Anda di halaman 1dari 15

Sistem Sosial dan Struktur Sosial 

Definisi / Pengertian Sistem sosial adalah suatu sistem yang terdiri atas elemen-
elemen sosial. Elemen-elemen sosial itu terdiri atas tindakan-tindakan sosial yang dilakukan
individu-individu yang berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam sistem sosial terdapat
individu-individu yang berinteraksi dan bersosialisasi sehingga tercipta hubungan-hubungan
sosial. 
Keseluruhan hubungan sosial tersebut membentuk struktur sosial dalam kelompok maupun
masyarakat yang akhirnya akan menentukan corak masyarakat tersebut. Suatu sistem sosial
tidak hanya berupa kumpulan individu. Sistem sosial juga berupa hubungan-hubungan sosial
dan sosialisasi yang membentuk nilai-nilai dan adat-istiadat sehingga terjalin kesatuan hidup
bersama yang teratur dan berkesinambungan. 

Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang
membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa
vertikal atau horizontal.

Para ahli sosiologi merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:

1. George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola


perilakunya.
2. George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan
erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
3. William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena
adanya pengulangan pola perilaku undividu.
4. Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara
posisi-posisi dan peranan-peranan sosial. 

Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Bangsa

Apabila kita cermati keadaan yang terjadi di sekitar lingkungan kita, masyarakat kecil atau
masyarakat kelas bawah ternyata bukanlah masyarakat yang secara keseluruhan hanya mampu
menggantungkan kehidupannya pada pihaklain, dalam hal ini terutama pada pemerintah. Mereka
juga bukan seluruhnya dapat dikatakan akan menjadi beban pembangunan bangsa. Kenapa bisa
dikatakan seperti itu, bukan lain karena diantara mereka juga pada dasarnya tumbuh semangat
untuk mandiri dan lepas dari ketergantungan pada pihak lain.

Kasus di Jakarta menunjukkan, ternyata partisipasi masyarakat terhadap perekonomian cukup


berarti bagi kelangsungan roda pertumbuhan ekonomi, minimal mengurangi beban yang seharusnya
menjadi tanggungan pemerintah. Dalam kasus ini, Biro Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menghitung,
ternyata pedagang kaki lima Jakarta menyetor pungutan liar sebesar Rp 53,4 milyar/tahun, dengan
omzet Rp 42,3 milyar/hari!. Dari aset dan omzet yang ada, ternyata sektor ini tidak begitu miskin,
artinya angka yang dihasilkan oleh mereka ternyata juga cukup besar.
Jadi dalam kasus tadi, sikap para pedagang kaki lima ternyata menunjukkan bahwa mereka mampu
eksis di tengah gelombang terpaan krisis ekonomi yang terjadi. Jelas sikap kewirausahaan semacam
itu akan cukup signifikan bagi peningkatan kemampuan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan
di beberapa kota lainnya, kita bisa menyaksikan, betapa di jalan-jalan utama kota tadi, kinitelah
tumbuh pusat-pusat ekonomi informal yang juga ternyata mampu membantu menaikan pendapatan
ekonomi warga masyarakat serta diyakini kedepannya akan berimplikasi pada peingkatan kehidupan
dan kesejahteraan para pedagang yang ada di sana.

Makanya tidak seluruhnya benar ungkapan yang mengatakan bahwa penyebab keterpurukan
ekonomi bangsa ini adalah karena adanya ketidakmampuan untuk menumbuhkan modal (capital).
Dari segi ekonomi, modal adalah memang salah satu kekuatan pertumbuhan ekonomi. Namun tanpa
dibarengi dengan kekuatan untuk berusaha dengan keras, tetap saja akan kurang signifikan dengan
peningkatan produktivitas. Sebagaimana para pedagang kaki lima tadi, dengan modal terbatas,
akhinya mereka tetap mampu eksis. Dengan mereka eksis, minimal mereka akan mampu memenuhi
kebutuhan-kebuuhan dasar kehidupan keluarganya. Diharapkan dari peningkatan tersebut, akan
meningkatkan pula kesejahteraan keluarga mereka. Dengan begitu, pemerintah tinggal mendorong
semangat berwirausaha ini menjadi semangat kolektif yang terus pula dikembangkan menjadi lebih
luas lewat pembinaan-pembinaan kelompok usaha-kelompok usaha yang ada di masyarakat, atau
paling tidak memberikan arahan-arahan bagi pengembangan usaha mereka secara personal.

Adapun, kalau kita jabarkan secara singkat dan sederhana, peran apa saja yang dilakukan
masyarakat dalam berpartisipasi dalam peningkatan pembangunan daerah adalah, diantarnya:

Peran di Bidang Pendidikan

Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara.
Karena itu, tuntutan reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan
agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan. Krisis
multidimensi yang melanda negara dan bangsa Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh
krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan nasional.

Upaya pemerintah memberikan bantuan darurat dalam bentuk materi baik melalui program "jaring
pengaman sosial" maupun melalui proyek "Padat Karya" ternyata belum mampu memberdayakan
masyarakat miskin secara maksimal. Tentu saja masyarakat lapisan bawah sangat memerlukan
bantuan semacam ini. Akan tetapi, fakta-fakta di lapangan menunjukkan bahwa upaya tersebut
masih sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Bantuan yang seharusnya menjadi porsi dan hak
masyarakat lapisan bawah justru sebaliknya kadangkala dinikmati mereka yang tidak berhak.

Pola partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan seharusnya memang bukan pola yang
bersifat top-down interventionyang terkadang mengandung nuansa kurangmenjunjung tinggi
aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya. Akan tetapi yang relatif lebih
sesuai dengan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan
yang sifatnya bottom-up intervention yang di dalamnya ada nuansa penghargaan dan pengakuan
bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan
permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha pendidikan dengan prinsip swadaya dan
kebersamaan. Bagaimana peran partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan formal dan
nonformal untuk melahirkan SDM yang berkualitas tentu saja menjadi pekerjaan rumah semua
pihak.

Masalahnya adalah bagaimana pemerintah menjadi motivator dan akselerator yang baik bagi
tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan milik masyarakat sehingga mampu menjadi daya dukung
pembangunan SDM yang berkualitas. Pada tataran ini pula, pemerintah harus mendorong secara
maksimal agar masyarakat mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik, yang
didalamnya terdapat tujuan mulia untuk mengubah perilaku masyarakat, yaitu pengetahuan, sikap,
dan keterampilan menjadi seorang insan yang utama .

Peran di Bidang Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani dan buruh. Ironisnya, sejumlah besar petani
kita, bekerja dan hidup di atas lahan yang bukan milik mereka sendiri. Mereka yang merasa
“memiliki” lahan pun kadangkala tanpa hak kepemilikan yang resmi. Legalisasi serta sertifikasi tanah
yang ada baru mencakup sebagian kecil dari lahan yang diolah para petani. Di tengah kondisi itu,
pemerintah belum mengupayakan perbaikan maksimal nasib para petani. Wajarlah ketika akhirnya
di Jawa Tengah para petani yang kecewa kepada pemerintah membakar gabah yang merupakan
hasil panen dari kerja keras dan banting tulang mereka selama ini.

Sedangkan nasib para buruh di Indonesia, ternyata tidak begitu jauh dari para petani. Karena
umumnya para buruh kita berangkat dari latar belakang pendidikan yang rendah, maka mereka
cenderung tidak punya pilihan selain hanya menjadi buruh selamanya. Artinya, hampir bisa
dikatakan ketika usia mereka masih belia dan masuk ke sektor ini, hingga kemudian mereka menjadi
tua, dalam prakteknya mereka mengalami kesulitan untuk bisa beralih ke profesi lain yang lebih baik.
Terkadang para buruh ini pula yang pada akhirnya justeru melahirkan buruh-buruh generasi
selanjutnya yang akan menggantikan mereka. Lingkaran kemiskinan yang terjadi di kalangan petani
dan buruh ternyatamenyebabkan rentannya kehidupan ekonomi mereka. Kondisi ini pula pada
perkembangan selanjutnya berimplikasi pada perekonomian sebagian besar penduduk Indonesia.

Di tengah-tengah kondisi yang terjadi tersebut, ternyata juga, terjadi pula ledakan urbanisasi,
kekumuhan dan ekspansi sektor informal yang muncul sebagai bagian kompleksitas problema
kehidupan masyarakat. Di saat yang sama, seringkali kebijakan yang dilakukan pemerintah
difokuskan justeru pada pembangunan sektor formal semata. Pada kenyataannya, fenomena sektor
informal haruslah kita lihat sebagai bagian dari ekspansi ekonomi yang lebih banyak memberi
harapan daripada permasalahan. Belajar dari pengalaman di Barat, pemerintah di sana seringkali
memberikan wadah formal yang sesuai untuk masyarakat yang bergerak di sektor informal tersebut.

Peran di Bidang Politik

Pada dataran konseptual, banyak pihak yang menyangka bahwa politik pada dasarnya adalah hal
yang hanya berurusan dengan kekuasaan. Padahal secara substansial, politik sebenarnya
menyangkut juga kehidupan manusia secara luas. Makanya dalam kehidupan praktis, kita
menjumpai istilah politik ekonomi, politik pendidikan serta istilah politik lain yang dihubungkan
dengan persoalan yang terjadi.

Namun begitu, dalam konteks pembicaraan politik saat ini, kita akan memfokuskan pada dua hal
pembahasan. Pertama, politik yang kita maknai sebagai wahana (arena) perjuangan tempat elemen
dalam masyarakat bersaing mendapat porsi dalam kekuasaan yang ada dalam bentuk institusi
legislatif dan eksekutif yang adadi berbagai tingkatan. Kedua, ketika masalah pertama tadi telah
dilampaui, maka keadaannya menjadi bergeser ke dalam manajemen kekuasaan tersebut. Secara
substansi harusnya kekuasaan mampu memberikan jawaban kepada publik, akan diarahkan kemana
kekuasaan yang telah diraih. Secara ideal, siapapun yang pada akhirnya berkuasa secara syah
sekaligus secara legal formal aturan demokrasi bisa terpenuhi harusnya mengarahkan kekuasaan
yang ada pada pencapaian sebesar-besarnya bagi pengurusan kepentingan masyarakat. Secara
spsifik berarti memperbesar legitimasi dan fokus awal (yang ada pada kelompok atau elemen
pendukung awal; bisa berupa satu partai atau gabungan) untuk sanggup melintasi tujuan bersama
yang lebih baik, yakni menuju masyarakat berkualitas yang dalam kehidupannya tercipta keadilan,
kemakmuran, dan kesejahteraan. Masyarakat yang dalam hidupnya pula tercipta rasa aman, damai
sentausa, tanpa takut pada tekanan atau intimidasi pihak lain.

Untuk mewujudkan hal yang seperti di atas, pada dasarnya di masyarakat sendiri sebenarnya telah
terbangun sendi-sendi kehidupan yang mengarah ke sana. Di tengah masyarakat pula, kita saksikan
ada banyak tokoh masyarakat, baik yang berlatar belakang tokoh agama (kyai, ulamaatau ustadz),
tokoh sosial, aparat pemerintahan maupun para pemimpin informal lainnya yang selalu saja akan
segera sigap membantu penyelesaian masalah begitu terjadi kesalahpahaman atau persoalan-
persoalan lain yang terjadi di tengah masyarakat. Potensi inilah yang secara khusus harus kita
syukuri, mengingat perselisihan pandangan atau perbedaan politik seperti apapun yang terjadi di
masyarakat kita,akan segera selesai ketika para tokoh masyarakat sedera ikut serta membantu
penyelesaian masalah yang terjadi.

Peran di Bidang Sosial Budaya

Karya sastra dan kesenian yang tumbuh di tengah masyarakat ternyata kadangkala mampu
membuatbanyak orang terpengaruh, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengaruh ini,
baik sebatasvisi dan pandangan hidup atau malah pada perilaku keseharian. Dengan begitu kesan
yang mungkin ditimbulkan oleh sebuah produk kesenian haruslah mampu terkontrol. Artinya, seni
dan produk berkesian secara ideal seyogianya berada dalam koridor tatanan normatif yang mampu
menjembatani kebebasan berekspresi dan etika yang berlaku di tengah masyarakat. Ini haruslah
dilakukan, mengingat Indonesia adalah negara yang secara nyata menjadikan dasar-dasar kehidupan
masyarakatnya berada di atas landasan moral dan spiritual yang baik. Jika tidak terjadi
keseimbangan seperti itu, maka dikhawatirkan akan terjadi polemik berkepanjangan tanpa
penyelesaian. Ini terjadi sebagaimana pada beberapa waktu yang lalu, yang dimungkinkan karena
berbedanya cara pandang terhadap seni dan produk kesenian yang ada di tengah masyarakat.

Dunia seni dan produk kesenian pada dasarnya adalah produk budaya masyarakat. Kalau kita amati
dalam perjalanannya di tengah kehidupan bangsa, kadangkala seni dan produk budaya bangsa ini
pula yang mampu menjadikan bangsa kita dihormati dan dihargai oleh bangsa lain. Dengan begitu,
seni adalah asset besar bangsa yang kalau bisa dikelola dengan baik serta tetap memegang etika
yang baik akan justeru menaikkan derajat bangsa.

Dan sebagaimana kita telah ketahui bersama, di tengah masyarakat kita telah tumbuh
beranekaragam kesenian dan budaya yang merupakan warisan dari para orang tua serta nenek
moyang kita. Halini, tentu saja wujud kekayaan yang tak ternilai harganya bagi bangsa. Dari hari ke
hari, dari waktu ke waktu, kesenian dan budaya ini akan menjadi semakin bermanfaat besar ketika
kita terus menggalai, mengembangkanserta memberikan inovasi-inovasi kreatif. Sehingga pada
akhirnya usaha-usaha ini akan mejadikan masyarakat semakin menghargai kesenian dan budaya kita.

Peran di Bidang Mental Spiritual (Keagamaan)

Untuk meningkatkan kehidupan keberagamaan masyarakat, diperlukan sistem yang tepat, terpadu
dan sistemik. Untuk membangun hal tersebut, tentu saja pemerintah tidak bisa berdiri sendiri,
diperlukan peran masyarakat yang lebih luas. Pendidikan agama yang selama ini berjalan tentu saja
tidak akan memadai untuk sekedar memahamkan orang.

Dan memang, pendidikan agama bukanlah segala-galanya, tetapi ia lebih sebagai stimulan untuk
mengembangkan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Kita semua mengetahui
bahwadinamika pendidikan yang terjadi berjalan sangat cepat, sementara perbaikan sistem yang
bisa dilakukan terbatas dan butuh waktu yang tidak sedikit. Dinamika ini pula kadangkala tidak bisa
direspon sesegera mungkin secara cepat. Oleh karena itu, kerjasama mutlak diperlukan oleh semua
pihak.Tidaklah cukup kalau hanya dilakukan kerja-kerja yang sifatnya parsial. Maka dibutuhkan
upaya pendidikan agama secara terpadu untuk menutupi kebutuhan ini.

Pendidikan agama pada dasarnya diarahkan kepada tiga aspek, yaitu: pertama, penguatan aspek
Ibadah, melalui ibadah-ibadah rutin harian, serta ibadah sunah. Kedua, pengayaan pemikiran dan
wawasan keilmuan melalui kegiatan membaca, diskusi dan kajian yang berjalan secara rutin.
Dan ketiga, peningkatan kemampuan teknis dan keterampilan hidup (life skills) baik untuk
kepentingan dalam lingkup pribadi maupun dalam lingkup berorganisasi di tengah masyarakat.
Ketiga hal tadi, akan lebih baik pula ketika di sana juga ditumbuhkan serta dilatih kedisiplinan dan
keterampilan dalam konteks pembinaan mental kepemimpinan.

Dalam hal ini, fungsi kontrol pemerintah adalah memotivasi dan mengevaluasi aktifitas pendidikan
agama yang dilakukan masyarakat. Pemerintah dalam batas yang memungkinkan, ikut memfasilitas
program pendidikan tersebut, misalnya dengan menggelar berbagai kajian dan pelatihan
peningkatan keberagamaan masyarakat.

Yang perlu dipahami bersama, diantara karakter penting sistem pendidikan yang ada adalah
penguatan pada sisi pendidikan kepribadian atau disebut juga akhlak.. Masyarakat juga diarahkan
agar mampu untuk memahami dan menguasasi berbagai bidang keilmuan dan ketrampilan,
berkonsekuensi pada tidak mungkinnya semua itu bisa dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan
agama. Maka diperlukanlah aktifitas yang terpadu dan terencana secara baik

Peran di Bidang Keamanan, Ketertiban dan Keindahan

Orang barat seringkali mengatakan Indonesia is a violent country. Itulah kata-kata penyunting Freek
Colombijn dan J. Thomas Lindblad ketika memberi pengantar sebuah buku yang berjudul Roots of
Violence in Indonesia (menelusuri akar-akar kekerasan di Indonesia). Mereka dalam buku tersebut
mengatakan bahwa geneologi kekerasan itu sendiri ternyata berakar cukup kuat di Indonesia.
Terutama sejak jatuhnya rezim orde baru. Kekerasan menurut mereka seperti menjadi ritualitas
masyarakat Indonesia yang diproduksi dan direproduksi kembali. Kekerasan bulan Mei, Situbondo,
Sambas, Ketapang, Sampit, Maluku, dan seterusnya, cukup jelas menunjukkan bahwa Indonesia
menurut mereka adalah violent country.

Menuju Peningkatan Peran Masyarakat

Diakui atau tidak, sebagian masyarakat dari hari ke hari ternyata semakin meningkat ilmu
pengetahuan dan penguasaan teknologinya. Namun begitu, masih ada pula masyarakat yang masih
bergelut dengan kehidupan yang berada di lingkaran garis kemiskinan. Keanekaragaman seperti ini,
kalau mampu di menej dengan baik akan mampu mempercepat proses pembangunan yang ada..
Artinya kalangan masyarakat yang mampu, kalau bisa diajak dengan baik untuk bisa terlibat dengan
pemerintah membantu peningkatan mereka yang berada di garis kemiskinan maka akan
mempercepat proses pembangunan yang dilakuakan.Walaupun begitu,ada memang masyarakat
yang cukup kritis terhadap proses pembangunan yang dilakukan pemerintah. Oleh karenanya, untuk
memperkecil persepsi serta cara pandang yang berbeda terhadap pembangunan yang dilakukan,
maka pemerintah pun secara ideal semakin mampu mendekatkan dirinya dengan masyarakat,
sehingga nantinya akan menjadi satu kesatuan yang mampu sinergis bagi kemajuan pembangunan di
masa yang akan datang. Untuk itu perlu kiranya dipikirkan, dikaji ulang serta ditingkatkan hal-hal
sebagai berikut :

1.  Perluasan Partisipasi Publik

Partisipasi ini bisa berupa layanan hotlinetelepon, sms, internet dan lain-lain yang semakin
mempermudah masyarakat berkomunikasi dengan pemerintah. Mereka dengan sarana yang
semakin mudah akan dengan mudah menyampaikan keluhan, masukan serta gagasan atau ide-ide
yang akan memacu semakin cepatnya respon dan kemajuan di sebuah tempat. Dengan begitu secara
keseluruhan, masyarakat merasa bahwa pemerintah ternyata amat dekat dengan kehidupan
mereka.

2. Pelibatan Publik dalam Agenda Pembangunan

Partisipasi publik dalam agenda pembangunan bisa saja secara teknis mengacu pada bagian
pertama, namun secara mekanisme dapat pula dibuka ruang-ruang publik yang lebih luas yang bisa
berupa public hearing, diskusi, seminar agenda pembangunan atau lewat berbagai acara atau media
yang pada intinya mengajak masyarakat terlibat dalam rencana-rencana pembangunan yang akan
dilakukan. Dari sana diharapkan tumbuh semangat memiliki dan rasa tanggungjawab dari
masyaraakat terhadap sarana prasarana yang dibangun atau pada pembangunan secara
keseluruhan.

3. Penciptaan Transparansi Kebijakan Pembangunan

Transparansi perlu dilakukan oleh pemerintah di berbagai tingkatan. Ini diperlukan bagi tumbuhnya
iklim saling menghargai dan menghormati serta saling membantu antara masyarakat dengan
pemerintah. Di samping itu, kalau hal ini mampu dilakukan maka akuntabilitas pemerintah akan
terwujud dengan baik.

Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Bangsa

Apabila kita cermati keadaan yang terjadi di sekitar lingkungan kita, masyarakat kecil atau
masyarakat kelas bawah ternyata bukanlah masyarakat yang secara keseluruhan hanya mampu
menggantungkan kehidupannya pada pihaklain, dalam hal ini terutama pada pemerintah. Mereka
juga bukan seluruhnya dapat dikatakan akan menjadi beban pembangunan bangsa. Kenapa bisa
dikatakan seperti itu, bukan lain karena diantara mereka juga pada dasarnya tumbuh semangat
untuk mandiri dan lepas dari ketergantungan pada pihak lain.

Kasus di Jakarta menunjukkan, ternyata partisipasi masyarakat terhadap perekonomian cukup


berarti bagi kelangsungan roda pertumbuhan ekonomi, minimal mengurangi beban yang seharusnya
menjadi tanggungan pemerintah. Dalam kasus ini, Biro Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menghitung,
ternyata pedagang kaki lima Jakarta menyetor pungutan liar sebesar Rp 53,4 milyar/tahun, dengan
omzet Rp 42,3 milyar/hari!. Dari aset dan omzet yang ada, ternyata sektor ini tidak begitu miskin,
artinya angka yang dihasilkan oleh mereka ternyata juga cukup besar.

Jadi dalam kasus tadi, sikap para pedagang kaki lima ternyata menunjukkan bahwa mereka mampu
eksis di tengah gelombang terpaan krisis ekonomi yang terjadi. Jelas sikap kewirausahaan semacam
itu akan cukup signifikan bagi peningkatan kemampuan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan
di beberapa kota lainnya, kita bisa menyaksikan, betapa di jalan-jalan utama kota tadi, kinitelah
tumbuh pusat-pusat ekonomi informal yang juga ternyata mampu membantu menaikan pendapatan
ekonomi warga masyarakat serta diyakini kedepannya akan berimplikasi pada peingkatan kehidupan
dan kesejahteraan para pedagang yang ada di sana.

Makanya tidak seluruhnya benar ungkapan yang mengatakan bahwa penyebab keterpurukan
ekonomi bangsa ini adalah karena adanya ketidakmampuan untuk menumbuhkan modal (capital).
Dari segi ekonomi, modal adalah memang salah satu kekuatan pertumbuhan ekonomi. Namun tanpa
dibarengi dengan kekuatan untuk berusaha dengan keras, tetap saja akan kurang signifikan dengan
peningkatan produktivitas. Sebagaimana para pedagang kaki lima tadi, dengan modal terbatas,
akhinya mereka tetap mampu eksis. Dengan mereka eksis, minimal mereka akan mampu memenuhi
kebutuhan-kebuuhan dasar kehidupan keluarganya. Diharapkan dari peningkatan tersebut, akan
meningkatkan pula kesejahteraan keluarga mereka. Dengan begitu, pemerintah tinggal mendorong
semangat berwirausaha ini menjadi semangat kolektif yang terus pula dikembangkan menjadi lebih
luas lewat pembinaan-pembinaan kelompok usaha-kelompok usaha yang ada di masyarakat, atau
paling tidak memberikan arahan-arahan bagi pengembangan usaha mereka secara personal.

Adapun, kalau kita jabarkan secara singkat dan sederhana, peran apa saja yang dilakukan
masyarakat dalam berpartisipasi dalam peningkatan pembangunan daerah adalah, diantarnya:

Peran di Bidang Pendidikan

Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara.
Karena itu, tuntutan reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan
agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan. Krisis
multidimensi yang melanda negara dan bangsa Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh
krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan nasional.
Upaya pemerintah memberikan bantuan darurat dalam bentuk materi baik melalui program "jaring
pengaman sosial" maupun melalui proyek "Padat Karya" ternyata belum mampu memberdayakan
masyarakat miskin secara maksimal. Tentu saja masyarakat lapisan bawah sangat memerlukan
bantuan semacam ini. Akan tetapi, fakta-fakta di lapangan menunjukkan bahwa upaya tersebut
masih sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Bantuan yang seharusnya menjadi porsi dan hak
masyarakat lapisan bawah justru sebaliknya kadangkala dinikmati mereka yang tidak berhak.

Pola partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan seharusnya memang bukan pola yang
bersifat top-down interventionyang terkadang mengandung nuansa kurangmenjunjung tinggi
aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya. Akan tetapi yang relatif lebih
sesuai dengan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan
yang sifatnya bottom-up intervention yang di dalamnya ada nuansa penghargaan dan pengakuan
bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan
permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha pendidikan dengan prinsip swadaya dan
kebersamaan. Bagaimana peran partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan formal dan
nonformal untuk melahirkan SDM yang berkualitas tentu saja menjadi pekerjaan rumah semua
pihak.

Masalahnya adalah bagaimana pemerintah menjadi motivator dan akselerator yang baik bagi
tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan milik masyarakat sehingga mampu menjadi daya dukung
pembangunan SDM yang berkualitas. Pada tataran ini pula, pemerintah harus mendorong secara
maksimal agar masyarakat mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik, yang
didalamnya terdapat tujuan mulia untuk mengubah perilaku masyarakat, yaitu pengetahuan, sikap,
dan keterampilan menjadi seorang insan yang utama .

Peran di Bidang Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani dan buruh. Ironisnya, sejumlah besar petani
kita, bekerja dan hidup di atas lahan yang bukan milik mereka sendiri. Mereka yang merasa
“memiliki” lahan pun kadangkala tanpa hak kepemilikan yang resmi. Legalisasi serta sertifikasi tanah
yang ada baru mencakup sebagian kecil dari lahan yang diolah para petani. Di tengah kondisi itu,
pemerintah belum mengupayakan perbaikan maksimal nasib para petani. Wajarlah ketika akhirnya
di Jawa Tengah para petani yang kecewa kepada pemerintah membakar gabah yang merupakan
hasil panen dari kerja keras dan banting tulang mereka selama ini.
Sedangkan nasib para buruh di Indonesia, ternyata tidak begitu jauh dari para petani. Karena
umumnya para buruh kita berangkat dari latar belakang pendidikan yang rendah, maka mereka
cenderung tidak punya pilihan selain hanya menjadi buruh selamanya. Artinya, hampir bisa
dikatakan ketika usia mereka masih belia dan masuk ke sektor ini, hingga kemudian mereka menjadi
tua, dalam prakteknya mereka mengalami kesulitan untuk bisa beralih ke profesi lain yang lebih baik.
Terkadang para buruh ini pula yang pada akhirnya justeru melahirkan buruh-buruh generasi
selanjutnya yang akan menggantikan mereka. Lingkaran kemiskinan yang terjadi di kalangan petani
dan buruh ternyatamenyebabkan rentannya kehidupan ekonomi mereka. Kondisi ini pula pada
perkembangan selanjutnya berimplikasi pada perekonomian sebagian besar penduduk Indonesia.

Di tengah-tengah kondisi yang terjadi tersebut, ternyata juga, terjadi pula ledakan urbanisasi,
kekumuhan dan ekspansi sektor informal yang muncul sebagai bagian kompleksitas problema
kehidupan masyarakat. Di saat yang sama, seringkali kebijakan yang dilakukan pemerintah
difokuskan justeru pada pembangunan sektor formal semata. Pada kenyataannya, fenomena sektor
informal haruslah kita lihat sebagai bagian dari ekspansi ekonomi yang lebih banyak memberi
harapan daripada permasalahan. Belajar dari pengalaman di Barat, pemerintah di sana seringkali
memberikan wadah formal yang sesuai untuk masyarakat yang bergerak di sektor informal tersebut.

Peran di Bidang Politik

Pada dataran konseptual, banyak pihak yang menyangka bahwa politik pada dasarnya adalah hal
yang hanya berurusan dengan kekuasaan. Padahal secara substansial, politik sebenarnya
menyangkut juga kehidupan manusia secara luas. Makanya dalam kehidupan praktis, kita
menjumpai istilah politik ekonomi, politik pendidikan serta istilah politik lain yang dihubungkan
dengan persoalan yang terjadi.

Namun begitu, dalam konteks pembicaraan politik saat ini, kita akan memfokuskan pada dua hal
pembahasan. Pertama, politik yang kita maknai sebagai wahana (arena) perjuangan tempat elemen
dalam masyarakat bersaing mendapat porsi dalam kekuasaan yang ada dalam bentuk institusi
legislatif dan eksekutif yang adadi berbagai tingkatan. Kedua, ketika masalah pertama tadi telah
dilampaui, maka keadaannya menjadi bergeser ke dalam manajemen kekuasaan tersebut. Secara
substansi harusnya kekuasaan mampu memberikan jawaban kepada publik, akan diarahkan kemana
kekuasaan yang telah diraih. Secara ideal, siapapun yang pada akhirnya berkuasa secara syah
sekaligus secara legal formal aturan demokrasi bisa terpenuhi harusnya mengarahkan kekuasaan
yang ada pada pencapaian sebesar-besarnya bagi pengurusan kepentingan masyarakat. Secara
spsifik berarti memperbesar legitimasi dan fokus awal (yang ada pada kelompok atau elemen
pendukung awal; bisa berupa satu partai atau gabungan) untuk sanggup melintasi tujuan bersama
yang lebih baik, yakni menuju masyarakat berkualitas yang dalam kehidupannya tercipta keadilan,
kemakmuran, dan kesejahteraan. Masyarakat yang dalam hidupnya pula tercipta rasa aman, damai
sentausa, tanpa takut pada tekanan atau intimidasi pihak lain.

Untuk mewujudkan hal yang seperti di atas, pada dasarnya di masyarakat sendiri sebenarnya telah
terbangun sendi-sendi kehidupan yang mengarah ke sana. Di tengah masyarakat pula, kita saksikan
ada banyak tokoh masyarakat, baik yang berlatar belakang tokoh agama (kyai, ulamaatau ustadz),
tokoh sosial, aparat pemerintahan maupun para pemimpin informal lainnya yang selalu saja akan
segera sigap membantu penyelesaian masalah begitu terjadi kesalahpahaman atau persoalan-
persoalan lain yang terjadi di tengah masyarakat. Potensi inilah yang secara khusus harus kita
syukuri, mengingat perselisihan pandangan atau perbedaan politik seperti apapun yang terjadi di
masyarakat kita,akan segera selesai ketika para tokoh masyarakat sedera ikut serta membantu
penyelesaian masalah yang terjadi.

Peran di Bidang Sosial Budaya

Karya sastra dan kesenian yang tumbuh di tengah masyarakat ternyata kadangkala mampu
membuatbanyak orang terpengaruh, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengaruh ini,
baik sebatasvisi dan pandangan hidup atau malah pada perilaku keseharian. Dengan begitu kesan
yang mungkin ditimbulkan oleh sebuah produk kesenian haruslah mampu terkontrol. Artinya, seni
dan produk berkesian secara ideal seyogianya berada dalam koridor tatanan normatif yang mampu
menjembatani kebebasan berekspresi dan etika yang berlaku di tengah masyarakat. Ini haruslah
dilakukan, mengingat Indonesia adalah negara yang secara nyata menjadikan dasar-dasar kehidupan
masyarakatnya berada di atas landasan moral dan spiritual yang baik. Jika tidak terjadi
keseimbangan seperti itu, maka dikhawatirkan akan terjadi polemik berkepanjangan tanpa
penyelesaian. Ini terjadi sebagaimana pada beberapa waktu yang lalu, yang dimungkinkan karena
berbedanya cara pandang terhadap seni dan produk kesenian yang ada di tengah masyarakat.

Dunia seni dan produk kesenian pada dasarnya adalah produk budaya masyarakat. Kalau kita amati
dalam perjalanannya di tengah kehidupan bangsa, kadangkala seni dan produk budaya bangsa ini
pula yang mampu menjadikan bangsa kita dihormati dan dihargai oleh bangsa lain. Dengan begitu,
seni adalah asset besar bangsa yang kalau bisa dikelola dengan baik serta tetap memegang etika
yang baik akan justeru menaikkan derajat bangsa.
Dan sebagaimana kita telah ketahui bersama, di tengah masyarakat kita telah tumbuh
beranekaragam kesenian dan budaya yang merupakan warisan dari para orang tua serta nenek
moyang kita. Halini, tentu saja wujud kekayaan yang tak ternilai harganya bagi bangsa. Dari hari ke
hari, dari waktu ke waktu, kesenian dan budaya ini akan menjadi semakin bermanfaat besar ketika
kita terus menggalai, mengembangkanserta memberikan inovasi-inovasi kreatif. Sehingga pada
akhirnya usaha-usaha ini akan mejadikan masyarakat semakin menghargai kesenian dan budaya kita.

Peran di Bidang Mental Spiritual (Keagamaan)

Untuk meningkatkan kehidupan keberagamaan masyarakat, diperlukan sistem yang tepat, terpadu
dan sistemik. Untuk membangun hal tersebut, tentu saja pemerintah tidak bisa berdiri sendiri,
diperlukan peran masyarakat yang lebih luas. Pendidikan agama yang selama ini berjalan tentu saja
tidak akan memadai untuk sekedar memahamkan orang.

Dan memang, pendidikan agama bukanlah segala-galanya, tetapi ia lebih sebagai stimulan untuk
mengembangkan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Kita semua mengetahui
bahwadinamika pendidikan yang terjadi berjalan sangat cepat, sementara perbaikan sistem yang
bisa dilakukan terbatas dan butuh waktu yang tidak sedikit. Dinamika ini pula kadangkala tidak bisa
direspon sesegera mungkin secara cepat. Oleh karena itu, kerjasama mutlak diperlukan oleh semua
pihak.Tidaklah cukup kalau hanya dilakukan kerja-kerja yang sifatnya parsial. Maka dibutuhkan
upaya pendidikan agama secara terpadu untuk menutupi kebutuhan ini.

Pendidikan agama pada dasarnya diarahkan kepada tiga aspek, yaitu: pertama, penguatan aspek
Ibadah, melalui ibadah-ibadah rutin harian, serta ibadah sunah. Kedua, pengayaan pemikiran dan
wawasan keilmuan melalui kegiatan membaca, diskusi dan kajian yang berjalan secara rutin.
Dan ketiga, peningkatan kemampuan teknis dan keterampilan hidup (life skills) baik untuk
kepentingan dalam lingkup pribadi maupun dalam lingkup berorganisasi di tengah masyarakat.
Ketiga hal tadi, akan lebih baik pula ketika di sana juga ditumbuhkan serta dilatih kedisiplinan dan
keterampilan dalam konteks pembinaan mental kepemimpinan.

Dalam hal ini, fungsi kontrol pemerintah adalah memotivasi dan mengevaluasi aktifitas pendidikan
agama yang dilakukan masyarakat. Pemerintah dalam batas yang memungkinkan, ikut memfasilitas
program pendidikan tersebut, misalnya dengan menggelar berbagai kajian dan pelatihan
peningkatan keberagamaan masyarakat.
Yang perlu dipahami bersama, diantara karakter penting sistem pendidikan yang ada adalah
penguatan pada sisi pendidikan kepribadian atau disebut juga akhlak.. Masyarakat juga diarahkan
agar mampu untuk memahami dan menguasasi berbagai bidang keilmuan dan ketrampilan,
berkonsekuensi pada tidak mungkinnya semua itu bisa dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan
agama. Maka diperlukanlah aktifitas yang terpadu dan terencana secara baik

Peran di Bidang Keamanan, Ketertiban dan Keindahan

Orang barat seringkali mengatakan Indonesia is a violent country. Itulah kata-kata penyunting Freek
Colombijn dan J. Thomas Lindblad ketika memberi pengantar sebuah buku yang berjudul Roots of
Violence in Indonesia (menelusuri akar-akar kekerasan di Indonesia). Mereka dalam buku tersebut
mengatakan bahwa geneologi kekerasan itu sendiri ternyata berakar cukup kuat di Indonesia.
Terutama sejak jatuhnya rezim orde baru. Kekerasan menurut mereka seperti menjadi ritualitas
masyarakat Indonesia yang diproduksi dan direproduksi kembali. Kekerasan bulan Mei, Situbondo,
Sambas, Ketapang, Sampit, Maluku, dan seterusnya, cukup jelas menunjukkan bahwa Indonesia
menurut mereka adalah violent country.

Menuju Peningkatan Peran Masyarakat

Diakui atau tidak, sebagian masyarakat dari hari ke hari ternyata semakin meningkat ilmu
pengetahuan dan penguasaan teknologinya. Namun begitu, masih ada pula masyarakat yang masih
bergelut dengan kehidupan yang berada di lingkaran garis kemiskinan. Keanekaragaman seperti ini,
kalau mampu di menej dengan baik akan mampu mempercepat proses pembangunan yang ada..
Artinya kalangan masyarakat yang mampu, kalau bisa diajak dengan baik untuk bisa terlibat dengan
pemerintah membantu peningkatan mereka yang berada di garis kemiskinan maka akan
mempercepat proses pembangunan yang dilakuakan.Walaupun begitu,ada memang masyarakat
yang cukup kritis terhadap proses pembangunan yang dilakukan pemerintah. Oleh karenanya, untuk
memperkecil persepsi serta cara pandang yang berbeda terhadap pembangunan yang dilakukan,
maka pemerintah pun secara ideal semakin mampu mendekatkan dirinya dengan masyarakat,
sehingga nantinya akan menjadi satu kesatuan yang mampu sinergis bagi kemajuan pembangunan di
masa yang akan datang. Untuk itu perlu kiranya dipikirkan, dikaji ulang serta ditingkatkan hal-hal
sebagai berikut :

1.  Perluasan Partisipasi Publik


Partisipasi ini bisa berupa layanan hotlinetelepon, sms, internet dan lain-lain yang semakin
mempermudah masyarakat berkomunikasi dengan pemerintah. Mereka dengan sarana yang
semakin mudah akan dengan mudah menyampaikan keluhan, masukan serta gagasan atau ide-ide
yang akan memacu semakin cepatnya respon dan kemajuan di sebuah tempat. Dengan begitu secara
keseluruhan, masyarakat merasa bahwa pemerintah ternyata amat dekat dengan kehidupan
mereka.

2. Pelibatan Publik dalam Agenda Pembangunan

Partisipasi publik dalam agenda pembangunan bisa saja secara teknis mengacu pada bagian
pertama, namun secara mekanisme dapat pula dibuka ruang-ruang publik yang lebih luas yang bisa
berupa public hearing, diskusi, seminar agenda pembangunan atau lewat berbagai acara atau media
yang pada intinya mengajak masyarakat terlibat dalam rencana-rencana pembangunan yang akan
dilakukan. Dari sana diharapkan tumbuh semangat memiliki dan rasa tanggungjawab dari
masyaraakat terhadap sarana prasarana yang dibangun atau pada pembangunan secara
keseluruhan.

3. Penciptaan Transparansi Kebijakan Pembangunan

Transparansi perlu dilakukan oleh pemerintah di berbagai tingkatan. Ini diperlukan bagi tumbuhnya
iklim saling menghargai dan menghormati serta saling membantu antara masyarakat dengan
pemerintah. Di samping itu, kalau hal ini mampu dilakukan maka akuntabilitas pemerintah akan
terwujud dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai