Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONSEP DASAR BIOLOGI

MORFOLOGI TUMBUHAN BERDASARKAN PENGELOMPOKKAN


MAKHLUK HIDUP TINGKAT RENDAH
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Semester 112 Tahun 2019-2020

Yang diampu oleh:


Dra. Yetty Auliaty, M.Pd

Disusun oleh

1. Zakia Salsabila Akhzara (1107619066)


2. Vernanda Salsabila (1107619069)
3. Fhadya Giaani Salsabila (1107619092)
4. Rezaki (1107619100)

KELAS C-2019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Morfologi Tumbuhan berdasarkan Pengelompokkan Makhluk Hidup Tingkat Rendah
Rendah” ini dengan baik meskipun terdapat banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Morfologi Tumbuhan berdasarkan Pengelompokkan
Makhluk Hidup Tingkat Rendah Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 03 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
2.1 Definisi dan ciri Cryptogamae ............................................................................................... 2
2.2 Jenis Cryptogamae .................................................................................................................. 2
1. Thallophyta ................................................................................................................................. 2
2. Bryophyta.................................................................................................................................... 3
3. Pterodophyta ........................................................................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................................. 10
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan atau plantae adalah makhluk hidup yang salah satu organisme multiseluler
yang sel penyusun tubuhnya mengandung kloroplas. Sel tumbuhan merupakan sel
eukariotik dan memiliki dinding sel yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan pektin.
Struktur tersebut yang menyebabkan dinding sel tumbuhan bersifat kaku
Tumbuhan bersifat autotrof atau dapat membuat makanannya sendiri dengan proses
fotosintesis. Proses Fotosintesis ini terjadi karena tumbuhan memiliki klorofil yang
berperan dalam proses penangkapan energi.
Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak dapt berpindah. Akibat sifatnya yang pasif ini,
tumbuhan harus beradaptasi secara fisik atas perubahan lingkungan dan gangguan yang
diterimanya. Oleh karena itu, variasi morfologi tumbuhan jauh lebih besar daripada
anggota kingdom yang lainnya. Morfologi pada tumbuhan mempelajari struktur dan
bentuk organ tumbuhan baik mengenal akar, batang, daun bunga maupun bijinya

1.2 Perumusan Masalah


Untuk memudahkan penyusunan makalah ini, dibuatlah rumusan masalah sebagaimana
berikut :
1. Apa itu Cryptogamae
2. Apa jenis yang termasuk kedalam Cryptogamae

1.3 Tujuan
Berdasar rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan tujuan berupa
1. Untuk mengetahui apa itu Cryptogamae
2. Untuk mengenal jenis-jenis yang termasuk dalam cryptogamae

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan ciri Cryptogamae


Crytogamae atau dalam bahasa Indonesia tumbuhan tingkat rendah adalah kelompok
tumbuhan yang berasal dari kata cryptos berarti tersembunyi dan gamein yang berarti
kawin, dengan kata lain cryptogame merupakan tumbuhan yang tidak menghasilkan biji
alat perkembiakannya tersembunyi dan reproduksinya dengan spora. Tumbuhan tingkat
rendah ini memiliki struktur yang lebih sederhana, tumbuhan ini banyak yang bersifat
akuatik atau dapat ditemukan ditempat basah.

2.2 Jenis Cryptogamae


1. Thallophyta
Thallophyta adalah tumbuhan yang belum memiliki daun, akar dan batang yang jelas
dan thallophyta merupakan tumbuhan yang berthalus termasuk diantaranya adalah
golongan jamur /fungi, bakteri dan ganggang / alga.
Thallophyta merupan kelompok tumbuhan yang mempunyai ciri utama yaitu tubuh
berbentuk talus. Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur tubuhnya masih
belum bisa dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan tumbuhan yang sudah
dapat dibedakan antara akar, batang dan daun disebut dengan tumbuhan kormus.
Ciri – ciri dari tumbuhan talus ini adalah tersusun oleh satu sel yang berbentuk bulat
hingga banyak sel yang kadang-kadang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi (sudah
mengalami diferensiasi).
Perkembangbiakan pada umumnya secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual)
dengan spora sebagai alat perkembangbiakannya. Perkembangbiakan secara generatif
terjadi melalui peleburan gamet yang terbentuk didalam organ yang disebut gametangium.
Cara hidup pada tumbuhan talus ada tiga cara yaitu: autotrof (asimilasi dengan
fotosintesis), heterotrof dan simbiosis.

2
Berdasar ciri-ciri utama yang menyangkut cara hidupnya itu, divisi Thallophyta
dibedakan menjadi 3 anak divisi yaitu :
• Ganggang (algae)
• Jamur (Fungi)
• Lumut kerak (Lichens)

2. Bryophyta
Bryophyta berasal dari 2 kata “bryon” dan “phyta”. Bryon artinya lumut serta phyta
artinya tumbuhan. Jadi bryophyte adalah tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut adalah divisi
tumbuhan yang hidup didarat, tidak berpembuluh, biasanya berukuran kecil (bisa
berukuran mikroskopik atau tidak terlihat bula tanpa bantuan mikroskop) serta berwarna
hijau. Divisi bryophyta tersebut termasuk kedalam anggota kingdom plantae (tumbuhan).
Lumut memiliki sel-sel plastid yang menghasilkan klorofil a serta b sehingga bisa
melakukan melakukan fotosintesis. Oleh sebab itu, lumut bersifat autrotrof karena bisa
membuat makanan sendiri. Bryophyta biasa disebut tanaman lumut yang mampu bertahan
hidup di darat dengan kondisi tempat tumbuh yang teduh dan lembab bisa tumbuh di tanah-
tanah gundul yang secara periodik mengalami kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara
rumput-rumput, di atas batu cadas, batang pohon, di rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat
di dalam air.
Bryophyta memiliki ciri-ciri tidak mempunyai ikatan pembuluh dan tidak berakar, tidak
mempunyai batang, berkembang biak dengan spora, fase sporofit lebih dominan,
mengalami pergiliran keuturunan dimana contoh tumbuhan berspora lebih dari 2 macam,
memiliki daun steril dan fertil yang berguna untuk menghasilkan spora, gametofit berumur
lebih panjang dari sporofit, mempunyai rhizoid sebagai pengganti jaringan penyusun akar
yang menyerupai bulu-bulu akar, mengalami pertumbuhan membesar, letak
gametogoniumn dibedakan menjadi homotalus (berumah satu) dan heterotalus (berumah
dua). Struktur bryophyta terdiri dari 8 bagian meliputi
• Vaginula : kaki sporogonium
• Seta : tangkai sporogonium
• Apophysis : ujung seta yang melebar

3
• Sprangium : kotal spora
• Kolumela : jaringan yang tidak menghasilkan spora
• Sperkulum : tutup kotak spora
• Peristom : gigi yang melungkari operkulum untuk mengeluarkan spora dalam
kotak spora

Bryophyta dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual
dimana gamet betina yang menghasilkan arkegonia (sel telur) dan gamet jantan
menghasilkan antheridia (sperma) disatukan. Diawali dengan sperma yang bergerak
menuju sel telur dengan perantara air. Pertemuan keduanya disebut fertilisasi dan
menghasilkan zigot. Kemudian zigot membelah menjadi protonema yang terus
berkembang menjadi diploid. Adapun reproduksi secara aksesual dimulai dari spora yang
dihasilkan sporangium (kotak spora) melalui pembelahan meiosis. Pada proses meiosis
menghasilkan spora haploid yang tumbuh menjadi protonema

4
Spora pada bryophyta membentuk protonema berubah menjadi tumbuhan lumut
berkromosom melalui proses miosis. Pada proses ini kromosom akan membentuk
anterdium dan arkegonium. Hasil dari miosis ini merupakan perkembangan tumbuhan
lumut menjadi kromosom (2n). Selanjutnya kromosom (2n) menghasilkan zigot
berkromosom (2n) melalui mitosis. Lalu membentuk sporogonium (2n) sporangium (n)
melalui proses sporofit.
Dalam klasifikasi, bryophyta termasuk ke dalam tumbuhan kingdom plantae, divisio
yaitu bryophyta, dan terbagi menjadi 3 class yaitu Hepaticopsida (Hepaticae),
Anthocerotopsida (Anthocerotae) dan Bryopsida (Musci).

A. Hepaticopsida
Marchantiophyta (Hepaticophyta) atau lumut hati banyak ditemukan menempel di
bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembap. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip
bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar,
batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati
merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta.. Bagian
tubuh lumut hati :
o Apofisis (batas antara seta dan sporogonium)
o Sporangium (alat penghasil spora)
o Kaliptra (tudung sporangium)
o Seta (tangkai sporogonium)
o Vaginula (selaput pangkal tangkai sporogonium)

5
Ciri-ciri lumut hati yaitu, struktur tubuhnya terbagi atas lobus yang menyerupai lobus
hati pada manusia, memiliki dinding tebal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,
gameto ,gametofit terkadang memiliki kutikula, siklus hidup gametofit lebih dominan,
sistem reproduksi secara generatif (oogami) dan vegeatif (fragmentasi, tunas, kuncup
eram), tidak memiliki jaringan meristematik, sporofit tumbuh terbatas. Lumut hati
bermanfaat untuk menahan erosi, dan sebagai obat-obatan Marchantia polymorpha (obat
radang hati)

B. Anthocerotopsida
Lumut tanduk atau disebut juga Anthocerotopsida adalah anggota tumbuhan tidak
berpembuluh dan tumbuhan berspora yang termasuk dalam superdivisi tumbuhan lumut
atau Bryophyta. Tumbuhan ini biasa hidup melekat di atas tanah dengan perantara
rizoidnya. Lumut tanduk mempunyai talus yang sederhana dan hanya memiliki satu
kloroplas pada tiap selnya. Pada bagian bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
penutup.[2] Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di sepanjang
selokan.[3]
Anthoserofita tidak berbeda jauh dengan lumut hati. Perbedaan lumut tanduk dengan
lumut hati adalah sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang dengan hamparan
gametofit seperti karpet yang lebar. Lumut tanduk berdasarkan asam nukleatnya memiliki
kekerabatan hubungan yang dekat dengan tumbuhan berpembuluh (trakeofita/tumbuhan
vaskuler).

6
Ciri-ciri lumut tanduk yaitu, struktur tubuh berbentuk kapsul menyerupai tanduk,
bentuk tubuh thallus, sel pada anthocerotopsida terdiri dari kloroplas dan pyrenoid, siklus
hidup lebih didominasi gametofit, rhizoid hanya terdapat 1 jenis saja, sporogonium
memiliki panjang 10-15 cm, kandungan asam nukleat dekat dengan tumbuhan
berpembuluh, habitat di daerah kelembaban tinggi, dinding sporogonium mempunyai
stoma dengan 2 sel penutup, kolumela diselubungi jaringan yang menghasilkan spora.

C. Bryopsida
Lumut sejati atau disebut juga Lumut daun atau Bryophyta juga nama lainnya yaitu
Musci adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang termasuk
dalam superdivisi tumbuhan lumut atau Bryophyta. Lumut ini disebut sebagai lumut sejati,
karena bentuk tubuhnya seperti tumbuhan kecil yang memiliki bagian akar (rizoid), batang,
dan daun.
Bryopsida adalah lumut sejati yang berjumlah terbanyak dari lumut lainnya. Tubuh
lumut daun bentuknya mirip dengan tumbuhan kecil tegak. Secara umum, tinggi lumut
daun ini kurang dari 10cm, akan tetapi ada yang tingginya hingga mencapai 40 cm,
misalnya polytricum communae.. Ciri-ciri lumut daun, yaitu:
• Mempunyai struktur tubuh yang mirip batang, daun serta akar (Rhizoid) tapi tak
mempunyai sel/jaringan seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.
• Spora terdiri dari 2 lapisan yakni endospore dan eksospora.
• Kumpulannya membentuk hamparan hijau yang luas dan mempunyai sifat
seperti karet busa sehingga bisa menyerap dan menahan air.
• Mudah ditemukan (permukaan tanah, batu-batuan, kulit pohon serta ditembok).
• Gametofitnya terbagi menjadi 2 tingkatan yakni protonema (bertalus, berbentuk
benang) serta gametofora (berupa tumbuhan lumut).

7
3. Pterodophyta
Tumbuhan paku (Pteridophyta) berasal dari kata Yunani yaitu Pteron artinya bulu,
dan phyton artinya tumbuhan. Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah kelompok Plantae
yang tubuhnya sudah berbentuk kormus atau sudah memiliki bagian akar, batang, dan daun
sejati. Meskipun masih ada beberapa kelompok paku yang struktur tubuhnya belum
lengkap. Pterodophyta memiliki ciri ciri
• Akar, batang dan daun memiliki berkas pembuluh angkut berupa xilem dan
floem.
• Dapat ditemukan di air, di tempat lembab, menempel pada tumbuhan lain
sebagai epifit atau di sisa-sisa tumbuhan lain/sampah-sampah sebagai saprofit.
• Tidak menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora. Spora terdapat di dalam
kotak spora atau sporangium. Kotak-kotak spora tersebut terkumpul dalam
sorus. Sorus-sorus ini berkumpul di permukaan bawah dari helaian daun.
• Mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Tumbuhan paku yang kita lihat
sehari-hari disebut generasi sporofit.
• Daun yang masih muda menggulung. Daun tumbuhan paku ada yang khusus
menghasilkan spora, disebut sporofil. Daun yang tidak menghasilkan spora
disebut tropofil, berfungsi untuk fotosintesis.
• Tidak berbunga.
• Umumnya memiliki rizom (batang yang terdapat di dalam tanah).

8
Reproduksi tumbuhan ini dapat secara aseksual (vegetatif), yakni dengan stolon yang
menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun
yang mengandung spora.
Reproduksi secara seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan
betina oleh alat–alat kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium)
menghasilkan spermatozoid dan gametogonium betina menghasilkan sel telur
(ovum).seperti halnya tumbuhan lumut, tumbuhan paku mengalami metagenesis
(pergiliran keturunan). Tumbuhan paku dibagi menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Paku Purba (Psilophytinae)
Paku purba merupakan salah satu jenis tumbuhan paku yang hampir punah. Tumbuhan
ini hidup di zaman purba dan sekarang ditemukan dalam bentuk fosil. Daunnya kecil,
terkadang tidak berdaun. Species yang masih ada adalah Psilotum.
2. Paku Kawat (Lycopodiinae)
Paku kawat memiliki ciri-ciri: berdaun kecil dengan susunan spiral; batang seperti
kawat; sporangium muncul di ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus (kerucut),
umumnya hidup di darat.
3. Paku Ekor Kuda (Equisetinae)
Ciri-ciri tumbuhan ini adalah berdaun tunggal dengan ukuran kecil dan tersusun spiral,
batang berwarna hijau dan beruas-ruas. Sporangium terletak di dalam strobilus (kerucut).
4. Paku Sejati (Filicinae)
Yang memiliki ciri
• daun berukuran besar,
• daun muda menggulung
• sporangium terdapat pada sporofil (daun penghasil spora).

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cryptogame berasal dari kata cryptos berarti tersembunyi dan gamein yang berarti
kawin, merupakan tumbuhan yang tidak menghasilkan biji, alat perkembiakannya
tersembunyi dan reproduksinya dengan spora. Struktur tubuh yang dimilikinya lebih
sederhana, tumbuhan ini banyak yang bersifat akuatik atau dapat ditemukan ditempat basah.
Cryptogamae secara umum terbagi menjadi tiga divisi yaitu divisi Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta
Thallophyta adalah tumbuhan berbentuk talus struktur tubuhnya masih belum bisa
dibedakan antara akar, batang dan daun. pada umumnya perkembangbiakannya secara
vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual) dengan spora sebagai alat
perkembangbiakannya. Perkembangbiakan secara generatif terjadi melalui peleburan gamet
yang terbentuk didalam organ yang disebut gametangium. Tumbuhan ini memiliki tiga cara
hidup yaitu: autotrof (asimilasi dengan fotosintesis), heterotrof dan simbiosis
Bryophyta atau Tumbuhan lumut adalah divisi tumbuhan yang hidup didarat, tidak
mempunyai ikatan pembuluh dan tidak berakar, tidak mempunyai batang, berkembang biak
dengan spora, fase sporofit lebih dominan, mengalami pergiliran keuturunan dimana contoh
tumbuhan berspora lebih dari 2 macam, memiliki daun steril dan fertil yang berguna untuk
menghasilkan spora, gametofit berumur lebih panjang dari sporofit, mempunyai rhizoid
sebagai pengganti jaringan penyusun akar yang menyerupai bulu-bulu akar, mengalami
pertumbuhan membesar, letak gametogoniumn dibedakan menjadi homotalus (berumah
satu) dan heterotalus (berumah dua).
Pteridophyta atau Tumbuhan paku adalah kelompok Plantae yang tubuhnya sudah
berbentuk kormus atau sudah memiliki bagian akar, batang, dan daun sejati. Reproduksi
dilakukan secara seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina
oleh alat–alat kelamin yang mengalami metagenesis (pergiliran keturunan)

3.2 Saran
Setelah mempelajari tentang morfologi tumbuhan tingkat rendah ini semoga mahasiswa
memiliki pengetahuan dan memanfaatkan pengetahuan ini dengan baik

10
Daftar Pustaka

Maniam,manickam bala subra, yusa.tanpa tahun.Biologi.Tanpa kota:Grafindo Media Pratama.


Noviana, Mufida, Rumiyati, Tim Solusi Cerdas.2014.Tim Cerdas Bank Soal Biologi.Solo:
Genta Smart Publisher.
https://id.wikipedia.org/wiki/Lumut_hati
https://id.wikipedia.org/wiki/Lumut_tanduk
https://id.wikipedia.org/wiki/Lumut_daun
https://duniapendidikan.co.id/bryophyta/
https://dosenbiologi.com/tumbuhan/bryophyta
https://www.gurupendidikan.co.id/tumbuhan-paku/
https://www.dosenpendidikan.co.id/pteridophyta/
https://www.dosenpendidikan.co.id/taksonomi-tumbuhan/

11

Anda mungkin juga menyukai