Anda di halaman 1dari 4

NAMA : WINDA AYU OKTALIANI

NIM: 031049345

METODE PENELITIAN HUKUM

NOMOR 1

Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian


hukum seperti ini, acapkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan
perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang
merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.

NOMOR 2

1.    Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach)

Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang


bersangkut paut dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang dihadapi. Pendekatan
perundang-undangan ini misalnya dilakukan dengan mempelajari konsistensi/kesesuaian
antara Undang-Undang Dasar dengan Undang-Undang, atau antara Undang-Undang yang satu
dengan Undang-Undang yang lain,

2.    Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan
isu hukum yang dihadapi. Kasus-kasus yang ditelaah merupakan kasus yang telah memperoleh
putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada setiap putusan
tersebut adalah pertimbangan hakim untuk sampai pada suatu keputusan sehingga dapat
digunakan sebagai argumentasi dalam memecahkan isu  hukum yang dihadapi.

3.    Pendekatan Historis (Historical Approach)

Pendekatan ini dilakukan dalam kerangka untuk memahami filosofi aturan hukum dari waktu ke
waktu, serta memahami perubahan dan perkembangan filosofi yang melandasi aturan hukum
tersebut. Cara pendekatan ini dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan
pengaturan mengenai isu hukum yang dihadapi.

4.    Pendekatan Komparatif (Comparative Approach)

Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan peraturan hukum ataupun putusan


pengadilan di suatu negara dengan peraturan hukum di negara lain (dapat 1 negara atau lebih),
namun haruslah mengenai hal yang sama. Perbandingan dilakukan untuk memperoleh
persamaan dan perbedaan di antara peraturan hukum/putusan pengadilan tersebut.

5.    Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di


dalam ilmu hukum. Pendekatan ini menjadi penting sebab pemahaman terhadap
pandangan/doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk
membangun argumentasi hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi.
Pandangan/doktrin akan memperjelas ide-ide dengan memberikan pengertian-pengertian
hukum, konsep hukum, maupun asas hukum yang relevan dengan permasalahan.

NOMOR 3

1.     Pendekatan Undang-undang (statute approach)


Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan
regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani(Ibid., 2011 : 93).
Pendekatan perundang-undangan dalam penelitian hukum normatif memiliki kegunaan baik
secara praktis maupun akademis.
Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini akan membuka
kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu
undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dengan Undang-
Undang Dasar atau regulasi dan undang-undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu
argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi. (Ibid., 2011 : 93-94)
Bagi penelitian untuk kegiatan akademis, peneliti perlu mencari ratio legis dan
dasar ontologis lahirnya undang-undang tersebut. Dengan mempelajari ratio legis dan
dasar ontologis suatu undang-undang, peneliti sebenarnya mampu mengungkap kandungan
filosofis yang ada di belakang undang-undang itu. Memahami kandungan filosofis yang ada di
belakang undang-undang itu, peneliti tersebut akan dapat menyimpulkan mengenai ada
tidaknya benturan filosofis antara undang-undang dengan isu yang dihadapi. (Ibid.)

2.     Pendekatan Kasus (Case Approach)


Pendekatan kasus dilakukan dengan cara menelaah kasus-kasus terkait dengan isu
yang sedang dihadapi, dan telah menjadi putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Kasus ini dapat berupa kasus yang terjadi di Indonesia maupun di negara lain. Yang menjadi
kajian pokok di dalam pendekatan kasus adalah rasio decidendi atau reasoning yaitu
pertimbangan pengadilan untuk sampai kepada suatu putusan. (Ibid., 2011 : 94)
Secara praktis ataupun akademis, pendekatan kasus mempunyai kegunaan dalam
mengkaji rasio decidendi atau reasoning tersebut merupakan referensi bagi penyusunan
argumentasi dalam pemecahan isu hukum. Perlu pula dikemukakan bahwa pendekatan kasus
tidak sama dengan studi kasus (case study). Di dalam pendekatan kasus (case approach),
beberapa kasus ditelaah untuk referensi bagi suatu isu hukum. Sedangkan Studi kasus
merupakan suatu studi dari berbagai aspek hukum. (Ibid.)

3.     Pendekatan Historis (Historical Approach)


Pendekatan historis dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan
perkembangan pengaturan mengenai isu hukum yang dihadapi. Telaah demikian diperlukan
oleh peneliti untuk mengungkap filosofi dan pola pikir yang melahirkan sesuatu yang sedang
dipelajari. Pendekatan historis ini diperlukan kalau memang peneliti menganggap bahwa
pengungkapan filosofis dan pola pikir ketika sesuatu yang dipelajari itu dilahirkan, dan memang
mempunyai relevansi dengan masa kini. (Ibid., 2011 : 94-95)

4.     Pendekatan Komparatif (Comparative Approach)


Pendekatan komparatif dilakukan dengan membandingkan undang-undang suatu
negara, dengan undang-undang dari satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama.
Selain itu, dapat juga diperbandingkan di samping undang-undang yaitu putusan pengadilan di
beberapa negara untuk kasus yang sama. (Ibid., 2011 : 95)
Kegunaan dalam pendekatan ini adalah untuk memperoleh persamaan dan perbedaan
di antara undang-undang tersebut. Hal ini untuk menjawab mengenai isu hukum antara
ketentuan undang-undang dengan filosofi yang melahirkan undang-undang itu. Dengan
demikian perbandingan tersebut, peneliti akan memperoleh gambaran mengenai konsistensi
antara filosofi dan undang-undang di beberapa negara. Hal ini sama juga dapat dilakukan
dengan memperbandingkan putusan pengadilan antara suatu negara dengan negara lain untuk
kasus serupa. (Ibid.)

5.     Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)


Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang
berkembang di dalam ilmu hukum. dengan mempelajari pandang-pandangan dan doktrin-
doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-
pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum relevan dengan isu yang
dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan
sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu
yang dihadapi. (Ibid.)

Berkaitan dengan uraian mengenai pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam


melakukan penelitian hukum, penulis sedikit tertarik dengan dua macam pendekatan, yaitu
pendekatan historis (sejarah) dan pendekatan komparatif (perbandingan). Peter de Cruz
mempunyai pendapat lain terhadap kedua macam pendekatan tersebut. Dalam bukunya yang
berjudul Comperative Law in a Changing World yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi “Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law, dan Socialist Law”
(2010 : 14), menjelaskan bahwa sejarah hukum adalah sebuah kondisi yang sangat vital  bagi
sebuah evolusi kritis terhadap hukum dan sebuah pemahaman tentang pengoperasian konsep-
konsep hukum yang merupakan tujuan utama dari hukum komparatif. Seperti itu yang telah
ditemukan oleh sejumlah ahli hukum, sejarah hukum komparatif adalah hukum komparatif
vertikal, dan perbandingan dari sistem-sistem hukum modern adalah hukum komparatif
horizontal.
Berdasarkan pendapat Peter de Cruz di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendekatan historis merupakan pendekatan perbandingan yang bersifat horizontal, yaitu
mempelajari sejarah terciptanya suatu norma  yang tertuang di dalam suatu perundang-
undangan. Sedangkan pendekatan komparatif itu sendiri bersifat vertikal, yaitu pendekatan
yang mempelajari perbandingan norma dalam undang-undang antara sistem hukum di
beberapa negara. Untuk itu penulis dapat memberi pendapat bahwa, pendekatan historis dan
komparatif merupakan satu kesatuan dari perbandingan sistem hukum.
Selain pendekatan-pendekatan dalam melakukan penelitian hukum tersebut di atas,
menurut Johnny Ibrahim (2012) pendekatan lainnya yang digunakan dalam melakukan
penelitian hukum selain yang disebutkan oleh Peter Mahmud Marzuki yaitu Pendekatan Analitis
(analytical approach) dan Pendekatan Filsafat (Philosophical Approach).
Maksud utama dari Pendekatan analisis terhadap bahan hukum adalah mengetahui makna
yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam aturan perundang-undangan secara
konsepsional, sekaligus mengetahui penerapan dalam praktik dan putusan-putusan hukum. hal
ini dilakukan melalui dua pemeriksaan. pertama, sang peneliti berusaha memperoleh makna
baru yang terkandung dalam aturan hukum yang bersangkutan. kedua, mengkaji istilah-istilah
hukum tersebut dalam praktek melalui analisis terhadap putusan-putusan hukum. (Johnny
Ibrahim, 2012 : 310)
Pengertian hukum (rechtsbegrip) menduduki tempat penting, baik yang tersimbolkan
dalam kata yang digunakan maupun yang tersusun dalam sebuah aturan hukum, tidak jarang
sebuah kata atau definisi yang terdapat dalam sebuah rumusan aturan hukum tidak jelas
maknanya. kemungkinan, makna yang pernah diberikan kepada suata kata atau definisi
tersebut sudah tidak memadai, baik oleh perkembangan zaman atau untuk memenuhi
kepentingan sifat sebuah system yang all-inclusive sehingga diperlukan pemberian makna yang
baru pada kata atau definisi yang ada, karena ketepatan makna diperlukan demi kepastian
hukum sementara itu menemukan makna (begrip) pada kata atau sefinisi hukum merupakan
kegiatan keilmuan hukum aspek normatif. (Ibid., hal. 310-311)
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya tugas analisis hukum adalah
menganalisis pengertian hukum, asas hukum, kaidah hukum, sistem hukum, dan berbagai
konsep yuridis. Misalnya, konsep yuridis tentang subyek hukum, obyek hukum, hak milik,
perkawinan, perjanjian, perikatan, hubungan kerja, jual beli, wanprestasi, perbuatan melanggar
hukum, delik dan sebagainya. (Ibid., hal. 311)
Pendekatan yang selanjutnya digunakan dalam penelitian adalah pedekatan
filsafat. Dengan sifat filsafat yang menyeluruh, mendasar, dan spekulatif, penjelajah filsafat
akan mengupas isu hukum (legal issue) dalam penelitian normatif secara radikal dan mengupas
secara mendalam. Socrates pernah mengatakan bahwa tugas filsafat sebenarnya bukan
menjawap pertanyaan yang diajukan, tetapi mempersoalkan jawaban yang diberikan. dengan
demikian penjelajahan dalam filsafat meliputi ajaran ontologis, ajaran tentang hakikat, aksiologis
(ajaran tentang nilai), epistimolois (ajaran tentang pengetahuan), telelogis (ajaran tentang
tujuan) untuk menjelaskan secara mendalam sejauh dimungkinkan oleh pencapaian
pengetahuan manusia. (Ibid., hal. 320)
Pengetahuan filsafat dimulai dengan sikap ilmuan yang rendah hati, berani mengoreksi
diri, berterus terang dalam memberikan dasar pembenaran terhadap njawaban atas pertanyaan
apakah ilmu yang dikuasai saat ini telah mencakup segenap pengetahuan yang ada, pada
batasan manakah ilmu itu dimulai dan pada batasan mana ia berhenti, dan apakah kelebihan
dan kekurangan ilmu itu. (Ibid.)
Berdasarkan ciri filsafat tersebut, dibantu dengan pendekatan (approach) yang tepat,
seyogyanya dapat dilakukan apa yang dinamakan oleh Ziegler sebagai Fundamental
Research, yaitu suatu penelitian yang memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap
imlikasi sosial dan efek penerapan suatu aturan perundang-undangan terhadap masyarakat
atau kelompok masyarakat yang melibatkan penelitian terhadap sejarah, filsafat, ilmu bahasa,
ekonomi serta implikasi sosial, dan politik terhadap pemberlakuan suatu aturan hukum

Anda mungkin juga menyukai