Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KIMIA ANALISIS PERTEMUAN KE-13 (Total 15 soal)

Nama mahasiswa : Putri Tucunan


NIM :1961100002
Nilai :

1. Pada paper yang berjudul ‘Analisis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Untuk Penetapan Kadar Asam Galat,
Kafein, dan Epigalokatekin Galat pada Beberapa Produk The Celup’, jawablah pertanyaan di bawah ini :
a. Apakah sifat kimia epigalokatekin? Polar atau non polar sehingga fase geraknya polar atau non polar?
b. Mengapa detektor uv yang digunakan?
c. Jelaskan bagaimana cara optimasi fase gerak sistem KCKT dan bagaimana hasil komposisi fase gerak
yang optimal?
d. Tuliskan instrumentasi dan kondisi operasional KCKT!
Jawab :
a. Sifat kimia epigalokatekin yaitu nonpolar sehingga fase gerak yang digunakan yaitu polar
b. Sedangkan detektor UV digunakan karena senyawa aktif yang akan dianalisis yaitu asam galat, kafein
dan epigalokatekin galat menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah UV dan senyawa yang
dianalisis memiliki serapan kuat pada daerah UV sehingga detektor UV dinilai cukup sensitif untuk
mendeteksi serapan sinar UV oleh senyawa yang dianalisis.
c. Fase gerak dioptimasi dengan membuat berbagai variasi campuran pelarut. Variasi campuran bagian
pertama yang meliputi air, asetonitril, metanol, etil asetat, asam asetat glasial (89:6:1:3:1 v/v/v/v/v).
Campuran pelarut yang dioptimalkan selanjutnya adalah air, asetonitril, metanol, etil asetat, asam
asetat glasial (89:6:3:4:1 v/v/v/v/v), kemudian air, asetonitril, metanol, etil asetat, asam asetat
glasial (89:7:1:3:3 v/v/v/ v/v). Karena hasil belum optimal, maka divariasi campuran pelarut yang
lain yaitu asam orto-fosfat 0,1%, metanol, asetonitril (16 : 1 : 3 v/v/v). Selanjutnya, variasi campuran
pelarut yang dioptimalkan adalah asam orto-fosfat 0,1%, air, metanol, asetonitril (14:6:2:3 v/v/v);
pH = 3,00. Untuk memperpendek waktu retensi dan menjaga kolom supaya umurnya panjang maka
pH larutan fase gerak dibuat 4,00 dengan trietil amin (TEA) dalam campuran pelarut asam orto-fosfat
0,1%, air, metanol, asetonitril (14:7:1:3 v/v/v). Kromatogram dianalisis berdasarkan nilai resolusi (R
≥ 2,00), plat teori (N > 2000) dan waktu retensi (tR < 20 menit). komposisi fase gerak yang telah
dicoba untuk mendapatkan nilai resolusi ≥ 2,00 adalah (i) 89:6:1:3:1 (v/v/v/v/v), (ii) 86:6:3:4:1
(v/v/v/v/v), dan (iii) 86:7:1:3:3 (v/v/v/v/v).
d. Sistem KCKT terdiri dari HPLC Knauer GmBHJerman Model Smart Line Series dengan detektor UV
(Smart Line UV Detektor 2500 A 5140), pompa ganda Smart Line Pump 1000 V 7603, sampel injektor
dengan volume 20 μL Rheodyne Loop model A135. Kolom yang digunakan adalah Eurosphere C-18
(250×4,6 mm i.d., 5μm). KCKT fase terbalik yang digunakan menggunakan sistem elusi fase gerak
isokratik yaitu campuran asam orto-fosfat 0,1%, air, asetonitril, metanol (14:7:3:1 v/v/v/v) pada pH
= 4,00 dengan kecepatan alir 1,2 mL/min serta dideteksi pada panjang gelombang 280 nm.

2. Pada paper yang berjudul ‘Pengujian Validasi Analisis Kadar Andrografolid Secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) dengan Eluasi Gradien Terhadap Ekstrak Herba Sambiloto’, jawablah pertanyaan
di bawah ini :
a. Jelaskan program gradient yang digunakan dalam instrumentasi KCKT!
b. Nilai apa yang digunakan sebagai parameter selektivitas dan bagaimana hasilnya?
Jawab :
a. Salah satu cara untuk mencapai resolusi tinggi dibutuhkan eluasi gradien, dengan program
pengurangan efek polaritas. Eluasi dilakukan gradien pada kondisi awal solvent A (As-fosfat 0,1 N
dalam aquabidest): solven B (Metanol pro HPLC) = 90 10; kemudian program gradien linier selama
35 menit menuju 100% Metanol, dilanjutkan 15 menit metanol 100%, kemudian diakhiri kembali
kekondisi awal dalam 5 menit biarkan selama 5 menit; kromatogram direkam selama total waktu 60
menit.
b. Pada penentuan selektivitas berdasarkan penelitian identifikasi dengan KCKT gradien dengan
pelarut pengembang 5 menit dengan komposisi awal sama (isokratik) dan langsung pelarut
pengembang dengan cara eluasi gradien yaitu 10% metanol sampai 100% metanol mempunyai harga
Rs yang berbeda. Di mana harga resolusi dengan cara langsung lebih besar sehingga selanjutnya
dipakai eluen tersebut di atas. Profil ekstrak pada maks 228 nm mempunyai luas area lebih tinggi
dari pada profil ekstrak pada m maks 260 nm dan λ maks 275 nm selanjutnya analisis dengan KCKT
dipakai λ maks 228 nm. Validasi metode dalam penentuan kadar andrografolid pada ekstrak etanol
herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees) menghasilkan data yang cukup tervalidasi sesuai
persyaratan dalam literatur yaitu nilai dalam selektivitas > 1,2–1,5 dalam homogenitas F hitung < F
tabel; r hitung 0,9937 > r tabel 0,666 dalam linieritas; presisi menghasilkan KV < 10%; akurasi > 90%;
limit deteksi dan limit kuantitasi yang diperoleh kecil sehingga cukup sensitif untuk kadar yang kecil.

3. Pada paper yang berjudul ‘Penetapan Kadar Berberin dari Ekstrak Etanol Akar dan Batang Sekunyit dengan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)’, jawablah pertanyaan di bawah ini :
a. Jelaskan parameter apa saja yang perlu dioptimasi?
b. Bagaimana hasil optimasinya?
Jawab :
a. optimasi terlebih dahulu yang meliputi panjang gelombang analisa, komposisi fase gerak dan laju
alir. Penentuan panjang gelombang maksimum analisa senyawa berberin dilakukan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
Penentuan komposisi fase gerak dan laju alir dilakukan juga modifikasi dengan Campuran metanol
dan phosphate buffer (pH 6,8) memberikan kromatogram terbaik.
b. menghasilkan puncak yang lebih sedikit pada garis alas dan cepat mencapai kondisi kromatografi
yang stabil.

4. Pada paper yang berjudul ‘Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Untuk Penetapan Kadar
Mangostin dalam Larutan Oral Ekstrak Kulit Buah Manggis’, jawablah pertanyaan di bawah ini :
a. Tuliskan instrumentasi kromatografi yang meliputi fase diam, fase gerak, laju alir, dan detektor?
b. Apakah uji kesesuaian sistem? Apakah memenuhi standar?
Jawab :
a. Uji Kesesuaian Sistem
Uji kesesuaian sistem dilakukan dengan menyuntikkan larutan oral 3,0 mL yang diencerkan dengan
fase gerak sampai 10 mL, disaring dengan kertas saring 0,2 µm dan disonikasi. Kondisi KCKT yang
digunakan adalah fase diam Shim-pack VP-ODS C18 (4,6 x 250 mm; 4,6 μm), suhu kolom 40 oC, fase
gerak metanol-air (90:10), laju alir 1,0 mL/menit dengan detektor sinar UV 316 nm. Kurva kalibrasi
dibuat menggunakan satu seri larutan baku pembanding α-mangostin dengan tujuh konsentrasi
berbeda (1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 bpj (bagian per juta).
b. Penyuntikan lima kali larutan oral yang sudah diencerkan menghasilkan luas puncak dengan
simpangan baku relatif (SBR) 0,45% memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV, yaitu SBR
tidak lebih dari 2%. Dari hasil uji kesesuaian sistem dapat disimpulkan bahwa kondisi operasional
untuk menganalisis α-mangostin secara KCKT sudah membentuk suatu kesatuan sistem yang dapat
memberikan hasil yang baik.

5. Pada paper yang berjudul ‘Minyak Atsiri Hasil Destilasi Ekstrak Etanol Daun Sirih dari Beberapa Daerah di
Yogyakarta dan Aktivitas Antijamur Terhadap Candida albicans’, jawablah pertanyaan di bawah ini :
a. Dari kromatogram, jelaskan perbedaan minyak atsiri dari berbagai daerah!
b. Dari kromatogram, jelaskan perbedaan minyak atsiri dan tumbuhan segar!
Jawab :

a. minyak atsiri dari Kulonprogo memiliki aktivitas yang paling tinggi sebagai anti-kandida, walaupun
seperti dikemukakan oleh Purwantini dkk (2001) rendemen minyak atsiri terbesar berturut turut dan
yang paling tinggi adalah Kaliurang, Kulonprogo dan Gunung Kidul. Untuk dapat mengetahui
kemungkinan penyebab perbedaan tersebut adalah dengan mendeteksi kandungan senyawa
kandungan minyak atsiri hasil ekstraksi. Data profil kromatografi gas minyak atsiri daun sirih.
Perbedaan lainnya yaitu tidak terdeteksinya senyawa pertama (Rt 11 - 12; BM 176 atau 134) pada
minyak atsiri gunung kidul dan terdeteksinya puncak pada sekitar Rt 14, bobot relatif senyawa
dengan BM 204 sebesar 6,01% yang diprediksi merupakan kopaena atau kubebena kemungkinan
tidak memberikan kontribusi terhadap daya anti-kandida minyak atsiri.

a. . Kandungan minyak atsiri bagian atas tumbuhan segar adalah 0,11% dengan komposisi -pinena,
kamfena, -pinena, limonena, DL-kamfor, borneol, safrol, kopaena, isoeugenol, (Z)-(+)-4hidroksi-3
metil-2- (2,4-pentadienil)-2-siklopenten-l-on, kariofilena, 1aR(1a,7,7,7)-1a,2,3,5,6,7,7a-
oktahidro-1,1,7,7atetrametil-1H siklopropana naftalena, -kariofilena, -kubebena, 4aR-( 4a, 7,
8)-dekahidro-4a-metil-lmetilena-7-(1-metiletenil)naftalena, (1S,cis)-1,2,3,5,6,8a-heksahidro-4,7-
dimetil-1-1(1-metiletil)naftalena), patchoulena, dodekanal, dan -bisabolol. Terlihat bahwa
komponen kimia yang terdeteksi dari minyak atsiri hasil destilasi ekstrak hanya 6 macam sedangkan
yang terdeteksi dari minyak atsiri tumbuhan segar adalah 20 macam. Hal tersebut kemungkinan
karena perbedaan sensitivitas dari alat dan perbedaan sistem kromatografi yang dipergunakan.
Tetapi kandungan kimia dari minyak atsiri ekstrak relatif sama dengan dari tumbuhan segarnya,
hanya komposisinya yang berbeda. Sedangkan kandungan masing-masing minyak atsiri dari daerah
asal bahan baku yang berbeda, relatif sama baik jumlah maupun macamnya tetapi terlihat sedikit
perbedaan pada komposisinya terutama minyak atsiri dari Gunung Kidul.

6. Pada paper yang berjudul ‘Isolasi dan Uji Antibakteri Senyawa Terpenoid Ekstrak N-Heksana Rimpang
Lengkuas Merah’, jawablah pertanyaan di bawah ini :
a. Apa tujuan pemisahan dengan kromatografi preparatif? Bagaimana cara melakukannya?
b. Bagaimana cara melakukan uji kemurnian? Bagaimana hasilnya?
c. Bagaimana kromatografi gas dapat membuktikan bahwa isolatnya punya kemurnian yang tinggi?
Jawab :
a. Kromatografi preparatif dilakukan terhadap fraksi yang positif terpenoid untuk mendapatkan isolat
terpenoid murni. Pada uji terpenoid dari fraksi E dengan KLT menggunakan eluen kloroform : n-
heksana (10 : 9) didapatkan noda terpenoid berwarna ungu berdekatan dengan noda lain sehingga
apabila tidak dipisahkan, maka noda selain senyawa target yang akan diambil akan terbawa dan
tidak dihasilkan isolat murni. Setelah dilakukan KLT kembali dengan eluen kloroform : nheksana (7 :
3) diperoleh hasil pemisahan yang baik antara target terpenoid dengan senyawa lain. Setelah
mendapatkan eluen terbaik dilakukan isolasi terpenoid dengan mengerok silika gel pada daerah pita
yang positif terpenoid.
Hasil kromatografi preparative:
b. Uji kemurnian isolat terpenoid dilakukan dengan menggunakan metode KLT dengan berbagai eluen.
Eluen yang dipakai adalah kloroform : n-heksana (7 : 3), etil asetat : n-heksana (5 : 3), dan kloroform :
nheksana (1 : 1). Uji kemurnian isolat terpenoid dengan KLT berbagai eluen ditunjukkan seperti
berikut:

Hasil KLT pada uji kemurnian isolat terpenoid dengan berbagai eluen, setelah disemprot dengan
pereaksi Libermann-Burchard didapatkan satu noda berwarna ungu yang membuktikan bahwa
isolat yang diperoleh merupakan isolat murni.
c. Analisis dengan GC-MS Hasil kromatogram GC isolat terpenoid rimpang lengkuas merah
ditunjukkan seperti gambar Berikut.

Dari gambar kromatogram GC tersebut dapat diidentifikasi


bahwa isolat terpenoid dari lengkuas merah memiliki
kemurnian tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan hanya
adanya 1 puncak dominan yang memiliki intensitas yang
tinggi. Sehingga dengan kemurnian tinggi tersebut proses
isolasi dari terpenoid yang dilakukan terhadap lengkuas
merah (Alpinia purpurata) bisa dinyatakan berhasil.
Senyawa tersebut memiliki waktu retensi 23,367 menit.

Anda mungkin juga menyukai