Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“FILSAFAT PENDIDIKAN”
TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu
Drs. Jalius

Oleh
Kelompok 10:
Irma Nurhalizah (19005065)
Purnama Ayu Lara (19022185)
Renyda Murni Syafriaki (19002079)
Rhozy Restiyandi (19002080)
Queen Azzahra (19002075)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita kirimkan kehadirat Allah SWT yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman
yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. “Tujuan
Hidup Dan Tujuan Pendidikan” ini sengaja di bahas karena sangat penting untuk
kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal mengenai
pentingnya tujuan hidup dan tujuan pendidikan.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak
dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada penyusun
agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua yang membaca makalah ini.

Padang, 21 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan hidup dan Tujuan pendidikan .............................................. 3
1. Tujuan Hidup 3
2. Tujuan Pendidikan 9
B. Komponen-komponen kehidupan yang baik 15
1. Prinsip hidup yang benar 15
2. Pentingnya kehidupan yang benar bagi kehidupan manusia dan
pendidikan 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 21
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi merupakan subuah nama yang ditandai dengan
perubahan pola keidupan hidup manusia serta perkembangan
teknologinya. Perkembangan pesatnya kehidupan manusia saat ini
terdapat di segala bidang kehidupan, baik di bidang ekonomi, sosial
maupun teknologi. Globalisasi memudahkan manusia dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari karena manusia dimanjakan
oleh mesin-mesin canggih dan teknologi modernnya. Karena
kemudahan-kemudahan ini sehingga membuat manusia melupakan
jati dirinya.
Menyadari bahwa aa yang mengatakan bahwa kodrat manusia itu
baik, ada juga yang mengatakan bahwa kodrat manusia itu buruk,
ada juga yang mengatakan bahwa kodrat manusia itu tdak baik dan
tidak buruk (netral) dan lain sebagainya. Maka diperlukan adanya
pengetahuan tentang tujuan hidup manusia.
Sehubungan dengan itu, tujuan pendidikan merupakan sesuatu
yang sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa perumusan yang jelas
tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa arah, bahkan
salah langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga
dengan pendidikan yang berusaha untuk membentuk pribadi
manusia melalui proses yang panjang dengan suatu tujuan
pendidikan yang jelas dan direncanakan.
Namun, tidak semua tjuan yang telah direncanakan tersebut
berjalan mulus tanpa sandungan sedikitpun. Permasalahan
seringkali muncul yang berkaitan demgam tujuan pendidikan, yaitu
ketika output pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan
tersebut. Berdasarkan masalah tersebut, telah ditemukan kasus-
kasus seperti korupsi, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah
tangga dan lain sebagainya yang dilakukan oleh seseorang yang

1
telah mengenyam sebuah pendidikan. Kejadian ini dapat
diidentifikasi sebagai kurangnya pemahaman tentang hakekat tujuan
hidup dan tujuan pendidikan dalam pribadi orang tersebut.
Dari contoh kejadian di atas, dapat ditarik sebuah pertanyaan
“Bagaimanakah sebetulnya tujuan hidup dan tujuan pendidikan
tersebut?” Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah
ini. Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk
mengungkapkan masalah-masalah tersebut. Berdasarkan keterangan-
keterangan yang ada, telah ditemukan pernyataan para ulama
maupun pakar dalam menjelaskannya dan hal-hal yang terkait
dengannya.
Selanjutnya, berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka penulisan
makalah ini kami beri judul “TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN
PENDIDIKAN”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tujuan hidup yang sebenarnya ?
2. Bagaimana tujuan pendidikan yang sebaiknya ?

C. Tujuan
1. Memenuhi salah satu syarat mata kuliah filsafat pendidikan.
2. Memberikan pengetahuan mengenai tujuan hidup dan tujuan pendidikan
kepada pembaca.
3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai baiknya jalan hidup
ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Hidup dan Tujuan Pendidikan


1. Tujuan Hidup Manusia
Tujuan hidup itu penting, setiap orang hampir dapat dipastikan
punya tujuan hidupnya masing-masing. Berdasarkan tujuan hidupnya,
manusia bisa dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu Pencari
Kebahagiaan, Pencari Ketenangan, Pencari Kepuasan, dan Orang yang
Tidak Punya Tujuan.
(a) Pencari kebahagiaan (happiness)
Orang-orang yang tujuan hidupnya mencari kebahagiaan
cenderung punya kehidupan yang dinamis. Pencari kebahagiaan
dibagi menjadi 6 tipe:
 Penumpuk Harta (Wealth Oriented) 
Si Penumpuk Harta adalah mereka yang bahagia kalau punya
uang banyak atau harta yang melimpah. Orang yang tipenya
seperti ini biasanya disebut materialistis. Mereka cenderung
pelit dan penuh perhitungan. Untung-rugi adalah mekanisme
kerja mereka. Prinsip hidup mereka sama dengan prinsip
ekonomi, “Dengan pengorbanan minimum, dapat hasil tertentu.
Atau dengan pengorbanan tertentu, dapat hasil maksimum.”
 Pemimpi Pasangan Ideal (Romance Oriented) 
Biasanya, orang bertipe ini adalah orang yang hidupnya
dipenuhi angan-angan setinggi langit tentang sosok pangeran
berkuda putih ataupun bidadari surga. Umumnya, orang-orang
yang seperti ini gemar tebar pesona dan cenderung genit.
Namun tak sedikit juga dari tipe ini yang sifatnya pemalu. Ciri-
ciri lainnya dari tipe ini adalah suka bergonta-ganti pacar atau
suami/istri.

3
 Pengejar Jabatan atau Karir (Career Oriented) 
Orang yang mengejar jabatan atau karir adalah sosok yang
ambisius. Sebagian besar orang tipe ini adalah orang yang haus
kekuasaan. Mereka senantiasa mempunyai sifat pekerja keras
dan profesional. Biasanya, para Pengejar Jabatan atau Karir
adalah orang yang ahli dalam mempengaruhi orang lain.
 Penikmat Popularitas (Popularity Oriented) 
Mereka yang termasuk dalam tipe ini biasanya gemar mencari
teman sebanyak mungkin. Mereka umumnya pandai berbicara
dan mengambil hati orang lain. Menjadi terkenal adalah impian
mereka. Cara mereka untuk mendapatkan ketenaran bermacam-
macam, ada yang lewat prestasi, ada juga yang lewat sensasi.
 Pembangun Keluarga (Family Oriented) 
Para Pembangun Keluarga adalah sosok visioner yang
biasanya bijak dan dewasa. Hidup mereka terletak pada
hubungan yang harmonis dalam keluarga. Apapun yang mereka
lakukan, tujuannya adalah untuk keluarga. Pencapaian-
pencapaian tertentu yang dilakukan oleh anggota keluarga
dapat membuat hati mereka bahagia, misalnya prestasi
gemilang anak-anak mereka dan jumlah cucu yang banyak.
 Pemburu Ilmu Pengetahuan atau Kemampuan
(Knowledge-Skill-Oriented) 
Bagi Pemburu Ilmu Pengetahuan atau Kemampuan, kata “tahu”
dan “bisa” adalah kunci kebahagiaan. Hidup mereka sebagian
besar diisi dengan dua hal, yaitu belajar dan latihan. Sifat tekun
dan tidak mudah menyerah pada umumnya mereka miliki.
Orientasi mereka bukan terletak pada benar atau salah,
melainkan pada penguasaan informasi atau kemampuan.
Menjadi pakar atau ahli dalam bidang tertentu adalah cita-cita
tertinggi yang harus dicapai agar mencapai puncak
kebahagiaan.

4
(b) Pencari ketenangan (tranquility)
Mereka yang mencari ketenangan pada umumnya memiliki
kehidupan yang statis alias begitu-begitu saja. Pencari Ketenangan
dibagi menjadi 2 tipe:
 Pencari Kebenaran (Truth Oriented) 
Orang-orang yang mencari kebenaran biasanya cenderung kritis
dan selalu mencari kesalahan yang terdapat pada suatu hal. Benar
dan salah bagi mereka merupakan dua hal yang harus dapat
ditemukan untuk mencapai ketenangan hidup.
 Pencari Jaminan/Kepastian (Assurance Oriented) 
Kepastian hidup, adalah tujuan utama dari orang-orang bertipe
ini. Mereka senantiasa bertahan pada satu fase hidup tertentu
karena merasa nyaman berada di situ. Mereka tidak mau
mengambil resiko, tidak mau keluar dari zona nyaman. Selain
itu, orang-orang seperti ini biasanya sangat patuh terhadap
norma-norma yang berlaku, baik itu norma hukum maupun
norma agama.

(c) Pencari kepuasan (satisfication)


Manusia yang hidupnya mengejar kepuasan semata
biasanya punya kehidupan yang mengalir tanpa rencana. Mereka
hanya hidup untuk hari ini. Mengenai apa yang telah terjadi kemarin
atau apa yang akan terjadi besok, itu bukan urusan mereka. Orang-
orang dengan tipe seperti ini sebenarnya merupakan perpaduan dari
jenis Pencari Kebahagiaan, Pencari Ketenangan, dan Orang yang
Tidak Punya Tujuan.

(d) Orang yang tidak punya tujuan (no goal)


Ada saja orang-orang yang tidak tahu tujuan hidupnya.
Jenis orang ini biasanya kebingungan dan merasakan kehampaan
dalam hidupnya. Ada 2 tipe orang yang tidak punya tujuan hidup:

5
 Pencari Tujuan Hidup (Disoriented)
Seorang pencari tujuan hidup adalah orang yang tidak tahu jati
dirinya, apa maunya sesungguhnya, dan apa perannya dalam
masyarakat. Mereka yang masuk dalam tipe ini hidup luntang-
lantung tanpa tujuan. Mereka bingung dan tidak tahu harus
melakukan apa. Dalam keadaan bingung dan hampa seperti itu,
biasanya mereka mencari pelampiasan yang ekstrim untuk
mengisi hidup dari kekosongan. Bahkan seringkali bunuh diri
menjadi penyelesaian atas masalah tujuan hidup mereka.
 Pencapai Tujuan Hidup (Succeed)
Ketika para Pencapai Tujuan Hidup telah mencapai tujuan
hidupnya dan merasa sukses, tak sedikit mereka jatuh dalam
kebingungan dan kehampaan. “Semua sudah saya dapatkan,
sekarang apa lagi yang harus saya perbuat?” Begitulah yang ada
di pikiran mereka. Sebagian dari orang-orang yang telah berhasil
meraih tujuan hidupnya, akan memilih tujuan hidup yang
berbeda dari yang sebelumnya. Namun, ada juga sebagian
lainnya yang tetap bingung dan hampa hingga akhirnya
melakukan pelampiasan yang ekstrim, sampai ada yang bunuh
diri.
Namun, ada pula Tujuan Hidup menurut Al-Quran, yaitu :
Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu
tanpa akibat tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir
dan batin yang menentukan nilai setiap indivisu untuk kehidupan
konkrit nantinya di alam akhirat, dimana kehidupan terpisah antara
yang beriman dan yang kafir untuk selamanya. Dan berlombalah
kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama
dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para
muttaqien. (QS 3/133). Sungguh kami ciptakan manusia itu pada
perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada
kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang beriman dan
beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS 95/4-6).

6
Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan
saja menjelaskan kenapa adanya hidup kini,tetapi juga memberikan arti
hidup serta tujuannya yang harus dicapai oleh setiap diri.Keterangan Al
Qur’an seperti demikian dapat diterima akal sehat dan memang
hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan penjelasan
demikian.
1) Hidup Adalah Ibadah
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah.
Keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah
kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian
ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji
saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.”(QS Adz Dzaariyaat:56)
Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan
Ahmad:
ٍ َ‫هُ إالَّ ِم ْن ثَال‬R ُ‫ َع َع َمل‬R َ‫انُ ا ْنقَط‬R ‫اإلنس‬
‫ث‬ َ َ‫ إ َذا َمات‬:‫ قَا َل‬.‫ص‬. َ ‫أن َرسُول هللا‬ َّ )‫ع َْن أبِى هُ َري َْرة (ر‬:
)‫ح يَ ْدعُولَهُ (رواه ابو داود‬ ٍ ِ‫صال‬َ ‫ اَو َولَ ٍد‬,‫اريَ ٍة اَو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬
َ

“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya,


kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat
sesudahnya atau anak yang shalih yang mendo’akannya”.

2) Hidup Adalah Ujian


Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang
terjemahnya,“(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya,
dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”Allah akan
menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS
Al Baqarah [2]:155-156 sbb,“dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita

7
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa
innaa ilaihi raaji’uun”.”Besarnya pahala sesuai dengan besarnya
ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila
menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa
bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa
murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi).

3) Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di


Dunia.
Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14,“dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).“Yaa Allah, tak ada kehidupan
selain kehidupan akhirat. (HR. Bukhari)QS Adh Dhuha [93]:4,“dan
sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang (permulaan).”

4) Hidup Adalah Sementara


Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman,“Hai
kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan
(sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang
kekal.“Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35,“Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya
kepada Kami-lah kamu dikembalikan.“

Dalam filsafat pendidikan, tujuan hidup manusia adalah :


 Untuk menjadi manusia yang dapat mengabdi kepada sang pencipta.

8
 Mencari kebenaran dan keabsahan yang baik sesuai dengan filsafat dan
ajaran agama.
 Menjadi manusia seutuhnya dan menjadi penata social yang kuat dan
berwibawa sehingga mampu menjalankan visi dalamkehidupan sebagai
manusia utuh.
 Dapat mengelola alam semesta dengan menggunakan akal pikiran yang
telah disesuaikan dengan akal pikiran yang telah dianugerahkan Yang
Maha Kuasa.
Menjadi manusia yang kaya, sehat jasmani dan rohani sehingga terjadi
keseimbangan antara di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan pendidikan
Ada banyak pandangan mengenai tujuan pendidikan, diantaranya :
a. Tujuan Pendidikan dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
 Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.”
 Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.”

b. Tujuan Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003


Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-
Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

9
c. Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain
kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran
itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO
(United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization)
mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun
masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning
to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan
tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

Adapun Tujuan Pendidikan di Negara Indonesia yaitu sebagai


berikut:

1) Tujuan Pendidikan Nasiona

Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi.


Pada tujuan ini digambarkan harapan masyarakat atau negara
tentang ciri-ciri seorang manusia yang dihasilkan proses
pendidikan atau manusia yang terdidik. Adapun yang dimaksud
dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang
hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia dan merupakan
rumusan kualifikasi terbentuknya setiap warga negara yang dicita-
citakan bersama.

Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia


telah beberapa kali mengalami perumusan atau perubahan, dan
rumusan tujuan pendidikan nasional yang terakhir seperti
disebutkan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Tujuan pendidikan
nasional ialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia-manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

10
Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat
memberikan arah yang jelas bagi setiap usaha pendidikan di
Indonesia. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional
tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang
masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras dengan
tujuan nasional. Oleh karena itu, setiap usaha pendidikan di
Indonesia tidak boleh bertentangan dengan tujuan pendidikan
nasional, bahkan harus menopang atau menunjang tercapainya
tujuan tersebut.

2) Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola


perilaku dan pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap
lembaga pendidikan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan
tugas yang harus dipikul oleh setiap lembaga dalam rangka
menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan
tertentu.

Sebagai subsistem pendidikan nasional, tujuan institusional


untuk setiap lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari tujuan
pendidikan nasional. Hal ini disebabkan setiap lembaga
pendidikan ingin menghasilkan lulusan yang akan menunjang
tinggi martabat bangsa dan negaranya, yang bertekad untuk
mempertahankan falsafah Pancasila sebagai dasar Negara, di
samping kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan
kekhususan setiap lembaga.

Dengan demikian, perumusan tujuan institusional


dipengaruhi oleh tiga hal:  Tujuan Pendidikan Nasional,
Kekhususan setiap lembaga dan Tingkat usia peserta didik.
Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai
pengalaman belajar kepada peserta didiknya.

11
3) Tujuan Kurikuler

Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan secara


formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga
pendidikan. Tujuan kurikuler sifatnya lebih khusus jika
dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak boleh
menyimpang dari tujuan institusional. Seperti misalnya, tujuan
kurikulum di sekolah-sekolah ada mata pelajaran
kewarganegaraan yang berbeda dibandingkan dengan SMP.

Tujuan mata pelajaran untuk Kewarganegaraan di sekolah-


sekolah tersebut disebut tujuan kurikuler sesuai dengan kurikulum
pada masing-masing sekolah. Tujuan kurikuler merupakan
penjabaran dari tujuan institusional, yang berarti lebih khusus dari
pada tujuan Institusional.

4) Tujuan Instruksional

Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang hendak


dicapai setelah selesai proses belajar mengajar/program
pengajaran. Tujuan tersebut merupakan penjabaran dari tujuan
kurikuler, yang merupakan perubahan sikap atau tingkah laku
secara jelas. Tujuan Instruksional dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional
Khusus (TIK).

Dalam merumuskan tujuan tujuan instruksional ini,


terlebih-lebih tujuan instruksional khusus harus berorientasi
kepada peserta didik, atau kepada output-oriented. Tujuan
Instruksional akan mempengaruhi pemilihan materi, metode,
strategi, dan lainnya demi mencapai tujuan instruksional yang
telah dirumuskan.

12
Sesuai dengan visi dan misi pendidikan Nasional, maka
tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan system
pendidikan Nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan
peran yang multi dimensional. Secara umum, pendidikan harus
mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota
masyarakat yang sehat dan cerdas dengan: Kepribadian kuat,
religius dan menjunjung tinggi budaya luhur, Kesadaran
demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, Kesadaran moral hokum yang tinggi dan , Kehidupan
yang makmur dan sejahtera.

Tujuan pendidikan dilihat dari jenjang pendidikan, dapat


dijabarkan sebagai berikut.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 11


Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 26 ayat 1
disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar:
a. Kecerdasan
b. Pengetahuan
c. Kepribadian
d. Akhlak mulia
e. Keterampilan untuk hidup mandiri
f. Mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tampaknya pendidikan dasar, yang mencakup SD dan SMP, ini


sudah diorientasikan kepada upaya mendasari hidupnya. Hal ini dapat
dilihat dari butir keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut, disamping bekal-bekal hidup yang lain.
Selanjutnya dalam pasal yang sama, ayat 2, pada PP itu disebutkan
pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan:
a. Kecerdasan
b. Pengetahuan
c. Kepribadian

13
d. Akhlak mulia
e. Keterampilan untuk hidup mandiri
f. Mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah umum atau SMA ini sama dengan
tujuan pendidikan dasar, hanya kalau dalam pendidikan dasar dinyatakan
sebagai peletak dasar, maka dalam pendidikan menengah umum
disebutkan untuk meningkatkan apa yang telah dicapai di pendidikan
dasar.
Pada ayat 3 pasal yang sama dalam UU itu, tujuan pendidikan
menengah Kejuruan bertujuan untuk meningkatkan:
a. Kecerdasan
b. Pengetahuan
c. Kepribadian
d. Akhlak mulia
e. Keterampilan untuk hidup mandiri
f. Mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Yang membedakan tujuan pendidikan menengah kejuruan atau


SMK dengan tujuan pendidikan menengah umum adalah pada butir 6
yaitu mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Pada
butir ini ternyata pemerintah telah memperhitungkan jenis-jenis
keterampilan yang ada di SMK.
Terakhir PP itu yang akan dibahas adalah pasal yang sama ayat 4
tentang tujun pendidikan Tinggi yang mengatakan untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi angota masyarakat yang: Berakhlak mulia,
Memiliki pengetahuan, Terampil, Mandiri Mampu menemukan,
mengembangkan, dan menerapkan ilmu, teknologi, serta seni yang
bermanfaat bagi kemanusiaan.

Tujuan pendidikan tinggi ini sudah komperehensif, sebab sudah


mencakup ranah afeksi, kognisi, dan psikomotor, serta dilengkapi dengan
kemampuan mandiri menjadi ilmuwan.

14
Dapat disimpulkan bahwa Tujuan Pendidikan antara lain : Untuk
mencerdasan kehidupan bangsa dan negara diperlukan pendidikan,
dimana dalam pendidikan harus melibatkan unsure diantaranya adalah
pemerintah, orang tua,dan masyarakat. Jika ketiga unsur ini sudah
bekerja sama, maka Indonesia dapat berjalan dengan baik sebagai unsur
yang diharapkan oleh undang-undang pendidikan di Indonesia.
Menurut Undang No. 20 tahun 2003 tujuan pendidikan di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman bertakwa pada tuhan YME. Berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
2. Agar warga negara menjadi sehat maka pemerintah berusaha
menyediakan fasilitas kesehatan melalui penyuluhan – penyuluhan
kesehatan yang mana masalah ini ditangani oleh Departemen
Kesehatan Indonesia.
3. Agar peserta didik berilmu, cakap, kreatif, mandiri menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

B. Komponen Hidup yang Benar


1. Prinsip Hidup yang Benar
 Seberapa Bahagia Dirimu Akan Tergantung Pada Seberapa
Besar Cintamu ke Diri Sendiri. Mulai dengan mencintai diri sendiri.
Banyak orang sedang mencari kebahagiaan mereka. Tak hanya
itu, masih banyak yang juga sibuk menemukan apa definisi bahagia
buat diri mereka sendiri. Apa bahagia itu berarti punya banyak uang?
Ketemu sama pasangan hidup yang dianggap tepat? Atau, bisa
traveling keliling dunia? Well, definisi bahagia setiap orang itu beda-
beda. Yang pasti, kebahagiaan bisa diraih ketika kita sudah bisa
mencintai diri kita sendiri, apa adanya.
 Intuisi Adalah Amunisi Ketika Hidup Sedang Ada di Luar Logika
Dengarkan kata hati

15
Kadang, apa yang kita lakukan atau keputusan yang kita masih banyak
terpengaruh omongan orang lain. Padahal, setiap manusia yang lahir ke
dunia ini dibekali dengan intuisi yang bisa jadi pegangan dan tuntunan
hidupnya.Percayalah bahwa hal yang baik menurut hati kecil kita akan
membawa kebaikan bagi banyak orang.
 Sampaikanlah Apa yang Benar, Meski Tak Sesuai dengan
Pendapat Kebanyakan Orang
Berani bicara. Orang-orang hebat seperti Plato, Nabi Musa, dan John
Milton bisa sukses karena mereka tak membiarkan diri terintimidasi
oleh cara pikir tradisional. Mereka berani menyampaikan apa yang mereka
pikirkan, sekalipun itu nggak sesuai dengan pemikiran masyarakat pada
umumnya.
 Semakin Kamu Merasa Tak Sempurna, Semakin Kamu Harus Lebih
Percaya Diri.
Kuncinya, percaya diri. Kepercayaan diri rendah itu bukan masalah
mereka yang pemalu aja, lho! Orang-orang genius bahkan punya
masalah sama yang satu ini. Malah, orang yang genius biasanya bisa
lebih dulu menyadari kalau apa yang akan mereka ungkapkan itu
akan sulit diterima orang lain pada umumnya. Nah, hal ini yang
kadang bikin seseorang akhirnya berhenti dan mengurungkan niat
buat speak up! Padahal seperti yang dijabarkan, kuncinya adalah
percaya pada diri kita sendiri.
 Rasa Iri Bukanlah Rasa yang Manusiawi. Kita Seharusnya Tak
Merasakannya.
Jangan punya rasa iri Siapa bilang sifat iri itu manusiawi?
Anggapan ini yang kadang bikin kita maklum, kalau punya rasa iri ke
orang lain itu nggak apa-apa. Apalagi, ditambah embel-embel ‘nggak
apa-apa iri, asal positif’. Menurut Emerson, prinsip ini justru salah.
Jalani hidupmu sendiri, nggak usah peduli sama ‘rumput tetangga
yang selalu lebih hijau’.
 Meniru Orang Lain Adalah Tragedi yang Sekelas Dengan Bunuh Diri

16
Meniru orang lain = bunuh diri.Yup, serem nggak tuh? Setiap manusia itu
terlahir unik dan beda. Jadi, ketika kita masih punya niat meniru orang lain
itu sama aja kayak bunuh diri. Apapun karyamu, usahakan kalau itu
otentik dan nggak meniru siapa-siapa. Pilih mana, punya karya bagus tapi
nyontek atau jelek tapi dari hasil kerja keras kita sendiri?
 Salah Satu Tanda Bahwa Kamu Pintar Adalah Kamu Tak Merasa
Lebih Pintar Dari Orang Lain
 Jangan merasa pintar. Ya ampun, hari gini masih ada yang MERASA
pintar atau bahkan merasa lebih pintar dari orang lain? Kita mungkin
benar-benar pintar ketika orang lain yang menilai dan bukan diri kita
sendiri. Ingat, di atas langit masih ada langit, dan akan seperti itu
seterusnya.
 Yang Paling Buruk Bukanlah Gagal, Namun Tak Tahu
Kemampuanmu Karena Takut Menjajal. Bisa karena mencoba Kita
mungkin termasuk orang yang suka berteori tapi prakteknya nol
besar. Nggak jarang, kita justru menghabiskan waktu buat berpikir,
tapi nggak sedikitpun melangkah. Ketika punya keinginan membuat
sesuatu, jangan banyak mikir tapi segera lakukan. Kalau kemudian
bisa berhasil, itu bagus. Tapi, kalau ternyata gagal, setidaknya kita
pernah mencoba.
 Berhenti Mengeluh Kenapa Orang-Orang Tak Memahamimu,
Karena Setiap Tokoh Besar di Dunia Ini Selalu Sulit Dimengerti.
Stop bilang “Kenapa sih nggak ada yang ngertiin aku?” mulai sekarang ya,
guys! Kenapa? Karena Socrates, Pythagoras, Copernicus, Galileo, sampai
Isaac Newton itu orang-orang yang dulunya nggak pernah bisa dimengerti
lingkungan dan masyarakat sekitar mereka. Setiap orang itu punya pola
pikir unik. Ketika nggak ada orang yang bisa mengerti kamu, berarti kamu
keren! Well, percaya pada diri sendiri itu adalah prinsip hidup. Nasib baik
itu memang benar-benar ada, tapi bukan sengaja disiapkan untukmu, lalu
kamu tinggal ambil. Kebaikan dan keberuntungan akan datang ketika
kamu sudah berjuang keras mendapatkannya. Dengan kata lain, kamu

17
akan bisa melewati betapa sulitnya hidup jika kamu mempertahankan
prinsip-prinsip yang datang dari hati dan pemikiranmu sendiri.
Dapat ditarik kesimpulan, Agar hidup kita bahagia perlu kita miliki
beberapa prinsip hidup:
1. Menempatkan rasa aman dan harapan pada Tuhan.
2. Kita harsu memilki sasaran yang tepat dalam hidup.
3. Kita juga perlu memiliki pola pikir yang benar.

2. Pentingnya Kehidupan Yang Benar Bagi Kehidupan Manusia Dan


Pendidikan
Hidup dengan benar ditandai oleh pemilihan jalan yang benar.
Seseorang yang menjalani kehidupan pribadi dan pekerjaannya
berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi dapat menjadi inspirasi
bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh perilaku terpuji para
tokoh panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan standar
menjalani kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan dalam Amsal
4:18-19, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian
bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu
seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka
tersandung.”
Kita kini hidup di era yang menganut nilai relativisme, suatu masa
di mana berlaku ungkapan, “Tidak ada kemutlakan!” Dalam banyak hal,
garis pemisah antara kebenaran dan kekeliruan telah menjadi kabur, jika
tidak ingin dikatakan terhapus sama sekali. Tetapi, jauh di dalam lubuk
hati, kebanyakan dari kita masih tetap dapat membedakan mana yang
benar dan yang salah – paling tidak dalam beberapa aspek kehidupan.
Misalnya, tidak ada satu pun di antara kita yang rela seseorang
mengambil sesuatu yang menjadi milik kita. Kita tidak suka dibohongi,
dan ketidakjujuran cenderung menghancurkan hubungan di tempat kerja,
di rumah, dalam jalinan persahabatan, dan dalam organisasi
kemasyarakatan. Tak seorangpun dapat menerima apabila kerusakan
mesin mobil dijadikan alasan pengalih kecerobohan pengemudi mabuk

18
yang mengakibatkan seseorang cedera atau meninggal dunia. Kita sepakat
memandang sebagai hal yang tercela, bila seorang eksekutif menjual
rahasia perusahaan demi keuntungan pribadi. Atlet yang “bermain sabun”
merekayasa skor pertandingan juga dikategorikan melakukan tindakan
yang salah. Dan masih banyak hal salah lainnya yang dapat kita sebutkan.
Mungkin tidak semua orang sependapat dalam setiap kasus, namun
tampaknya kita semua mempunyai perasaan naluriah mengenai cara yang
benar menjalani hidup – apa yang oleh Alkitab disebut sebagai,
“kebenaran”.
Memandang perasaan tersebut secara positif, menyebabkan
kebanyakan dari kita sependapat bahwa menolong seseorang yang sedang
menghadapi masalah kesehatan, keuangan atau masalah-masalah lain
adalah hal yang “benar”. Jika kita melihat seseorang sedang berada dalam
ancaman serangan secara fisik, adalah tindakan tepat jika kita menolong
orang tersebut. Demikian juga, kebajikan dan kasih, serta kalimat
penghiburan dan dukungan, kita anggap sebagai hal yang “benar” dan
dibutuhkan.
selalu dapat dengan mudah dibedakan. Lalu bagaimana kita
merumuskan apa yang diperlukan untuk membangun suatu “hidup yang
benar” manakala hal yang awalnya terpisah secara jelas dalam pola hitam-
putih bergeser menjadi daerah “abu-abu” yang meragukan? Kitab Amsal
memang tidak secara eksplisit memberikan panduan rinci menghadapi
setiap kondisi, namun Kitab ini menyediakan prinsip dan panduan yang
sangat membantu, yaitu:
 Hidup dengan benar ditandai oleh pemilihan jalan yang benar.
Seseorang yang menjalani kehidupan pribadi dan pekerjaannya
berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi dapat menjadi
inspirasi bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh perilaku
terpuji para tokoh panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan
standar menjalani kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan dalam
Amsal 4:18-19, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang
kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik

19
itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan
mereka tersandung.”
 Hidup dengan benar berarti setia berada pada jalan yang benar. Mereka
yang sudah memutuskan untuk melakukan apa yang benar tidak terusik
oleh hal-hal sepele atau menyimpang karena memilih jalan alternatif
yang tampaknya lebih menggiurkan. Komitmen untuk hidup dengan
benar menyebabkan mereka tetap berjalan di jalan yang sempit, dan
tidak memilih jalan yang lebih menarik atau menguntungkan.
Sebagaimana dicatat dalam Amsal 4:26-27, “Tempuhlah jalan yang
rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke
kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”
 Hidup dengan benar membuahkan imbalan. Meski imbalan yang
diterima tidak selalu merupakan hasil hubungan sebab-akibat – yaitu
kita menerima imbalan yang baik sebagai hasil melakukan sesuatu
yang benar – sering juga imbalan dari menjalankan hidup yang benar
kita terima dalam wujud yang kelihatan. Di samping imbalan nyata,
kita juga berkesempatan mengenyam perasaan bebas dari rasa
bersalah, kepuasan karena pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik,
dan rasa hormat dari rekan sekerja sebagai “imbalan”. Hal ini ditulis
dalam Amsal 21:21, “Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan
memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan”.
 Hidup dengan benar tidak dibangun di atas dasar perasaan. Ungkapan
masa kini berbunyi, “Jika Anda rasa baik, lakukan saja.” Emosi, tidak
selalu dapat diandalkan. Emosi tak jarang memberi arahan yang keliru.
Amarah dapat menyebabkan kita menyerang seseorang, dan itu bukan
hal yang benar. Mungkin perasaan bahwa besar gaji yang kita terima
tidak memadai itu benar, tetapi tidak berarti kita diperkenankan
mencuri uang perusahaan. Amsal 16:25 mengingatkan: “Ada jalan
yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam filsafat pendidikan, tujuan hidup manusia antara lain, Untuk
menjadi manusia yang dapat mengabdi kepada sang pencipta, Mencari
kebenaran dan keabsahan yang baik sesuai dengan filsafat dan ajaran agama,
Menjadi manusia seutuhnya dan menjadi penata social yang kuat dan
berwibawa sehingga mampu menjalankan visi dalamkehidupan sebagai
manusia utuh, Dapat mengelola alam semesta dengan menggunakan akal
pikiran yang telah disesuaikan dengan akal pikiran yang telah dianugerahkan
Yang Maha Kuasa, Menjadi manusia yang kaya, sehat jasmani dan rohani
sehingga terjadi keseimbangan antara di dunia dan di akhirat.
Dalam filsafat pendidikan, tujuan pendidikan antara lain, Untuk
mencerdasan kehidupan bangsa dan negara diperlukan pendidikan, dimana
dalam pendidikan harus melibatkan unsure diantaranya adalah pemerintah,
orang tua,dan masyarakat. Jika ketiga unsur ini sudah bekerja sama, maka
Indonesia dapat berjalan dengan baik sebagai unsur yang diharapkan oleh
undang-undang pendidikan di Indonesia.
Agar hidup kita bahagia perlu kita miliki beberapa prinsip hidup:
1. Menempatkan rasa aman dan harapan pada Tuhan.
2. Kita harsu memilki sasaran yang tepat dalam hidup.
3. Kita juga perlu memiliki pola pikir yang benar.
Dalam filsafat pendidikan, hidup dengan benar ditandai oleh pemilihan
jalan yang benar. Seseorang yang menjalani kehidupan pribadi dan
pekerjaannya berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi dapat menjadi
inspirasi bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh perilaku terpuji para
tokoh panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan standar menjalani
kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan dalam Amsal 4:18-19, “Tetapi
jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai
rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu
apa yang menyebabkan mereka tersandung.”

21
B. Saran
Sebagai mahasiswa kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan
tujuan hidup dan tujuan pendidikan pada kajian dalam filsafat pendidikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Akinpelu, J.A. 1988 An Introduction to philosophy. London and basingstojke.

Al-syaibany omar muhammad al-toumi, 1979. Falsafah pendidikan islam.


Jakarta:bulan Bintang

Barnadib, imam. 1996. filsafat pendidikan. Yogyakarta : aditya karya nusa.

Filsafat Pendidikan. http://van88.wordpress.com 21 Maret 2020

Priajun. Aning. Filsafat Pendidikan. http://academia.edu. 21 Maret 2020.

23

Anda mungkin juga menyukai