Dokumen 3
Dokumen 3
Disusun oleh Kelompok 5
3. Khoirul Annisa (K4313042)
PENDIDIKAN BIOLOGI
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang
membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.Merasakan makanan yang sama terus-menerus
akan menimbulkan kebosanan; melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena
bosan. Orang akan lebih suka bila hidup diisi dengan penuh variasi dalam arti yang
positif. Mengkonsumsi makananyang bervariasi (bermacam-macam) akan meningkatkan nafsu/gairah
untuk makan. Mendengarkan lagu-lagu baru lebih menyenangkan daripada lagu-lagu yang tiap hari
didengar. Rekreasi pada dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan di tempat asalnya. Mengatur alat-
alat rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang di rumah daripada pergi. Demikian
juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi,
maka akanmembosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak
tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan variasi dalam mengajar siswanya.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajarkan meliputi 3 aspek, yaitu variasi
dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam
interaksi antara guru dengan siswa.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi,
maka akanmeningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar. Keterampilan
dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan
keterampilan campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam
memberi penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya perubahan
dalam gayamengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara
guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
3. Mengetahui prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar dan penerapannya pada proses belajar
mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemberian Variasi dalam Proses Belajar Mengajar
a. Menurut Uzer , variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang
ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar ,murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
b. Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan
proses pengajaran.
c. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat mengajar di
muka kelas.
d. Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan
Dari definisi diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku,
sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa,
sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui
ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.Anak tidak bisa
dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat
mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan
mengalami kebosanan.untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi. Dalam keterampilan
mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu:
1. Variasi gaya mengajar
variasi dimaksud adalah :
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang
memperhatikan penjelasan guru , karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa
tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya. Misalnya faktor
penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang di rasakan siswa lebih menrik daripada
materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi pelajaran yang di berikan guru.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar,karena dengan perhatian yang
diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang Guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap
materi yang diberikan dalam suatau pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah
terjadinya perubahan didalam diri siswa.Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam
konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu, Guru selalu memperhatikan variasi
mengajarnya,apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan
atau belum.
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar.Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun
jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan
belajar.Maka dari itu, Guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didalam
diri setiap siswa selama pelajaran berlangsung. Dalam proses belajar mengajar dikelas, tidak setiap siswa
mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi jadi seorang siswa
menyenanginya,tetapiuntuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan
masalah bagi Guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan . Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi.
Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang
diberikan.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi Guru. Karena di
dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya
sendiri memperhatikan penjelasan Guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan
dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan Guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi
motivasi,yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat,motivasi sebagai alat yang
menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap
seorang Guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh Guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh
tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika Guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di
kelas.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap Guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar Guru yang kurang bervariasi.
Gaya mengajar Guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali
melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode lain. Misalnya metode
diskusi,resitasi, tanya jawab, problem solving atau cerita.
Ketika mengajar , guru selalu duduk dengan santainya di kursi, tak peduli bagaimana tingkah laku dan
perbuatan anak didik, adalah jalan pengajaran yang cepat membosankan. Guru kurang dapat menguasai keadaan
kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut- sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang
menguntungkan bagi kedua belah pihak,yaitu guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang
membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang yang pandai
menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa.Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru dan
siswa selalu ingin dekat dengan guru. Dikarenakan gayamengajar dan pendekatannnya yang sesuai dengan
psikologis siswa.
Sebagai seseorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam
mengajar. Penguasaan metode mengajar yang di tuntut kepada guru tidak hanya satu atau dua
metode,tetapi lebih banyak dari itu. Karena diakui, penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih
memungkinkan guru untuk melakukan pemilihan metode, mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang
tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan
keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai
pendekatan dalam mengajar di kelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode, media dan
pembelajaran) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna sebagai alat bantu
pengajaran, alat peraga,dan sebagai sumber belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak pernah guru
lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus dilakukan . sangat terbatasnya
fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternative yang tersedia untuk melakukan
pemilihan. Misalnya , kurangnya buku yang tesedia untuk suatu bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih
dominan dan sulit bagi guru untuk melakukan pendekatan individual. Kurangnya fasilitas untuk bidang studi IPA (
biologi, kimia, atau fisika)menyebabkan kurangnya keampuhan metode demonstrasi atau metode eksperimin.
Maka alternatif yang sangat terpaksa guru lakukan adalah memilih metode ceramah dan metode Tanya jawab,
ketimbang tidak ada kegiatan sama sekali.
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru.Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua
kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran
yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya
kegiatan belajar mengajar.Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik yaitu motivasi
instrinsik yang lahir dari kesadaran akanpentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya jarang ditemukan bahwa
semua anak didik mempunyai motivasi instrinsik yang sama. Artinya, setiap anak yang hadir didalam kelas selalu
membawa motivasi yang berbeda. Perbedaan motivasi itu terlihat dari sikap dan perbuatan mereka ketika
menerima materi pelajaran dari guru.
Pada satu sisi ada anak didik yang senang menerima materi pelajaran tertentu,tetapi dilain pihak ada juga
anak didik yang kurang senang menerima materi pelajaran tertentu. Gejalanya terlihat ada anak didik yang malas
mencatat, malas memperhatikan penjelasan guru, dan sebagainya. Gejala adanya anak didik yang kurang senang
menerima pelajaran dari guru tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disini
lah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak
didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini cara tepat yang harus guru lakukan adalah
mengembangkan variasi mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan pengajaran,
maupun dalam interaksi guru dengan anak didik.
Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang
guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa
dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak
senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika
sebagian besar siswanya tidak mau memperhatikan penjelasan ang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan
tugas yang diberikan guru untuk materi tertentu.
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan
lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa
prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan
dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan
variasi mengajar itu adalah seagai berikut:
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak
dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu
juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya
mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik
siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar mengajar yang
utuh, tidak merusak perhatian siswa dan proses belajar mengajar tidak terganggu.
3. Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu
dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam satuan pelajaran atau RPP. Selain itu, perubahan komponen
keterampilan tersebut dapat dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru.
Karena variasi inimemerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari
siswa.
Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beraneka ragamnya jenis-jenis stimulus
pembelajaran yang dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor kualitasnya. Oleh karena itu agar
penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelaran secara efektif, maka beberapa prinsip berikut ini harus
menjadi pertimbangan, yaitu :
a) Bertujuan
Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajran harus memiliki tujuan yang terarah dan
jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu variasi stimulus juga harus memperhatikan kesesuaianya dengan sifatt materi, karakteristik siswa
berikut latar belakang sosial budayanya, dan faktor kemampuan guru untuk melaksanakannya.
b) Fleksibel
Variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan baku (tidak dinamis). Sehingga setiap jenis
variasi yang diterapkan memungkinkan dapat diubah disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tuntuttan
yang terjadi secara spontan pada saat tejadinya pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan prose
pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar. Perpindahan dari suatu
bentuk stimulus kestimulus pembelajaran lainnya dalam rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang
bervariasi, semuanya harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga pesan pembelaran dapat diterima
oleh siswa.
d) Kewajaran/tidak dibuat-buat
Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-buat sehingga tidak terkesan seperti dipaksakan. Oleh
karena itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang dikembangkan sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah
dan terkait langsung dengan konteks pembelajaran yang sedang dibahas.
Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akan diterapkan dalam pembelajaran itu bersifat rumit dan
kompleks, membutuhkan beberapa tenaga atau personil, penerapan variasi yang seperti itu tentu saja harus
direncanakan dan dikelola secara lebih matang agar semuanya dapat berjalan dengan lancar an efektif
mendukung proses pembelajar yang lebih bermakna.
Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu
variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran dan variasi dalam interaksi
antara guru dengan siswa.
Dengan dikombinasikannya ketiga komponen atau aspek dalam penggunaannya atau secara integrasi,
maka akanmeningkatkan perhatian peserta didik, membangkitkan keinginan dan kemauan belajarnya. Dengan
sebab itu, maka diharapkan tujuan pendidikan tercapai. Aspek atau komponen yang dimaksud dalam pembahasan
ini dapat diperdalam dengan penjelasan berikut:
1. Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan, dan variasi perpindahan
posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat,
dan semuanya memiliki relevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar
akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa, menolong
penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini adalah sebagai berikut:
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat mendramatisasi suatu
perstiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang siswa, atau
berbicara secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian, dan seterusnya.
b. Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat
menggunakan ”penekanan secara verbal”; misalnya, ”Perhatikan baik-baik. Nah, ini yang penting. Ini adalah
bagian yang sukar, dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota
badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis.
Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar
perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :
1. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru yang dapat
menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian
tentang kata-kata penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
2. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru yang harus diingat
adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang
sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.
3. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan
minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar
dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau
membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.
4. Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa mengarahkan
perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam
memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”,
karena materinya agak sulit dan sebagainya.
c. Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas,
menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya
kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan
pandangannya dapat menarik perhatian siswa.Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi,
sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara
mereka
5. Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan sesuatu.
Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan baik. Jadi dalam kontak pandang
hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering
dilakukan, akan membangun dan membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan
mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk itu, pandanglah
siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk
menarik perhatian dan minat belajar siswa.
Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif . Menurut Sardiman gerakan yang baik
adalah gerakan yang efektif dan efisien, artinya gerakan yang cukup tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau
uraian guru .Mimik dan gerakan badan guru hendaknya selalu mengalami variasi dalam proses belajar-mengajar
karena disamping menarik perhatian siswa juga dapat diartikan sebagai maksud dari pesan-pesan tertentu. Dengan
menggunakan mimik dan gerakan badan ini lebih efektif digunakan dari pada dengan menggunakan bahasa yang
bertele-tele.
1. Ekspresi Wajah
Dalam pembelajaran mimik/ekspresi wajah, seorang guru jangan melakukan ekspresi tersebut setengah-
setengah atau terlalu over akting karena itu akan membuat bingung siswa-siswanya. Jadi ekspresi wajah ini harus
dilakukan dengan yakin dan sungguh-sungguh, agar apa yang guru sampaikan dapat ditangkap maknanya oleh
siswa. Perubahan pada ekspresi wajah yaitu seperti: tersenyum, menggerutkan kening, mengangkat alis, cemberut,
2. Gerakan Kepala
Dalam proses pembelajaran tentu seorang guru harus dapat memberikan gerakan-gerakan tertentu pada daerah
kepala, seperti melakukan gerakan dengan menggeleng, mengangguk, tegak/mengangkat kepala, menunduk.
Gerakan ini dilakukan untuk menunjukkan setuju atau sebaliknya dan gerakan ini dilakukan agar ada variasi yang
3. Gerakan Tangan
Gerakan tangan, juga termasuk variasi dalam gayamengajar. Gerakan tangan sama fungsinya dengan yang
lain yaitu untuk menegaskan suatu point-point penting dalam pembahasan yang diajarkan oleh guru. Selain itu
gerakan tangan juga dapat digunakan untuk menunjukkan suatu pujian terhadap keberhasilan siswa. Gerakan
tangan dapat berupa mengangkat tangan, mengacungkan jempol, mengepalkan tinju untuk menegaskan, bertepuk
tangan. Akan tetapi dalam menggunakan gerakan tangan guru harus berhati-hati agar apayang digunakan tidak
menyalahi aturan daerah setempat. Contohnya : Guru mengatakan bumi itu bulat sambil membuat gerakan dengan
kedua tangan yang menggambarkan bentuk bulat.
Gerakan badan secara keseluruhan merupakan suatu variasi dalam pembelajaran. Dimana sebaiknya
sebagai seorang guru variasi ini dilakukan agar pembelajaran tidak monoton. Variasi gerakan badan secara
keseluruhan berupa berdiri kaku, bersikap santai, gerak mendekati atau menjauhi.Contohnya : jika dalam mengajar
tentu seorang guru tidak hanya duduk saja dibelakang meja, melainkan adakalanya berdiri dengan kaku/tegap
didepan siswa-siswanya, kemudian adakalanya berdiri dengan cara yang santai dan adakalanya guru mendekati
tempat duduk siswa.
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan
sesuatu.Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan
senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang
terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi
waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang
mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.
Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika
seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab
pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan
pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari
pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya,
demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih suka
mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang
dimiliki tiap siswa misalnya, guru dapat memulai dengan berbiara terlebih dahulu kemudian menulis di papan
tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadap
indra siswa.
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media dengar, dan media
taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu
komponen media akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra siswa, membuat perhatian siswa menjadi
lebih meningkatkan kemampuan belajar.
a. Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi
seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip. televisi, gambar grafik, model, demonstrasi,
a. Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
c. Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak ddik.
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi
dalam penggunaaan media dengan memerlukan sekali saling bergantian atau berkombinasi dengan media pandang
dengan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah
pembicaraan siswa, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, tape,
Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah penggunaan media yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan
melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai
media taktil. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil.
3. Variasi Interaktif
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memiliki rentangaan yang bergerak dari dua
kutub, yaitu:
a. Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b. Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara
kepada siswa.
Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok
kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan siswa secara individual, atau
guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat saling tukar menukar pendapat melalui
penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.
Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: filling persetujuan, penghargaan atau
peningkatan, menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya
siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan pertanyaan
dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif dari Bloom, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau
ditujukan kepada siswa, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi
kelompok kecil. Bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film,
bekerja di laboraturium, baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan
kegiatan sendiri.
Komunikasi sebagai aksi (satu arah), guru sebagai teacher center, dan siswa hanya menerima pelajaran
tersebut.
Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi)
Ada balikan bagi guru dari siswa-siswanya, lalu siswa saling belajar satu sama lain.
Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa (komunikasi sebagai transaksi,
multiarah).
e. Pola melingkar
Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara
dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
a. Kegiatan klasikal
2. Demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan atau percobaa
c. Kegiatan berpasangan
d. Kegiatan perorangan
1.Membaca atau menelaah suatu materi 2.Mengerjakan tugas individual, seperti
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Keterampilan memberi variasi adalah suatu usaha atau kemampuan guru untuk menghilangkan
kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui variasi gaya mengajar, penggunaan bahan atau media,
dan pola interaksi kegiatan siswa sehingga anak didik menunjukkan ketekunan, antusiasme dan penuh
partisipasi terhadap KBM.
• Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak
dicapai
1) Gaya mengajar, yang meliputi : teacher silence, focusing, teacher voice, teacher movement, gesture
dan eyes contact and movement
2) Penggunaan bahan atau media yang berkaitan dengan visual, auditorial, motorik/kinestetik, dan
kombinasi
3) Pola interaksi guru dengan siswa yang dapat berbentuk klasikal, kelompok, maupun perorangan.
B. SARAN
Melihat kondisi dunia pendidikan di Indonesia sekarang, banyak guru yang cara mengajarnya masih
cenderung monoton. Akibatnya tak sedikit pula siswa yang bosan menerima pelajaran dari guru yang
bersangkutan. Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat memberi gambaran seperti apa
seharusnya keterampilan memberikan variasi mengajar diterapkan sehingga siswa tidak mengalami kebosanan
dalam menerima pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah.2000.Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif.Jakarta: PT. Rineka Cipta