PENGAMBILAN KEPUTUSAN
ABORSI
D III KEPERAWATAN
SEMESTER II
Sari : Duhh, panas banget nggak sih bi? (sambil mengibaskan tangan)
Rangga : Panas apaan sih bi, kalo sama kamu sih aku ngerasa dingin terus.
Sari : Ihh, apaan sihh (nyubit perut Rangga, sambil pipi memerah) beneran ini
ihh, pengen es krim bii (senyum menggoda)
Rangga : Iya iya kamu tunggu sini dulu yaa, duduk dulu aku beliin di sana (nyubit
pipi Sari saking gemasnya)
Seperti itulah hubungan keduanya yang selalu dihiasi dengan gombalan-gombalan receh.
Keduanya terbelenggu dalam indahnya cinta yang semu dan berjanji sehidup semati untuk
menjaga cinta mereka. Namun, dalam perjalanan cinta mereka terjadi hal yang tidak
diinginkan. Sari dan Rangga melakukan hubungan selayaknya suami istri yang menyebabkan
Sari hamil.
Rangga : Bi, hujan kita neduh dulu yaa (sambil teriak karena hujan deras mengguyur)
Sari : Apa bii?
(Rangga langsung menarik tangan Sari untuk berteduh)
Rangga : Dingin ya bi?
Sari : Iya, dingin banget.. mana bajuku tipis.
Rangga : Mending kita mampir ke tempat saudaraku yuk, dekat sini kok (sambil
memakaikan jaketnya ke Sari)
Sari : Ya udah yuk bi.
Sesampainya di tempat yang dituju, Sari terkejut karena tidak sesuai dengan perkataan
Rangga. Namun karena melihat cuaca yang tidak mendukung, keduanya terpaksa menginap
di sana. Dan terbesit dalam pikiran Rangga untuk mencuri kesempatan melakukan hubungan
layaknya suami istri. Setelah melakukan hal tersebut tidak terjadi apa-apa dan mereka masih
tetap berhubungan seperti biasanya. Namun kali ini hubungan keduanya lebih berani, mereka
lebih sering memesan motel untuk melakukan hubungan terlarang itu. Hingga suatu waktu,
Sari meminta Rangga untuk bertemu di taman.
Rangga : Sayang, kamu kenapa? Aku tadi mau konsultasi ke dosen.
Sari : (terisak)
Rangga : Kamu kenapa? Jangan nangis dong ayo cerita.
Sari : Kamu harus tanggung jawab.
Rangga : Maksud kamu tanggung jawab apa?
Sari : A-aku hamil.
Rangga : Kamu jangan bercanda. Ini bukan April mop.
Sari : Aku nggak bercanda, ini semua kenyataan.
Rangga : Tapi itu nggak mungkin. Kita selalu pakai pengaman jadi nggak mungkin
kamu bisa hamil.
Sari : Aku juga nggak tau kenapa ini bisa terjadi. Aku bingung harus gimana.
Rangga : Udah dong, jangan nangis terus, aku jadi tambah pusing (mondar-mandir).
Sari : Aku nggak mau anak ini, aku nggak mau ini terjadi. Kamu harus tanggung
jawab
(terdiam sejenak, sari menangis dan rangga terus mondar-mandir)
Rangga : Kita gugurin aja janin itu.
Sari : (terkejut) Kamu gila, ya? Harusnya kamu tanggung jawab, bukan malah
membunuh anak kamu sendiri.
Rangga : Sar, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu gak mau anak itu?
Sari : Tapi, Rangga..
Rangga : Sar, dengerin aku baik-baik. Kita masih kuliah, masih banyak mimpi yang
belum kita capai, kalau kita sampai dikeluarkan dari kampus karena janin ini,
apa kamu mau merelakan waktumu nanti hanya untuk mengurus anak ini dan
mengubur semua mimpi kita? Waktu kita masih panjang, Sar.
Keesokan harinya, Sari diam-diam menangis di ruang kelas dan kemudian dihampiri kedua
sahabatnya, Lusi dan Elsa.
Malam telah tiba semua keluarga Sari sedang berkumpul setelah makan malam. Kemudian
Sari memberi tahu orang tuanya tentang masalah tersebut.
Setelah membicarakan masalahnya kepada kedua orang tuanya, Sari agak sedikit lega. Lalu
mereka pun bertemu dengan Rangga.
Bapak : (menampar keras pipi Rangga) Rangga, apa yang sudah kamu lakukan
terhadap anak saya?
Rangga : Maaf Pak saya tidak sengaja. (sambil memegang pipinya)
Ibu : Sudahlah Pak. Rangga, apa maksud kamu menyuruh Sari menggugurkan
kandungannya?
Rangga : Tujuan saya baik Bu agar Sari tetap bisa melanjutkan studinya.
Ibu : Tapi Nak, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah ini. Lebih baik kita ke
bidan untuk mencari solusi terbaik.
Rangga : Baik Bu.
Sari frustasi terhadap semua orang akan kehamilannya sehingga ia nekat menuju tempat
bidan sendirian.
Sampai di tempat bidan ia meminta untuk diaborsi namun bidan menolaknya. Setelah di
tolak, Sari bingung akan dibawa ke mana janin yang ada dalam kandungannya. Namun, saat
di jalan tiba-tiba Sari pingsan dan ditolong oleh temannya, Lusi. Lusi menelfon ambulans dan
membawanya ke RS. Ketika di RS, Sari ditangani oleh dokter dan perawat. Sesaat setelah
Sari tersadar ia masih frustasi terhadap janinnya dan ingin pergi dari RS.
Setelah melakukan perundingan dan menemui psikiater, akhirnya psikiater akan menemui
Nn.Sari.
Psikiater : Selamat pagi.
Sari : Pagi dok.
Psikiater : Namanya siapa ya mbak?
Sari : Adkha Sari Dok
Psikiater : Lebih senang dipanggil siapa mbak?
Sari : Panggil saja Sari.
Psikiater : Baik mbak Sari, jadi didalam data dibutuhkan konsultasi ya mbak, kira kira
kenapa ya mbak bersikeras ingin menggugurkan janinnya?
Sari : Saya malu Dok karena menjadi perbincangan banyak orang. Saya juga
bingung nanti kuliah saya juga bagaimana?
Psikiater : Mbak sari tidak usah mendengarkan orang lain karena bagaimanapun orang
yang tidak suka terhadap sesuatu akan selalu membenci hal tersebut. Mbak
sari fokus saja dulu terhadap kehamilannya. Untuk kuliah mbak sari bisa
mengambil cuti beberapa bulan. Selain itu, tenaga kesehatan tidak
diperbolehkan melakukan aborsi dengan alas an pribadi.
Sari : Tapi saya terlalu malu dok atas perbuatan saya sendiri.
Psikiater : Tidak apa apa. Hadapi waktu yang ada dengan semangat, jangan gunakan
sisa waktu untuk menyesal karena itu akan menambah rasa sedih
Sari : Saya sudah berusaha untuk meninggalkan penyesalan itu Dok, saya juga
sudah berusaha untuk tidak mendengarkan omongan orang, tapi susah.
Psikiater : Mulai sedikit demi sedikit saja mbak Sari, ingat saja mbak harus
membesarkan darah daging mbak sendiri karena nantinya anak tersebut juga
bisa membahagiakan ibunya.
Sari : Iya Dok, saya akan berusaha, memberikan yang terbaik untuk kehamilan saya
dan kelahiran anak saya, saya tidak mau membunuh darah daging saya
sendiri.
Psikiater : Saya akan berusaha membantu mbak Sari sampai kelahiran anak Mbak Sari.
Sari : Iya Dok, terima kasih banyak Dok.
Psikiater : Terima kasih kembali Mbak Sari, untuk saat ini saya akan kembali ke
ruangan saya jika ada sesuatu untuk didiskusikan mbak Sari bisa memanggil
perawat untuk memanggilkan saya.
Sari : Baik Dok.
Setelah melakukan perundingan dan menemui pemuka agama, akhirnya pemuka agama akan
menemui Nn Sari.
Ustadzah : Assalamualaikum, selamat sore.
Sari : Waalaikumussalam, selamat sore ustaustadzah.
Ustadzah : Namanya siapa ya mbak?
Sari : Adkha Sari ustaustadzah.
Ustadzah : Biasanya dipanggil siapa mbak?
Sari : Panggil saja Sari.
Ustadzah : Baik mbak Sari, jadi di dalam data dibutuhkan konsultasi ya mbak, kira kira
kenapa ya mbak kok bersikeras ingin menggugurkan janinnya?
Sari : Saya malu ustaustadzah, karena menjadi perbincangan banyak orang. Saya
juga bingung nanti kuliah saya juga bagaimana.
Ustadzah : Mbak Sari, dalam pandangan islam, aborsi sangat jelas dilarang meskipun
usia janin kurang dari 40 hari. Tapi hanya boleh dilakukan jika membahayakan
si ibu bayi. Mbak Sari termasuk sehat dan cukup kuat untuk melanjutkan
kehamilannya, jadi tidak diperbolehkan untuk aborsi.
Sari : Saya malu atas apa yang terjadi pada diri saya ustaustadzah.
Ustadzah : Saya paham apa yang Sari rasakan, semua ini memang berat. Tetapi Mbak
Sari harus menghadapi semua ini. Kembalikan semua kepada Allah swt.
Allah swt tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya.
Mbak Sari diberikan ujian ini karena menurut Allah Mbak Sari mampu untuk
melalui semua ini. Mungkin melalui ujian ini Mbak Sari akan diangkat
derajatnya yang lebih tinggi oleh Allah. Oleh karena itu, Mbak Sari harus
melalui semua ujian ini semua persoalan hidup yang Mbak Sari alami saaat
ini supaya Mbak Sari bisa lulus Mbak Sari bisa diangkat derajatnya yang
lebih tiggi daripada sekarang. Mbak Sari tidak boleh larut dalam kesedihan.
Sari : Jadi seperti itu ya ustaustadzah, tetapi bagaimana dengan anak saya, saya
malu.
Ustadzah : Memang rasa malu itu pasti ada, tetapi Mbak Sari tidak boleh berhenti pada
titik ini saja, di luar sana banyak yang mendambakan seorang anak. Oleh
karena itu Mbak Sari harus bersyukur sudah dikaruniani seorang anak. Mbak
Sari juga bisa tetap kuliah, tetap menggapai cita-cita Mbak Sari. Jadi Mbak
Sari harus tetap semangat, Mbak Sari juga harus menyalurkan semangat
Mbak Sari untuk anak yang ada di dalam kandungan Mbak Sari
Sari : Iya ustadzah, saya akan berusaha, memberikan yang terbaik untuk kehamilan
saya dan kelahiran anak saya. Saya tidak akan membunuh darah daging saya
sendiri. Iya ustadzah, terima kasih banyak ustadzah.
Ustadazah : Terima kasih kembali mbak.
Dokter, perawat, psikiater, dan ustadzah sedang membahas persoalan pasien Sari
Dokter : Bagaimana hasil komunikasi dari psikiater dan pemuka agama dari pasien
Sari?
Ustadzah : Kalau dari pasien Sari awalnya bimbang dan malu untuk mempertahankan
kandungannya.
Psikiater : Sebenarnya setelah saya berkomunikasi dengan pasein Sari tanggapannya
pun begitu, tetapi di sisi lain pasien Sari juga ingin mempertahankan
kandungannya karena itu darah dagingnya sendiri.
Dokter : Baik, kalau dari perawat adakah masukan?
Perawat 5 : Karena semakin dekat dengan tindakan aborsi, kami dari tim perawat akan
memberikan pilihan kepada pasien guna pengambilan keputusan dari pasien
apakah sudah yakin dengan keputusannya.
Perawat 4 : Nanti akan kami jelaskan bagaimana kondisi jika melakukan aborsi beserta
dampak positif dan negatifnya.
Perawat 3 : Pasien akan tetap kami pantau hingga pasien mengemukakan untuk tindakan
selanjutnya.
Dokter : Baiklah, tetap dampingi dan selalu kabarkan perkembangan pasien.
Kemudian perawat menuju bangsal untuk memeriksa keadaan pasien secara umum
Perawat 5 : Selamat sore Mbak Sari, kita cek keadaan Mbak Sari sebentar bisa?
Sari : Boleh Sus, silakan.
(perawat memeriksa keadaan pasien)
Perawat 5 : Baik Mbak sudah selesai, hasilnya baik ya Mbak, bayinya juga sehat kok
Mbak.
Sari : Terima kasih Sus.
Perawat 5 : Saya kembali dulu ya Mbak, nanti akan ada dokter dan perawat yang akan
melakukan tindakan selanjutnya. Selamat sore, Mbak.
Sari : Terima kasih, Sus. Selamat sore.
Pada malam harinya, dokter dan perawat berkunjung ke bangsal pasien Sari guna pemberian
edukasi dan pengambilan keputusan oleh pasien, karena waktu tindakan abortus semakin
dekat.
Dokter : Selamat malam, Mbak Sari.
Sari : Malam Dok.
Dokter : Bagaimana kabarnya malam ini Mbak?
Sari : Baik Dok.
Dokter : Baik Mbak, seperti yang sudah dijelaskan oleh perawat yang betugas
memeriksa sebelumnya, saya dan perawat akan memberikan pemahaman
tentang aborsi apakah diperbolehkan?
Sari : Silakan Dok, Sus.
Dokter : Mbak Sari, saya akan memberikan sedikit penjelasan yang kami harapkan
bisa membantu Mbak Sari dalam mengambil keputusan. Aborsi tidak
diperbolehkan di Indonesia ini, kecuali ibu tersebut dalam resiko berat ketika
menggugurkan kandungan, maka akan ada risiko untuk kesehatan fisik
dan mental. Mbak Sari bisa saja mengalami kematian akibat perdarahan yang
hebat atau pembiusan yang gagal. Bukan hanya itu, mbak juga bisa
mengalami rahim yang sobek, kerusakan leher rahim yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya, kanker payudara karena
ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita, kanker indung telur,
kanker leher rahim, kanker hati, kelainan pada placenta/ari-ari yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya dan bisa juga menjadi mandul, infeksi rongga
panggul, dan juga nfeksi pada lapisan rahim. Kami tidak berani
melawan/melanggar aturan.
Perawat : Kami tidak menakut-nakuti Mbak Sari, tapi kami hanya menyampaikan
faktanya Sekarang coba mbak pikirkan, apakah mbak akan tenang jika janin
itu berhasil digugurkan? Apa Mbak Sari tidak akan merasa dihantui
oleh anak itu?
Perawat 2 : Semua kembali pada keputusan Mbak Sari, jika ingin tetap digugurkan, maka
besok kami akan memanggil wali dari Mbak Sari untuk meminta persetujuan
secara tertulis.
Sari : Iya Dok, setelah saya pertimbangkan dan karena adanya dukungan dari
dokter, perawat, dan pemuka agama juga dari kerabat, saya memutuskan
untuk tetap mempertahankan kandungan saya. Saya mohon dampingan dan
bimbingannya, agar saya tidak goyah lagi dan mantap.
Dokter : Syukurlah, Mbak Sari telah menentukan pilihan yang baik. Kami akan tetap
mendampingi Mbak Sari.
Perawat 2 : Tetap jaga kesehatan ya Mbak Sari, agar bayinya sehat selalu. Kami pamit
dulu, selamat malam.
Sari : Terima kasih Dok, Sus. Selamat malam.