Askep BBLR Uday
Askep BBLR Uday
PADA BBLR
A. Pengertian
Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir (Amru, Sofian 2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Depkes RI, 2007).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr tanpa memperhatikan usia
gestasi (Donna L Wong, 2004).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram
disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants
(BBLR).
Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah
dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan
atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NKB-
SMK).
2. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post
term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan
(NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-
KMK).
B. Epidemiologi
Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di
rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh
kematian di sebabkan oleh BBLR (Prawirohardjo, 2005).
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi
perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang
beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara
3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di
dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang
adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).
C. Etiologi
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor
yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya :
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia
gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah
ialah pada usia antara 26 – 35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi
yang lahir dari perkawinan yang tidak sah. Ternyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. Selain
itu angka prematur terjadi pada ibu yang pekerja keras.
d. Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
4. Faktor yang masih belum diketahui
D. Klasifikasi
Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah
dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut
Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK).
2. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post
term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan
(NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-
KMK).
F. Patofisiologi
Penyebab pasti bayi lahir dengan berat badan rendah belum diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang berhubungan dengan bayi yang
lahir dengan berat badan rendah seperti faktor ibu yang meliputi usia ibu yang
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, faktor penyakit ibu seperti
riwayat DM, Hipertensi, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,
faktor sosial ekonomi yang rendah atau faktor lainnya seperti riwayat ibu
perokok atau menggunkan zat adiktif. Faktor kehamilan seperti hidraniom,
kehamilan gand, preeklamsi / eklamsi, ketuban pecah dini. Faktor janin
seperti cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. Ke tiga faktor tersebut
merupakan faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bayi lahir
dengan berat badan rendah. Riwayat ibu yang perokok atau pecandu alkohol
dapat menyebabkan terakumulasinya nikotin dan zat adiktif dalam tubuh hal
ini akan menyebabkan peningkatan jumlah katekolamin dalam tubuh
sehingga akan menyebabkan vasokontriki pembuluh darah. Selain
menyebabkan terakumulasinya nikotin dan zat adiktif, rokok dan alkohol
akan menyebabkan tertimbunnya bahan radikal bebas serta oksidan dalam
tubuh. Hal tersebut akan menyebabkan kerusakan endotel dan akhirnya
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga suplai oksigen dan
nutri fetus menurun. Pada akhirnya semua faktor di atas akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan fetus. Sehingga bayi akan lahir dengan berat badan
rendah.
Semakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya antara
lain menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan
mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu
terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan
potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.
Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120
kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari. Faktor
berikutnya adalah belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan.
Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai
sekitar kehamilan 34 minggu. Faktor berikutnya adalah paru-paru yang belum
matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
Faktor terakhir adalah potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya
permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak
pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini
meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997).
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula Gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidoris respiratorik. Bila gangguan ini berlanjut dalam tubuh bayi akan
terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh ,
sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya
asidosis metabolik.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen
dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot
jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan
kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya. (Medicine and linux.com).
G. Penatalaksanaan
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
0
perawatan harus diatas 25 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram,
dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2
yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan
bayi preterm.
Tabel 1 : Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari Jmlh ml/kg BB
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
Buku Ajar Keperawatan Pediatric, 2002
7. Metode Kanguru
Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun
1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat
badan rendah baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah.
Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir
rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim
ibu, sehinggga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan
dunia luar.
Keuntungan yang di dapat dari metode kanguru bagi perawatan bayi :
a. Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak
b. Menstabilkan suhu tubuh , denyut jantung ,
dan pernafasan bayi
c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan
bayi dengan lebih baik
d. Mengurangi strea pada ibu dan bayi
e. Mengurangi lama menangis pada bayi
f. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
-Meningkatkan produksi ASI
g. Menurunkan resiko terinfeksi selama
perawatan di rumah sakit -Mempersingkat masa rawat di rumah sakit
Kriteria Bayi yang bisa dilakukan metode kangguru
a. Bayi dengan berat badan ≤ 2000 g
b. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai
c. Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik
d. Perkembangan selama di inkubator baik
e. Kesiapan dan keikut sertaan orang tua, sangat mendukung dalam
keberhasilan.
Cara melakukan metode kanguru
a. Beri bayi pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan
lebih dahulu
b. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu
dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan
bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak
di dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.
c. Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu,
dan bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan,
kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar
bayi tidak terjatuh.
d. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk
atau kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian
untuk menjaga tubuh bayi.
e. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau
berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur ,
posisi ibu setengah duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa
bantal di belakang punggung ibu.
f. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
g. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi
bayi, pemantauan bayi, cara pamberian asi, dan kebersihan ibu dan
bayi.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
4. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
Prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan
relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi
dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah
35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-
34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga
panan badannya dapat dipertahankan.
2. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih
lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehinggatidak terjadi
persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
Dismaturitas
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin
intra uterina serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan
pemeriksaan ultra sonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan
dextrostix atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati
hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori
dibandingkan dengan bayi SMK.
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga
akan menderita aspirasi mekonium
6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan
danbila frekwensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hematokrit (Ht) : 43%- 61 % (peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah.
8. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
9. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
J. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan
darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
K. Tindakan Pencegahan
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin
yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.
A. Pengkajian
1. Pengkajian Dasar Neonatus
a. Aktivitas/ istirahat: Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama
tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernafasan: Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah
kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan
abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan
adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan
cuping hidung.
c. Makanan/ cairan: Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari
2500 gr menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus
diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum
dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum
sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150ml/kg BB/
hari.
d. Berat badan: Kurang dari 2500 gram
e. Suhu: BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan.
f. Integumen: Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak
mengkilat dan kering.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, yang perlu diperhatikan:
a. Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut
hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis
datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah
b. Mata
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum
tumbuh, sklera tidak ikterik
c. Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan
lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah
membalik/lambat, terdapat lanugo
d. Hidung
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5
liter/menit, terpasang NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat
polip dan benjolan
e. Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat
stomatitis, mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa
pemberian PASI
f. Dada
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding
epigastrium), RR 76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II
terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III), tidak
terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis
teraba lemah dan ireguler
g. Punggung
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat
tanda-tanda dekubitus/ infeksi
h. Abdomen
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak
terdapat hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan
kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik
i. Umbilikus
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah
muda, bau tidak ada, tali pusat sudah terlepas
j. Genitalia
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan
bayi sudah BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan
konsistensi lembek
k. Integumen
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak
tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash).
Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh
l. Tonus Otot
Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan
m. Refleks
Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai
dengan respon bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.
Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap
dot tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala
bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di
daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah
dari stimulus.
Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper
ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus
dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imaturitas sistem
pernafasan
3. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang
tinggi dan intake yang kurang adekuat
5. Ketidakefektifan termoregulasi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan
6. Risiko gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler
7. Risiko infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik
8. Risiko kerusakan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
9. Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil
b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan
intensif
10. Kurang pengetahuan b/d kurang pengalaman dan keterbatasan kognitif
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
keperawatan Hasil
composmentis obatan
DAFTAR PUSTAKA