Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nofita Rahmi

Nim :19022214

TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF


Belajar adalah usaha mengaitkan pengetahuan baru ke dalam struktur berfikir yang sudah
dimiliki individu, sehingga membentuk struktur kognitif baru yang lebih mantap sebagai hasil
belajar. Teori kognitif juga beranggapan bahwa, tingkah laku seseorang selalu didasarkan
pada kognisi, yaitu suatu perbuatan atau tingkahlaku individu ditentukan oleh persepsi atau
pemahamannya tentang diri dan situasi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam teori kognitif, belajar pada prinsipnya adalah perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat dilihat sebagai perubahan tingkah laku yang kongkrit.
Di sisi lain, teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa, belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Belajar menurut teori kognitif adalah suatu proses
atau usaha yang belajar menurut teori kognitif adalah suatu proses atau usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang bersifat relatif
dan berbekas. Misalnya, seseorang mengamati sesuatu ketika dalam perjalanan. Dalam
pengamatan tersebut terjadi aktifitas mental.
Kemudian ia menceritakan pengalaman tersebut kepada temannya. Ketika dia menceritakan
pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak dapat menghadirkan objek-objek yang
pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek
itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Maka dengan demikian, telah terjadi proses belajar,
dan terjadi perubahan terutama terhadap pengetahuan dan pemahaman. Jika pengetahuan dan
pemahaman tersebut mengakibatkan perubahan sikap, maka telah terjadi perubahan sikap,
dan seterusnya.
Teori Kognitif menurut Jean Pieget
Jean Piaget mengemukakan bahwa proses belajar akan terjadi apabila ada aktivitas individu
berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Melalui pertukaran ide-ide
dengan orang lain, individu yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu
yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget:
 Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Individu memahami sesuatu atau tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoris, (seperti melihat, dan mendengar) dan dengan
tindakan-tindakan motorik fisik.
 Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Individu mulai melukiskan dunia melalui tingkah laku dan kata-kata. Individu mulai
memiliki kecakapan motorik untuk melakukan sesuatu dari apa yang dilihat dan
didengar, tetapi belum mampu memahami secara mental (makna ) terhadap apa yang
dilakuaknnya tersebut.
 Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun)
Individu mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat konkret.
Individu sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
 Tahap operasional formal (11 tahun ke atas) Individu mulai memasuki dunia
“kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau individu mengalami perkembangan
penalaran abstrak.
Menurut Peaget, ada tiga proses yang mendasari perkembangan individu yaitu asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data atau informasi baru dengan
struktur kognitif yang ada, akomodasi ialah penyesuaian struktur kognitif yang sudah ada
dengan situasi baru, dan ekuilibrasi ialah penyesuaian secara seimbang, terus-menerus yang
dilakukan antara asimilasi dan akomodasi.
Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
 Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri
 Individualisasi dalam pembelajaran
Teori Belajar J. S Bruner ( Belajar Penemuan)
Teori kognisi J. S Bruner menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa yang
telah dialami dan dipelajari, sehingga individu mampu menemukan dan mengembangkan
sendiri konsep, teori-teori dan prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam
kehidupannya. Untuk meningkatkan proses belajar, menurut Bruner diperlukan lingkungan
yang dinamakan “discovery learnig envoirment” atau lingkungan yang mendukung individu
untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan baru.
Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model pembelajaran atau
belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner. Menurut Bruner, belajar bermakna hanya
dapat terjadi melalui belajar penemuan yang terjadi dalam proses belajar. Guru harus
menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan
pertanyaanpertanyaan, mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.
Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa
bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri dan melakukan eksperiman.
Salah satu model belajar penemuan yang diterapkan di Indonesia adalah konsep yang kita
kenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif atau CBSA. Dengan cara seperti ini, pengetahuan
yang diperoleh oleh individu lebih bermakna baginya, lebih mudah diingat dan lebih mudah
digunakan dalam pemecahan masalah. Dasar pemikiran teori ini memandang bahwa manusia
sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.52 Bruner menyatakan, belajar merupakan
suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar
informasi yang diberikan kepada dirinya.
Prinsip-Prinsip Belajar Menurut J.S Bruner
 Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, disebut masa pra sekolah. Pada taraf
ini individu belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan
motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Pada taraf ini kemungkinan untuk
menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas.
 Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam
menghadapi suatu masalah individu hanya dapat memecahkan masalah yang
langsung dihadapinya secara nyata. Tahap ini disebut juga dengan tahap ikonik,
seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau
visualisasi verbal.
 Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan
kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung
dihadapinya sebelumnya. Tahap ini disebut juga dengan tahap simbolik, seseorang
telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika dan
sebagainya.
Tahap-tahap dalam Proses Pembelajaran
Menurut Bruner, belajar pada dasarnya merupakan proses kognitif yang terjadi dalam
diri seseorang. Ada 3 proses kognitif
dalam belajar, yaitu:
a) Proses pemerolehan informasi baru.
b) Proses mentransformasikan informasi yang diterima.
c) Menguji atau mengevaluasi relevansi dan ketepatan
pengetahuan.
Implikasi Teori Belajar Jerome Bruner
 Partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan
 Guru sebagai tutor, fasilisator, motivator, dan evaluator.
 Guru harus memperhatikan tiga cara penyajian yaitu cara melakukan aktivitas,
cara dengan gambar atau visualisasi, dan cara simbolik.
 Guru sebagai pembimbing bila siswa melakukan masalah di lab.
 Penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip dasar
bidang studi, dan kemampuan menerapkan prinsip itu dalam situasi baru.
Belajar Bermakna dari Ausubel
David Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya mengembangkan
potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar
verbal yang dikenal dengan expository learning. Pandangan Ausubel tentang belajar ini
sangat bertentangan dengan ahli psikologi kognitif lainnya, yaitu Bruner dan Piaget.
Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan,
bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa
akan diterima oleh siswa. Dapat juga konsep ini ditemukan sendiri oleh siswa. Suatu konsep
mempunyai arti bila sama dengan ide yang telah dimiliki, yang ada dalam struktur
kognitifnya. Agar konsep¬konsep yang diajarkan berarti, harus ada sesuatu di dalam
kesadaran siswa yang bisa disamakan. Sesuatu itu adalah "struktur kognitif'.
Klasifikasi Belajar dalam Dimensi
a. Dimensi – 1 Tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.
Dimensi ini meliputi belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam
bentuk final dan belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan
sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.
b. Dimensi – 2 tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan dengan
struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Jika siswa dapat menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada
pengetahuan yang telah dimilikinya maka dikatakan terjadi belajar bermakna.
Tetapi jika siswa menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada
konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya maka dikatakan terjadi belajar
hafalan.
Klasifikasi Belajar berdasarkan cara siswa menerima pelajaran
a. Belajar Bermakna (Meaningfull Learning)
Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik
disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga
peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognifitif
yang dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfe
belajarnya mudah dicapai. Struktur kognitif dapat berupa fakta-fakta, konsep-
konsep maupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami
sebelumnya oleh siswa.
b. Belajar Menghafal (Rote Learning)
Bila struktur kognitif  yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka
informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini
perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang
sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.
Klasifikasi belajar berdasarkan cara menyajikan materi
a. Penerimaan
1) Belajar menerima yang bermakna
Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta
didik dalam bentuk final/ akhir, peserta didik kemudian menghubungkan
pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya
peserta didik akan mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar
mempersiapkan bahan- bahan yang akan diberikan yang susunannya diatur
sedemikian rupa sehingga materi persamaan  kuadrat tersebut dengan mudah
tertanam kedalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik.
Karena pengertian persamaan lebih inklusif dari pada persamaan kuadrat,
materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.
2) Belajar menerima yang tidak bermakna
Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk
final. Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya. Bahan yang disajikan
tadi tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.
b. Penemuan
1) Belajar dengan penemuan yang bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik.
Peserta didik itu kemudian menghubungkan pngetahuan yang baru itu dengan
struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik diminta menemukan
sifat- sifat suatu bujur sangkar. Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah
dimiliki, seperti sifat-sifat persegi panjang, peserta didik dapat menemukan
sendiri sifat- sifat bujur sangkar tersebut.
2) Belajar dengan penemuan tidak bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik,
kemudian ia menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat- sifat
bujur sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat- sifat geometri yang berkaitan
dengan segiempat dengan sifat- siafatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka.
Dengan alat- alat ini diketemukan sifat- sifat bujur sangkar dan kemudian
dihafalkan.
Prasyarat Belajar Bermakna
 Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian dengan intensi
peserta didik.
 Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif
peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara
bermakna.
 Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
peserta didik.
Prinsip dalam teori belajar Ausubel
 Advance Organizer
Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan
mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru.
 Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan konsep dari umum
ke khusus. Dengan strategi ini guru mengajarkan konsep mulai dari konsep yang
paling inklusif, kemudian kurang inklusif dan selanjutnya hal-hal yang khusus seperti
contoh contoh setiap konsep.
 Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas.

Belajar menurut Gestal


Menurut teori Gestalt belajar adalah proses pengembangan yang didasarkan pada
pemahaman atau insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam
suatu situasi permasalahan. Teori Gestalt menganggap bahwa insight adalah inti dari
pembentukan tingkah laku.90 Teori belajar Gestart pada dasarnya sebagai usaha untuk
memperbaiki proses belajar dengan rote learning dengan pengertian bukan menghapal.
Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu
mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi
hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan
pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan. Belajar dengan
insight adalah sebagai berikut :
a) Insight tergantungg dari kemampuan dasar;
b) Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan;
c) Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa sehingga
segala aspek yang perlu dapat diamati;
d) Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari
langit
e) Belajar dengan insight dapat diulangi;
f) Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi
situasi-situasi baru.
Menurut teori Gestalt adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh individu tersebut. Ada
bebepara prinsip dalam belajar menurut teori Gestal :
 Tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pemahaman
 Belajar dimulai dari keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan, baru menuju
ke bagian-bagian. Keseluruhan. memberikan makna kepada bagian-bagian.
 Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan.
 Individu belajar dengan menggunakan pemahaman.
Oleh karena itu, agar siswa mudah mendapatkan pengalaman baru, maka siswa harus
dipancing dengan pengalamanpengalaman yang ada. Individu memahami sesuatu dengan
cara mengatur dan menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak dan
berserakan menjadi satu struktur yang memiliki makna dan dapat dipahami olehnya.
Implikasi Teori Gestal dalam Pembelajaran
 Perilaku bertujuan. Belajar harus terarah pada tujuan.
 Pembelajaran akan bermakna apabila siswa mampu memahami secara totalitas
terhadap objek yang dipelajari, memiliki kemampuan mengenal dan memahami
unsur-unsur, mampu memahami keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek.

Daftar Pustaka
Sutarto.2017. Teori Kognitif Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran.Jurnal Islamic
Counseling.Vol 1(2). Hal: 1-26
Winaputra, S Udin dkk.2008.Teori Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta : Universitas Terbuka
Wati, Widya. Makalah Strategi Pembelajaran Teori Belajar Dan Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai