PENDAHULUAN
1
internasional (seperti emas), dengan menetapkan nilai mata uang domestik
terhadap mata uang negara-negara besar yang memiliki laju inflasi yang
rendah, atau dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap
mata uang negara tertentu pada saat perubahan nilai mata uang
diperkenankan sejalan dengan perbedaan laju inflasi di antara kedua
negara. Nilai tukar yang tetap merupakan instrumen terbaik untuk menjaga
stabilitas moneter bagi negara-negara yang memiliki tingkat inflasi yang
rendah. Strategi ini membutuhkan komitmen dari otoritas moneter untuk
selalu menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
(2) Monetary targeting «target besaran moneter»
atau base money targeting «target jumlah uang beredar» Target
besaran moneter merupakan strategi kebijakan dengan menetapkan
pertumbuhan jumlah uang beredar (M1 dan M2) dengan harapan
masyarakat dapat mengetahui arah kebijakan moneter yang ditempuh bank
sentral. Kelebihan dari strategi ini adalah kebijakan moneter lebih
independen sehingga bank sentral dapat menfokuskan pencapaian tujuan
seperti laju inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambung. Pemilihan strategi kebijakan ini dimaksudkan untuk
melindungi suatu negara dari terjadinya hiper-inflasi . Kebijakan ini relatif
mudah dan transparan untuk diterapkan. Akan tetapi, pertumbuhan jumlah
uang beredar (base money) yang tetap biasanya dibarengi dengan fluktuasi
yang lebar dalam tingkat inflasi dan nilai tukar.
(3) Inflation targeting «target inflasi»
Target inflasi merupakan strategi kebijakan dengan
mengumumkan kepada publik mengenai target inflasi jangka menengah
dan komitmen bank sentral untuk mencapai stabilitas harga sebagai tujuan
jangka panjang kebijakan moneter2. Strategi ini merupakan instrumen
yang baik untuk mencapai stabilitas makroekonomi dengan inflasi di
bawah 15%. Hal ini sulit untuk dilakukan karena sangat bergantung pada
forecasting yang tepat, dan menuntut nilai tukar yang menganut sistem
terbuka sehingga memberi kesempatan bagi para spekulan untuk beraksi.
2
Meskipun demikian, strategi ini merupakan strategi yang terbaik untuk
menurunkan inflasi hingga mencapai 4-5 %.
(4) Implicit but not explicit anchor «kebijakan moneter tanpa
jangkar yang tegas»
Kebijakan moneter tanpa jangkar yang jelas merupakan
strategi kebijakan tanpa penargetan secara tegas, tetapi tetap memberikan
perhatian dan komitmen untuk mencapai tujuan akhir kebijakan moneter.
Dari keempat strategi kebijakan moneter di atas, keseluruhannya bertujuan
untuk menciptakan kestabilan makroekonomi. Pada banyak kasus
termasuk Indonesia, terdapat beberapa sasaran sebagai indikator kestabilan
makroekonomi, yaitu stabillitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan
ketersediaan lapangan kerja. Melalui pengalaman empiris yang ada,
pencapaian ketiga sasaran ini sangatlah sulit dan hampir mendekati tidak
mungkin sehingga beberapa negara mulai menggeser strategi kebijakan
moneternya dengan mulai fokus pada sasaran tunggal yaitu kestabilan
harga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa pengertian kebijakan moneter dan inflasi?
2. Apa tujuan dan instrumen kebijakan moneter?
3. Apa saja jenis-jenis kebijakan moneter?
4. Apa saja penyebab inflasi?
5. Bagaimana dengan dampak dari laju inflasi optimal?
6. Bagaimana inflasi yang baik,yang rendah atau yang stabil?
7. Bagaimana dengan implementasi kebijakan moneter?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah dengan judul “Design
kebijakan moneter, laju inflasi optimal, dan implementasi kebijakan
moneter” adalah membahas tentang kebijakan moneter dan inflasi secara
mendetail.Agar dapat menambah wawasan mengenai kebijakan moneter
dan inflasi, baik bagi penulis maupun pembaca.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
d. Membantu pemerintah melaksanakan kewajiban nya yang tidak
dapat terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal
e. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang
dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa
yang tersedia
f. Menjaga kestabilan harga. Harga suatu barang merupakan hasil
interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang
yang tersedia di pasar
g. Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian
stabil pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah
jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan
membuka lapangan pekerjaan baru sehingga memperluas
kesempatan kerja masyarakat
h. Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Dengan
jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar
negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya
5
giro,tabungan,deposito,sertifikat deposito, dan jenis tabungan
lainnya.
4. Kebijakan kredit ketat
Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus
benar-benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu
character,capability,collateral,capital,dan condition of
economy. Dengan kebijakan kredit ketat jumlah uang beredar
dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat
ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.
5. Kebijakan dorongan moral
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar
dengan berbagai pengumuman,pidato,dan edaran yang
ditunjukkan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi
pengumuman ,pidato, dan edaran dapat berupa ajakan atau
larangan untuk menahan pinjaman tabungan atau pun
melepaskan pinjaman.
6
2. Kebijakan Kontraktif
Yang disebut kebijakan uang ketat ( tight money policy ) ialah
kebijakan mengurangi jumlah uang yang beredar. Tujuan
utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi.
Tujuan tersebut dapat di capai dengan meningkatkan suku
bunga,menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan persyaratan
cadangan untuk bank.
7
2.7 Laju inflasi optimal
Sebagai akibat kenaikan harga barang dan jasa, maka nilai suatu
mata uang akan mengalami penurunan dan daya beli mata uang tersebut
menjadi semakin lemah. Penurunan daya beli tersebut selanjutnya akan
berdampak terhadap individu, dunia usaha, serta anggaran pendapatan dan
belanja pemerintah. Dengan kata lain, laju inflasi yang tinggi akan
berakibat negatif terhadap suatu perekonomian secara keseluruhan.
Namun, penurunan nilai mata uang sebagai akibat inflasi dampaknya tidak
akan sama terhadap seluruh masyarakat. Kelompak masyarakat yang
berpenghasilan tetap, misalnya, pegawai negeri, adalah kelompok
masyarakat yang menderita akibat inflasi. Kelompok masyarakat
berpendapatan tetap tersebut akan menderita karena secara riil
pendapatannya akan menurun atau menjadi lebih kecil. Sementara
kelompok masyarakat lainnya yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi diri tidak menerima beban yang sama sebagai akibat adanya
inflasi.
Ketidakpastian besarnya laju inflasi juga dapat mengakibatkan
semakin seriusnya beban atau bahaya inflasi. Laju inflasi yang terlalu
berfluktuasi akan menimbulkan distorsi terhadap tingkat harga. Dalam
sistem ekonomi pasar, tingkat harga merupakan sinyal bagi rumah tangga
maupun dunia usaha tentang keseimbangan alokasi sumber daya ekonomi
dalam suatu perekonomian. Apabila laju inflasi bergejolak (sangat
berfluktuasi) dan tidak menentu, maka harga-harga secara relatif juga
berubah terhadap tingkat harga secara umum, dan hal tersebut sangat
berbahaya karena keadaan tersebut akan mendistorsi sinyal ekonomi yang
sangat penting dalam suatu perekonomian, yaitu harga. Perubahan dan
variasi harga relatif yang timbul karena adanya ketidakpastian harga
(inflasi) dapat mengakibatkan masyarakat (individu dan dunia usaha)
memboroskan sumber-sumber daya ekonomi untuk mencari harga yang
berbeda-beda.
8
Laju inflasi juga akan mendistorsi pajak pendapatan atau
keuntungan yang dikenakan oleh pemerintah kepada masyarakat, baik
pajak terhadap perseorangan maupun badan usaha yang pada umumnya
bersifat progresif. Artinya, semakin besar pendapatan atau laba yang
diperoleh, maka tarif pajaknya akan semakin besar. Sebagaimana
diketahui, pajak pada umumnya dikenakan pada pendapatan atau laba
nominal yang diperoleh. Dengan adanya inflasi maka kenaikan pendapatan
atau keuntungan tersebut juga tidak mencerminkan adanya kenaikan
pendapatan atau keuntungan yang mencerminkan daya beli yang
sesungguhnya karena sebagian pendapatan atau laba tersebut sudah
termakan oleh inflasi yang terjadi.
9
kebijakan fiskal dan moneter. Untuk dapat mengendalikan laju inflasi,
tentunya perlu diketahui faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi. .
Untuk mengatasi inflasi permintaan, karena faktor penyebabnya adalah
kelebihan uang beredar, maka kebijakan yang sesuai adalah kebijakan
moneter. Sementara, itu untuk mengatasi inflasi yang disebabkan oleh
faktor penawaran, maka kebijakan yang sesuai adalah kebijakan fiskal atau
kebijakan ekonomi lainnya. Namun, untuk mengendalikan laju inflasi
dapat dilakukan dengan lebih efektif, maka diperlukan koordinasi
kebijakan fiskal, moneter, maupun kebijakan lainnya dengan sebaik-
baiknya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
11