Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ROLE PLAY ETIKA KEPERAWATAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
ABORSI

1. Lina Sami’atul Hidayah : Narator


2. Inayah Aprilia Purlaksmi : Ustadzah
3. Sarah Aisya Erdiana : Psikolog
4. Lusiana Novitasari : Teman Sari
5. Elsa Nurmalita : Teman Sari
6. Anisa Mila Febiyanti : Perawat 1
7. Ariska Kurnia Dewi : Perawat 2
8. Adkha Sari Upayaningsih : Sari
9. Ulfah Syarofina : Perawat 3
10. Septina Putri Rahayu : Ayah Sari
11. Fanni Rifqoh : Rangga (Pacar Sari)
12. Ratri Riszi Klarasati : Perawat 4
13. Aulia Rahmawati : Ibu Sari
14. Ika Nur Nugraheni : Dokter
15. Estu Putri Wahyuni : Bidan
16. Oktaviani Risma Antica : Perawat 5

D III KEPERAWATAN
SEMESTER II

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


2018/2019
Sari dan Rangga adalah mahasiswa semester empat yang merupakan sepasang
kekasih. Mereka menjalin hubungan selama kurang lebih satu tahun. Selama satu tahun
berpacaran, hubungan mereka semakin lama semakin berani dan pada akhirnya menggiring
mereka untuk berhubungan layaknya suami istri. Akibat hubungan tersebut, Sari positif
hamil. Sari meminta pertanggungjawaban dari Rangga, namun Rangga menolaknya dengan
alasan ingin fokus pada jenjang studinya. Rangga pun menyuruh Sari untuk melakukan aborsi
agar kehamilannya tersebut dapat ditutupi. Sari belum siap menerima kenyataan ini. Ia pun
menceritakan hal tersebut kepada dua teman dekatnya, Elsa dan Lusi. Elsa dan Lusi terkejut
mendengar cerita Sari. Sari pun meminta pendapat mereka berdua bagaimana jika dia
menggugurkan kandungannya. Elsa setuju jika Sari menggugurkan kandungannya karena
Elsa khawatir dengan pendidikan Sari selanjutnya apabila ia tetap mempertahankan
kandungannya. Sebaliknya dengan temannya, Lusi. Lusi berkeinginan jika temannya
mempertahankan kandungannya sampai melahirkan bayi. Lusi tahu bahwa aborsi bukan cara
terbaik untuk lari dari masalah ini, apalagi keselamatan Sari bukan jaminan.
Mendengar kabar bahwa anaknya tiba-tiba hamil, orang tua Sari terkejut. Orang tua
sari bertanya mengapa ia bisa hamil dan apa yang akan dilakukannya dengan bayi itu. Sari
menjelaskan kepada orang tuanya dan memberi tahu bahwa ia akan melakukan aborsi karena
saran dari pacarnya, Rangga. Namun, orang tua Sari tidak setuju jika anaknya melakukan
aborsi pada calon bayinya. Kemudian, orang tua Sari menemui Rangga untuk membicarakan
tentang kehamilan anaknya. Orang tua Sari tidak menyetujui ide Rangga untuk
menggugurkan janin yang dikandung Sari. Setelah itu karena dari keluarga, pacar, dan teman-
teman Sari ada yang pro kontra tentang kehamilannya, Sari frustasi dan lari dari rumah ke
tempat bidan lalu meminta untuk diguugurkan tetapi bidan menolak. Karena ditolak, Sari
pergi begitu saja. Saat dijalan, Sari merasa lelah dan tiba-tiba pingsan. Sari ditolong oleh
temannya, Lusi. Kemudian Lusi menelfon ambulans untuk membawa Sari ke Rumah Sakit.
Sesampainya di Rumah Sakit, Sari ditangani oleh dokter dan perawat. Tidak lama kemudian,
Sari sadar namun sikapnya yang apatis dan frustasi terhadap kandungannya membuat dokter
dan perawat harus mengambil keputusan yang terbaik.
Perawat meminta bantuan pada pemuka agama dan psikolog mengenai tindakan yang
akan dilakukan. Pemuka agama menjelaskan bahwa aborsi merupakan tindakan yang salah
dan berdosa. Pakar psikolog menjelaskan bahwa jika aborsi nanti dikhawatirkan akan
mempengaruhi pikirannya suatu saat nanti. Setelah melalui berbagai pertimbangan, pacar Sari
memutuskan untuk mau bertanggung jawab, sehingga Sari menggagalkan niatnya untuk
melakukan aborsi.
Sari dan Rangga adalah sepasang kekasih yang tengah menempuh pendidikannya di salah
satu universitas, mereka adalah mahasiswa semester empat yang telah menjalin hubungan
selama setahun.

Sari : Duhh, panas banget nggak sih bi? (sambil mengibaskan tangan)
Rangga : Panas apaan sih bi, kalo sama kamu sih aku ngerasa dingin terus.
Sari : Ihh, apaan sihh (nyubit perut Rangga, sambil pipi memerah) beneran ini
ihh, pengen es krim bii (senyum menggoda)
Rangga : Iya iya kamu tunggu sini dulu yaa, duduk dulu aku beliin di sana (nyubit
pipi Sari saking gemasnya)

Seperti itulah hubungan keduanya yang selalu dihiasi dengan gombalan-gombalan receh.
Keduanya terbelenggu dalam indahnya cinta yang semu dan berjanji sehidup semati untuk
menjaga cinta mereka. Namun, dalam perjalanan cinta mereka terjadi hal yang tidak
diinginkan. Sari dan Rangga melakukan hubungan selayaknya suami istri yang menyebabkan
Sari hamil.

Rangga : Bi, hujan kita neduh dulu yaa (sambil teriak karena hujan deras mengguyur)
Sari : Apa bii?
(Rangga langsung menarik tangan Sari untuk berteduh)
Rangga : Dingin ya bi?
Sari : Iya, dingin banget.. mana bajuku tipis.
Rangga : Mending kita mampir ke tempat saudaraku yuk, dekat sini kok (sambil
memakaikan jaketnya ke Sari)
Sari : Ya udah yuk bi.

Sesampainya di tempat yang dituju, Sari terkejut karena tidak sesuai dengan perkataan
Rangga. Namun karena melihat cuaca yang tidak mendukung, keduanya terpaksa menginap
di sana. Dan terbesit dalam pikiran Rangga untuk mencuri kesempatan melakukan hubungan
layaknya suami istri. Setelah melakukan hal tersebut tidak terjadi apa-apa dan mereka masih
tetap berhubungan seperti biasanya. Namun kali ini hubungan keduanya lebih berani, mereka
lebih sering memesan motel untuk melakukan hubungan terlarang itu. Hingga suatu waktu,
Sari meminta Rangga untuk bertemu di taman.
Rangga : Sayang, kamu kenapa? Aku tadi mau konsultasi ke dosen.
Sari : (terisak)
Rangga : Kamu kenapa? Jangan nangis dong ayo cerita.
Sari : Kamu harus tanggung jawab.
Rangga : Maksud kamu tanggung jawab apa?
Sari : A-aku hamil.
Rangga : Kamu jangan bercanda. Ini bukan April mop.
Sari : Aku nggak bercanda, ini semua kenyataan.
Rangga : Tapi itu nggak mungkin. Kita selalu pakai pengaman jadi nggak mungkin
kamu bisa hamil.
Sari : Aku juga nggak tau kenapa ini bisa terjadi. Aku bingung harus gimana.
Rangga : Udah dong, jangan nangis terus, aku jadi tambah pusing (mondar-mandir).
Sari : Aku nggak mau anak ini, aku nggak mau ini terjadi. Kamu harus tanggung
jawab
(terdiam sejenak, sari menangis dan rangga terus mondar-mandir)
Rangga : Kita gugurin aja janin itu.
Sari : (terkejut) Kamu gila, ya? Harusnya kamu tanggung jawab, bukan malah
membunuh anak kamu sendiri.
Rangga : Sar, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu gak mau anak itu?
Sari : Tapi, Rangga..
Rangga : Sar, dengerin aku baik-baik. Kita masih kuliah, masih banyak mimpi yang
belum kita capai, kalau kita sampai dikeluarkan dari kampus karena janin ini,
apa kamu mau merelakan waktumu nanti hanya untuk mengurus anak ini dan
mengubur semua mimpi kita? Waktu kita masih panjang, Sar.

Keesokan harinya, Sari diam-diam menangis di ruang kelas dan kemudian dihampiri kedua
sahabatnya, Lusi dan Elsa.

Lusi : Sari, kamu kenapa nangis?


Sari : (hanya diam)
Elsa : Nggak mungkin kamu nangis tanpa sebab. Kami kenal kamu udah sejak
SMA dan aku tau kamu lagi ada masalah.
Sari : Aku lagi ada masalah dan aku nggak tau jalan keluarnya.
Lusi : Ceritalah sama kami, Sar. Kami akan bantu semampunya.
Sari : Aku malu, Lusi.. aku malu.. aku nggak pantas lagi untuk jadi sahabat kalian.
Elsa : Apa yang buat kamu malu? Ceritakan, Sar. Kami bisa terima apapun
keadaan kamu dan kita tetap jadi sahabat selamanya.
Sari : Aku nggak tau harus mulai dari mana.
Lusi : Pelan-pelan aja ceritanya. Kami akan dengerin kamu baik-baik, ya?
Sari : (terdiam sejenak, menarik nafas dan menghembuskannya dengan berat) Aku
hamil
Lusi : GUSTIII, maksud kamu apa Sar?
Elsa : Beneran kamu melakukan itu? (Sari hanya diam dan menunduk)
Lusi : Lalu gimana sama orang tuamu sar? Udah tahu belum?
Sari : Mereka belum tahu, aku bingung mau bilang dari mana. Aku takut mereka
marah dan kecewa.
Elsa : Apa yang kamu lakukan setelah ini?
Sari : Aku bingung, tapi Rangga menyuruhku untuk menggugurkan kandungan ini.
Lusi : Kamu udah gila Sar? Kamu pikir dengan kamu menggugurkan kandungan
kamu, masalah kamu bakalan selesai?
Elsa : Loh kamu ini gimana sih? Temen kamu lagi bingung kamu malah
mempersulit keadaan.
Lusi : Bukan gitu maksudku, aku cuma kasih saran buat dia.
Elsa : Ya udah daripada kita berdebat dan nggak nemuin jalan keluar mending kita
dateng ke bidan yang aku kenal dan aku percaya aja, biar masalahnya clear.
Sari : Ya udah aku serahin aja ke kalian baiknya gimana, soalnya aku juga bingung
(sambil menunduk sedih frustasi)

Malam telah tiba semua keluarga Sari sedang berkumpul setelah makan malam. Kemudian
Sari memberi tahu orang tuanya tentang masalah tersebut.

Bapak : Kenapa Nak kok diam aja?


Sari : Emm, enggak kok pak (diam sejenak)
Pak, Bu, sebenernya ada yang mau aku bicarain.
Bapak : Mau ngomong apa Nak?
Sari : Emm… ini soal hubungan aku sama Rangga Pak, Bu.
Ibu : Emang hubungan kamu sama Rangga kenapa? Baik baik aja kan?
Sari : Iya baik baik aja Bu. Tapi…..
Bapak : Tapi kenapa Nak?
Sari : Sekarang aku hamil Pak, Bu.
Bapak : APA KAMU BILANG??? Kamu hamil?
Ibu : Tenang pak, tenang sabar.
Bapak : Lihat itu kelakuan anak kamu, semakin ke sini semakin menjadi jadi.
Sari : Maafin aku Pak, Bu, aku aku…. nggak sengaja ngelakuin itu.
Bapak : Ahh sudahlah sudah bapak muak sama kamu. Sekarang semuanya terserah
kamu, bapak nggak mau ikut campur lagi.
Ibu : Sudahlah Pak, jangan terlalu kasar sama anak sendiri. Nak coba jelaskan
gimana kamu bisa melakukan hal itu?
Sari : Aku nggak tau Bu. Aku salah aku minta maaf Pak, Bu. Tolong maafin Sari
Pak, Bu.
Ibu : Terus kalau kaya gini, apa yang akan kamu lakukan dengan janin yang kamu
kandung?
Sari : Aku bingung Bu, apa yang harus aku lakuin sekarang? Rangga juga nyuruh
aku buat gugurin kandunganku Bu.
Ibu : Jangan sekali kali kamu ada niatan untuk gugurin kandunganmu.
Bapak : Maksudnya gimana bu? Nanti kalo anak kamu mempertahanin janinnya
gimana sama masa depannya? Ibu mau anak kita ngurusin bayi terus
ninggalin kuliahnya?
Ibu : Aku seorang ibu Pak, aku tahu perasaannya. Kalau begitu, kita pergi saja ke
bidan untuk mencari solusi terbaik.
Bapak : Oke kalau begitu. Tapi aku ingin bertemu sama Rangga dulu mengenai hal
ini. (dengan nada marah)
Sari : Aku pasrah Pak, Bu.

Setelah membicarakan masalahnya kepada kedua orang tuanya, Sari agak sedikit lega. Lalu
mereka pun bertemu dengan Rangga.

Bapak : (menampar keras pipi Rangga) Rangga, apa yang sudah kamu lakukan
terhadap anak saya?
Rangga : Maaf Pak saya tidak sengaja. (sambil memegang pipinya)
Ibu : Sudahlah Pak. Rangga, apa maksud kamu menyuruh Sari menggugurkan
kandungannya?
Rangga : Tujuan saya baik Bu agar Sari tetap bisa melanjutkan studinya.
Ibu : Tapi Nak, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah ini. Lebih baik kita ke
bidan untuk mencari solusi terbaik.
Rangga : Baik Bu.

Sari frustasi terhadap semua orang akan kehamilannya sehingga ia nekat menuju tempat
bidan sendirian.

Sari : Selamat siang bu bidan, nama saya Sari.


Bidan : Selamat siang Mbak Sari, ada yang bisa saya bantu?
Sari : jadi begini bu, saya sudah telat dan kemarin saya cek ternyata positif.
Bidan : Ya, lanjutkan ceritamu.
Sari : Saya sebenarnya tidak ingin anak ini ada di Rahim saya secepat ini bu,
walaupun saya tahu ini karena kekhilafan saya dan pacar saya, tapi saya tetap
tidak ingin menerima kehadiran anak ini. Saya masih ingin melanjutkan
kuliah dan masih ingin melanjutkan masa depan saya yang masih panjang.
(cerita Sari sambil meneteskan air mata)
Bidan : Iya, saya tahu bagaimana perasaan Sari. Tapi Sari tidak boleh menolak
kehadiran anak itu.
Sari : Kemarin pacar saya meminta saya untuk menggugurkan kandungan saja bu
Bidan : Sabar Sari, saya paham betul perasaan Mbak Sari. Tidak ada masalah yang
tidak ada jalan keluarnya. Sekarang apa kamu udah memikirkan apa yang
terjadi jika anak dalam kandunganmu digugurkan dan apabila kamu
mempertahankan anak itu?
Sari : Saya belum memikirkan semua itu bu.
Bidan : Sari, ibu hanya memberikan sedikit penjelasan bahwa aborsi tidak
diperbolehkan,tidak ada satupun tenaga kesehatan yang diperbolehkan untuk
melakukan aborsi. Aborsi hanya boleh dilakukan ketika ibu dari si bayi
tersebut memiliki resiko yang tinggi seperti penyakit jantung. Untuk kasus
mbak Sari yang hanya keinginan pribadi maka tidak ada yang bias menyalai
aturan
Sari : Bagaimanapun juga dia anak saya bu. Tapi apa saya tidak sanggup jika harus
membesarkan anak ini dengan keadaan saya yang seperti ini? Sedangkan
ayah dari anak ini tidak ingin anak ini bertahan di rahim saya ,tolong saya
buk…”
Bidan : Maaf ya Sari kalau kamu masih ingin saya mengambil resiko melakukan itu
saya tidak bisa menyalahi aturan
Sari : Tapi buk ,Cuma ibu yang bisa bantu saya
Bidan : Maaf Sari, tapi saya tetap bisa

Sampai di tempat bidan ia meminta untuk diaborsi namun bidan menolaknya. Setelah di
tolak, Sari bingung akan dibawa ke mana janin yang ada dalam kandungannya. Namun, saat
di jalan tiba-tiba Sari pingsan dan ditolong oleh temannya, Lusi. Lusi menelfon ambulans dan
membawanya ke RS. Ketika di RS, Sari ditangani oleh dokter dan perawat. Sesaat setelah
Sari tersadar ia masih frustasi terhadap janinnya dan ingin pergi dari RS.

Dokter : Siapa wali dari dia?


Perawat 1 : Ada di luar Dok.
Dokter : Suruh dia menemui saya sekarang.
Perawat 1 : Baik Dok.
Perawat memanggil Lusi untuk bertemu dokter di ruangannya.
Dokter : Anda wali dari pasien Sari?
Lusi : Saya temannya Dok.
Dokter : Oh ya, teman anda harus dirawat terlebih dahulu sampai keadaannya pulih
mengingat dia sedang hamil.
Lusi : Baik Dok. Maaf sebelumnya Dok, teman saya ingin menggugurkan
kandungannya, ia ingin melakukan aborsi Dok.
Dokter : Bagaimana dia menginginkan hal seperti itu?
Lusi : Karena dia tidak menginginkan kehadiran anak tersebut Dok.
Dokter : Baik, nanti saya diskusikan dulu dengan perawat dan psikiater untuk
selanjutnya hasilnya akan saya beritahukan besok.
Lusi : Baik Dok, terima kasih,
Perawat 1 : Untuk saat ini, Nn. Sari dirawat dulu di rumah sakit, kalau bisa mbaknya
mengabari pihak keluarnga Nn. Sari ya.
Lusi : Oke Mbak, terima kasih.
Saat perawat dan perawat berdiskusi
Dokter : Ini ada pasien bernama Sari, berumur 20 tahun, yang kabarnya memiliki
hubungan di luar nikah kemudian terjadi pembuahan. Lalu dia tidak
menginginkan kehadiran anak tersebut, dan telah mencoba beberapa kali
melakukan aborsi. Lalu bagaimana pendapat anda?
Perawat 1 : Untuk kondisi seperti itu, bagaimana kalau dipertemukan dengan psikiater
saja Dok?
Perawat 2 : Cara itu bisa ditempuh Dok, mengingat umur yang masih muda pasti Nn. Sari
merasa sangat malu dan frustasi.
Dokter : Menurut pendapat yang lainnya bagaimana?
Perawat 3 : Pertama bisa diadakan pertemuan dengan psikiater Dok, kemudian diperkuat
dengan pemuka agama.
Dokter : Oh ya, untuk saat ini rencanakan pertemuan dengan psikiater kemudian
setelah itu rencanakan pertemuan dengan seorang ustaustadzah.
Perawat 1 : Baik Dok.

Perawat merencanakan bertemu dengan psikiater


Perawat 3 : Selamat pagi Mbak.
Psikiater : Pagi mbak, gimana mbak?
Perawat 3 : Begini Mbak, ada pasien yang mengandung di luar nikah, jadi membutuhkan
sedikit konsultasi, apakah dokter bisa melakukan konsultasi?
Psikiater : Oh, baik, kita lakukan sore ini. Nanti minta tolong berikan data dan riwayat
pasien
Perawat 3 : Baik Mbak, terima kasih.

Setelah melakukan perundingan dan menemui psikiater, akhirnya psikiater akan menemui
Nn.Sari.
Psikiater : Selamat pagi.
Sari : Pagi dok.
Psikiater : Namanya siapa ya mbak?
Sari : Adkha Sari Dok
Psikiater : Lebih senang dipanggil siapa mbak?
Sari : Panggil saja Sari.
Psikiater : Baik mbak Sari, jadi didalam data dibutuhkan konsultasi ya mbak, kira kira
kenapa ya mbak bersikeras ingin menggugurkan janinnya?
Sari : Saya malu Dok karena menjadi perbincangan banyak orang. Saya juga
bingung nanti kuliah saya juga bagaimana?
Psikiater : Mbak sari tidak usah mendengarkan orang lain karena bagaimanapun orang
yang tidak suka terhadap sesuatu akan selalu membenci hal tersebut. Mbak
sari fokus saja dulu terhadap kehamilannya. Untuk kuliah mbak sari bisa
mengambil cuti beberapa bulan. Selain itu, tenaga kesehatan tidak
diperbolehkan melakukan aborsi dengan alas an pribadi.
Sari : Tapi saya terlalu malu dok atas perbuatan saya sendiri.
Psikiater : Tidak apa apa. Hadapi waktu yang ada dengan semangat, jangan gunakan
sisa waktu untuk menyesal karena itu akan menambah rasa sedih
Sari : Saya sudah berusaha untuk meninggalkan penyesalan itu Dok, saya juga
sudah berusaha untuk tidak mendengarkan omongan orang, tapi susah.
Psikiater : Mulai sedikit demi sedikit saja mbak Sari, ingat saja mbak harus
membesarkan darah daging mbak sendiri karena nantinya anak tersebut juga
bisa membahagiakan ibunya.
Sari : Iya Dok, saya akan berusaha, memberikan yang terbaik untuk kehamilan saya
dan kelahiran anak saya, saya tidak mau membunuh darah daging saya
sendiri.
Psikiater : Saya akan berusaha membantu mbak Sari sampai kelahiran anak Mbak Sari.
Sari : Iya Dok, terima kasih banyak Dok.
Psikiater : Terima kasih kembali Mbak Sari, untuk saat ini saya akan kembali ke
ruangan saya jika ada sesuatu untuk didiskusikan mbak Sari bisa memanggil
perawat untuk memanggilkan saya.
Sari : Baik Dok.

Kemudian psikiater meninggalkan kamar bangsal

Keesokan harinya, perawat merencanakan dengan pemuka agama


Perawat 4 : Selamat pagi ustadzah.
Ustadzah : Pagi Mbak, gimana Mbak?
Perawat 4 : Jadi seperti ini, ada pasien yang mengandung di luar nikah, jadi
membutuhkan sedikit konsultasi, apakah Ustadzah bisa melakukan
konsultasi?
Ustadzah : Oh, baik, kita lakukan sore ini. Nanti minta tolong berikan data dan riwayat
pasien.
Perawat 4 : Baik, terima kasih.

Setelah melakukan perundingan dan menemui pemuka agama, akhirnya pemuka agama akan
menemui Nn Sari.
Ustadzah : Assalamualaikum, selamat sore.
Sari : Waalaikumussalam, selamat sore ustaustadzah.
Ustadzah : Namanya siapa ya mbak?
Sari : Adkha Sari ustaustadzah.
Ustadzah : Biasanya dipanggil siapa mbak?
Sari : Panggil saja Sari.
Ustadzah : Baik mbak Sari, jadi di dalam data dibutuhkan konsultasi ya mbak, kira kira
kenapa ya mbak kok bersikeras ingin menggugurkan janinnya?
Sari : Saya malu ustaustadzah, karena menjadi perbincangan banyak orang. Saya
juga bingung nanti kuliah saya juga bagaimana.
Ustadzah : Mbak Sari, dalam pandangan islam, aborsi sangat jelas dilarang meskipun
usia janin kurang dari 40 hari. Tapi hanya boleh dilakukan jika membahayakan
si ibu bayi. Mbak Sari termasuk sehat dan cukup kuat untuk melanjutkan
kehamilannya, jadi tidak diperbolehkan untuk aborsi.
Sari : Saya malu atas apa yang terjadi pada diri saya ustaustadzah.
Ustadzah : Saya paham apa yang Sari rasakan, semua ini memang berat. Tetapi Mbak
Sari harus menghadapi semua ini. Kembalikan semua kepada Allah swt.
Allah swt tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya.
Mbak Sari diberikan ujian ini karena menurut Allah Mbak Sari mampu untuk
melalui semua ini. Mungkin melalui ujian ini Mbak Sari akan diangkat
derajatnya yang lebih tinggi oleh Allah. Oleh karena itu, Mbak Sari harus
melalui semua ujian ini semua persoalan hidup yang Mbak Sari alami saaat
ini supaya Mbak Sari bisa lulus Mbak Sari bisa diangkat derajatnya yang
lebih tiggi daripada sekarang. Mbak Sari tidak boleh larut dalam kesedihan.
Sari : Jadi seperti itu ya ustaustadzah, tetapi bagaimana dengan anak saya, saya
malu.
Ustadzah : Memang rasa malu itu pasti ada, tetapi Mbak Sari tidak boleh berhenti pada
titik ini saja, di luar sana banyak yang mendambakan seorang anak. Oleh
karena itu Mbak Sari harus bersyukur sudah dikaruniani seorang anak. Mbak
Sari juga bisa tetap kuliah, tetap menggapai cita-cita Mbak Sari. Jadi Mbak
Sari harus tetap semangat, Mbak Sari juga harus menyalurkan semangat
Mbak Sari untuk anak yang ada di dalam kandungan Mbak Sari
Sari : Iya ustadzah, saya akan berusaha, memberikan yang terbaik untuk kehamilan
saya dan kelahiran anak saya. Saya tidak akan membunuh darah daging saya
sendiri. Iya ustadzah, terima kasih banyak ustadzah.
Ustadazah : Terima kasih kembali mbak.

Dokter, perawat, psikiater, dan ustadzah sedang membahas persoalan pasien Sari
Dokter : Bagaimana hasil komunikasi dari psikiater dan pemuka agama dari pasien
Sari?
Ustadzah : Kalau dari pasien Sari awalnya bimbang dan malu untuk mempertahankan
kandungannya.
Psikiater : Sebenarnya setelah saya berkomunikasi dengan pasein Sari tanggapannya
pun begitu, tetapi di sisi lain pasien Sari juga ingin mempertahankan
kandungannya karena itu darah dagingnya sendiri.
Dokter : Baik, kalau dari perawat adakah masukan?
Perawat 5 : Karena semakin dekat dengan tindakan aborsi, kami dari tim perawat akan
memberikan pilihan kepada pasien guna pengambilan keputusan dari pasien
apakah sudah yakin dengan keputusannya.
Perawat 4 : Nanti akan kami jelaskan bagaimana kondisi jika melakukan aborsi beserta
dampak positif dan negatifnya.
Perawat 3 : Pasien akan tetap kami pantau hingga pasien mengemukakan untuk tindakan
selanjutnya.
Dokter : Baiklah, tetap dampingi dan selalu kabarkan perkembangan pasien.

Kemudian perawat menuju bangsal untuk memeriksa keadaan pasien secara umum
Perawat 5 : Selamat sore Mbak Sari, kita cek keadaan Mbak Sari sebentar bisa?
Sari : Boleh Sus, silakan.
(perawat memeriksa keadaan pasien)
Perawat 5 : Baik Mbak sudah selesai, hasilnya baik ya Mbak, bayinya juga sehat kok
Mbak.
Sari : Terima kasih Sus.
Perawat 5 : Saya kembali dulu ya Mbak, nanti akan ada dokter dan perawat yang akan
melakukan tindakan selanjutnya. Selamat sore, Mbak.
Sari : Terima kasih, Sus. Selamat sore.

Pada malam harinya, dokter dan perawat berkunjung ke bangsal pasien Sari guna pemberian
edukasi dan pengambilan keputusan oleh pasien, karena waktu tindakan abortus semakin
dekat.
Dokter : Selamat malam, Mbak Sari.
Sari : Malam Dok.
Dokter : Bagaimana kabarnya malam ini Mbak?
Sari : Baik Dok.
Dokter : Baik Mbak, seperti yang sudah dijelaskan oleh perawat yang betugas
memeriksa sebelumnya, saya dan perawat akan memberikan pemahaman
tentang aborsi apakah diperbolehkan?
Sari : Silakan Dok, Sus.
Dokter : Mbak Sari, saya akan memberikan sedikit penjelasan yang kami harapkan
bisa membantu Mbak Sari dalam mengambil keputusan. Aborsi tidak
diperbolehkan di Indonesia ini, kecuali ibu tersebut dalam resiko berat ketika
menggugurkan kandungan, maka akan ada risiko untuk kesehatan fisik
dan mental. Mbak Sari bisa saja mengalami kematian akibat perdarahan yang
hebat atau pembiusan yang gagal. Bukan hanya itu, mbak juga bisa
mengalami rahim yang sobek, kerusakan leher rahim yang akan
menyebabkan cacat pada  anak berikutnya, kanker payudara karena
ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita, kanker indung telur,
kanker leher rahim, kanker hati, kelainan pada placenta/ari-ari yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya dan bisa juga menjadi mandul, infeksi rongga
panggul, dan juga nfeksi pada lapisan rahim. Kami tidak berani
melawan/melanggar aturan.
Perawat : Kami tidak menakut-nakuti Mbak Sari, tapi kami hanya menyampaikan
faktanya Sekarang coba mbak pikirkan, apakah mbak akan tenang jika janin
itu berhasil digugurkan? Apa Mbak Sari tidak akan merasa dihantui
oleh anak itu?
Perawat 2 : Semua kembali pada keputusan Mbak Sari, jika ingin tetap digugurkan, maka
besok kami akan memanggil wali dari Mbak Sari untuk meminta persetujuan
secara tertulis.
Sari : Iya Dok, setelah saya pertimbangkan dan karena adanya dukungan dari
dokter, perawat, dan pemuka agama juga dari kerabat, saya memutuskan
untuk tetap mempertahankan kandungan saya. Saya mohon dampingan dan
bimbingannya, agar saya tidak goyah lagi dan mantap.
Dokter : Syukurlah, Mbak Sari telah menentukan pilihan yang baik. Kami akan tetap
mendampingi Mbak Sari.
Perawat 2 : Tetap jaga kesehatan ya Mbak Sari, agar bayinya sehat selalu. Kami pamit
dulu, selamat malam.
Sari : Terima kasih Dok, Sus. Selamat malam.

Setelah keluarga mengetahui keputusan Sari untuk tetap mempertahankan kandungannya,


Rangga bertanggung jawab atas sari dan anak yang dikandungnya, perawat memanggil orang
tua dan Rangga untuk menyampaikan keputusan dari Sari.

Perawat : Keluarga dari saudari Sari


Ibu : iya sus, kami keluarganya.
Perawat : Jadi begini pak,buk, mbak Sari telah mengambil keputusan untuk tetap
mempertahankan kandungannya, mohon keluarga tetap mendampingi mbak
Sari ya pak,buk.
Bapak : Oh begitu ya sus.
Ibu : Baiklah kalau begitu sus, yang terpenting anak dan cucu saya terselamatkan.
Rangga : Maaf pak buk atas perbuatan saya. Saya akan bertanggung jawab atas Sari
dan anak yang dikandungnya.
Bapak : Baiklah yang sudah terjadi biarlah yang terpenting kamu dapat menjaga Sari
dan anak kalian ke depannya.
Rangga : Baik pak akan saya usahakan
Di sini peran perawat dalam pengambilan keputusan tentang kasus aborsi dapat tercapai
sehingga pasien dapat mengambil keputusan yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai