Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam teori ekonomi moneter, inflasi dijelaskan sebagai fenomena
moneter yang dapat diatasi dengan empat cara atau kebijakan, yaitu
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan output , dan kebijakan
harga dan indexing . Mengingat peran Bank Sentral sebagai otoritas
moneter, pembahasan pengendalian inflasi akan dilihat dari sisi kebijakan
moneter. Secara umum, kerangka kebijakan moneter meliputi strategi
kebijakan moneter dan implementasi kebijakan moneter. Strategi
kebijakan moneter terdiri dari penentuan tujuan akhir, sasaran antara,
indikator policy stance indikator penting lainnya, respons kebijakan
moneter, dan mekanisme penetapannya.
Implementasi kebijakan moneter meliputi penentuan kombinasi
intrumen moneter, target operasional, dan pelaksanaan operasi
pengendalian moneter di pasar keuangan yang sesuai dengan arah dan
respons kebijakan moneter. Kebijakan moneter dapat ditransmisikan
melalui berbagai jalur yaitu jalur suku bunga, jalur kredit perbankan, jalur
neraca perusahaan, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.
Dengan melewati jalur-jalur tersebut, kebijakan moneter akan
ditransmisikan dan berpengaruh ke sektor finansial dan sektor riil setelah
beberapa waktu lamanya. Terdapat beberapa pilihan strategi dalam
mencapai tujuan kebijakan moneter.
Masing-masing memiliki karakteristik, sesuai dengan indikator
nominal yang digunakan sebagai dasar atau acuan atau sasaran antara
dalam mencapai tujuan akhir. Beberapa strategi kebijakan moneter
tersebut antara lain sebagai berikut:
(1) Exchange rate targeting «target nilai tukar»
Target nilai tukar merupakan strategi kebijakan dengan tiga
kemungkinan pelaksanaan, yaitu dengan menetapkan nilai mata uang
domestik terhadap harga komoditi tertentu yang diakui secara

1
internasional (seperti emas), dengan menetapkan nilai mata uang domestik
terhadap mata uang negara-negara besar yang memiliki laju inflasi yang
rendah, atau dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap
mata uang negara tertentu pada saat perubahan nilai mata uang
diperkenankan sejalan dengan perbedaan laju inflasi di antara kedua
negara. Nilai tukar yang tetap merupakan instrumen terbaik untuk menjaga
stabilitas moneter bagi negara-negara yang memiliki tingkat inflasi yang
rendah. Strategi ini membutuhkan komitmen dari otoritas moneter untuk
selalu menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
(2) Monetary targeting «target besaran moneter»
atau base money targeting «target jumlah uang beredar» Target
besaran moneter merupakan strategi kebijakan dengan menetapkan
pertumbuhan jumlah uang beredar (M1 dan M2) dengan harapan
masyarakat dapat mengetahui arah kebijakan moneter yang ditempuh bank
sentral. Kelebihan dari strategi ini adalah kebijakan moneter lebih
independen sehingga bank sentral dapat menfokuskan pencapaian tujuan
seperti laju inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambung. Pemilihan strategi kebijakan ini dimaksudkan untuk
melindungi suatu negara dari terjadinya hiper-inflasi . Kebijakan ini relatif
mudah dan transparan untuk diterapkan. Akan tetapi, pertumbuhan jumlah
uang beredar (base money) yang tetap biasanya dibarengi dengan fluktuasi
yang lebar dalam tingkat inflasi dan nilai tukar.
(3) Inflation targeting «target inflasi»
Target inflasi merupakan strategi kebijakan dengan
mengumumkan kepada publik mengenai target inflasi jangka menengah
dan komitmen bank sentral untuk mencapai stabilitas harga sebagai tujuan
jangka panjang kebijakan moneter2. Strategi ini merupakan instrumen
yang baik untuk mencapai stabilitas makroekonomi dengan inflasi di
bawah 15%. Hal ini sulit untuk dilakukan karena sangat bergantung pada
forecasting yang tepat, dan menuntut nilai tukar yang menganut sistem
terbuka sehingga memberi kesempatan bagi para spekulan untuk beraksi.

2
Meskipun demikian, strategi ini merupakan strategi yang terbaik untuk
menurunkan inflasi hingga mencapai 4-5 %.
(4) Implicit but not explicit anchor «kebijakan moneter tanpa
jangkar yang tegas»
Kebijakan moneter tanpa jangkar yang jelas merupakan
strategi kebijakan tanpa penargetan secara tegas, tetapi tetap memberikan
perhatian dan komitmen untuk mencapai tujuan akhir kebijakan moneter.
Dari keempat strategi kebijakan moneter di atas, keseluruhannya bertujuan
untuk menciptakan kestabilan makroekonomi. Pada banyak kasus
termasuk Indonesia, terdapat beberapa sasaran sebagai indikator kestabilan
makroekonomi, yaitu stabillitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan
ketersediaan lapangan kerja. Melalui pengalaman empiris yang ada,
pencapaian ketiga sasaran ini sangatlah sulit dan hampir mendekati tidak
mungkin sehingga beberapa negara mulai menggeser strategi kebijakan
moneternya dengan mulai fokus pada sasaran tunggal yaitu kestabilan
harga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa pengertian kebijakan moneter dan inflasi?
2. Apa tujuan dan instrumen kebijakan moneter?
3. Apa saja jenis-jenis kebijakan moneter?
4. Apa saja penyebab inflasi?
5. Bagaimana dengan dampak dari laju inflasi optimal?
6. Bagaimana inflasi yang baik,yang rendah atau yang stabil?
7. Bagaimana dengan implementasi kebijakan moneter?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah dengan judul “Design
kebijakan moneter, laju inflasi optimal, dan implementasi kebijakan
moneter” adalah membahas tentang kebijakan moneter dan inflasi secara
mendetail.Agar dapat menambah wawasan mengenai kebijakan moneter
dan inflasi, baik bagi penulis maupun pembaca.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kebijakan moneter


Kebijakan moneter adalah seperangkat kebijakan ekonomi yang
mengatur ukuran dan tingkat pertumbuhan pasokan uang Dalam suatu
perekonomian Negara, untuk mencapai tujuan tertentu seperti ; menahan inflasi,
mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan ini dilakukan dengan
berbagai cara, termasuk penyesuaian suku bunga,mengubah jumlah uang tunai
yang beredar di pasar,serta pembelian atau penjualan sekuritas pemerintah.
Kebijakan ini diambil oleh bank sentral atau bank Indonesia
dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat
dilakukan antara lain dengan pengendalian jumlah uang yang beredar di
masyarakat dan penetapan suku bunga. Kebijakan moneter meliputi langkah-
langkah kebijakan yang dilaksanakan oleh bank sentral atau bank Indonesia
untuk dapat mengubah penawaran uang atau mengubah suku bunga yang ada
dengan tujuan untuk memengaruhi pengeluaran dalam perekonomian.

2.2 Tujuan dari Kebijakan Moneter


Tujuan akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi
ekonomi makro yang ingin dicapai. Tujuan kebijakan moneter tidak statis, namun
bersifat dinamis. Karena selalu disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian
suatu Negara. Berikut penjelasan lebih detail dari tujuan moneter :
a. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran ( medium of
exchange ) dalam perekonomian
b. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas
perekonomian dan stabilitas tingkat harga
c. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai
pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pada berbagai sector
ekonomi

4
d. Membantu pemerintah melaksanakan kewajiban nya yang tidak
dapat terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal
e. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang
dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa
yang tersedia
f. Menjaga kestabilan harga. Harga suatu barang merupakan hasil
interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang
yang tersedia di pasar
g. Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian
stabil pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah
jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan
membuka lapangan pekerjaan baru sehingga memperluas
kesempatan kerja masyarakat
h. Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Dengan
jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar
negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya

2.3 Instrumen Kebijakan Moneter


Instumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam
pengambilan kebijakan moneter ialah :
1. Kebijakan operasi pasar terbuka
Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang di
ambil oleh bank sentral untuk mengurangi atau menambah
jumlah uang beredar
2. Kebijakan diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah
jumlah uang beredar dengan cara mengubah diskonto bank
umum.
3. Kebijakan cadangan kas
Bank sentral dapat membuat peraturan untuk meanaikkan atau
menurunkan cadangan kas ( cash ratio ). Bank umum
menerima uang dari nasabah dalam bentuk

5
giro,tabungan,deposito,sertifikat deposito, dan jenis tabungan
lainnya.
4. Kebijakan kredit ketat
Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus
benar-benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu
character,capability,collateral,capital,dan condition of
economy. Dengan kebijakan kredit ketat jumlah uang beredar
dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat
ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.
5. Kebijakan dorongan moral
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar
dengan berbagai pengumuman,pidato,dan edaran yang
ditunjukkan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi
pengumuman ,pidato, dan edaran dapat berupa ajakan atau
larangan untuk menahan pinjaman tabungan atau pun
melepaskan pinjaman.

2.4 Jenis-jenis kebijakan moneter


Ada dua jenis kebijakan moneter berdasarkan tujuan nya yang
digunakan oleh banyak Negara,yaitu kebijakan Ekspansi dan kebijakan
Kontraktif. Penjelasan tentang jenis-jenis kebijakan moneter sebagai
berikut :
1. Kebijakan Ekspansif
Yang juga sering disebut kebijakan uang longgar ( easy money
policy ) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang
dipasok dalam perekonomian. Cara nya dengan menurunkan
suku bunga,membeli sekuritas pemerintah oleh bank sentral,
dan menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Secara
keseluruhan di seluruh Negara,tujuan kebijakan moneter
ekspansif adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
resiko inflasi akan semakin tinggi

6
2. Kebijakan Kontraktif
Yang disebut kebijakan uang ketat ( tight money policy ) ialah
kebijakan mengurangi jumlah uang yang beredar. Tujuan
utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi.
Tujuan tersebut dapat di capai dengan meningkatkan suku
bunga,menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan persyaratan
cadangan untuk bank.

2.5 Pengertian inflasi


Inflasi adalah kenaikan jangka panjang harga barang dan jasa yang
disebabkan oleh devaluasi mata uang. Masalah-masalah inflasi yang
muncul ketika kita mengalami inflasi yang tak terduga yang tidak
diimbangi oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang cukup. Jika
pendapatan tidak meningkat seiring dengan harga barang, daya beli setip
orang telah berkurang secara efektif, yang akhirnya dapat menyebabkan
ekonomi melambat. Selain itu, inflasi yang berlebihan juga dapat
mendatangkan malapetaka pada tabungan pensiun, karena mengurangi
nilai tukar pada dana yang di tabung.

2.6 Faktor-faktor penyebab terjadinya inflasi


Kenaikan harga barng secara terus menerus,bukanlah tanpa sebab.
Secara umum ada beberapa faktor penyebab terjadinya Inflasi,antara lain :
1. Meningkatnya jumlah permintaan atau demand pada suatu jenis
barang tertentu. Saat permintaan naik,namun suplai
terbatas,pasti akan terjadi lonjakan harga
2. Biaya produksi sebuah barang atau jasa mengalami kenaikan.
Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan harga bahan
baku maupun upah pekerja
3. Saat jumlah uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi.
Ketika jumlah uang yang ada di masyarakat meningkat hingga
dua kali lipat, harga barang pun akan mengalami peningkatan
yang setara

7
2.7 Laju inflasi optimal
Sebagai akibat kenaikan harga barang dan jasa, maka nilai suatu
mata uang akan mengalami penurunan dan daya beli mata uang tersebut
menjadi semakin lemah. Penurunan daya beli tersebut selanjutnya akan
berdampak terhadap individu, dunia usaha, serta anggaran pendapatan dan
belanja pemerintah. Dengan kata lain, laju inflasi yang tinggi akan
berakibat negatif terhadap suatu perekonomian secara keseluruhan.
Namun, penurunan nilai mata uang sebagai akibat inflasi dampaknya tidak
akan sama terhadap seluruh masyarakat. Kelompak masyarakat yang
berpenghasilan tetap, misalnya, pegawai negeri, adalah kelompok
masyarakat yang menderita akibat inflasi. Kelompok masyarakat
berpendapatan tetap tersebut akan menderita karena secara riil
pendapatannya akan menurun atau menjadi lebih kecil. Sementara
kelompok masyarakat lainnya yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi diri tidak menerima beban yang sama sebagai akibat adanya
inflasi.
Ketidakpastian besarnya laju inflasi juga dapat mengakibatkan
semakin seriusnya beban atau bahaya inflasi. Laju inflasi yang terlalu
berfluktuasi akan menimbulkan distorsi terhadap tingkat harga. Dalam
sistem ekonomi pasar, tingkat harga merupakan sinyal bagi rumah tangga
maupun dunia usaha tentang keseimbangan alokasi sumber daya ekonomi
dalam suatu perekonomian. Apabila laju inflasi bergejolak (sangat
berfluktuasi) dan tidak menentu, maka harga-harga secara relatif juga
berubah terhadap tingkat harga secara umum, dan hal tersebut sangat
berbahaya karena keadaan tersebut akan mendistorsi sinyal ekonomi yang
sangat penting dalam suatu perekonomian, yaitu harga. Perubahan dan
variasi harga relatif yang timbul karena adanya ketidakpastian harga
(inflasi) dapat mengakibatkan masyarakat (individu dan dunia usaha)
memboroskan sumber-sumber daya ekonomi untuk mencari harga yang
berbeda-beda.

8
Laju inflasi juga akan mendistorsi pajak pendapatan atau
keuntungan yang dikenakan oleh pemerintah kepada masyarakat, baik
pajak terhadap perseorangan maupun badan usaha yang pada umumnya
bersifat progresif. Artinya, semakin besar pendapatan atau laba yang
diperoleh, maka tarif pajaknya akan semakin besar. Sebagaimana
diketahui, pajak pada umumnya dikenakan pada pendapatan atau laba
nominal yang diperoleh. Dengan adanya inflasi maka kenaikan pendapatan
atau keuntungan tersebut juga tidak mencerminkan adanya kenaikan
pendapatan atau keuntungan yang mencerminkan daya beli yang
sesungguhnya karena sebagian pendapatan atau laba tersebut sudah
termakan oleh inflasi yang terjadi.

2.8 Pengendalian Inflasi


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, inflasi dapat berdampak
negatif terhadap perekonomian. Mengingat dampak negatif yang
ditimbulkan, maka setiap negara berusaha untuk dapat mengendalikan laju
inflasi pada suatu tingkat yang rendah dan stabil. Yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana inflasi yang baik, yang rendah atau yang
stabil, jawabannya adalah relative. Tinggi atau rendahnya laju inflasi
bersifat sangat relatif dan berbeda-beda dari satu negara dengan negara
yang lain,tergantung dari kebutuhan suatu negara. Maksudnya ketika suatu
Negara sudah menetapkan pertumbuhan ekonomi pada angka tertentu
disertai dengan asumsi asumsi lainnya,maka angka inflasi bisa
diperkirakan kisarannya. Di negara-negara maju, tingkat inflasi yang
rendah dan dianggap wajar pada umumnya berkisar antara 2 sampai 3%. .
Di Indonesia angka inflasi single digit , yang artinya kurang dari 10%
masih dianggap wajar.
Terlepas dari berapa angka inflasi yang dianggap cukup rendah,
semua negara di dunia sepakat bahwa inflasi adalah tidak baik dan harus
dapat dikendalikan. Untuk mengendalikan laju inflasi tersebut, diperlukan
kebijakan ekonomi yang tepat. Kebijakan ekonomi pokok yang
dipergunakan untuk mengendalikan inflasi pada umumnya adalah

9
kebijakan fiskal dan moneter. Untuk dapat mengendalikan laju inflasi,
tentunya perlu diketahui faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi. .
Untuk mengatasi inflasi permintaan, karena faktor penyebabnya adalah
kelebihan uang beredar, maka kebijakan yang sesuai adalah kebijakan
moneter. Sementara, itu untuk mengatasi inflasi yang disebabkan oleh
faktor penawaran, maka kebijakan yang sesuai adalah kebijakan fiskal atau
kebijakan ekonomi lainnya. Namun, untuk mengendalikan laju inflasi
dapat dilakukan dengan lebih efektif, maka diperlukan koordinasi
kebijakan fiskal, moneter, maupun kebijakan lainnya dengan sebaik-
baiknya.

2.9 Implementasi Kebijakan Moneter


Implementasi dari kebijakan moneter melibatkan berbagai
ketentuan, tradisi, dan praktek-praktek yang secara kolektif disebut sebagai
prosedur operasi atau rules.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai