Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBINEMIA

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

NAMA : ILMA NUR AZIZA

NIM : 18.022

TINGKAT : 2A

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
KAMPUS V TRENGGALEK
Jl. Dr. Soedomo No. 5 Telp/Fax (0355)791293 Trenggalek 66312
WEBSITE :www.poltekkes-malang.ac.id
Tahun Akademik 2018/2019

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
- Kampus Pusat : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388 Fax
(0341) 556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA : ILMA NUR AZIZA


NIM : 18.022
RUANG : MATAHARI

A. DEFINISI HIPERBILIRUBINEMIA
Beberapa definisi hiperbilirubinemia dari beberapa sumber :
1. Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus kea rah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila
kadarbilirubin tidak dikendalikan (mansjoer, 2008).
2. Hiperbilirubinemia adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam darah
(wong, 2003:143)
3. Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 1997).
4. Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin
di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).
5. Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi dan Rita, 2001:143)

B. PATOFISIOLOGI
1. Uraian (baca ulang sudah sesuai dengan skema atau belum )
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrus
akan sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknyakan masuk 
sirkulasi, diimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin.Gloobin {protei
n} digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme akan
dirubah menjadi biliverdin dan berikatan dengan albumin.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Z
dan protein Y berkurang. Atau pada bayi hipoksia,asidosis. Keadaan lain
yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjungasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak.
Kelaianan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya
dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul
apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar
bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada
keadaan neonatus, bilirubin indirek akan mudah melalui sawar otak apabila
bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan
hipoglikemia. (markum, 1991)

2. Phatway
HEMOGLOBIN

Globin Heme

Biliverdin

Peningkatan Destruksi Eritrosit (Gangguan Konjugasi Bilirubin Atau Gangguan Transport


Bilirubin Atau Peningkatan Siklus Enterohepatik) , Hb dan Eritrosit Abnormal

Pemecahan Bilirubin Berlebih/bilirubin yang tidak berikat dengan albumin meningkat

Suplay Bilirubin Melebihi Kemampuan Hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kesiklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin uncon jugned dalam darah,


pengeluaran meconium terlambat, obstruksi usus,
tinja berwarna pucat

Icterus pada sclera, leher dan badan


Gangguan integritas kulit peningkatan bilirupin indirek > 12 mg/dl

Indikasi fototerapi

Sinar dengan intensitas tinggi

Kekurangan volume Gangguan suhu


cairan tubuh tubuh
C. ETIOLOGI
Beberapa penyebab hiperbilirubin pada bayi baru lahir
1. Faktor fisiologik/prematuritas
2. Berhubungan dengan air susu ibu
3. Meningkatnya produksi bilirubin/hemolitik
4. Adanya penyakit/hipotioridism,galaktosemia,bayi dengan ibu DM
5. Pembentukan bilirubin yang berlebihan
6. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
7. Gangguan konjunggasi bilirubin
8. Penyakit hemolotik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah
merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena
adanya perdarahan tertutup.
9. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
10. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti :
infeksi toxoplasma, Siphilis
D. MANIFESTASI KLINIS
tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah ;
1. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetic atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, atau mencapai
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empatdan menurun pada hari ke
lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
4. Terdapat ikterus pada sklera,kuku/kulit dan membrane mukosa
5. Pasien tampak lemas
6. Nafsu makan berkurang
7. Kulit bewarna kuning hingga jingga
8. Urine pekat
9. Pembesaran lien dan hati
10. Feses seperti dempul
11. Litargik (lemas),kejang,tidak mau menghisap.
12. Dapat tuli,gangguan bicara dan retardasi mental.
E. PENATALAKSANAAN
1. Foto Terapi
Merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar yang
menggunakan
lampu, dan lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk
menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.
Cara melakukan foto terapi:
1. Buka pakaian bayi agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar.
2. Tutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang memantulkan
cahaya.
3. Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm.
4. Posisi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali.
5. Lakukan pengukuran suhu setiap 4-6 jam.
6. Periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali
dalam 24 jam.
7. Lakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada penderita
mengalami hemolisis.
8. Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar.
9. Berikan atau sediakan lampu masing-masing 20 watt sebanyak 8-10
buah yang disusun secara paralel.
10. Berikan ASI yang cukup, yang cara memberikan dengan mengeluarkan
bayi tempat dan dipangku penutup mata dibuka dan diobservasi ada
tidaknya iritasi.
2. Tranfusi Tukar
Merupakan cara yang dilakukan untuk mengkuarkan darah dari bayi untuk
ditukar dengan darah yang tidak sesuai atau patologis dengan tujuan
mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pemberian transfusi
tukar apabila kadar bilirubin indirek 20mg%, kenaikan kadar bilirubin yang
cepat yaitu 0,3-1mg/jam, anemia berat dengan gejala gagal jantung dan
kadar Hb tali pusat 14mg% dan uji coombs direk poisitif.
Cara pelaksanaan transfusi tukar:
a. Anjurkan pasien untuk puasa 3-4 jam sebelum transfusi tukar
b. Siapkan pasien di kamar khusus
c. Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada bayi.
d. Tidurkan pasien dalam keadaan terlentang dan buka pakaian pada
daerah perut.
e. Lakukan transfusi tukar sesuai dengan prorap.
f. Lakukan observasi keadaan umum pasien, catat jumlah darah yang
keluar dan masuk.
g. Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali pusat.
h. Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam.
Perawatan Setelah Transfusi
Dapat meliputi perawatan daerah yang dilakukan pemasangan kateter
transfusi dengan melakukan kompres NaCl fisiologis kemudian ditutup
dengan kassa steril dan difiksasi, lakukan pemeriksaan kadar Hb dan
bilirubin serum setaip 12 jam dan pantau tanda vital.
F. DATA PENUNJANG
1 Pemeriksaan lab untuk mengetahui kadar bilirubin dalam darah
2 Bilirubinometer transkutan
3 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO untuk mengetahui konsentrasi CO yang
dikeluarkan melalui pernapasan sehingga dapat digunakan sebagai indeks
produksi bilirubin.
4 Pemberian Intravena immunglbulin (IVIG) untuk kasus hiperbilirubinemia
yang disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi.
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Anamnese
1. Biodata bayi dan orang tua bayi.
2. Alasan bayi dibawa ke ruang neonatus: didapatkan data bahwa bayi
mengalami lethargi, warna kulit dan sclera berwarna kuning, bayi tidak
mau menyusu, daya hisap lemah.
3. Riwayat prenatal: riwayat ANC, riwayat penyakit hepar yang pernah
diderita ibu selama hamil, obat-obatan yang dikonsumsi tertentu
seperti salisilat, sulfonamidoral, sitomegalovirus, imunisasi TT, nutrisi
ibu selama hamil.
4. Riwayat natal : bayi lahir cukup bulan atau tidak, cara kelahiran, lama
persalinan, kelahiran tunggal/kembar, prosedur khusus selama
persalinan, tempat dan penolong persalinan, APGAR score dan
keadaan air ketuban.
Riwayat postnatal : pemberian ASI dan imunisasi
B. Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan Umum : biasanya lesu, letargi, coma
2 TTV : N: 120-160x/menit R:>40x/menit S: 36,5-37,5ºC
3 Pemeriksaan Antropometri
4 Kepala : kulit kepala tidak terdapat bekas tindakan persalinan seperti
vakum atau terdapat caput.
5 Wajah : dijumpai ikterus pada area wajah misalnya kening atau pipi.
6 Mata : dijumpai ikterus pada sklera.
7 Hidung : pada kasus hiperbilirubinemia hidung biasanya tampak
bersih. Tetapi mungkin ada tanda-tanda pernafasan cuping hidung.
8 Mulut : dijumpai selaput mukosa pada mulut
9 Telinga : pada hiperbilirubinemia biasanya tidak terdapat serumen
10 Leher : perhatikan bentuk, gerakan, ada tidaknya pembesaran
kelenjar, dan kelainan konginetal.
11 Thorax : ditemukan adanya icterus, selain itu biasanya juga dapat
ditemukan adanya peningkatan frekuensi nafas, status kariologi
menunjukkan adanya tachicardia, khususnya pada kasus
hiperbilirubinemia yang disebabkan infeksi.
12 Abdomen : biasanya perut buncit, muntah, mencret mmerupakan
akibat gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
13 Punggung, tulang belakang, dan panggul : kaji ada tidaknya
pembengkokan punggung, kelainan punggung, dislokasi punggung,
dan juga kelainan panggul.
14 Ekstremitas atas/bawah : ditemukan ikterus dan tonus otot lemah
15 Kulit : ditemukan ikterus, dehidrasi yang ditunjukkan pada turgor kulit
jelek (kembali >2 detik), elastisitas menurun.
16 Genetalia dan anus : kaji seluruh anatomi genetalia secara lengkap.
Pada hiperbilirubinemia biasanya feses pucat seperti dempul atau
kapur akibat prematuritas hepar atau atresia saluran empedu.
17 System saraf pusat : pada pemeriksaan reflek biasanya terjadi
kelemahan reflek

18 Refleks
Rooting : lemah
Sucking : lemah
Menelan : lemah
Berkedip : normal
Tonik neck neglick : lemah
Moro : lemah
Palmar : lemah
Graps : lemah
2. Diagnosa
1) Gangguan integritas kulit b/d peningkatan kadar bilirubin
Karakteristik integrasi kulit
 Kadar bilirubin melebihi batas normal (>1,0 mg/dl)
 Terlihat joundice dipermukaan kulit
 Hematoma
2) Resiko terjadi gangguan suhu tubuh akibat efek samping fototerapi
b/d efek mekanisme regulasi tubuh.
Karakteristik resiko terjadi gangguan suhu tubuh
 Suhu tubuh melebihi batas normal (>37,5 0C)
 Kulit kemerahan
 Membran mukosa kering
 Tekipnea
 Kehilangan nafsu untuk makan ataupun minum
 Kram otot, tungkai lengan atau perut
 Ruam pada kulit
3) Kurangnya volume cairan akibat efek samping foto terapi b/d
pemaparran sinar dengan intensitas tinggi
karakteristik kurangnya volume cairan tubuh:
 Penurunan turgor kulit
 Membran mukosa kering
 Kulit kering
 Peningkatan suhu tubuh
 Intake dan output tidak seimbang
 Reflek hisap lemah
 Mata cekung

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
No NIC NOC Rasional
dx
1 Setelah 1 Monitor 1. warna kulit
warna kekuningan
dilakukan
dan sampai jingga
tindakan keadaan yang semakin
kulit pekat
keperawatan
setiap 4- menandakan
selama 3x24 konsentrasi
8 jam
bilirubin indirek
jam diharapkan 2 Monitor
dalam darah
integritas kulit keadaan tinggi.
bilirubin 2. kadar bilirubin
kembali direk dan indirek
baik/normal indirek merupakan
(kolabor indikator berat
dengan kriteria
asi ringan jaundice
hasil: dengan yang diderita
dokter 3. menghindari
Kadar bilirubin
dan adanya
dalam batas analis) penekanan pada
kulit yang terlalu
normal (<5 3 Ubah
lama sehingga
posisi
mg/dl) mencegah
miring terjadinya
atau dekobitus atau
 Kulit
tengkura iritasi pada kulit
tidak p rubah bayi.
bewarna posisi 4. kulit yang bersih
setiap 2 dan lembab
kuning/ jam membantu
warna berbaren memberi rasa
gan nyaman dan
kuning menghindari
dengan
berkuran perubah kulit bayi
mengelupas
g an posisi
atau bersisik
lakukan
 Kulit massage
tidak dan
bewarna monitor
keadaan
kuning / kulit
warna 4 Jaga
kebersih
kuning
an kulit
berkuran dan
g kelemba
 Tidak pan kulit
atau
timbul
memandi
lecet kan dan
akibat pemijata
n bayi.
penekan
an kulit
yang
terlalu
lama

2 Setelah 1 Pantau 1. peningkatan


dilakukan masukan kehilangan air
tindakan dan melalui feses
keperawatan haluan dan efaporasi
selama 3x24 cairan ; dapat
jam diharapkan timbang menyebabkan
volume cairan berat dehidrasi.
tubuh adekuat badan 2. bayi dapat tidur
dengan kriteria bayi 2x lebih lama
hasil: sehari dalam
 Turgor 2 Perhatik hubunganya
kulit baik an dengan
 Membra tanda- fototerapi,menin
ne tanda gkatkan resiko
mukosa dehidrasi dehidrasi bila
lembab (misalny jadwal
 Intake a pemberian
dan penurun makan yang
output an sering tidak
cairan haluaran dipertahankan
seimban urine,fon 3. defeksi
g tanel encer,sering dan
Nadi,respiratori tertekan, kehijauan serta
dalam batas kulit urine kehijauan
normal (N: 120- hangat menandakan
160x/menit, atau keefektifan
RR: 35x/menit, kering fototerapi
S: 36.5-37,5 ̊) dengan dengan
turgor pemecahan dan
buruk) eksresi bilirubin.
3 Perhatik Feses yang
an warna encer
dan meningkatkan
frekuensi resiko
defekasi kekurangan
dan folume cairan
urine. akibat
4 Tingkatk pengeluaran
an cairan berlebih.
masukan 4. meningkatkan
cairan input cairan
per oral sebagai
sedikitny kompensasi
a 25%. pengeluaran
Beri air fese yang encer
diantara sehingga
menyusu mengurangi
i atau resiko bayi
memberi kekurangan
susu cairan.
botol. 5. turgor kulit yang
5 Pantau buruk tidak
turgor elastis
kulit merupakan
6 Berikan indikator adanya
cairan kekurangan
per volume cairan
parenter dalam tubuh
al sesuai bayi.
indikasi 6. mungkin perlu
untuk
memperbaiki
atau mencegah
dehidrasi berat.
3 Setelah 1 Pantau 1. fluktuasi pada
dilakukan kulit suhu tubuh
neonatus
tindakan dan suhu dapat terjadi
keperawatan inti sebagai respon
setiap 2
selama 3x24 terhadap
jam atau
jam diharapkan lebih pemajaan
tidak terjadi sering sinar,radiasi dan
sampai
gangguan suhu stabil. konfeksi.
tubuh dengan (misalny 2. peningkatan
a suhu
kriteria hasil: suhu tubuh
 Suhu aksila) dapat terjadi
tubuh dan atur karena dehidrasi
dalam suhu
rentan incubator akibat paparan
normal dengan sinar dengan
(36.5- tepat.
intensitas tinggi
37.5 ̊C) 2 Monitor
 Nadi nadi dan sehingga akan
dan respirasi mempengaruhi
respirsto 3 Monitor
ry dalam intake nadi dan
batas dan respirasi,sehing
normal output
ga peningkatan
(N: 120- 4 Pertahan
160x/me kan suhu nadi dan rspirasi
nit,RR: tubuh merupakan
35x/men 36,5-
37,5 C̊ aspek penting
it)
 Membra jika yang harus
demam
n diwaspadai.
laklukan
mukosa kompres 3. intake yang
lembab atau cukup dan
axila
5 Cek output yang
tanda- seimbang
tanda dengan intake
vital
setiap 2- cairan yang
4 jam dapat membantu
sesuai
mempertahanka
yang
dibutuhk n suhu tubuh
an dalam batas
6 Kolabora
si normal
pemberi 4. suhu tubuh
an
dalam batas
antipireti
k jika normal
demam. mencegah
terjadinya cold
atau heath
stress
5. untuk
mengetahui
keadaan umum
bayi sehingga
memunginkan
pengambilan
tindakan yang
cepat ketika
terjadi sesuatu
keabnormalan
dalam tanda-
tanda vital
6. antipiretik cepat
membantu
memnurunkan
demam pada
bayi

DAFTAR PUSTAKA

Jhonson,Marion.2012.Lowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.


Louis ,Missouri;.

K.A.(1986), Comprehensive Maternity Nursing. Philadelphia : J.B. Lippincot Company.

Bobak and Jansen (1984), Etential of Nursing. St. Louis : The CV Mosby Company

Maharani, M. (2014). ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN PADA


NEONATUS.
https://www.academia.edu/13119105/ASUHAN_KEPERAWATAN_HIPERBILIRU
BIN_PADA_NEONATUS.

Anda mungkin juga menyukai