Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Priya Suma
2018.03.0109
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sebatas pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki.Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak sehingga makalah “Laporan Pendahuluan Perdarahan Solusio Plasenta” ini bisa
terselesaikan karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes, M.M., Selaku Ketua STIkes Husada Jombang.
2. Sylvie Puspita, S.kep.,Ns,M.Kep. Selaku Kaprodi S1 Keperawatan.
3. Elly Rustanti, S.Si.,M.Sc. Selaku Dosen Wali semester 4 S1 Keperawatan.
4. Dr. Najah Soraya Nia, S.Sos, MM. Selaku Pembimbing Akademi di STIKES Husada
Jombang.
5. Sylvie Puspita, S.Kep, Ns., M.Kep. Selaku Dosen Pengajar Keperawatan Maternitas II.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun kami harapkan. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi para pembaca pada umumnya.
Hormat Saya
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardiorenovaskuler
2. Faktor trauma
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita
4
multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan peningkatan
kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan
karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta
apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan
bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok
sampai terjadinya kehamilan.
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio
plasenta sebelumnya.
5
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
1.3 Patofisiologi
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga menyebabkan
hematom retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak pembuluh darah dan
plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah dengan cepat meluas dan mencapai
tepi plasenta. Karena masih teregang oleh hasil konsepsi, uterus tidak dapat beronntraksi
untuk menjepit pembuluh darah yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta.
Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya
muncul sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap tertahan dalam uterus.
1.4 Klasifikasi
a. Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta
kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di
raba. Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.
b. Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian
dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit di raba.
Janin sudah mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam
menunjukkan ketuban tegang. Tanda persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat
sekitar 2 jam.
c. Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut
nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut seperti papan. Janin sudah
mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban
tampak tegang. Darah dapat masuk otot rahim, uterus Couvelaire yang menyebabkan
6
Antonia uteri serta perdarahan pascapartus. Terdapat gangguan pembekuan darah
fibribnogen kurang dari 100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai Nampak.
a. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
lebih 150 mg%.
b. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin
atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen
plasma 120-150 mg%.
c. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
Solutio plasenta ringan Terjadi rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan
pervaginam warna merah kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.
Tetapi bagian-bagian janin masih teraba Solution plasenta sedang plasenta telah terlepas
seperempat sampai duapertiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan
seperti pada solution plasenta ringan atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus,
nyeri tekan, bagian janin sukar di raba., BJA sukar di raba dengan stetoskop biasa. Sudah
dapat terjadi kelainan pembekuan darah atau ginjal. Solution plasenta berat plasenta telah
lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba, ibu syok janin meningggal.
Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan
keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuan darah dan ginjal.
7
1.7 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu :
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan,
penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat
untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada
pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan
jumlah perdarahan yang terlihat.
Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu pengobatan segera
ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat mungkin. Angka kesakitan dan
kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio plasenta berat. Meskipun kematian dapat terjadi
akibat nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan syok
perdarahan dan penimbunan cairan yang berlebihan. Tekanan darah tidak merupakan
petunjuk banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat perdarahan akan meninggikan
tekanan darah. Pemberian terapi cairan bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik
dan mengkoreksi keadaan koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah
pilihan yang ideal, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah merah
juga dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang
terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau
nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan
pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta
8
berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan
mengatasi kelainan pembekuan darah.
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%,
berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg%
maka akan terjadi gangguan pembekuan darah. Mekanisme gangguan pembekuan darah
terjadi melalui dua fase, yaitu:
a. Fase I
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka
kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan
fibrinolisis. Fibrinolisis yang berlebihan malah berakibat lebih menurunkan lagi kadar
fibrinogen sehingga terjadi perdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan
pembekuan darah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun di klinik
pengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaan yang terbaik karena
9
pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukan waktu terlalu lama, sehingga hasilnya
tidak mencerminkan keadaan penderita saat itu.
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau
ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau
tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
a. Fetal distress
b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
c. Hipoksia dan anemia
d. Kematian
Komplikasi juga bisa terjadi pada bayi, seperti:
1. Gangguan pertumbuhan karena tidak mendapatkan nutrisi yang cukup.
2. Lahir prematur.
3. Tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
4. Meninggal saat dilahirkan.
1.8 Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi
tidaknya perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya
persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%.
Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal
ginjal.
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi
ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%.
Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya
plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia
10
kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada
kasus-kasus tertentu tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka kematian janin
11
BAB I1
TINJAUAN KASUS
Kasus:
Ny.M (45 tahun) datang ke RSI Muslimat bersama suaminya dengan membawa surat
rujukan dari bidan. Tertulis disurat status obstetri G6P4A1H37 mg dengan susp.solusio
plasenta. Saat wawancara, klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna
kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin
bergerak aktif. Klien berfikir akan segera melahirkan dan datang ke bidan dekat rumah
keesokan paginya, tapi klien justru dirujuk ke RS.
Klien kemudian melakukan pemeriksaan USG dan terlihat solusio plasenta partialis
dengan hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin lemah, perdarahan aktif (+).
2.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas
12
Agama : Islam Agama : Islam
Pepabri
Klien mengatan tidak memiliki riwayat penyakit turunan atau mengidap penyakit
jantung, DM, Hipertensi,dll serta Klien juga pernah mengalami perdarahan (abortus) pada
kehamilan sebelumya.
1. TD =80/55 mmHg
2. N=110x/Mnt
3. P= 28x/Mnt
4. S= 36℃
5. TFU=36 cm
13
uterus keras , tegang, seperti papan, nyeri tekan (+), , His (-), DJJ dan palpasi
janin sulit. Klien terlihat pucat, lemah, tampak kesakitan, kulit teraba dingin,
konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman.
14
kehitaman
2. Hb (6,8 g/dL)
3. turunnya kadar fibrinogen (106 mg/L),
dan meningkatnya kadar D-dimer
(2,0 mg/L).
Data Subjektif Nyeri Akut Trauma jaringan
15
sekarang usia kehamilan 37 minggu)
dengan suspect solusio plasenta
2. Dari hasil pemeriksaan fisik : His (- ),
DJJ dan palpasi janin sulit
3. Dari hasil pemeriksaan USG : DJJ =
82 x /menit , Aktivitas janin lemah
16
2.4 Rencana Asuhan Keperawatan
17
menurun strategi penurunan rasa 3.meningkatkan relaksasi
2. Uterus teraba nyeri dan meningkatkan
membulat Kolaborasi kooping dan kontrol
menurun 1. pemberian analgetik klien.
3. Nyeri tekan (bila perlu) . 4.meningkatkan
menurun kenyamanan dengan
4. Klien tidak terlihat memblok impuls nyeri.
kesakitan
3.Resiko cedera Tujuan : Setelah1. periksa denyut jantung1. dengan periksaan DJJ
pada janin dilakukan asuhan janin selama 1 menit diharapkan mengetahui
keperaatan 3- 4 jam2. monitor denyut DJJ
diharapkan tingkat jantung janin 2. diharapkan dapat
cedera menurun 3. monitor tanda vital ibu memantau DJJ agar
stabil
Kriteria Hasil :
3. diharapkan dapat
1. perdarahan menurun
memantau TTV ibu agar
2. frekwensi nadi
stabil
membaik
3. frekwensi nafas
membaik
4. gerakan janin
normal.
18
2.5 Implementasi dan Evaluasi SOAP dari
Diagnosa Utama
20
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
pada janin lahir. Biasanya terjadi pada triwulan ke-3, walaupun dapat pula terjadi setiap saat
dalam kehamilan. Apabila terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu, mungkin akan dibuat
diagnose abortus imminent. Plasenta dapat terlepas sepenuhnya (solusio plasenta totalis),
atau plasenta terlepas sebagian (solusio plasenta paralisis) atau sebagian pinggir plasenta
(rubture sinus marginalis ).
3.3 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mudah memahami materi
tentang Solusio plasenta. Makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami mohon saran
yang dapat meningkatkan dan membangun dalam penyempurnaan makalah yang kami buat
ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal atau bayi. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21 th edition. Lange
USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC
22