Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

Wayang merupakan seni pertunjukan tradisional Indonesia yang telah lama dikenal
oleh masyarakatnya. Wayang, secara etimologi, memiliki arti sebagai bayang, bayang-
bayang, remang-remang, atau menerawang. Arti kata ini mengacu pada teknik bayangan dan
efek cahaya yang remang pada penampilan wayang. Akar kata wayang yaitu hyang berarti
dewa, roh, atau sukma. Secara aspektual, kata wayang ditujukan pada pemeran pertunjukan
wayang yang berupa boneka wayang, sastra wayang, pertunjukan wayang, dan/atau penari
wayang itu sendiri.
Cerita-cerita wayang biasanya diambil dari kisah-kisah yang berkaitan dengan agama
Hindu. Kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata seringkali ditampilkan pada pertunjukan
wayang Indonesia, kisah ini berasal dari India, namun terdapat unsur-unsur di dalam
ceritanya yang diubah oleh orang Jawa di zaman dahulu. Karena dahulu, wayang merupakan
salah satu media penyebaran agama Islam yang digunakan oleh tokoh Walisongo. Agar
agama Islam dapat tersampaikan ke dalam masyarakat, unsur ceritanya pun diubah dan
disesuaikan dengan cerita-cerita yang lebih dikenal oleh masyarakat pada zaman itu.
Wayang orang, atau dalam bahasa Jawa disebut juga dengan wayang wong, adalah
salah satu jenis atau genre wayang yang berbentuk drama tari tradisional. Perbedaan jenis dan
genre berarti perbedaan karakteristik penampilan, sebagaimana wayang kulit dan wayang
kayu ditampilkan dengan menggunakan boneka dan digerakan oleh seorang Dalang yang
merupakan pemimpin pertunjukan yang mengatur jalannya pertunjukan wayang. Dalang
menampilkan pertunjukan dengan mengendalikan boneka dan menyuarakan narasi dan dialog
kisah yang diceritakan. Sedangkan wayang orang atau wayang wong ditampilkan tanpa
boneka, pemeran tokoh kisah yang diceritakan diperankan oleh manusia disertai dengan
koreografi tarian yang peragaannya lebih sulit dari wayang kulit atau wayang kayu, dialog
kisah yang diceritakan juga disampaikan oleh orang yang memerankan karaktor tokoh cerita,
dan penampilan dari wayang orang atau wayang wong ini dibiasanya hanya berlangsung
selama dua sampai tiga jam saja, tidak seperti wayang kulit atau wayang kayu yang
penampilannya dapat berlangsung semalaman suntuk.
Wayang orang berasal dari Jawa, khususnya Jawa Tengah. Cerita yang seringkali
dibawakan pada penampilan wayang orang adalah kisah Ramayana, Mahabharata,
Smaradahana, dan Arjuna Sasrabahu. Dengan naskah yang disesuaikan dengan cerita-cerita
masyarakat setempat, kisah-kisah ini lebih mudah diterima dan nilai-nilai yang ada di
dalamnya lebih cepat tersampaikan. Wayang orang hingga saat ini masih sering ditampilkan
dengan penampilan baik dengan maupun tanpa topeng di wilayah yang tersebar diantara Jawa
Tengah, Bali, Cirebon, dan Sunda.
Wayang orang sebagai pertunjukan seni panggung sudah ada sejak awal masa
pemisahan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Hingga kini,
wayang merupakan identitas Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Mangkunegaran.
Awalnya, wayang orang hanya ditampilkan pada orang-orang dari anggota kerajaan atau
untuk menjamu tamu-tamu penting kerajaan. Namun seiring dengan perkembangan zaman,
wayang orang kini dapat ditampilkan keseluruh lapisan masyarakat.
Kemunculan dari wayang orang, dimulai oleh KGPAA Mangkunegoro I pada abad
ke-18 di Solo pada tahun 1760. Seni drama yang ada di Eropa menginspirasi munculnya
pertunjukan ini. Usaha untuk memasyarakatkan wayang orang menjadi semakin pesat setelah
diselenggarakannya pertunjukan wayang orang bagi masyarakat umum di Balekambang,
Taman Sri Wedari, dan di pasar malam di alun-alun yang diselenggarakan oleh Sunan Paku
Buwana X (1893-1939). Para pemain pada pertunjukan tersebut, mulai diperankan oleh
orang-orang di luar keraton yang berbakat menari, dan bukan lagi para abdi dalem. Pada
tahun 1922, wayang orang mulai diselenggarakan secara komersial yang pada mulanya
bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi kongres kebudayaan. Kemudian, Sultan
Hamengku Buwana VII (1877-1921) yang merupakan Sultan Keraton Yogyakarta menggelar
pementasan wayang orang untuk ditonton oleh kerabat keraton sebanyak dua kali. Hal ini
memperluas persebaran wilayah pertunjukan wayang orang di Jawa Tengah.
Dengan semakin diterimanya pertunjukan wayang orang di dalam masyarakat,
pertunjukan wayang orang pun semakin berkembang. Perkumpulan Wayang Orang mulai
bermunculan. Diantaranya yang sudah cukup tua dan terkenal, yaitu Wayang Orang
Sriwedari di Surakarta dan Wayang Orang Ngesti Pandawa di Semarang. Wayang Orang
Sriwedari merupakan kelompok budaya komersial pertama dalam bidang seni Wayang
Orang. Perkumpulan wayang orang ini didirikan pada tahun 1911 dan secara tetap
mengadakan pentas di Kebon Raja yakni taman hiburan umum milik Keraton Kasunanan
Surakarta.
Pertunjukkan wayang orang yang masih ada saat ini, salah satunya adalah wayang
orang Barata (di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat) seni pentas yang berasal dari Jawa.
Dalam sebuah Wayang Orang, sandiwara diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi
dengan lantunan musik gamelan dengan tema cerita yang bermacam-macam. Biasanya
diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa yang menggambarkan mengenai alam semesta
dan banyak pula diambil cerita dari Ramayana dan Mahabharata.
Di dalam wayang orang, pertunjukkannya tak terlepas dari unsur-unsur yang ada di
dalamnya. Unsur-unsur tersebut memiliki peran dan tugas nya masing-masing dalam
menciptakan suatu pertunjukan yang dapat dinikmati dengan sebaik-baiknya. Unsur-unsur
yang ada dalam pertunjukkan wayang orang yakni gedung, pemain, dalang, gamelan dan
pangrawit, gerak tari, busana, tata rias, lampu dan suara.
Gedung adalah tempat dimana wayang orang dipergelarkan.  Di dalam gedung
terdapat alat dan sarana pendukung pertunjukan, seperti panggung dan pelengkapan lain
seperti layar sebagai latar belakang untuk pergantian suasana.  Layar di sini berupa kain yang
berukuran cukup besar dengan lukisan yang menggambarkan suasana adegan yang sedang
berlangsung.  Lukisan ini biasanya berupa gambaran di dalam kraton atau istana, jalan, hutan,
sungai dan pemandangan lainnya.
Pemain atau penari adalah orang yang memerankan tokoh pada kisah yang diceritakan
pada pertunjukan wayang. Penari biasanya ditugaskan oleh pemimpin rombongan, biasanya
oleh dalang, yang dalam pemilihan pemeran akan mempertimbangkan kemampuan pemain
dalam tarian dan berbicara. Pemain berpengalaman biasanya memiliki karakter yang
dianggap sangat sesuai dengan kemampuan mereka (kostum). Setiap peran tidak memiliki
tuntutan yang sama dan kategori pemain jatuh ke dalam tiga kelompok. Pemain utama
(wayang utama) memainkan peran inti dalam cerita yang disajikan. Penari yang memainkan
peran heroik cenderung menjadi idola para penontonnya. Pemeran antagonis juga sama
pentingnya dalam memerankan suatu cerita dengan karakter sebagai penjahat. Karakter
sekunder (wayang pamanggul) mendukung pahlawan atau
penjahat. Karakter pendukung (wayang pangeuyeub)
mengambil peran kecil seperti raksasa yang berpangkat
rendah.
Dalang adalah orang memimpin dan mengatur
jalannya pertunjukan wayang. Pada wayang orang, dalang
biasanya tidak bertanggung jawab atas dialog tokoh
pemeran kisah wayang, namun ia berperan dalam
memberikan lagu yang sesuai dengan suasana kisah yang
dipertunjukan dan narasi kisah tersebut. Selain itu, dalang
juga memberikan sinyal dengan gamelan menggunakan
palu kayu (cempala) dan pelat logam (kecrek) yang
digunakan untuk memberikan aksen pada gerakan para
penari dan menciptakan efek suara yang menghidupkan energi pertunjukan. Namun, tidak
seperti wayang golek yang sejak l960 memperbolehkan seorang wanita untuk menjadi
dalang, dalang pada pertunjukan wayang orang selalu berjenis kelamin laki-laki.
Setiap penampilan wayang orang, selalu diperlukan iringan musik gamelan.  Fungsi
dari gamelan beserta pengrawitnya adalah
untuk mengiringi dan mendukung suasana yang
diinginkan.  Kemudian, ritme dari musik
gamelan berfungsi untuk mendukung suasana
pertunjukan serta sebagai sinyal kepada dalang
atau pemeran wayang dalam aksinya
memerankan tokoh atau menceritakan kisah
yang diceritakan dalam penampilan wayang.
Dalam memainkan gamelan, sekiranya akan ada
sepuluh pemusik yang memainkan instrumen
alat musik gamelan yang terdiri dari Lute
(rebab), drum (kendang dan Kulanter),
metalophones (Saron I, Saron II, panerus
bersuara lebih dalam), gongchimes horisontal
(Bonang, rincik), sebuah Gambang (Gambang) dan set Gong gantung besar (Goong, kempul).
Seorang penyanyi perempuan yang disebut pasinden atau juru kawih juga dapat ditambahkan.
Di antara para musisi, drummer memiliki peran yang unggul karena ia mengatur irama dan
memberikan aksen perkusi untuk gerakan para penarinya.
Tata rias dalam wayang orang, membuat wajah dan kepala wayang sesuai dengan
peran tokoh wayang yang diperankan. Busana adalah kostum yang berfungsi untuk
menghidupkan perwatakan pemain atau tokoh wayang  yang dibawakan. Artinya, sebelum
dia berdialog, kostum yang dikenakan sudah harus dapat menunjukkan siapa tokoh yang akan
ia perankan dalam penampilannya.
Dalam pertunjukan wayang orang, setiap penari laki-laki memakai celana di bawah
lutut yang sebagian ditutupi oleh kain batik yang ujungnya memanjang di atas lipatan hampir
ke tanah. Kemudian dipakaikan juga ikat kepala dan kain tari yang ujungnya menggantung
hampir ke lantai dari kedua sisi pinggang. Belati atau keris-nya diletakkan di ikat pinggang.
Tanpa alas kaki alias telanjang-kaki. Dipakaikan juga hiasan kepala, gelang, dan berbagai
ornamen lainnya. Sedangkan para penari wanita memakai korset ketat tanpa tali dan
dibungkus dari pinggang ke pergelangan kaki dengan kain batik yang ujungnya membentuk
kereta panjang. Segaris kain yang panjang mengikat dari pinggul ke sedikit di atas pinggang.
Syal tari diselipkan ke dalam sabuk, ujungnya menggantung turun dari tengah pinggang.
Dipakaikan juga hiasan kepala dan ornamen mirip dengan yang dipakai oleh pasangannya.
Variasi utama dalam kostum, yang terletak pada pola dan warna kain dan bentuk hiasan
kepalanya, menentukan tipe karakter. Misalnya, karakter wanita yang halus dan rendah hati
memiliki korset biru atau hitam sedangkan yang bangga dan angkuh memiliki korset merah.
Gerak tari adalah tata laku gerak dalam tari.  Pada hakekatnya tari dalam pertujukan
wayang orang merupakan bagian keseluruhan
pertunjukan wayang orang. Tari yang digunakan di
panggung wayang orang adalah tari tradisional
klasik. Tari wayang orang dibagi menjadi beberapa
karakter, yaitu tari putri luruh, tari putri lanyap, tari
putra luruh, tari putra lanyap, tari putra gagah dan
gecul.  Ragam gerak tari yang disajikan adalah gerak
baku, artinya telah ada patokannya, misalnya; gajah-
gajahan, golek iwak, bapang, ukel wutuh, besut, sabetan,
lumaksana, kebyok kebyak sampur.
Dalam pernyataan umum mengenai tarian
Indonesia, Holt (1967, 97) menggambarkan bagaimana
tubuh penari harus tetap dekat dengan tanah, dengan
lutut sering dipegang dalam posisi membungkuk. Langkah diukur digunakan untuk
menguasai ruang, dan tidak ada gerakan berputar cepat. Batang tubuh diperlakukan sebagai
suatu unit utuh tanpa cacat dan fitur akrobatik. Tangan dan kaki sama pentingnya, dan posisi
jari sangat diartikulasikan. Gerakan tidak selalu bertepatan dengan aksen musik; tempo yang
lambat atau sedang. Terdapat kecenderungan untuk bergerak di satu tempat atau dalam ruang
terbatas, dan formasi gerakan biasanya dilakukan dalam barisan. Semua pengamatan ini
berlaku baik untuk wayang wong di kerajaan maupun wayang wong kontemporer. Aturan
ketat mengatur setiap gerakan kaki, kaki, lengan, pergelangan, tangan, jari, dan leher. Setiap
karakter mengikuti mode tari yang mendikte pandangan, sikap, postur, isyarat, kualitas
gerakan, dan pidato. Gerakan Tari Jawa tidak memiliki makna yang menceritakan kisah
tertentu, tetapi dalam konteks wayang orang, setiap gesturnya memiliki berbagai makna.
Suryobrongto mencatat bahwa Sultan pertama "menciptakan tarian dalam suasana
perang. Oleh karena itu, disiplin pada tarian sangat kaku, seperti disiplin pada militer. Prinsip
dan aturan tarian juga sangat ketat... [Tarian ini] sangat menuntut dan sulit." (1970, 10).
Pengaruh dari teater wayang kulit sangat kuat, dan ada penekanan pada posisi pemain dalam
kaitannya dengan perannya. Isyarat, ekspresi vokal, kostum, makeup, dan penampilan fisik
dibuat sesuai dengan boneka. Sampai batas tertentu "wayang wong merupakan personifikasi
dari pertunjukan wayang jawa” (Soedarsono 1969, 498), tetapi banyak unsur yang secara
ketat berasal dari estetika tarian. Ini termasuk gerakan nonwayang yang menekankan leher,
lengan bawah, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan tumpuan kaki, keseimbangan
dengan satu kaki di angkat, mengangkat kaki, dan variasi gerakan tari lainnya.
Pada pertunjukan wayang orang, terdapat banyak adegan yang memerlukan gerakan
dan latar tertentu yang harus disesuaikan oleh unsur-unsur pendukung pertunjukan wayang.
Seperti biasanya, pada pembukaan adegan pertunjukan wayang, yang mengawali pertunjukan
adalah suasana kerajaan, tepatnya di dalam istana, sebagai penanda latar tempat kisah yang
diceritakan, kemudian perkenalan tokoh-tokoh protagonis (yang biasanya tidak akan muncul
diawal cerita), dan penjelasan mengenai konflik dari kisah yang diceritakan. Kemudian para
pemain masuk, menjalankan perannya dengan gayanya masing-masing, diiringi dengan
musik gamelan, menuju posisi mereka masing-masing di panggung. Mereka membentuk
suatu posisi, yang kemudian ditahan selama dalang menyuarakan narasi pengenalan. Diikuti
dengan beberapa dialog antar pemain, sebelum mereka akhirnya berpisah dan bersiap
memainkan adegan selanjutnya.
Adegan pertempuran, tentu saja, lebih dinamis daripada adegan kerajaan yang
dijelaskan di atas, dan akan lebih sering terjadi semakin cerita mendekati klimaks.
Pertarungan biasanya berupa pertarungan tunggal antara karakter alus (halus) dan gagah
(kuat), dan dengan jelas mengilustrasikan dua jenis karakter dasar pria. Sebuah peperangan
yang khas antara Arjuna dan Iblis. Arjuna, pahlawan besar Mahabharata, tidak hanya alus
tetapi juga rendah hati dan dengan demikian mewujudkan sifat yang paling berharga untuk
dimiliki oleh orang Jawa. Sifat-sifat tersebut dimanifestasikan dari gerakan-gerakan yang
dibuat oleh pemainnya. Setiap gerakan dan gestur diatur oleh gaya tarian tertentu. Seperti
bagaimana kakinya menyebar sedikit terpisah dan membungkuk di lutut. Kemudian hampir
mengangkat kakinya dari tanah dan tidak pernah mengangkat lengannya secara lurus ke
samping. Kepalanya selalu sedikit miring sehingga melirik ke bawah. Gerakannya lambat dan
disengaja, lembut, dan sama sekali tidak bertekanan.
Iblis mengadopsi sikap yang lebih luas. Dia mengangkat lengan dan kakinya lebih
tinggi daripada lawannya, mengayunkan lengannya, dan memutar kepalanya dengan penuh
cepat. Gerakannya yang agresif dan tampak tidak terkendali. Serangannya ke Arjuna sangat
mendadak dan kejam, namun dikesampingkan dengan adanya gestur kecil. Ekonomi gerakan
Arjuna melambangkan penguasaan diri yang unggul yang memungkinkannya untuk menang.
Sebuah karakter alus bisa rendah hati (seperti Arjuna) atau bangga. Karakter yang
gagah biasanya bukan hanya menggambarkan pangeran yang angkuh tetapi juga raksasa,
setan, hewan, dan sebagainya. Tipe fisik pemain menentukan jenis peran yang dapat
dimainkan oleh seorang penari. Seorang anak laki-laki dengan perawakan yang biasa dan
keindahan yang tidak biasa, dengan fitur yang baik dan mata yang berbentuk oval, akan
dilatih untuk peran alus. Dulunya, peran alus seringkali dimainkan oleh perempuan. Peran
gagah memerlukan perawakan yang lebih besar dan fisik yang lebih kuat, dengan wajah dan
mata yang lebih bulat. Tentu saja make up digunakan untuk menonjolkan sifat fisiognomis
penari. Karakter perempuan utama adalah alus, tetapi bahkan lebih halus daripada pemain
pria mereka.
Untuk setiap jenis karakter ada gaya tari yang mengatur setiap gestur dan gerakan.
Bahkan suara berbicara harus konsisten dengan gaya tarian, karakter alus berbicara lembut
dan tanpa infleksi, karakter gagah bersuara keras, riuh dan hampir dramatis. Gaya tarian
menentukan, di samping gerakan yang lebih luas, rincian seperti gerakan tangan dan jari. Hal
ini penting, khususnya pada peran gagah, karena dalam beberapa gestur yang dilakukan,
diantaranya mewakili karakter tertentu yang individualitas hanya dapat diungkapkan dengan
detail tersebut.
Maka setiap gerakan yang ada pada pemain wayang orang harus dianggap sebagai
tarian. Namun, ada juga tarian yang memang sudah ditetapkan, contohnya yang terkenal
adalah kiprah, tarian yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang mengekspresikan cinta
obsesif dan kerinduan. Berlangsung satu jam atau lebih, kiprah adalah tarian yang dapat
dilakukan baik dalam gaya alus atau gagah. Dalam banyak kasus, penari harus
mengekspresikan tidak hanya temperamen karakternya tetapi juga seluruh bagian dari
emosinya, dengan gaya gerakan dan gestur dari gaya tarian tertentu. Hal ini membuat
penonton dari pertunjukan wayang orang harus jeli dalam mengamati setiap gerakan pada
penari apabila ingin mengetahui makna-makna yang terselubung di dalam setiap gestur dan
gerakan pada tarian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai