PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, selain
digunakan untuk keperluan rumah tangga, air banyak digunakan oleh industri kimia untuk
keperluan utilitas, air proses dan keperluan sehari-hari industri tersebut. Air yang digunakan
industri biasanya bersumber dari aliran sungai yang berada pada sekitar pabrik. Dalam
pengolahan air yang bersumber air sungai, pengolahan dapat dilakukan dengan pengolahan
secara konvensional. Sedangkan apabila air yang diolah bersumber dari air laut, maka
digunakan membran untuk memisahkan air dengan garam yang terkandung di dalamnya.
Teknologi yang digunakan untuk pengolahan air laut adalah menggunakan membran
reverse osmosis (RO). Membrane RO yang digunakan untuk pengolahan air laut, terdiri dari
tiga lapisan yaitu ultra-thin barrier layer (0,2 µ.m), micro-porous interlayer (40 µ.m) dan
lapisan support polyester (120-150 µ.m). Pengolahan air laut dengan menggunakan
membrane mempunyai efisiensi yang sangat tinggi dalam mengurangi kandungan garam
hingga kurang dari 1%.
Meskipun membrane memiliki efisiensi yang besar, namun membran memiliki
masalah utama berupa fouling dan scaling. Fouling merupakan akumulasi dari material yang
terkandung di dalam umpan yang menempel pada permukaan membran. Scaling merupakan
endapan yang terbentuk akibat endapan kalsium karbonat, barium sulfat, kalsium sulfat,
strontium sulfat dankalsium floride. Apabila scaling di membrane tidak ditangani dengan
baik, maka scaling dapat menggagu proses pemisahan dan mengurangi umur membran.
Untuk mengatasi scaling di membran, user biasanya menginjeksikan antiscaling dengan
konsentrasi yang telah ditetapkan oleh vendor. Namun pada kenyataan di lapangan,
konsentrasi yang diinjeksikan tidak sesuai dengan bahan baku air laut yang ada. Hal ini
menyebabkan membran sering mengalami pembersihan dan penggantian.
1.3 Idea
Ide-ide yang dapat dilakukan untuk mengurangi proses scaling pada membran adalah
:
a. Mengganti anti-scaling yang ada dengan anti-scaling yang jenis lain.
b. Mengatur dosis anti-scaling dengan jenis yang sama.
Tanpa Kalkulator
Criteria Probability Sequence Risk Level
Regulation
acceptability 0,2 0,5 0,1
Operator ability 0,2 0,7 0,14
Chemical hazard 0,3 0,8 0,24
Membrane failure 0,5 0,8 0,4
Dengan Kalkulator
Criteria Probability Sequence Risk Level
Regulation
acceptability 0,1 0,3 0,03
Operator ability 0,3 0,7 0,21
Chemical hazard 0,2 0,5 0,1
Membrane failure 0,1 0,8 0,08
II. ANALISIS CHEMICAL DOSING PERFORMANCE
Penentuan potensi terjadinya scaling dapat membantu menunjukkan tindakan apa saja
yang harus dilakukan untuk mencegah potensi tersebut menjadi kenyataan. Metode analitis
dengan menggunakan saturation index (LSI dan SDSI), analisis tingkat kejenuhan masing –
masing senyawa sepertiCaCO3,CaSO4 dan SiO2 dapat memberikan gambaran gangguan apa
saja yang dapat terjadi pada membran reverse osmosis.
Klorinasi
Klorinasi digunakan untuk mengendalikan jumlah mikroorganisme dalam proses
pengolahan air baik air untuk keperluan proses maupun untuk pengolahan limbah.
Efektivitas klorin dalam mengendalikan jumlah mikroorganisme tergantung pada konsentrasi
klorin yang digunakan, waktu paparan, dan pH air. Di dalam industri, scaling di peralatan
proses dicegah dengan mempertahankan konsentrasi residual klorin di sepanjang proses pada
konsentrasi 0,5 – 1 ppm atau lebih tinggi. Pada kondisi pH tinggi (basa), daya rusak klorin
lebih tinggi daripada pada kondisi netral atau asam (pH < 7). Klorin ini dapat bereaksi dengan
logam transisi atau besi yang ada di air laut atau di permukaan membran. Logam ini dapat
mendorong terjadinya degradasi membran. Karena resiko oksidasi oleh logam dan klorin
inilah maka keberadaan klorin di dalam membran sangat tidak direkomendasikan.Oleh
karena itu, kondisi basa dan suhu tinggi sangat tidak dianjurkan pada aplikasi membran
reverse osmosis dalam pengolahan air karena dapat mendegradasi membran.
Reaksi pada saat terjadi klorinasi adalah sebagai berikut :
Cl2 + H2O → HOCl + HCl
Hypochlorous acid (HOCL) di dalam air terdisosiasi menjadi ion hidrogen dan ion
hypoclorite. Jumlah dari Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2, HOCl, dan OCl- merupakan free available
chlorine (FAC) or free residual chlorine (FRC).
Deklorinasi
Ketika membran reverse osmosis digunakan dalam proses pengolahan air, deklorinasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya oksidasi membran. Degradasi membran dapat terjadi
setelah 200 – 1.000 jam paparan oleh 1 ppm free chlorine. Salah satu upaya deklorinasi yang
dilakukan adalah penambahan SMBS (Sodium Metabisulfite). Ketika dilarutkan dalam air
SMBS akan membentuk SBS atau Sodium Bisulfite. SBS akan mereduksi hypochlorous acid
(HOCl). Reaksi lengkap proses deklorinasi adalah sebagai berikut.
Na2S2O5 + H2O → 2 NaHSO3
Secara teori, untuk mereduksi 1 ppm klorin, dibutuhkan 1,34 ppm SMBS. Namun
kenyataannya, SMBS yang digunakan sekitar dua kali dari kebutuhan teoretis yaitu sekitar 3
ppm. Hal ini untuk mengatasi kemungkin adanya senyawa HOBR dan mencegah sebagian
scaling yang mungkin terjadi.
1 c 1
If = 2 ∑ mi zi2 i
mi = 1000MW Ic = If 1−Y
i
Dengan :
If : ionic strength di umpan SWRO
Ic : ionic strength di concentrate SWRO
mi : konsentrasi molal ion i, mol/kg
zi : muatan ion i
MWi : berat molekul ion i
Y : persen recovery SWRO (dalam desimal)
5. Menghitung nilai pCa sebagai fungsi Caconcentrate, pAlk sebagai fungsi Alkconcentrate, dan
“K” sebagai fungsi dari konsentrasi ionic strength. Grafik di bawah ini beserta
persaman yang ada dapat digunakan.
5,5
5 y = -0,428ln(x) + 4,9899
4,5 R² = 0,9991
4 pCa sebagai fungsi
3,5 Calcium concentration
pCa
3
2,5 Log. (pCa sebagai
2 fungsi Calcium
1,5 concentration)
1
0,5
0 2000 4000 6000 8000 10000
Calcium Concentration, mg/L
2,5
Ionic Strength
Power ("K" sebagai
2
fungsi Ionic Strength)
1,5
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Ionic strength
6. Setelah nilai dari tiga variable di atas diperoleh, maka nilai pHsaturation dapat
diketahui.
pHs = pCa + pAlk + "K"
7. Nilai pH concentrate dapat dihitung dengan tahapan sebagai berikut :
a. Konsentrasi CO2 di feed SWRO dihitung terlebih dahulu dengan menggunakan
nilai pH umpan dan total alkalinity di umpan. Grafik di bawah dapat digunakan
untuk mencari nilai CO2 di feed SWRO.
b. Konsentrasi CO2 di concentrate diasumsikan sama dengan CO2 di feed SWRO.
c. pH concentrate SWRO dapat dicari dengan menggunakan nilai
(Alkconcentrate/CO2concentrate) dan persamaan yang ada pada grafik di bawah ini.
6,5
6
5,5 Power (Hubungan pH
5 dengan
4,5 alkalinity/CO2 conc)
4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Alkalinity/CO2 concentration
START
- Hitung pHs
- Hitung konsentrasi CO2 di umpan dan
concentrate
- Hitung pH concentrate
YES
- Hitung SDSI
END
SDSI < 0 NO
START
Hitung Konsentrasi
Asam Sulfat
Tebak nilai pH
setelah injeksi
Hitung Alkacid/CO2
Hitung konsentrasi asam
- Hitung pHs
- Hitung konsentrasi CO2 di umpan
concentrate
- Hitung pH concentrate
- Hitung SDSI baru
YES
Kalsium sulfat atau yang dikenal dengan calcite merupakan salah satu kontributor
utama dalam terjadinya scaling. Senyawa ini memiliki kelarutan yang rendah karena diikat
oleh ion Ca yang mudah mengendap. Penentuan potensi scaling dari seyawa ini akan
melibatkan ionic strength dan konstanta hasil kali kelarutan (Ksp). Dengan menggunakan
nilai ionic strength feed yang diperoleh pada perhitungan SDSI, maka dpat diperoleh nilai
END
Ksp dari grafik di bawah ini. Setelah itu nilai Ksp ini akan dibandingkan dengan IPC (Ion
Product) dari CaSO4.Potensi scaling dari CaSO4 dinyatakan berpotensi jika nilai dari IPC >
0,8Ksp.
Ksp vs Ionic strength
0,003
y = -0,0003x2 + 0,002x + 8E-05
0,0025 R² = 0,9998
0,002
Ksp vs Ionic strength
Ksp
0,0015
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2
Ionic Strength
SiO2 sebagai senyawa yang dapat dipandang sebagai scalant atau foulant jumlahnya
tidak banyak di dalam air laut umpan. Namun tidak jarang, kegagalan dari membran RO
terjadi akibat keberadaan senyawa ini. Kelarutan dari SiO2 sangat dipengaruhi oleh pH dan
suhu. Algoritma perhitungan untuk menentukan potensi scaling dari SiO2 adalah :
1. Menentukan konsentrasi silika di konsentrat SWRO.
1
SiO2concentrate = SiO2feed
1−Y
2. pH di concentrate SWRO dihitung sama dengan prosedur yang ada di perhitungan
SDSI.
3. Dengan grafik di bawah ini, kelarutan SiO2 sebagai fungsi temperatur dapat dihitung.
Diasumsikan bahwa temperatur umpan sama degna temperature concentrate.
Kelarutan SiO2 sebagai fungsi Temperatur
150
140
y = 2x + 75
130
R² = 1
120
Kelarutan
4. Dari nilai pH di concentrate SWRO, dapat dihitung nilai dari faktor koreksi pH
dengan grafik di bawah ini.
2,5
2 pH vs correction factor
1,5
Poly. (pH vs correction
1
factor)
0,5
0
4 5 6 7 8 9 10
Axis Title
Bandingkan nilai dari kelarutan SiO2 di concentrate SWRO dengan hasil kali faktor koreksi
pH dengan kelarutan SiO2 pada suhu umpan. Jika kelarutan SiO2 di concentrate SWRO lebih
kecil, maka tidak terjadi gangguan pada membran. Jika sebaliknya, maka diperlukan
chemical dosing.
START
YES
NO
Hitung dosis
Polyacrylic acid
END
120
y = 4E-05x3 - 0,0042x2 + 0,3876x + 1,6637
R² = 0,9986
100
Dosage, mg/L
80
Saturation Ratio vs
Phosphonate Dosage
60
Poly. (Saturation Ratio vs
40 Phosphonate Dosage)
20
0
0 50 100 150 200
Saturation Ratio
Saturation ratio dihitung dengan menggunakan nilai Ksp yang diperoleh di perhitungan
sebelumnya dan dengan menggunakan persamaan berikut :
[Ca2+ ][SO2−
4 ]
Saturation Ratio =
Ksp
START
Tabel di atas menampilkan hubungan data ORP dan konsentrasi HOCL pada pH 7.
Data di tabel tersebut diplottingkan dan diperoleh grafik seperti di bawah ini. Persamaan yang
diperleh dari grafik di bawah ini tepat untuk ORP di kisaran 0 – 500 mV.
0,2
ORP vs HOCL in ppm
0,15
Expon. (ORP vs HOCL
0,1 in ppm)
0,05
0
0 200 400 600 800
Untuk data ORP dari 500 – 700 mV, plotting grafik di bawah ini dan persamaan yang
diperoleh menunjukkan hasil yang lebih cocok (trend nya lebih tepat) daripada grafik di atas.
ORP vs HOCl in ppm
0,3
0,25 y = 3E-06e0,0159x
R² = 0,9995
0,2
ORP vs HOCl in ppm
0,15
Expon. (ORP vs HOCl in
0,1 ppm)
0,05
0
500 550 600 650 700
START
IV. COST ESTIMATION
Harga H2SO4 = Rp 6.400,-/L
Harga NaOH = Rp 3,-/g
Harga SMBS = Rp 3.000,-/kg
Harga HEDP = Rp 25.000,-/kg
Harga 1 membran = Rp 7.000.000,-
Dengan flowrate H2SO4 60000 L/jam, diperoleh laju alir molar H2SO4
5x10-2 mol/L x 60000 L/jam = 3000 gmol/jam
Dengan densitas H2SO4 1,84x103 g/L, diperoleh volume H2SO4 yang diperlukan
294000 𝑔/𝑗𝑎𝑚
= 159,7826 L/jam
1840 𝑔/𝐿
Dengan flowrate NaOH 60000 L/jam, diperoleh laju alir molar NaOH
10-2 mol/L x 60000 L/jam = 600 gmol/jam
2. ANTI SCALING
a. Asam Sulfat (H2SO4)
Dosis H2SO4 yang diperlukan = 24 ppm = 0,024 g/L
Flowrate air = 140 m3/jam = 140000 L/jam
Densitas H2SO4 = 1840 g/L
Lama Injeksi = 7920 jam
Massa H2SO4 yang diperlukan = 0,024 g/L x 140000 L/jam = 3360 g/jam
Dengan densitas H2SO4 1,84x103 g/L, diperoleh volume H2SO4 yang diperlukan 1,826087
L/jam
Biaya dosis H2SO4 = 1,826087 L/jam x 7920 jam x Rp 6.400,-/L
= Rp 92.560.696,-
Massa SMBS yang diperlukan = 0,003 g/L x 140000 L/jam = 420 g/jam
Biaya dosis SMBS = 420 g/jam x 7920 jam x Rp 3.000,-/L
= Rp 9.979.200,-
Massa HEDP yang diperlukan = 0,0024 g/L x 140000 L/jam = 336 g/jam
3. MEMBRANE
Setiap 3 tahun perusahaan membeli 105 selongsong membran baru, sehingga biaya yang
dikeluarkan 105 x Rp 7.000.000,- = Rp 735.000.000,-
Membran yang harus diganti dalam 3 tahun sampai penggantian total seluruh membran
adalah pada akhir tahun pertama dan kedua, sehingga total biaya penggantian membran 2
x Rp 245.000.000,- = Rp 490.000.000,-
Jadi, total biaya yang dikeluarkan untuk chemical cleaning, anti scaling dan membran tanpa
menggunakan kalkulator dosis sebesar
Rp 157.623.652,- + Rp 169.067.896,- + Rp 408.333.333,- = Rp 735.024.881,-
Dengan flowrate H2SO4 60000 L/jam, diperoleh laju alir molar H2SO4
5x10-2 mol/L x 60000 L/jam = 3000 gmol/jam
Dengan densitas H2SO4 1,84x103 g/L, diperoleh volume H2SO4 yang diperlukan
294000 𝑔/𝑗𝑎𝑚
= 159,7826 L/jam
1840 𝑔/𝐿
Dengan flowrate NaOH 60000 L/jam, diperoleh laju alir molar NaOH
10-2 mol/L x 60000 L/jam = 600 gmol/jam
2. ANTI SCALING
a. Asam Sulfat (H2SO4)
Dosis H2SO4 yang diperlukan = 45,92 ppm = 0,04592 g/L
Flowrate air = 140 m3/jam = 140000 L/jam
Densitas H2SO4 = 1840 g/L
Lama Injeksi = 7920 jam
Massa H2SO4 yang diperlukan = 0,04592 g/L x 140000 L/jam = 6428,67703 g/jam
Dengan densitas H2SO4 1,84x103 g/L, diperoleh volume H2SO4 yang diperlukan 3,4938
L/jam
Massa SMBS yang diperlukan = 0,0012 g/L x 140000 L/jam = 171,1625 g/jam
Biaya dosis SMBS = 171,1625 g/jam x 7920 jam x Rp 3.000,-/L
= Rp 4.066.822,-
Massa HEDP yang diperlukan = 0,0025 g/L x 140000 L/jam = 314,4802 g/jam
Dengan kalkulasi dosis, diasumsikan tidak ada membran yang harus diganti tiap tahun,
sehingga penggantian membran dilakukan 3 tahun sekali.
Jadi, total biaya yang dikeluarkan untuk chemical cleaning, anti scaling dan membrane
menggunakan kalkulator dosis sebesar
Rp 52.541.217,- + Rp 243.429.970,- + Rp 245.000.000,- = Rp 540.971.187,-
Dari perhitungan ekonomi di atas dapat diketahui selisih biaya yang dikeluarkan
= Rp 735.024.881 - Rp 540.971.187
= Rp 194.053.694,-
Jadi dengan menggunakan kalkulator dosis, perusahaan dapat menghemat biaya hingga
Rp 194.053.694,-