PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sebelum mengerti tentang hukum pranata pembangunan, maka harus tau makna dari
Hukum,Pranata, dan Pembangunan.
1. Hukum
Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah; (2) undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan
hidup masyarakat; (3) patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yang
tertentu; (4) keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (pengadilan); vonis.
2. Pranata
Interaksi antar individu / kelompok / kumpulan, yang dalam hal ini pengertian individu
dalam satu kelompok dan pengertian individu dalam satu perkumpulan memiliki makna
yang berbeda.
3. Pembangunan
Perubahan adalah suatu proses untuk mencapai suatu perubahan, atau suatu proses
perubahan individu/ kelompok dalam kerangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan
hidup, yang terjadi dengan berjalannya perubahan peradaban hidup manusia untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
Jadi, dapat didefinisikan bahwa Hukum Pranata Pembangunan adalah peraturan resmi yang
mengikat dan mengatur tentang interaksi antar individu dalam melakukan perubahan untuk
mewujudkan peningkatan kesejahteraan hidup.
B. Unsur Hukum Pranata dan Pembangunan
1. Manusia
Unsur pokok dari pembangunan yang paling utama adalah manusia. Karena manusia
merupakan sumber daya yang paling utama dalam menentukan pengembangan
pembangunan.
Sumber daya alam merupakan faktor penting dalam pembangunan. Sumber daya alam
sebagai sumber utama pembuatan bahan material untuk proses pembangunan.
3. Modal
Modal faktor penting untuk mengembangkan aspek pembangunan dalam suatu daerah.
Apabila semakin banyak modal yang tersedia semakin pesat pembangunan suatu daerah.
4. Teknologi
Teknologi saat ini menjadi faktor utama dalam proses pembangunan. Dengan teknologi
dapat mempermudah, mempercepat proses pembangunan.
Apa pentingnya Hukum Pranata Pembangunan ? dan mengapa harus ada yang namanya Hukum
Pranata Pembangunan ?
Dalam membangun suatu bangunan diperlukan adanya hukum yang berlaku. Pentingnya kita
mempelajari hukum pranata pembangunan ini juga dapat membuat kita lebih memahami
peraturan – peraturan serta hal – hal apa saja yang harus dilakukan dalam membangun suatu
bangunan. Kita tidak hanya merancang dan mendirikan, namun juga memperhatikan hukum
yang telah berlaku agar suatu daerah tersebut dapat tertata rapih.
Sebagai calon arsitek, dalam membangun suatu bangunan baik itu rumah, sekolah, maupun
bangunan tinggi tentunya kita memerlukan ijin dari pemerintah setempat. Izin yang dimaksud tak
lain dan tak bukan ialah IMB (Izin Mendirikan Bangunan). IMB merupakan perizinan yang
diberikan oleh kepala daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persayaratan administratif
dan persyaratan teknis yang berlaku.
IMB juga merupakan salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga
tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum. Kewajiban
setiap orang atau badan yang akan mendirikan bangunan untuk memiliki Izin Mendirikan
Bangunan diatur pada Pasal 5 ayat 1 Perda 7 Tahun 2009.
IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncanakan sesuai dengan Tata Ruang yang telah
ditentukan. Selain itu, adanya IMB menunjukkan bahwa rencana konstruksi bangunan tersebut
juga dapat dipertanggungjawabkan dengan maksud untuk kepentingan bersama. Pada umumnya
proses IMB ialah 25 hari dari tanggal diajukannya IMB. Jangka waktu tersebut dapat berbeda –
beda tergantung kebijakan daerah setempat serta kelengkapan.
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber, yaitu :
Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang lain
karena perbuatan, peristiwa atau keadaan. Karena itu, dibentuklah undang-undang oleh
masyarakat yang diakui dan diberi sanski berupa hukum. Dan dalam pengertiannya perikatan
dapat terjadi jika sudah melalui perjanjian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dan
menimbulkan suatu hak dan kewajiban.
Salah satu bentuk dari hukum perikatan adalah kontrak kerja. Hal ini ditujukan agar pihak
pemberi tugas dan pelaksana tugas tidak ada yang merasa dirugikan dan puas akan pekerjaan
tersebut. Sehingga masing – masing pihak dapat menyadari, memahami dan melaksanakan
kewajibannya serta mengetahui apa – apa saja yang menjadi haknya dan apabila salah satu pihak
merasa dirugikan karena terdapat hal hal yang tidak dilaksanakan pihak lainnya seperti yang
sudah tercantum dalam kontrak kerja, maka pihak tersebut dapat memberikan sanksi kepada
pihak lainnya yang telah disepakati bersama, dapat pula menuntutnya ke pengadilan.
Dimana dalam hal ini terdapat sekumpulan aktor / stakeholder dalam kegiatan pembangunan
(pemilik, perencana, pengawas dan pelaksana) yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan
dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain serta memiliki batas – batas yang jelas untuk
mencapai satu tujuan.
– Koordinasi : Tujuan untuk mewujudkan keinginan pengguna jasa, yang secara teknik dapat
diukur melalui efisiensi dan efektivitas dari kualitas produk yang dihasilkan.
Dapat diartikan sebagai perkumpulan (kelompok) yang memiliki hubungan yang bergantung
pada tujuan akhir yang sering dinyatakan dengan kontrak.
Pihak – pihak yang menghendaki suatu pekerjaan dilaksanakan oleh pihak lain sehubungan
dengan kepentingannya atas hasil pekerjaan tersebut, atau wakilnya yang ditunjuk dalam
pekerjaan. Tugas owner diantaranya, yaitu :
Tahap persiapan :
a. Menyusun rencana
b. Mengangkat panitia
c. Memetapkan paket pekerjaan
Tahap pelaksanaan :
e. Menerima asset
Badan/Organisasi yang berada langsung di bawah owner, karena memegang peranan penting
untuk perencanaan awal/konsep desain dari segi arsitektur dan estetika ruangan. Tugasnya yaitu:
Membuat gambar/desain dan dimensi bangunan secara lengkap dengan spesifikasi teknis,
fasilitas dan penempatannya.
Menentukan spesifikasi bahan bangunan untuk finishing pada bangunan proyek ini.
Membuat gambar-gambar rencana dan syarat-syarat teknis secara administrasi untuk
pelaksanaan proyek.
Bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil perencanaan yang dibuatnya apabila sewaktu-waktu
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Badan/Organisasi yang bertugas merencanakan dan merancang struktur yang sesuai dengan
keinginan pemilik proyek melalui kontraktor utama, baik struktur atas maupun struktur bawah
dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: kondisi tanah, fungsi bangunan, bentuk
bangunan (segi arsitektur), kondisi lahan, serta kondisi alamnya. Tugas & wewenangnya, yaitu :
Membuat perhitungan seluruh proyek berdasarkan teknis yang telah ditetapkan sebelumnya.
Membuat rancangan detail yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail serta rincian volume
pekerjaan.
Merencanakan instalasi yang menggunakan tenaga mesin dan listrik serta berbagai perlengkapan
utilitas seperti misalnya AC, perlengkapan penerangan, plumbing, generator, pemadam
kebakaran, telepon, dan sound system sesuai dengan keadaan dan fungsi bangunan.
Memberikan penjelasan pada waktu rapat, menyusun dokumen pelaksanaan dan melakukan
pengawasan berkala dan melaporkannya pada kontraktor utama.
Yudikatif (MA – MK) sebagai lembaga penegak keadilan, yakni terdiri dari :
a) Mahkamah Agung (MA), Pengadilan Tinggi (PT) & Pengadilan Negeri (PN) se-Indonesia
bertugas mengadili perkara yang kasuistik.
Salah satunya adalah Undang – undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan & Pemukiman.
Dimana dalam hal ini memuat 10 Bab (42 Pasal), yang antara lain mengatur tentang :
3. Perumahan ( 13 pasal )
4. Pemukiman ( 11 pasal )
6. Pembinaan ( 6 pasal )
5. Prasarana lingkungan
6. Sarana lingkungan
7. Utilitas umum
Penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil dan merata,
kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian
lingkungan hidup.
Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat
Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi, dan teratur
Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional
Pembangunan yang dilakukan oleh bukan pemilik tanah harus dapat persetuan dari pemilik tanah
/ perjanjian
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh yang ingin membangun rumah / perumahan
Sengketa yang berkaitan dengan pemilikan dan pemanfaatan rumah diselesaikan melalui badan
peradilan
Program pembangunan daerah dan program pembangunan sektor mengenai prasarana, sarana
lingkungan, dan utilitas umum
Penyelenggaraan pengelolaan kawasan siap bangun dilakukan oleh badan usaha milik Negara
Di wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan siap bangun Pemerintah memberikan penyuluhan
dan bimbingan, bantuan dan kemudahan
Ketentuan yang wajib dipenuhi oleh badan usaha dibidang pembangunan perumahan
Hak & kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pembangunan perumahan / permukiman
Jika kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 tidak dipenuhi oleh suatu badan usaha di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman, maka izin usaha badan tersebut dicabut.
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, semua peraturan pelaksanaan di bidang
perumahan dan permukiman yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang ini atau belum diganti atau diubah berdasarkan undang-undang ini.
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan penerapannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa, materi tentang Hukum Pranata dan Pembangunan sangatlah penting
terutama dibidang kontruksi dan bangunan yang melibatkan arsitek, kontraktor, konsultan, serta
owner di dalamnya. Dimana kejelasan tugas serta wewenang telah tercantum jelas pada kontrak
kerja yang telah disepakati bersama oleh semua pihak dalam suatu proyek pembangunan. Dan
bila terjadi sengketa atau permasalahan maka, permasalahan tersebut sudah memiliki payung
hukumnya tersendiri dan dilindungi oleh negara.
Advertisements
Share this:
Categories: Uncategorized
Leave a Comment
Tarramel
Back to top
Advertisements