Anda di halaman 1dari 3

Dinamika Pendidikan Indonesia

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua,

Shalom,

Om Swastiastu,

Namo Buddhaya, salam kebajikan

Pendidikan merupakan bagian vital di kehidupan manusia, dengan berbagai coraknya


berorientasikan memberikan bekal kepada manusia sebagai ilmu dan menerapkannya
sebagai amal. Orientasi pendidikan selalu mengikuti perkembangan yang temporal serta
dinamis dan sudah semestinya selalu diperbaharui konsepnya dan aktualisasinya.
Perhatian dan pemikiran dalam pendidikan selalu muncul di segala zaman karena
pendidikan merupakan Neccesity Of life, sehingga pendidikan merupakan conditio sine
quo non (setiap akibat dapat ditentukan sebab-sebabnya dan masing-masing sebab memiliki
pengaruh terhadap terjadinya suatu akibat) dalam kehidupan manusia.

Di hari yang berbahagia ini, kita kembali memperingati Hari Pendidikan Indonesia yang
tentunya dirayakan oleh insan insan akademis di seluruh penjuru nusantara, beragam cara
yang dilakukan pemuda dalam merayakan Hari Pendidikan ini. Meskipun sejatinya hari
ini kita dihadapkan pada suatu kondisi yang sangat tidak terduga sehingga pemuda
dituntut kreatif hari ini untuk tetap mewujudkan cita cita bangsa salah satunya ialah
Mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, melihat kondisi saat ini kita dihadapkan pada
suatu hal dengan segala romantika dan dinamika pendidikan Indonesia.
Realitas Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan kita saat ini masih banyak dilanda berbagai macam masalah, baik dari
segi ontology, aksiologi, manajemen dan terutama kesadaran. Sehingga ini berdampak
pada penurunan mutu pendidikan nasional. Suatu bentuk nyata disini yaitu dimana
pendidikan tidak lagi berorientasi pada kemandirian peserta didik, tetapi justru terjerumus
dalam hal dehumanisasi. Peserta didik tidak dikondisikan pada situasi pembelajaran yang
secara aktual didorong untuk menumbuhkan kemampuan analisa dan pemecahan
masalah, tetapi lebih berorientasi pada sisi pragmatis untuk mendapatkan nilai dan lulus.
Pendidikan telah direduksi menjadi sekedar transfer of knowledge yang miskin praktek.
Paradigma juga beralih dari yang seharusnya siswa/mahasiswa ini merupakan subjek
pendidikan menjadi objek pendidikan tanpa mengesampingkan prestasi prestasi yang
diraih. Karakter lingkungan membuat peserta didik menjadi value oriented tanpa
tumbuhnya penalaran yang mumpuni. Problem sektoral lebih menonjol dibandingkan
keberhasilan yang diraih, sebagai rujukan dapat kita lihat dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional No 20 Tahun 2003.

Inkonsistensi Kebijakan

Praktik pelaksanaan pendidikan di lapangan sesungguhnya jauh daripada standar yang


ditentukan. Apalagi lembaga pendidikan kita saat ini belum menjadi sebuah ekosistem yang
mampu menumbuhkan semangat belajar. Inkonsistensi kebijakan saat ini menjadi suatu batu
besar yang menghambat proses belajar mengajar.

Munculnya kebijakan baru “Kampus Merdeka” yang digadang gadang menjadi juru selamat
pendidikan tinggi Indonesia pada akhirnya juga menuai polemik disana sini. Sehingga hari ini
tak ayal jika kita menilai pendidikan tak ubahnya bak komoditi pasar yang serba tunduk pada
hukum pasar yang berkembang. Muncul juga Kartu Indonesia Pintar yang menjamin
pelayanan dan peningkatan pendidikan serta pelatihan bagi masyarakat tak mampu juga tak
luput dari permasalahan. Pendistribusian yang lambat serta tidak tepat, alokasi tidak akurat
dan yang terparah ialah penyelewangan anggaran/dana. Kondisi ini menyebabkan masih
banyaknya anak indonesia tidak melanjutkan pendidikannya.
Padahal dalam pembukaan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 berbunyi, “Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya.

Sebagai penutup, sekali lagi penulis mengucapkan Selamat Hari Pendidikan Nasional.
Semoga segala hal yang menjadi cita cita pendidikan bangsa ini dapat terwujud. Sehingga
pada akhirnya generasi millenial Indonesia memiliki karakter pancasila yang mampu
membawa perubahan besar bagi Negara Indonesia tercinta ini. Aamin yaa rabbal ‘alamiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Anda mungkin juga menyukai