kelompok mikroalga. Dalam Bergey's Manual of Systematic Bacteria, kelompok
mikroorganisme ini ditempatkan bersamasama dengan kelas Oxyphotobacteria, dalam
divisi Gracilicutes. Hingga saat ini tidak kurang dari 30.000 jenis mikroalga telah dikenal
dan dipelajari secara intensif (Taylor, 1967).
5. Budidaya Mikroalga
Produksi biomassa mikroalga umumnya lebih mahal daripada tumbuhan biji. Hal ini
disebabkan proses fotosintesis memerlukan cahaya, CO2, air dan garam anorganik
(Nitrogen, Fosfor, Besi, Silikon). Kebutuhan garam anorganik minimal dapat dihitung
berdasarkan rumus molekul biomassa mikroalga, yaitu CO 0,48H1,83N0,11P0,01 (Grobbelaar,
2004). Suhu harus dijaga sekitar 20-300C. Budidaya alga dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk wadah dengan berbagai konfigurasi. Pada prinsipnya pertumbuhan alga
membutuhkan adanya supplai CO2 sebagai sumber karbon utama, pencahayaan dan nutrien.
Gambar 2.1a memperlihatkan fermentor tipe silinder yang dilengkapi sistim pengadukan
mekanis, aerasi CO2 dan udara serta dan irradiasi dari 4 (empat) lampu fluorescent.
7. DAFTAR PUSTAKA
Alejandro, R., Leopoldo, G.,Mendoza, E.,Tom, S.,2010. Growth and nutrient removal in
free and immobilized green algae in batch and semi- continuous cultures treating
real wastewater. Journal Bioresource Technology. 101, 58-64
Chisti, Y., 2007, Biodiesel from microalgae (Research review paper), Biotechnology
Advances 25. 294 – 306
Chisti, Y., 2013, Constraints to commercialization of algal fuels (Review), Journal of
Biotechnology 167. 201 - 214
Dessy, A.,Noer, A.H.,2014. Mikroalga sebagai sumber biomassa terbarukan: Teknik
kultivasi dan pemanenan. Jur. Tek. Kimia, Univ. Diponegoro
Hanifa, T., Sulaiman, A., Ali, H., Yousef, H., Mohammad, M., 2011. Biodiesel sebuah
tinjauan enzimatik transesterifikasi dari mikroalga minyak berbasis menggunakan
supercritical technology. Journal jourlib ISSN: 2333- 9721
Hussein, Z., Gita, N., Ang, H.M., Tade, M.O., 2012. CO2 Biomitigation and biofuel
Production using microalgae: photobioreactors developments and future directions.
Advances in Chemical Engineering, ISBN: 978-953-51-0392-9
Irhamni., Elvitriana., Vera, V., 2012. Aklimatisasi mikroalga hijau dalam limbah
Peternakan untuk meningkatkan penyisihan nutrient dan produksi lipida. Jurnal
Purifikasi, Vol 13 No. 2, ISSN: 1411 – 3465 Hal 67- 74
Luz. E. de-Bashan, Manuel. M, Juan. P. H. H, Yoav.B.,2002. Removal of ammonium and
phophoeus ions from synthetic wastewater by the microalgae Chlorella vulgaris
coimmobilized in alginate beads with the microalgae growth-promoting bacterium
Azospirillum brasilense
Rizqa, D., Gatut, Y., Agus, R., 2012. Desain closed photobioreaktor Chlorella Vulgaris
Sebagai mitigasi emisi CO2 . Jurnal sain dan seni ITS Vol. 1, ISSN: 2301 – 928X
Ryan, D., Daniel, F., Edward, D.F., Mark, S. W., 2012. Renewable diesel from algal lipids:
An integrated baseline for cost, emissions, and resource potential from a
Harmonized model. NREL, Argonne national laboratory.
Wike, A.E.P., Muhaemin, M., 2010. Phosphorus and ammonium ions removal by using the
microalgae Dunaliella Salina, Jurnal Penelitian Sains, Vol. 13 No. 3(D) 13314 – 08