Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANJAS KUSUMA RAMADHAN

STAMBUK : D10119066

KELAS : BT 8

ILMU KEALAMAN DASAR

“ISU LINGKUNGAN NASIONAL TERMASUK DI SULAWESI TENGAH”

Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, menyebutkan, sampah masih menjadi permasalahan
serius di daerah tersebut karena belum tertanamnya kesadaran masyarakat tentang
kebersihan.

"Pascabencana volumen sampah lebih banyak dibanding sebelumnya. Berapa banyak bantuan
saat tanggap darurat masuk ke Kota Palu dan limbah dari logistik itu adalah sampah," kata
Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu Farid, di Palu, Kamis.

Dia mengaku, pihaknya tidak bisa memastikan berapa banyak produksi sampah di kota itu
dalam sehari, sebab belum ada alat khusus penimbangan sampah.
"Kami tidak bisa kalkulasi atau hitung tonasenya sebab belum ada alat khusus, karena tidak
ada fasilitas maka langkahnya adalah menggunakan sistem ritasi," ujar Farid.

Dalam sehari, paparnya, pemindahan sampah dari tempat pembuangan samentara (TPS) ke
tempat pembuangan akhir (TPA) oleh petugas kebersihan harus menyelesaikan empat ritasi
per satu armada yang ditumpangi lima orang buruh.
Urusan persampahan, Pemkot Palu menyediakan 38 armada dengan jumlah buruh sebanyak
190 orang sudah termasuk supir yang setiap harinya bergelut dengan sampah.

Meski begitu, jumlah armada ini dinilai belum maksimal beroperasi, karena hampir rata-rata
armada tersebut usianya sudah tua, jika terjadi masalah teknis maka proses pengangkutan
harus ditangani armada lainnya untuk memenuhi ritasi yang sudah ditetapkan.
"Sebagai instansi berwenang, kami tetap melaksanakan aktivitas dan tanggung jawab meski
pun peralatan terbatas termasuk pengangkutan sampah di lokasi-lokasi pengungsian," katanya
menambahkan.

Jiak semua armada beroperasi, dalam sehari pemindahan sampah dari TPS di 46 kelurahan di
Kota Palu menuju TPA terjadi sebanyak 152 kali pengangkutan, dalam sebulan pemindahan
sampah bisa mencapai 4.560 kali pengangkutan.

Farid menguraikan, saat ini usaha makro khususnya restoran, rumah makan dan cafe paling
banyak memproduksi sampah di kota itu termasuk sampah rumah tangga, limbah yang
dihasilkan rata-rata sampah basah yang cepat diurai tahan dan sebagian sampah plastik.

Pemerintah berharap, masyarakat ikut terlibat berkontribusi dan berpartisipasi terhadap


kebersihan kota. Sejak empat tahun terakhir pemerintah setempat sudah membentuk program
gerakan masyarakat hidup sehat diintegrasi dengan gerakan pungut, bersih atau Gali Gasa
sebagai program prioritas memerangi sampah.

Meski begitu, persoalan sampah masih saja menjadi polemik.


Legislator DPRD Kota Palu Ridwan H Basatu mengatakan, pemerintah harusnya bisa
menghitung produksi sampah di Kota Palu, meskipun secara teknis alat ukur belum tersedia.
"Paling tidak ada gambaran, dari ritasi pengangkutan sebenarnya sudah bisa diperkirakan
jumlah sampah per hari," tutur Ridwan yang juga Wakil Ketua Fraksi Hanura.

Warga Kota Palu, Sulawesi Tengah, diminta agar membuang sampah tepat waktu, yaitu pada
malam hari.Imbauan itu disampaikan oleh Staf Bidang Pengelolaan Sampah,
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu, Jefrin, kepada Tribunpalu.com, Kamis
(18/7/2019).

Kata Jefrin, saat ini masih banyak warga Kota Palu yang belum paham aturan waktu buang
sampah.

Akibatnya, banyak sampah menumpuk setelah dilakukan pengangkutan oleh petugas armada
sampah.Bahkan kata dia, tak jarang ditemukan sampah berserakan di sebangian Tempat
Pembuangan Sementara (TPS).
Pemerintah Kota Palu disorot karena lamban menangani masalah sampah. Masalah ini
menjadikan Kota Palu sebagai Kota Sedang Paling Kotor berdasarkan penilaian Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“‘Gali gasa’, jargon Wali Kota Palu Hidayat mengenai kebersihan kota terkait penanganan
sampah dan lingkungan. Namun, hanya sebatas jargon, tidak terimplementasi dengan baik,”
kata Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) NasDem Sulawesi Tengah (Sulteng)
Muslimun di Palu, seperti dilansir Antaranews.

NasDem menilai, penilaian Adipura dari Kementerian KLHK menjadi bukti kegagalan
Pemkot Palu mewujudkan kebersihan kota lewat jargon Wali Kota Palu Hidayat, “gali gasa”.

Nasdem, kata Muslimun, menganggap Pemkot Palu tidak dapat menyelesaikan problem
terkait kendala dalam penanganan sampah. Misalnya, mengenai bak sampah, mobil/armada
pengangkut sampah, jam atau waktu pengangkutan sampah, personel pengangkutan sampah,
dan upah atau honor pengangkut sampah.

Anda mungkin juga menyukai