Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH

DAERAH, PEMAHAMAN AKUNTANSI, DAN KETAATAN PADA


PERATURAN PERUNDANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Pekanbaru)

Oleh :
Khodri Zulharman
Pembimbing : Zulbahridar dan Hariadi

Faculty Of Economics, Riau University, Pekanbaru, Indonesia


Email : khodrizulharman@yahoo.com

The Influence Of Implementation Local Government Accounting System, The


Understanding Of Accounting, The Adherence Of The Law Regulation
On The Performance Accountability Of Goverment Institution
(Studies on Pekanbaru Regency Government)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of implementation local


government accounting system, the understanding of accounting, and the
adherence of the law regulation on the performance accountability of goverment
institution. Population and sample in this study was SKPD the city of Pekanbaru.
Collecting data using primary data collection, the questionnaires by using sensus
technique. This study used multiple linier regression analysis techniques. The
results of this study were : 1). Implementation of local government accounting
system positive effect on the performance accountability goverment institution. 2).
Understanding of accounting has a positive effect on the performance
accountability goverment institution. 3). The adherence of the law regulation
positive effect on the performance accountability goverment institution.

Keyword : performance accountability, accounting system, the adherence, and


the law regulation. daerah adalah perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk
PENDAHULUAN mempertanggungjawabkan
pelaksanaan misi organisasi dalam
Konsep akuntabilitas di mencapai tujuan dan sasaran yang
Indonesia bukanlah hal yang baru. telah ditetapkan melalui alat
Hampir seluruh instansi dan pertanggungjawaban secara periodik.
lembagalembaga pemerintah Dalam konteks ini sasaran
menekankan konsep akuntabilitas ini, pengukuran adalah keuangan dan
khususnya dalam menjalankan fungsi nonkeuangan (BPKP, 2002 ).
administratif kepemerintahan. Akuntanbilitas publik sesuai dengan
Akuntabilitas kinerja pemerintah karakteristik tata kelola

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 1


pemerintahan yang baik berkenaan Presiden selaku kepala pemerintahan.
dengan (1) partisipasi; (2) aturan Laporan tersebut menggambarkan
hukum; (3) transparansi; (4) kinerja instansi pemerintah yang
responsif; (5) orientasi konsensus; bersangkutan melalui Laporan
( 6) keadilan; (7) efektif dan efisien; Akuntabilitas Kinerja Instansi
dan (8) visi strategis (Mardiasmo, Pemerintah (LAKIP) yang merupakan
2002; UNDP dalam LAN, 2000). instrumen yang digunakan instansi
Perkembangan penyelenggaraan pemerintah dalam memenuhi
negara di Indonesia memperlihatkan kewajiban untuk mempertanggung
upaya sungguhsungguh untuk jawabkan keberhasilan dan kegagalan
menghasilkan suatu pemerintahan pelaksanaan organisasi.
yang berorientasi pada pemenuhan LHP atas LKPD Kota
amanah dari seluruh masyarakat. Pekanbaru TA 2013 dikemas dalam
Undang-undang Nomor tiga buku. Buku I adalah LHP yang
28 Tahun 1998 tentang memuat Laporan Keuangan
Penyelenggaraan Negara yang Bersih Pemerintah Kota Pekanbaru dan
dan Bebas KKN menguraikan opini atas Laporan Keuangan
mengenai azas akuntabilitas dalam tersebut. Buku II, memuat LHP atas
penyelenggaraan negara dan Sistem Pengendalian Intern dan
pengelolaan pemerintahan. Hal ini Buku III adalah LHP atas Kepatuhan
mengisyaratkan bahwa untuk Terhadap Peraturan Perundangan.
mewujudkan suatu tata kelola Badan Pemeriksa Keuangan
pemerintahan yang baik, pemerintah Republik Indonesia (BPK RI)
harus serius dalam memberikan kembali memberikan opini Wajar
pelayanan yang baik dan bebas dari Dengan Pengecualian (WDP) atas
segala tindak kecurangan. LKPD Kota Pekanbaru TA 2013.
Pemerintah telah menerbitkan Opini ini sama dengan opini yang
instruksi Presiden Republik Indonesia diberikan BPK RI atas LKPD Kota
(Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pekanbaru pada tahun – tahun
akuntabilitas kinerja instansi sebelumnya. Menurut pendapat
pemerintah. Inpres tersebut BPK, kecuali untuk dampak atas
mewajibkan setiap instansi penyajian saldo piutang retribusi,
pemerintah sebagai unsur saldo investasi permanen, dan saldo
penyelenggara pemerintahan negara aset tetap, dalam semua hal yang
untuk mempertanggungjawabkan material, untuk posisi keuangan
pelaksanaan tugas pokok dan Pemerintah Kota Pekanbaru per 31
fungsinya serta kewenangan Desember 2013, dan realisasi
pengelolaan sumber daya dengan anggaran, serta arus kas untuk tahun
didasarkan suatu perencanaan strategi yang berakhir pada tanggal-tanggal
yang ditetapkan oleh masing-masing tersebut laporan keuangan telah
instansi. Pertanggungjawaban menyajikan secara wajar sesuai
dimaksud berupa laporan yang dengan Standar Akuntansi
disampaikan kepada atasan Pemerintahan.
masingmasing, lembaga pengawasan Opini WDP yang diberikan oleh
dan penilai akuntabilitas, dan BPK pada kebijakan pemerintah
akhirnya disampaikan kepada daerah sebagai berikut. (1) Piutang
Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 2
retribusi. penyajian piutang retribusi kinerja instansi pemerintah ? 3)
dalam laporan posisi keuangan per Apakah ketaatan pada peraturan
31 perundangan berpengaruh terhadap
Desember 2013, diantaranya akuntabilitas kinerja instansi
merupakan piutang retribusi izin pemerintah?
mendirikan bangunan (IMB) pada Adapaun tujuan yang ingin dicapai
Dinas Tata Ruang dan Bangunan dalam skripsi ini adalah : 1)
(DTRB). Sebagian nilai piutang Untuk mengetahui pengaruh
retribusi IMB tersebut tidak penerapan sistem akuntansi terhadap
didasarkan kepada akuntabilitas kinerja instansi
pengawasan/pemeriksaan fisik, tidak pemerintah. 2) Untuk mengetahui
didukung dengan bukti yang pengaruh pemahaman akuntansi
memadai dalam perhitungan dan terhadap akuntabilitas kinerja
penetepan. Catatan dan data yang instansi pemerintah. 3) Untuk
tersedia tidak memungkinkan BPK mengetahui pengaruh ketaatan pada
untuk melaksanakan prosedur peraturan perundangan terhadap
pemeriksaan yang memadai untuk akuntabilitas kinerja instansi
memperoleh keyakinan atas nilai pemerintah. 4)Untuk mengetahui
Piutang Retribusi IMB per 31 pengaruh peraturan perundangan
Desember 2013 tersebut; (2) terhadap akuntabilitas kinerja
Investasi permanen. penyajian instansi pemerintah.
investasi permanen dalam laporan
posisi keuanganper 31 Desember TELAAH PUSTAKA
2013 merupakan penyertaan modal
pada enam BUMD yang belum Akuntabilitas Kinerja
ditetapkan dengan peraturan daerah; Instansi Pemerintah
(3) Aset tetap. Penyajian sebagian Kinerja (performance) adalah
nilai aset tetap dalam Laporan posisi gambaran mengenai tingkat
keuangan per 31 Desember 2013 pencapaian pelaksanaan suatu
tidak didukung dengan dokumen kegiatan / program / kebijakan
sumber yang memadai tentang dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
rincian aset tetap berdasarkan misi dan visi organisasi yang
klasifikasi dan nilai perolehan. tertuang dalam rencana strategis
Catatan dan data yang tersedia tidak suatu organisasi. Istilah kinerja
memungkingkan BPK untuk sering digunakan untuk menyebut
melaksanakan prosedur pemeriksaan prestasi atau tingkat keberhasilan
yang memadai untuk memperoleh individu maupun kelompok individu.
keyakinan atas nilai Aset Tetap per Kinerja bias diketahui hanya jika
31 Desember tersebut. individu atau kelompok indvidu
Rumusan masalah pada skripsi ini tersebut mempunyaikriteria
adalah : 1) Apakah penerapan sistem keberhasilan yang telah ditetapkan.
akuntansi pemerintah daerah Menurut Halim (2005:49), di dalam
berpengaruh terhadap akuntabilitas bukunya yang berjudul Akuntansi
kinerja instansi pemerintah ? 2) Sektor Publik: Akuntansi Keuangan
Apakah pemahaman akuntansi Daerah, menjelaskan bahwa
berpengaruh terhadap akuntabilitas
Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 3
pengukuran kinerja pemerintah Sistem akuntansi pemerintah
merupakan hal yang sangat penting, daerah merupakan bagian dari
karena pengukuran kinerja instansi pengelolaan keuangan daerah secara
pemerintah dimaksudkan keseluruhan. Adanya UU Nomor 32
meningkatkan akuntabilitas, Tahun 2004 tentang Pemerintahan
transparansi, pengelolaan organisasi Daerah dan UU Nomor 33 Tahun
dan peningkatan pelayanan kepada 2004 tentang Perimbangan Keuangan
masyarakat luas. antara pemerintah pusat dan
Terselenggaranya tata kelola pemerintah daerah memberikan
pemerintahan yang baik merupakan kewenangan yang cukup besar bagi
prasyarat bagi setiap pemerintahan daerah untuk mengelola sumber daya
untuk mewujudkan aspirasi yang dimilikinya. Akan tetapi selain
masyarakat dan mencapai tujuan serta mempunyai kewenangan, pemerintah
cita-cita suatu bangsa. Pengembangan daerah juga mempunyai kewajiban
dan penerapan sistem untuk melaporkan dan
pertanggungjawaban yang tepat, jelas, mempertanggungjawabkan
terukur dan sah, sehingga pengelolaan sumber dayanya
penyelenggaraan pemerintahan dan tersebut. Hal ini sesusai dengan
pembangunan dapat berlangsung Instruksi Presiden No. 17 Tahun
secara berdaya guna, bersih dan 1999 tentang akuntabilitas kinerja
bertanggungjawab serta bebas dari instansi pemerintah. Sistem
korupsi, kolusi dan nepotisme. Akuntansi Pemerintah Daerah
berdasarkan Permendagri No 13
Penerapan Sistem Akuntansi tahun 2006 yakni: “Sistem
Pemerintah Daerah Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem adalah suatu cara tertentu dan (SAPD) adalah serangkaian
bersifat repetitif untuk melaksanakan prosedur mulai dari proses
suatu atau sekelompok aktivitas. pengumpulan data, pencatatan,
Sistem memiliki karakteristik berupa penggolongan dan peringakasan,
rangkaian langkah-langkah yang atau transaksi dan/atau kejadian
berirama, terkoordinasi dan berulang keuangan serta pelaporan keuangan
yang dimaksud untuk mencapai suatu dalam rangka pertanggungjawaban
tujuan tertentu (Anthony, 2005). pelaksanaan APBD yang dapat
Akuntansi merupakan suatu sistem. dilakukan secara manual atau
Sistem adalah suatu kesatuan yang menggunakan aplikasi computer .
terdiri atas subsistem-subsistem atau Dengan adanya
kesatuan yang lebih kecil, yang UndangUndang Nomor 32 Tahun
berhubungan satu sama lain dan 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mempunyai tujuan tertentu. Suatu dan UU Nomor 33 Tahun 2004
sistem mengolah input (masukan) tentang Perimbangan Keuangan
menjadi output (keluaran). Input antara Pemerintah Pusat dan
sistem akuntansi adalah bukti-bukti Pemerintah daerah memberikan
transaksi dalam bentuk dokumen atau kewenangan yang cukup besar bagi
formulir. Outputnya adalah laporan daerah untuk mengelola sumber
keuangan. daya yang dimilikinya. Hal ini
menjadi tanggung jawab dari
Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 4
pemerintah daerah itu sendiri untuk Ketaatan Pada Peraturan
selalu meninjau dan melaporkan Perundangan
pengelolaan sumber daya. Paket Undang-undang bidang
keuangan negara merupakan suatu
Pemahaman Akuntansi Tidak ada paradigma baru regulasi akuntansi
definisi yang cukup umum untuk sektor publik Indonesia, diantaranya
dapat menjelaskan apa sebenarnya PP No. 24 tahun 2005 tentang standar
akuntansi itu. Oleh karena itu akuntansi pemerintahan dan inpres
banyak definisi yang diajukan oleh No. 7 Tahun 1999 tentang
para ahli atau buku teks tentang akuntabilitas kinerja instansi
pengertian akuntansi. American pemerintah. Peraturan yang mengatur
Accounting Association dalam keuangan daerah adalah peraturan
Sumarso S.R (1999) mendefini sikan pemerintah No. 58 tahun 2005
akuntansi sebagai proses tentang pengelolaan dan pertanggung
mengidentifikasikan, mengukur dan jawaban keuangan daerah, peraturan
melaporkan informasi ekonomi, ini terdiri dari 18 bab dan 154 pasal.
untuk memungkinkan adanya Peraturan tersebut mengacu pada
penilaian dan keputusan yang jelas peraturan yang ditetapkan
dan tegas bagi mereka yang sebelumnya terutama UU No. 32
menggunakan informasi tersebut. tentang pemerintah daerah dan UU
Menurut Suwardjono (2005), dalam nomor 33 tentang perimbangan
bukunya yang berjudul Teori keuangan antara pemerintah pusat
Akuntansi , menjelaskan bahwa dan pemerintah daerah. Pasal 32
pengetahuan akuntansi dapat mengamanatkan bentuk dan isi
dipandang dari dua sisi pengertian laporan keuangan APBD disusun dan
yaitu sebagai pengetahuan profesi disajikan sesuai dengan standar
(keahlian) yang dipraktekkan di akuntansi pemerintah (SAP) yang
dunia nyata dan sekaligus sebagai ditetapkan dengan peraturan
suatu disiplin pengetahuan yang pemerintah yaitu Permendagri No. 13
diajarkan di perguruan tinggi. Tahun 2006 tentang sistem akuntansi
Standar Akuntansi Pemerintah keuangan daerah.
(SAP) adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam Hipotesis Penelitian
menyusun dan menyajikan laporan Adapun yang menjadi
keuangan pemerintah. Standar hipotesis dalam skripsis ini adalah:
Akuntansi Pemerintahan tersebut H1: Penerapan Sistem Akuntansi
dibutuhkan dalam rangka penyusunan Pemerintah Daerah
laporan pertanggungjawaban berpengaruh positif terhadap
pelaksanaan APBN/ APBD berupa Akuntabilitas kinerja instansi
laporan keuangan yang pemerintah.
setidaktidaknya meliputi Laporan H2: Pemahaman Akuntansi
Realisasi Anggaran, Laporan posisi berpengaruh positif terhadap
keuangan, Laporan Arus Kas dan Akuntabilitas kinerja.
Catatan atas Laporan Keuangan. H3: Ketaatan peraturan perundangan
berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas kinerja.
Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 5
Variabel Dependen
METODE PENELITIAN Variabel dependen dalam skripsi ini
Penulis mengambil lokasi adalah Akuntabilitas Kinerja Instansi
penelitian pada seluruh Instansi Pemerintah. Akuntabilitas Kinerja
wajib Instansi Pemerintah adalah gambaran
LAKIP pada Pemerintah Kota mengenai tingkat pencapaian
Pekanbaru di Provinsi Riau. pelaksanaankegiatan / program /
Populasi dalam penelitian ini adalah kebijakan dalam mewujudkan
pejabat setingkat eselon II, III dan sasaran, tujuan, misi dan visi
IV yang terdiri dari kepala SKPD , organisasi yang tertuang dalam
kepala bagian keuangan dan staf perumusan perencanaan strategis
bagian keuangan pemerintah kota suatu organisasi. Variabel ini diukur
Pekanbaru. Satuan Kerja Perangkat dengan menggunakan skala likert
Daerah (SKPD) dapat didefinisikan yang dengan 5 (lima) poin yang
sebagai pelaksana fungsi eksekutif berkaitan dengan lima pilihan, yaitu:
yang harus berkoordinasi agar 1) Sangat Tidak Stuju, 2) Tidak
penyelenggaraan pemerintah Setuju, 3) Ragu, 4) Setuju, dan 5)
berjalan dengan baik. Sangat Setuju.
Sampel adalah sebagian dari
populasi itu (Sugiyono, 2010: 116). Variabel Independen
Sampel merupakan sebagian dari Penelitian ini menggunakan
jumlah dan karakteristik yang tiga variabel independen yaitu:
dimiliki oleh populasi yang diteliti a.Penerapan Sistem Akuntansi
(Sugiyono : 2012). Sampel yang Pemerintah Daerah (SAPD)
dipilih dari populasi dianggap Variabel SAPD diukur dengan
mewakili keberadaan populasi. pertanyaan yang sebelumnya sudah
Sampel yang digunakan dalam digunakan Suriati (2012) dengan 3
penelitian ini adalah pejabat indikator yaitu pencatatan,
setingkat eselon II, III dan IV penggolongan, dan pelaporan.
SKPD Kota Pekanbaru. Peneliti Kuesioner yang digunakan untuk
mengasumsikan setiap SKPD mengukur variabel independen
menyerahkan 3 kuisioner, dengan adalah kuesioenr yang
adanya jumlah SKPD yang tertera di dikembangkan dari peneliti –
populasi sebanyak 30 SKPD, maka peneliti sebelumnya yang
yang akan ditelti sebanyak 90 orang. berhubungan dengan variabel ini.
Dalam skripsi ini, metode Variabel ini diukur dengan
pengumpulan data yang dilakukan menggunakan skala likert yang
adalah data primer berupa kuesioner. dengan 5 (lima) poin yang berkaitan
Kuesioner adalah satu set pertanyaan dengan lima pilihan.
yang telah dirumuskan untuk b. Pemahaman Akuntasi
mencatat jawaban dari para Variabel ini mengukur sejauh mana
responden (Sekaran, 2006). pihak pemerintah daerah Kota
Pekanbaru mampu
Variabel Penenelitian dan mengkoordinasikan dan menerapkan
Pengukurannya standar akuntansi pemerintah dalam

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 6


pembuatan laporan keuangan Hasil survei kuesioner yang dilakukan
sehingga meningkatkan kualitas dalam penelitian ini menunjukkan
laporan keuangan. dari 90 kuesioner yang disebarkan
Variabel Pemahaman kepada 90 respoden, didapat
Akuntansi diukur dengan dengan sebanyak 90 kuesioner yang
pertanyaan yang sebelumnya sudah memenuhi karakteristik data
digunakan Famela (2009) dengan penelitian.
indikator yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Karakteristik Responden Penelitian
Standar Akuntansi Pemerintah. Tabel 1
Variabel ini diukur dengan Demografi Responden
menggunakan skala likert. Keterangan Jumlah Persentase
c. Ketaatan pada Peraturan Jenis Kelamin :
- Laki - laki
Perundangan - Perempuan
48 53,3%
42 46,7%
Ketaatan peraturan perundangan Pendidikan :
mengacu dalam penyusunan laporan - SMA 2 2,2%
keuangan, pemerintah harus - Diploma 5 5,6%
memenuhi persyaratan minimum - S1 56 62,2%
- S2
yang ditentukan dalam standar 27 30,0%
Umur :
akuntansi pemerintahan. Sistem - 20 - 30 5 5,6%
hukum yang berlaku di suatu Negara tahun 10 11,1%
tergantung pada sistem yang - 31 - 40 58 64,4%
dianutnya, apakah Negara yang tahun 17 18,9%
- 41 - 50
bersangkutan menganut Civil Law tahun
atau Common Law. Dengan civil - > 51 t ahun
law maka segala sesuatu aktivitas Lama Bekerja :
- < 5 tahun 10 11,1%
didasarkan pada peraturan - 5-10 tahun - > 28 31,1%
perundangan, termasuk didalamnya 10 tahun 52 57,8%
aturan – aturan terkait dengan
akuntansi terakumulasi dalam suatu Sumber : Data Olahan 2015.
perundangan dan aturan ini memiliki Berdasarkan tabel diketahui
kecenderungan sangat terstruktur bahwa jumlah responden laki – laki
dan prosedural. Variabel ini diukur lebih banyak dibanding responden
dengan menggunakan skala likert. perempuan. Jumlah responden laki –
laki sebanyak 48 orang (53,3%) dan
HASIL PENELITIAN DAN perempuan sebanyak 42
PEMBAHASAN orang
Dalam rangka keperluan (46,7%). Selain itu dapat diketahui
penelitian, pada bab sebelumnya telah bahwa sebagian besar responden
dijelaskan bahwa penelitian atau 56 orang (62,2%)
ini dilakukan dengan cara berpendidikan S1, kemudian
pengumpulan data primer responden berpendidikan S2
menggunakan kuesioner yang sebanyak 27 orang (30,0%),
dibagikan secara langsung responden berpendidikan Diploma
kepada 30 Satuan Kerja Perangkat sebanyak 5 orang (5,6%) dan yang
Daerah (SKPD) Kota Pekanbaru.
Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 7
berpendidikan SMA hanya 2 orang Akuntansi
Pemerintah
(2,2%). Hal ini mengindikasikan Daerah (X1)
Pemahaman 10-50 20 29-48 41,05 3,32
bahwa pejabat setingkat eselon II, III Akuntansi 56 292
dan IV yang terdiri dari kepada (X2)
Ketaatan 3-15 6 8-15 12,87 1,56
kepala SKPD, kepala bagian Pada 78 383
Peraturan
keuangan dan staf bagian keuangan Perundangan
Pemerintah Kota Pekanbaru (X3)
Akuntabilitas 4-20 8 12-20 16,96 1,89
merupakan pekerjaan profesional Kinerja (Y) 67 885
dan membutuhkan pendidikan yang Sumber : Data Olahan, 2015.
tinggi. Variabel Penerapan Sistem
Terlihat usia masing – Akuntansi Pemerintah Daerah terdiri
masing responden dimana sebagian dari 9 instrumen pernyataan yang
besar responden berusia antara 41 diukur menggunakan skala likert 5
sampai 50 tahun yakni sebanyak 58 poin. Adapun kisaran jawaban
orang (64,4%), yang berusia diatas responden (kisaran aktual) sebesar
51 tahun sebanyak 17 orang 31-45 dengan kisaran teoritis 9-45.
(18,9%), yang berusia diantara 31-40 Nilai mean sesungguhnya dan mean
tahun sebanyak 10 orang (11,1%) teoritis untuk variabel Penerapan
dan yang berusia diantara 20 sampai Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
30 tahun sebanyak 5 orang (5,6%). masing-masing sebesar 38 dan 18
Sedangkan mayoritas responden dengan nilai standar deviasi untuk
bekerja diatas 10 tahun yaitu Penerapan Sistem Akuntansi
sebanyak 52 orang (57,8%), Pemerintah Daerah adalah sebesar
kemudian yang bekerja antara 5 3,61955. Variabel Pemahaman
sampai dengan 10 tahun sebanyak Akuntansi terdiri dari 10 instrumen
28 orang (31,1%) dan yang bekerja pernyataan yang diukur menggunakan
bawah 5 tahun adalah sebanyak 10 skala likert 5 poin. Adapun kisaran
orang (11,1%). Kondisi ini memberi jawaban responden (kisaran aktual)
gambaran bahwa ratarata responden sebesar 29-48 dengan kisaran teoritis
telah memiliki masa kerja diatas 10 10-50. Nilai mean sesungguhnya dan
tahun. mean teoritis untuk variabel
Pemahaman Akuntansi masingmasing
Hasil Statistik Deskriptif sebesar 41,0556 dan 20 dengan nilai
Gambaran mengenai variabelvariabel Standar deviasi untuk variabel
penelitian tersebut disajikan dalam Pemahaman Akuntansi ini adalah
tabel descriptive statistics yang sebesar 3,32292.
menunjukan kisaran teoritis dan Variabel Ketaatan Pada
sesungguhnya, mean, dan standar Peraturan Perundangan terdiri dari 3
deviasi yang dapat dilihat pada tabel. instrumen pernyataan yang diukur
menggunakan skala likert 5 poin.
Tabel 2 Adapun kisaran jawaban responden
Statisitik Deskriptif (kisaran aktual) sebesar 8-15 dengan
Variabel Teoritis Sesungguhnya kisaran teoritis 3-15. Nilai mean
Kisaran Mean Kisaran Mean SD sesungguhnya dan mean teoritis
Penerapan 9-45 18 31-45 38,00 3,61 untuk variabel Ketaatan Pada
Sistem 00 955

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 8


Peraturan Perundangan masing- indikator variabel lebih besar dari r
masing sebesar 12,8778 dan 6 tabel n 90, α 5% = 0,210.
dengan nilai standar deviasi untuk
variabel Ketaatan Pada Peraturan Hasil Uji Reabilitas Data Hasil
Perundangan ini adalah sebesar uji reliabilitas instrumen penelitian
1,56383. dalam penelitian ini
Variabel Akuntabilitas ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Kinerja terdiri dari 4 instrumen
pernyataan yang diukur Tabel 3 Hasi
menggunakan skala likert 5 poin. Uji Realibilitas Data
Adapun kisaran jawaban responden Variabel Cronbach's Nilai Kesimpulan
Alpha Kritis
(kisaran aktual) sebesar 12-20 Penerapan Sistem 0,823 0,6 Reliabel
dengan kisaran teoritis 4-20. Nilai Akuntansi
mean sesungguhnya dan mean Pemerintah
Daerah (X1)
teoritis untuk variabel Akuntabilitas Pemahaman 0,840 0,6 Reliabel
Kinerja masing-masing sebesar Akuntansi (X2)
16,9667 dan 8 dengan nilai standar Ketaatan Pada 0,847 0,6 Reliabel
Peraturan
deviasi untuk variabel Akuntabilitas Perundangan (X3)
Kinerja ini adalah sebesar 1,89885. Akuntabilitas 0,796 0,6 Reliabel
Berdasarkan data diatas, nilai mean Kinerja (Y)

lebih besar dari pada standar deviasi. Sumber : Data Olahan, 2015.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data yang akan Berdasarkan hasil uji reliabiltias di
digunakan adalah layak dan valid. atas dapat dijustifikasi bahwa
keseluruhan instrumen pernyataan
Hasil Uji Kualitas Data yang digunakan untuk mengukur
Hasil Uji Validitas Data variabel-variabel yang dianalisis
Penelitian terdiri dari 26 dalam penelitian ini dinyatakan
pernyataan yang harus dijawab oleh reliabel, hal ini terlihat dari nilai
responden. Uji signifikansi dilakukan cronbach alpha seluruh variabel
dengan membandingkan nilai r hitung yang diteliti lebih besar dari 0.60.
dengan r tabel untuk degree of Berdasarkan hasil uji validitas dan
freedom (df) = n – 2 dengan alpha reliabilitas di atas terlihat bahwa
0,05, n adalah jumlah seluruh instrumen pernyataan yang
sampel digunakan untuk mengukur
(Ghozali, 2013:53). Dalam keseluruhan variabel yang diteliti
penelitian ini df = n-2 (90-2) = 88, dalam penelitian ini dinyatakan valid
sehingga didapat r tabel untuk df dan reliable.
(88) = 0,210. Berdasarkan hasil
uji validitas di atas dapat Hasil Uji Asumsi Klasik
dijustifikasi bahwa keseluruhan Hasil Uji Normalitas Data
instrumen pernyataan yang Pengujian normalitas dalam penelitian
digunakan untuk mengukur variabel- ini menggunakan pendekatan
variabel yang dianalisis dalam Kolmogorov-Smirnov Test. Suatu data
penelitian ini dinyatakan valid, hal dikatakan berdistribusi secara normal
ini terlihat dari nilai rhitung seluruh apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 9


lebih besar dari α 5%. Berikut tabel Variabel Collinearity Statistics

hasil uji normalitas data : Tolerance VIF


Penerapan Sistem 0,958 1,044
Akuntansi
Tabel 4 Pemerintah Daerah
(X1)
Hasil Uji Normalitas Pemahaman 0,970 1,031
KolmogorovSmirnov Akuntansi (X2)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ketaatan Pada 0,979 1,021
Unstandardized Peraturan
Perundangan (X3)
Residual
Sumber : Data Olahan, 2015.
N 90
Dari hasil uji multikolinearitas
Normal 0.0000000
Parametersa,,b Mean pada tabel diatas, diperoleh nilai VIF
0.55765513
Std. Deviation untuk seluruh variabel independen <
Most Extreme Absolute 0.063 10 dan tollerance> 0,10. Hal ini dapat
Differences
Positive 0.063 disimpulkan bahwa model regresi
Negative -0.048 tersebut bebas dari multikolinearitas.
Kolmogorov-Smirnov Z 0.599
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.866 Hasil Uji Heterokedastisitas Data
a. Test distribution is Normal. Untuk mendeteksi ada
b. Calculated from data. tidaknya heterokedastisitas dilakukan
dengan melihat grafik
Sumber : Data Olahan, 2015. Plot
Tabel di atas menunjukkan (Scatterplot) antara nilai prediksi
bahwa nilai Assymp Sig Kolmogorov variabel terikat (ZPRED) dengan
– Smirnov (K-S) lebih besar dari α residual (SRESID). Jika grafik plot
5%. Dengan demikian dapat menunjukkan suatu pola titik yang
dijustifikasi bahwa keseluruhan data bergelombang atau melebar
yang digunakan dalam penelitian ini kemudian menyempit, maka dapat
berdistribusi secara normal. disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas. Namun, jika
Hasil Uji Multikolinieritas Data tidak ada pola yang jelas, serat
Model regresi yang baik titik-titik menyebar di atas dan di
seharusnya tidak terjadi kolerasi bawah angka 0 pada sumbu Y,
diantara variabel indepanden maka tidak terjadi
(Santoso, 2004). Untuk mendeteksi heteroskedastisitas.
dengan melihat nilai VIF (Variance Gambar 1
Inflation Factor) dari tiap-tiap
variabel independen. Nilai VIF
kurang dari 10 menunjukkan bahwa
korelasi antar variabel independen
masih dapat ditolerir.
Hasil uji multikolinieritas dalam
penelitian ini ditunjukkan pada
Tabel berikut ini.
Tabel 5. Hasil
Uji Multikolinieritas Data

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 10


Dari gambar grafik Scatterplot SPSS, hasil analisis regresi disajikan
di atas, terlihat bahwa titik-titik tidak pada tabel berikut ini:
membentuk pola tertentu
dan menyebar pada sumbu Y. Jadi, Tabel 7
dapat disimpulkan bahwa model Hasil Pengujian Hipotesis
regresi dalam penelitian ini tidak Standardize
terdapat heteroskedastisitas. Unstandardize d
d Coefficients Coefficients
t-
Std. hitun
Hasil Uji Autokorelasi Data Model B Error Beta g Sig. ttabel

Autokorelasi adalah keadaan 1 (Constant) 0.094 0.502 0.188 0.85


1
di mana terjadinya korelasi antara
Penerapan 0.532 0.107 0.444 4.963 0.00
residual pada satu pengamatan SAPD 0
dengan pengamatan lain pada model Pemahaman 0.283 0.120 0.210 2.366 0.02
0 1.98 8
regresi. Prasyarat yang harus Akuntansi

terpenuhi adalah tidak adanya Ketaatan


Pada
0.182 0.080 0.200 2.264 0.02
6
autokorelasi pada model regresi . Di Peraturan
Perundanga
dalam penelitian ini, autokorelasi n
dideteksi dengan nilai Sumber : Olahan SPSS, 2015.
DurbinWatson. Batas tidak Berdasarkan hasil uji
terjadinya autokorelasi adalah angka hipotesis tabel 4.12 diatas, maka dapat
DurbinWatson berada antara -2 diperoleh persamaan regresi linear
sampai dengan +2. bergandanya sebagai berikut :
Y = 0,094 + 0,532 X1 +
Tabel 6 0,283 X2 +0,182 X3
Hasil Uji Autokorelasi Dari hasil persamaan regresi
Durbin- N Keterangan linier berganda tersebut diatas maka
Watson dapat dianalisis sebagai berikut:
1.780 90 Tidak 1. Konstanta sebesar 0,094
terdapat menyatakan bahwa jika variabel
Autokorelasi bebas dianggap konstan maka
Sumber : Olahan SPSS, 2015. akuntabilitas kinerja sebesar 0.094. 2.
Koefisien variabel Penerapan Sistem
Berdasarkan hasil diatas Akuntansi Pemerintah Daerah sebesar
diketahui nilai dhitung (Durbin Watson) 0,532 menyatakan bahwa setiap
terletak antara -2 dan 2 = -2 < 1.780 < peningkatan Penerapan Sistem
2. Dapat disimpulkan, tidak terdapat Akuntansi Pemerintah Daerah sebesar
autokorelasi dalam model penelitian. 1% maka akan meningkatkan
Akuntabilitas Kinerja sebesar
Analisis Regresi Linear Berganda 0,532%.
Analisis penelitian dilakukan terhadap 3. Koefisien variabel
hasil perhitungan dan pengujian Pemahaman Akuntansi sebesar 0,283
data primer dari kuesioner yang menyatakan bahwa setiap
disebarkan kepada pejabat peningkatan Pemahaman Akuntansi
setingkat eselon II, III dan IV SKPD sebesar 1% maka akan meningkatkan
Kota Pekanbaru. Berdasarkan output Akuntabilitas Kinerja sebesar
0,283%.
Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 11
4. Koefisien variabel Ketaatan Pemerintah
Daerah (X1)
Pada Peraturan Perundangan sebesar Sumber: Olahan SPSS, 2015.
0,182 menyatakan bahwa setiap
peningkatan Ketaatan Pada Peraturan Berdasarkan tabel diatas,
Perundangan sebesar 1% maka akan dengan menggunakan uji t maka dapat
meningkatkan Akuntabilitas Kinerja diketahui bahwa variabel
sebesar 0.182% Penerapan Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah mempunyai nilai
Hasil Uji Goodness Of Fit thitung sebesar 4,963 sedangkan ttabel
sebesar 1,988 dan dengan nilai
Tabel 8 signifikansi 0,000. Hasil penelitian
Hasil Pengujian Koefisien menunjukkan bahwa variabel
Determinasi Penerapan Sistem Akuntansi
Adjusted R
Std. Error Pemerintah Daerah memiliki nilai t
of the
Model R R Square Square Estimate hitung > t tabel (4,963 > 1,988) dan
1 0,585a 0,342 0,319 0,56730 dengan nilai signifikansi 0,000 <
Sumber: Olahan SPSS, 2015. 0,05. Dengan demikian, dapat
Dari tabel diatas diperoleh disimpulkam bahwa Ha1 diterima atau
nilai Adjusted R Square sebesar dengan kata lain variabel Penerapan
0,319. Artinya adalah bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah
kemampuan variabel sistem Daerah berpengaruh secara
akuntansi pemerintah daerah, signifikan terhadap akuntabilitas
pemahaman akuntansi dan ketaatan kinerja instansi pemerintah pada
pada peraturan Perundangan dalam SKPD Pekanbaru. Hal ini
menerangkan Akuntabilitas Kinerja menunjukkan bahwa semakin tinggi
adalah sebesar 31,9%, sedangkan tingkat Penerapan Sistem Akuntansi
sisanya 68,1% lagi dipengaruhi oleh Pemerintah Daerah berpengaruh
variabel lain yang tidak dimasukkan signifikan terhadap semakin
dalam model regresi ini. tingginya akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah pada SKPD
Hasil Uji Signifikasi Parameter Pekanbaru.
Individual (Uji Statistik t) dan
Pembahasan Hasil Pengujiam Hipotesi H2
Hasil pengujian analisis
Hasil Pengujian Hipotesis regresi hipotesis kedua pada
Hasil pengujian analisis penelitian ini dapat dilihat pada
regresi hipotesis pertama dibawah ini :
pada penelitian ini dapat dilihat pada
dibawah ini : Tabel 10
Hasil Regresi H2
Tabel 9 Variabel thitung ttabel Sig Keterangan
Independen
Hasil Regresi H1 Pemahaman Berpengaruh
Variabel thitung ttabel Sig Keterangan Akuntansi 2,366 1,988 0,020 Signifikan
Independen (X2)
Penerapan 4,963 1,988 0,000 Berpengaruh Sumber: Olahan SPSS, 2015.
Sistem Signifikan
Akuntansi

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 12


Berdasarkan tabel 4.15 diatas, 1,988 dan dengan nilai signifikansi
dengan menggunakan uji t maka 0,026. Hasil penelitian menunjukkan
dapat diketahui bahwa variabel bahwa variabel Ketaatan Pada
Pemahaman Akuntansi mempunyai Peraturan Perundangan memiliki
nilai thitung sebesar 2,366 sedangkan nilai t hitung > t tabel (2,264 > 1,988)
ttabel sebesar 1,988 dan dengan nilai dan dengan nilai signifikansi 0,026 <
signifikansi 0,020. Hasil penelitian 0,05. Dengan demikian, dapat
menunjukkan bahwa variabel disimpulkam bahwa Ha3 diterima
Pemahaman Akuntansi nilai t hitung > atau dengan kata lain variabel
t tabel (2,366 > 1,988) dan dengan Ketaatan Pada Peraturan
nilai signifikansi 0,020 < 0,05. Perundangan berpengaruh secara
Dengan demikian, dapat signifikan terhadap terhadap instansi
disimpulkam bahwa Ha2 diterima pemerintah pada SKPD Pekanbaru.
atau dengan kata lain variabel Hal ini menunjukkan bahwa semakin
Pemahaman Akuntansi berpengaruh tinggi tingkat ketaatan pada
secara signifikan terhadap instansi peraturan
pemerintah pada Perundangan akan berpengaruh
SKPD Pekanbaru. Hal ini signifikan terhadap semakin
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingginya akuntabilitas kinerja
tingkat pemahaman akuntansi akan instansi pemerintahan pada SKPD
berpengaruh signifikan terhadap Pekanbaru.
semakin tingginya akuntabilitas
kinerja instansi pemerintahan pada Hasil Uji Simultan (Uji f)
SKPD Pekanbaru. Uji F digunakan
untuk menguji pengaruh
Hasil Pengujian Hipotesis H3 variabel independen secara
Hasil pengujian analisis bersama-sama terhadap variabel
regresi hipotesis ketiga pada dependen dari suatu persamaan
penelitian ini dapat dilihat pada regresi dengan menggunakan
dibawah ini : hipotesis statistis.
Tabel 11 Kriteria pengujian yang digunakan
Hasil Regresi H1 adalah :
Ho diterima jika F- hitung <
Variabel thitung ttabel Sig Keterangan Ftabel maka ; Ha ditolak Ho
Independen
Ketaatan Pada Berpengaruh ditolak jika F-hitung > Ftabel
Peraturan Signifikan maka : Ha diterima
Perundangan 2,264 1,988 0,026
(X3)
Pengaruh variable
Sumber: Olahan SPSS, 2015. sistem akuntansi pemerintah
daerah, pemahaman akuntansi dan
Berdasarkan tabel diatas, ketaatan pada peraturan Perundangan
dengan menggunakan uji t maka terhadap akuntabilitas kinerja dapat
dapat diketahui bahwa variabel dilihat dengan menggunakan uji – F
Ketaatan Pada Peraturan pada tabel berikut:
Perundangan mempunyai nilai thitung
sebesar 2,264 sedangkan ttabel sebesar

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 13


Tabel 12 Hasil berpengaruh secara signifikan
terhadap akuntabilitas
kinerja.

SIMPULAN DAN
SARAN
Uji Simultan (Uji F) Simpulan
Sum of Mean F-
Berdasarkan hasil penelitian
= 2,714
dan pengolahan data melalui SPSS
Keterangan : n:
diperoleh kesimpulan sebagai
jumlah sampel k:
berikut. 1. Penerapan sistem
jumlah variabel bebas
1: konstan akuntansi pemerintah daerah
berpengaruh signifikan terhadap
Dengan demikian diketahui akuntabilitas kinerja instansi
Fhitung (14,897) > Ftabel (2,714) dengan pemerintah SKPD Kota Pekanbaru.
Sig. (0,000) < 0,05. Artinya adalah Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
bahwa variabel sistem akuntansi tingkat penerapan sistem akuntansi
pemerintah daerah, pemahaman pemerintah daerah maka semakin
akuntansi dan ketaatan pada tingginya akuntabilitas kinerja
peraturan Perundangan secara instansi pemerintah SKPD Kota
bersama-sama (simultan) Pekanbaru.
2. Pemahaman akuntansi
Sumber: Olahan SPSS, 2015. peraturan Perundangan maka
Berdasarkan hasil uji simultan (uji f) semakin tingginya akuntabilitas
seperti yang tampak pada Tabel kinerja instansi pemerintah SKPD
4.17 diketahui Fhitung sebesar 14,897 Kota Pekanbaru.
dengan signifikansi 0,000. Ftabel dapat 4. Secara bersama-sama
diperoleh sebagai berikut: Ftabel = n – (simultan) variabel sistem
k – 1; k akuntansi pemerintah daerah,
= 90 – 3 – 1; 3 pemahaman akuntansi dan ketaatan
= 86; 3 pada peraturan Perundangan
tingkat pemahaman akuntansi maka berpengaruh signifikan terhadap
semakin tingginya akuntabilitas akuntabilitas kinerja instansi
kinerja instansi pemerintah SKPD pemerintah SKPD Kota Pekanbaru.
Kota Pekanbaru. 5. Hubungan antar sistem
3. Ketaatan pada akuntansi pemerintah daerah,
peraturan pemahaman akuntansi dan
Perundangan berpengaruh signifikan ketaatan pada peraturan
terhadap akuntabilitas kinerja Perundangan dengan
instansi pemerintah SKPD Kota akuntabilitas kinerja instansi
Pekanbaru. Hal ini berarti bahwa pemerintah SKPD Kota
semakin tinggi tingkat ketaatan pada
Model Squares Df Square hitung Sig. berpenF-tabel garuh signifikan terhadap
1 Regression 14.382 3 4.794 14.897 0.000a 2.714
akuntabilitas kinerja instansi
Residual 27.677 86 0.322
Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 pemerintah SKPD Kota 14
Pekanbaru.
Total 42.060 89
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
Pekanbaru tergolong Akuntabilitas,
kuat/tinggi. www.bpkp.go.id
6. Kemampuan variabel sistem
akuntansi pemerintah daerah, Fatmala.Juanita.2014.Pengaruh
pemahaman akuntansi dan Penerapan Sistem Akuntansi
ketaatan pada peraturan Pemerintah Daerah,
Perundangan dalam Pemahaman Akuntansi,
menerangkan akuntabilitas Ketaatan Pada Peraturan
kinerja instansi pemerintah Perundangan Terhadap
SKPD Kota Pekanbaru Akuntabilitas Kinerja Instansi
adalah sebesar 31,9%. Daerah.

Saran Halim.Abdul.2007. Akuntansi Sektor


Adapun saran yang dapat Publik: Akuntansi Keuangan
diberikan bagi peneliti berikutnya Daerah. Edisi ketiga.
adalah sebagai berikut : Jakarta:Salemba Empat.
1. Untuk hasil yang lebih baik,
perlu ditambahkan metode lain Inpres No. 7 Tahun 1999, Tentang
selain penyebaran kuesioner seperti Penyusunan Akuntabilitas
metode wawancara/interview untuk Kinerja Instansi Pemerintah.
mendukung penjelasan hasil
penelitian. Mardiasmo,2002,Akuntansi Sektor
2. Bagi peneliti selanjutnya agar Publik,Ed1, cet,Yogyakarta.
dapat menyebarkan kuesioner
untuk jumlah sampel yang lebih Peraturan Menteri Dalam Negeri
banyak agar lebih dapat Nomor 13 Tahun 2006,
menggambarkan akuntabilitas Tentang Pedoman
kinerja dengan lebih baik Pengelolaan Keuangan
3. Dikarenakan kemampuan Daerah.
variabel sistem akuntansi
pemerintah daerah, pemahaman Sekaran, Uma. 2007. Research
akuntansi dan ketaatan pada Methods For
peraturan Perundangan dalam Business,
menerangkan akuntabilitas kinerja Salemba Empat. Jakarta.
instansi pemerintah SKPD Kota Sumiati. 2012. Tentang Pengaruh
Pekanbaru hanya sebesar 31,9%, Penerapan Sistem Akuntansi
maka untuk penelitian selanjutnya, Pemerintah Daerah,
perlu menambahkan variabel agar Akuntabilitas Keuangan, dan
diperoleh gambaran mengenai Ketaatan pada Peraturan
akuntanbilitas kinerja yang lebih Perundangan terhadap
baik. Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah pada SKPD Kota
DAFTAR PUSTAKA Siak.
BPKP. 2002. Diskusi tentang

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 15


Suwardjono, 2005.Teori Akuntansi:
Perekayasaan Pelaporan
Keuangan(EdisiIII).
Yogyakarta: BPFE.

UU No. 32 tentang pemerintah


daerah

UU Nomor 33 tentang perimbangan


keuangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah

Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 16

Anda mungkin juga menyukai