Anda di halaman 1dari 20

Dimensi evaluasi operasional perusahaan

yang berfokus pada 5 M

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pemeriksaaan Manajemen

Disusun Oleh:

Hendra Wijaya (1721210037)

KELAS AK61

Dosen Pengampu: Ikraam,M.Si

PROGRAM STUDI AKUTANSI (S1)


SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

Manajement adalah suatu proses, yang terdiri dari kegiatan pengaturan, perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoorganisasian dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Terdapat tiga hal penting dalam manajement, antara lain ada tujuan yang ingin dicapai,
pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai tujuan, pengendalian atas kegiatan manusia, agar
mereka menjalankan tugasnyadengan benar. Sedangkan fungsi manajemen adalah elemen-
elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan
acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen
pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal
abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang,
mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.

Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, meliputi perencanaan
(planning), yaitu memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik
untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum
mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari
semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

Standar Profesi Internal Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk
menjaga kualitas kinerja Internal Auditor dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan
kualitas profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan pelaporan. Hasil audit yang memenuhi standar akan sangat
membantu pelaksanaan tugas Board of directions (BOD, Board of Commissioner dan Unit
Bisnis  serta Unit kerja yang diaudit.

Hasil kerja Internal Auditor sangat bermanfaat bagi Pimpinan dan Unit Kerja untuk
meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil audit akan dapat dipakai dengan
penuh keyakinan, jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme Internal
Auditor. sehingga diperlukan syarat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh Internal Auditor
sebagai standar perilaku yang menuntut disiplin diri Internal Auditor.

Kode Etik mengatur prinsip dasar perilaku Internal Auditor, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan pertimbangan yang seksama dari masing-masing Internal Auditor. Pelanggaran
terhadap Kode Etik merupakan pelanggaran terhadap disiplin Perusahaan yang dapat
mengakibatkan Internal Auditor diberi peringatan, diberhentikan dari tugas di lingkungan
Internal Audit dan atau dikenakan hukuman disiplin sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
dilakukan.

Analisis biaya dan manfaat (ABM) adalah salah satu teknis yang digunakan untuk
mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar dapat digunakan secara efisien. ABM
merupakan alat bantu untuk membuat keputusan, dengan mempertimbangkan sejauhmana
sumberdaya yang digunakan (sebagai biaya) dapat memberikan hasil-hasil yang diinginkan
(manfaat) secara optimal. ABM digunakan manakala hal efisiensi secara akurat dan rasional
menjadi pertimbangan utama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dimensi Evaluasi Operasional Perusahaan Yang Berfokus Pada 5 M


Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus Robert V. (1960)
manajemen mempunyai lima unsur (5M), yaitu:
1. Men
2. Money
3. Materials
4. Machines, and
5. Methods

Peterson 0.F., member of Indiana Univercity memasukan unsur mesin ke dalam material
dan metode diberi istilah the use sehingga katanya, “Management is the use of man, money
and materials to achieve a common goal”. Ada lagi seorang ahli bernama Mooney James D.,
1954, is memasukan unsur-unsur uang, material dan mesin ke dalam istilah yang disebut
fasilitas sehingga unsur-unsur manajemen adalah
1. Men
2. Facilities
3. Method

George R. Terry dalam bukunya Principle of Management mengatakan, ada enam sumber
daya pokok dari manajemen, yaitu:
(1) Men and women
(2) Materials
(3) Machines
(4) Methods
(5) Money
(6) Markets
Sistematika dari keempat pandangan para ahli itu jelas menunjukan, manusia merupakan
unsur manajemen yang pokok. Manusia tidak dapat disamakan dengan benda, is mempunyai
peranan, pikiran, harapan serta gagasan. Reaksi psikisnya terhadap keadaan sekeliling dapat
menimbulkan pengaruh yang lebih jauh dan mendalam serta sukar untuk diperhitungkan secara
seksama.  Oleh karena itu, manusia perlu senantiasa diperhatikan untuk dikemhangkan ke arah
yang positif sesuai dengan martabat dan kepribadiannya sebagai manusia. Sejalan dengan
pandangan itu, Harold Konntz dan Cyril O’Donnel (1972) menegaskan, “Manage-ment is the
development of people, not the direction of thing.”

Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan
manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen
timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari
jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal
ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga
kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan


keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Sedangkan metode adalah suatu
tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan
sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan
waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang
yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak
akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan)


produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak
akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi
merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan
harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

B. Penerapan Standar Audit Internal


Standar audit berikut ini merupakan ketentuan yang harus dipatuhi oleh Internal Auditor,
yang memuat :
Standar Umum Internal Auditor dan Unit Internal Audit
Internal Auditor harus melaksanakan tugas secara bebas dan obyektif. Unit Internal Audit
dan Internal Auditor harus independen secara organisasi dan independen secara pribadi
dalam sikap perilaku kenyataan dan penampilan.  Internal Auditor dapat memberikan
pendapat penting yang tidak tendensius, tidak memihak kepada/ dipengaruhi oleh pihak
manapun. Independensi harus dicapai melalui status organisasi dalam Perusahaan dan
obyektivitas Internal Auditor. Internal Auditor tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan atau
evaluasi atas kegiatan-kegiatan dimana Internal Auditor ikut berperan sebagai pelaksana
kegiatan tersebut.
1. Status Organisasi
Untuk mencapai tanggung jawab yang memadai, Unit Internal Audit berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama serta berkoordinasi dengan Komite
Audit melalui kegiatan berkala. Unit Internal Audit harus berada pada level serendah-
rendahnya sama dengan level tertinggi dalam organisasi diluar level Direktorat. Head of
Internal Audit (HOIA) adalah jabatan dengan posisi kepangkatan tertinggi didalam
struktur kepangkatan kepegawaian di Perusahaan. Sesuai dengan kebutuhan, di wilayah-
wilayah tertentu dapat dibentuk unit Representative Office (RO) yang bertanggung jawab
langsung kepada HOIA.
2. Pengangkatan dan Pemberhentian HOIA
Pengangkatan dan pemberhentian HOIA dilakukan dengan Surat Keputusan Direktur
Utama setelah mendapat persetujuan Komisaris Utama.
3. Obyektivitas
1. Dalam   menjalankan   tugas,  setiap   Internal   Auditor harus memiliki sifat sifat  :
 Sikap mental independen, setiap individu Internal Auditor dalam menjalankan
tugas harus mampu dan berani menolak segala pengaruh/ intervensi dari pihak
manapun,
 Objektif dalam menjalankan tugas, setiap individu Internal Auditor harus  hasil
kerjanya handal, dapat dipercaya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tugas,
Internal Auditor harus berada dalam posisi dapat mengambil keputusan
profesional secara bebas dan obyektif.
2. Untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme dari setiap individu Internal
Auditor, diperlukan program/ usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan
dari Unit Internal Audit maupun individu Internal Auditor.
3. Program/ usaha yang diperlukan oleh Unit Internal Audit dalam meningkatkan
kemampuan profesionalisme Internal Auditor antara lain :
 Pemenuhan kebutuhan Unit Internal Audit untuk memiliki individu yang secara
kolektif mempunyai pengetahuan, kecakapan dan disiplin ilmu yang diperlukan
dalam melaksanakan tugas.
 Susunan Tim yang akan diberi penugasan untuk melaksanakan audit, yang
memenuhi syarat kemampuan teknis dan pendidikan tertentu menurut jenis, luas,
dan kompleksitas penugasan.
 Supervisi secara seksama, terdokumentasi dan dapat diuji keefektifannya atas
pelaksanaan tugas secara berkelanjutan mulai dari perencanaan, penyusunan
program kerja, pelaksanaan tugas di lapangan, pelaporan, dan pemantauan tindak
lanjut.
 Pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi Internal Auditor untuk
mendapatkan pendidikan berkelanjutan berupa training, seminar, studi banding
dan sebagainya, sehingga tetap dapat mengikuti dan memahami perkembangan
terakhir mengenai standar, prosedur, dan teknik audit serta dunia usaha
Perusahaan,
 Bila pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dari Internal Auditor tidak
memadai untuk pelaksanaan tugasnya maka pimpinan Unit Internal Audit
berwenang memperoleh saran dan asistensi dari pihak yang kompeten.
4. Program/ usaha individu Internal Auditor dalam meningkatkan kecakapan
profesionalismenya, antara lain :
 Kepatuhan kepada Standar Profesional Internal Audit dan Kode Etik Internal
Audit.
 Penguasaan atas pengetahuan, kecakapan, dan disiplin ilmu tertentu yang
berkaitan dengan tugasnya, termasuk kemampuan menerapkan standar,
kemampuan menerapkan pendekatan risk-based audit, prosedur dan teknik audit,
praktek bisnis yang sehat, pemahaman prinsip-prinsip Good Corporate
Governance.
 Keharusan memiliki pengetahuan tentang resiko dan pengendalian yang penting
dalam bidang teknologi informasi dan teknik-teknik audit berbasis teknologi
informasi.
 Kemampuan berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif dan baik dengan
manajemen Perusahaan maupun pihak terkait lainnya.
 Keharusan memelihara kemampuan teknis audit melalui pendidikan
berkelanjutan berupa training, seminar dan sebagainya, sehingga tetap mengikuti
dan paham tentang perkembangan terakhir standar, prosedur, dan teknik audit
serta dunia usaha Perusahaan.
 Keharusan menjaga tingkat kecermatan dan kewaspadaan terhadap kemungkinan
penyimpangan, ketidakhematan, ketidakefektifan dan kelemahan pengendalian
internal dengan melakukan pengujian dan verifikasi yang memadai dan dapat
dipertanggungjawabkan.
 Keharusan menggunakan kemahiran dan kecermatan profesional Internal Auditor
dengan memperhatikan :
1. Lingkup penugasan.
2. Tingkat materialitas atau signifikansi masalah,
3. Tingkat keandalan dan efektivitas pengendalian internal.
4. Biaya penugasan dibandingkan dengan potensi manfaat yang diperoleh.
5. Standar operasi yang ada.
6. Penggunaan teknik-teknik bantuan komputer dan teknik-teknik analisis
lainnya.

Standar Pelaksanaan Penugasan


Pelaksanaan penugasan harus meliputi perencanaan, pelaksanaan pekerjaan lapangan dan
pengevaluasian informasi serta pengkomunikasian hasil.
1. Internal Auditor harus merencanakan setiap kegiatan penugasan dan mendokumentasikan
rencana penugasan tersebut.
2. Internal Auditor harus mempelajari dengan seksama seluruh bisnis proses dan
pengendalian internal yang berhubungan dengan penugasan, sehingga diperoleh dasar
yang memadai untuk penentuan sifat, saat dan luas pengujian atau penelitian yang harus
dilakukan serta sumber-sumber pembuktian yang kompeten dan relevan.
3. Internal Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, dan relevan
melalui observasi, inspeksi, konfirmasi dan tanya jawab serta menganalisa, menafsirkan
dan mendokumentasikan bukti-bukti yang diperoleh untuk mendukung hasil penugasan.
4. Ketua Tim mengkoordinasikan dan mereview pelaksanaan penugasan di lapangan untuk
memperoleh kepastian bahwa proses penugasan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
dan tujuan penugasan.
5. Pengawas Tim melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dilapangan, menelaah
kertas kerja penugasan, dan draft laporan hasil penugasan.
6. Sebelum dituangkan ke dalam laporan, matrik temuan penugasan harus diklarifikasi
terlebih dahulu dengan pihak obyek penugasan dan harus diteguhkan oleh penanggung
jawab bidang yang menjadi obyek penugasan.
7. Bila dalam pelaksanaan penugasan, terutama penelaahan (review), evaluasi ataupun audit
diperoleh indikasi kuat bahwa diperlukan tindakan yang lebih mendalam ataupun
diperlukan suatu investigasi tertentu, maka hal itu harus segera dikomunikasikan oleh
ketua tim kepada HOIA. Bilamana menurut pertimbangan HOIA temuan itu cukup
beralasan untuk ditindak lanjuti dengan penugasan khusus, maka laporan Tim harus
diteruskan sebagai laporan Interim HOIA kepada Direktur Utama, dan Direktur Utama
dapat menerbitkan Surat Perintah Kerja tersendiri untuk penugasan temuan tersebut.
8. Dalam setiap temuan penugasan khusus yang berisi indikasi kemungkinan adanya
kerugian keuangan Perusahaan ataupun menyangkut pelanggaran terhadap ketentuan
perundangan tertentu, Internal Audit dapat meminta Internal Legal Opinion.

Standar Pelaporan dan Tindak Lanjut


Internal Auditor harus membuat laporan hasil pelaksanaan penugasan. HOIA harus
mengkomunikasikan laporan tersebut kepada Direktur Utama.
1. Laporan  hasil  pelaksanaan penugasan   harus   dibuat  secara tertulis dan harus memuat
Intisari (Abstrak), Badan Laporan (yang berisi : Pendahuluan, Uraian Hasil Audit,
Kesimpulan dan Saran/Rekomendasi) dan Lampiran-lampiran.
2. Laporan Hasil Penugasan harus disampaikan oleh HOIA kepada Direktur Utama dan
Komite Audit serta tembusannya disampaikan kepada Direktur terkait.
3. Laporan hasil pelaksanaan penugasan harus diperlakukan sebagai dokumen rahasia baik
oleh penyusunnya, maupun penerimanya.
4. Internal Audit harus berkoordinasi dengan Komite Audit mengenai Laporan Hasil
Penugasan yang telah disampaikan kepada Komite Audit untuk:
 Membahas temuan audit guna mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan
pengendalian internal;
 Jika diperlukan, memperluas review untuk menilai sifat, lingkup, besaran dan
dampak kelemahan signifikan pengendalian internal yang ikut berpengaruh pada
laporan keuangan.
5. Internal Auditor harus membuat laporan periodik mengenai aktivitas penugasan yang
dilakukan. Dalam laporan tersebut Unit Internal Audit harus memberikan pernyataan
bahwa aktivitas penugasan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Profesi Internal
Audit serta didukung oleh hasil penilaian program pengendalian kualitas (Quality
Assurance).
6. Apabila dalam pelaksanaan penugasan terdapat ketidakpatuhan terhadap standar dan
kode etik yang berpengaruh signifikan terhadap ruang lingkup dan aktivitas Internal
Audit, maka dalam laporan hasil penugasan kepada Direktur Utama dan Komite Audit
perlu diungkapkan:
 Standar yang tidak dipatuhi,
 Alasan ketidakpatuhan, dan
 Dampak yang ditimbulkan dari ketidakpatuhan terhadap standar.
7. Internal Auditor harus memantau dan melaporkan kepada Direktur Utama /Direktur
terkait tentang tindak lanjut yang dilaksanakan oleh pihak yang menjadi obyek penugasan
atas saran-saran perbaikan yang telah dikemukakan oleh Internal Audit, untuk
mendapatkan kepastian bahwa langkah yang tepat atas temuan penugasan telah dilakukan
sesuai dengan saran perbaikan yang diberikan kepada obyek penugasan.
8. Dalam hal Direktur Utama menginstruksikan kepada obyek penugasan (Auditee) untuk
menindak lanjuti saran-saran perbaikan, maka Internal Audit berkewajiban memantau
pelaksanaan instruksi Direktur Utama tersebut.
9. Apabila dikemudian hari ternyata laporan hasil penugasan mengandung kesalahan dan
kealpaan, maka HOIA harus mengkomunikasikan kembali laporan hasil penugasan yang
telah dikoreksi kepada semua pihak yang telah menerima laporan hasil penugasan.

Standar Mutu Pengelolaan Unit Internal Audit


1. HOIA harus menyusun rencana kerja pelaksanaan tugas kewajiban unitnya dan harus
mendapatkan pengesahan dari Direktur Utama, setelah direview Komite Audit. Untuk
itu, hal berikut harus dipenuhi, yaitu :
 Penyusunan rencana kerja jangka panjang sejalan dengan Charter Internal Audit
dan tujuan perusahaan.
 Penyusunan rencana kerja tahunan  yang prioritasnya telah disusun berdasarkan
pendekatan risk-based, yang meliputi penetapan tujuan, obyek penugasan, jadwal
kerja penugasan, rencana pemakaian dan pengembangan sumber daya manusia,
budget keuangan, dan sarana pendukung lainnya
2. Semua pelaksanaan kegiatan Unit Internal Audit harus mengikuti rencana yang telah
disahkan. Dalam hal ada instruksi Direktur Utama untuk melaksanakan sesuatu kegiatan
yang belum tercakup dalam rencana kerja dan menyebabkan tidak seluruh rencana kerja
dapat dijalankan dengan sumber daya manusia yang ada, maka HOIA dapat tidak
melaksanakan atau menunda pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan yang
menurut pertimbangannya memiliki prioritas yang paling rendah.
3. Program/ kegiatan yang sudah tercantum dalam rencana kerja, namun tidak dapat
dilaksanakan karena adanya tugas lain atas instruksi Direktur Utama, harus diberitahukan
oleh HOIA kepada Direktur Utama.
4. Perubahan-perubahan atas rencana kerja yang tidak disebabkan oleh pelaksanaan
instruksi khusus dari Direktur Utama harus mendapatkan pengesahan Direktur Utama.
5. HOIA harus mempunyai dan melakukan program jaminan kualitas secara menyeluruh
dan berkesinambungan untuk mengevaluasi kinerja unitnya, dengan tujuan agar
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kinerja Unit Internal Audit telah sesuai
dengan Charter, rencana kerja dan ketentuan lainnya.
Untuk memastikan hal tersebut, HOIA harus melakukan:
 Supervisi yang terus menerus sejak tahap perencanaan, pelaksanaan evaluasi,
pelaporan, sampai tindak lanjut penugasan.
 Review internal secara periodik oleh pimpinan, staf atau tim internal yang mampu
dan independen untuk menilai tingkat efektivitas penugasan dan kepatuhan
internal auditor terhadap standar profesional internal audit, kode etik, kebijakan
dan ketentuan yang berlaku lainnya.
 Self Assessment. Penelaahan secara berkala seperti dimaksud butir 2) harus
dilakukan sendiri oleh Unit Internal Audit.
 Review eksternal oleh pihak atau individu yang mampu, independen terhadap
Perusahaan, dan tidak mempunyai konflik kepentingan untuk menilai dan
memberikan opini tentang kepatuhan Unit Internal Audit terhadap Charter,
rencana kerja dan ketentuan yang berlaku lainnya. HOIA harus melaporkan hasil
review dari pihak eksternal ini kepada Direktur Utama dan Komite Audit.
6. HOIA harus menetapkan kebijakan dan prosedur tertulis termasuk manual penugasan,
untuk pedoman pelaksanaan tugas staf Unit Internal Audit.
7. HOIA harus mempunyai program pengembangan sumber daya manusia di unitnya, yang
meliputi:
 DJM (Distinct Job Manual) setiap jenjang petugas Internal Audit
 Penetapan kualifikasi dan kemampuan individu auditor
 Kesempatan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan setiap auditor
 Penilaian kinerja terhadap setiap auditor setiap tahun, dan
 Pemberian kesempatan berkonsultansi kepada auditor tentang kinerja dan
pengembangan profesionalisme mereka.
8. HOIA harus berkoordinasi dengan Komite Audit secara efektif dan efisien untuk
memperoleh hasil penugasan yang berkualitas. Untuk itu harus ada rapat berkala dengan
Komite Audit membahas masalah kepentingan bersama seperti laporan hasil penugasan.
9. Untuk memudahkan pengelolaan penugasan, diperlukan penggunaan data base guna
menyimpan seluruh aspek penugasan termasuk monitoring atas rekomendasi.

C. Analisis Cost Benefit Pada Kegiatan Audit Manajemen


1. Pengertian Analisis Manfaat biaya
Analisis manfaat-biaya adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan
yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan
cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang.
Analisis manfaat-biaya dapat digunakan untuk merekomendasikan tindakan kebijakan,
dalam arti diaplikasikan ke depan (ex ante), dan dapat juga digunakan untuk
mengevaluasi kinerja kebijakan. Analisis Biaya Manfaat digunakan, terutama ketika
masalah EFISIENSI menjadi sesuatu yang sangat relevan dan diperhitungkan, atau dengan
perkataan lain digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar
sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien.
Analisa Biaya Manfaat secara tradisional melambangkan rasionalitas ekonomi
karena kriteria sebagian besar ditentukan dengan penggunaan efisiensi ekonomi secara
global. Suatu kebijakan dikatakan efisien jika manfaat bersih (yaitu total manfaat dikurangi
total biaya) adalah lebih besar dari nol dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang mungkin
dihasilkan dari sejumlah alternative penggunaan sumberdaya (investasi) lainnya di sector
swasta ataupun public (opportunity cost).
2. Pendekatan Menentukan Biaya dan Manfaat
Dalam analisis Manfaat-Biaya, harus ditentukan batas-batas dan ruang lingkup dari biaya-biaya
dan manfaat-manfaat yang diperhitungkan. Beberapa pendekatan yang biasa dilakukan adalah:
1. Biaya dan manfaat di dalam vs di luar.
Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat yang dikeluarkan adalah bersifat internal
atau eksternal untuk suatu jenis kelompok sasaran atau wilayah hukum. Biaya dan
manfaat internal ini disebut internalitas, sedangkan yang di luar atau eksternal disebut
eksternalitas. Apa yang menjadi biaya atau manfaat di dalam (internalitas) pada
suatu kasus dapat menjadi di luar (eksternalitas) pada kasus lain. Perbedaan ini
tergantung pada bagaimana analis menggABMarkan batasan kelompok sasaran dan
wilayah hukumnya. Jika batasannya masyarakat secara keseluruhan, maka tidak akan
ada eksternalitas. Akan tetapi jika batasannya adalah wilayah hukum tertentu akan
terdapat internalitas maupun eksternalitas. Contoh: program pembangunan
perumahan apartemen (rumah susun) di DKI akan menimbulkan biaya-manfaat bagi
wilayah hukum DKI, dan akan menimbulkan externalitas bagi penduduk yang
terkena ‘manfaat’ ataupun “korban” di wilayah luar DKI, misalnya: berkurangnya
orang-orang yang mengontrak/kost di wilayah mereka, atau berkurangnya wilayah
kumuh yang ada di wilayah mereka .
2. Biaya dan Manfaat yang diukur secara langsung dan tidak langsung.
Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat adalah nyata (tangible) atau tidak
nyata (intangible). Ukuran Nyata adalah biaya dan manfaat yang secara langsung
dapat diukur dengan harga pasar yang sebenarnya dari barang dan pelayanan,
sementara yang tidak nyata adalah biaya dan manfaat yang secara tidak langsung
diukur dengan cara menafsirkan nilai sebenarnya dari barang itu dengan patokan
harga pasar. Ketika berhubungan dengan yang tidak nyata seperti harga udara
bersih, analis kemungkinan membuat harga bayangan dengan membuat
keputusan subyektif tentang nilai dolar dari biaya maupun manfaat.
3. Biaya dan manfaat primer dan sekunder.
Mempersoalkan apakah biaya atau manfaat itu dihasilkan secara "langsung" atau
"tidak langsung" oleh suatu program, Biaya atau manfaat primer adalah suatu biaya
atau manfaat yang dihubungkan dengan sasaran program yang paling bernilai,
sedangkan biaya atau manfaat sekunder berkaitan dengan sasaran yang kurang
bernilai. Sebagai contoh, program sertifikasi guru. Manfaat langsungnya adalah,
dihasilkannya 2000 guru bersertifikat setiap tahun, dengan biaya 2M rupiah. Manfaat
sekundernya: Peningkatan motivasi pengembangan diri guru, dan dampak biaya
sekundernya: berkurangnya sekian ratus jam mengajar akibat proses sertifikasi yang
ketat.
4. Efisiensi bersih vs. manfaat redistributional.
Mempersoalkan apakah kombinasi biaya dan manfaat membuat kenaikan dalam
agreqat pendapatan atau hanya menghasilkan pergeseran pendapatan atau
sumberdaya di antara berbagai kelompok yang berbcda. Manfaat efisiensi bersih
adalah manfaat yang mencerminkan kenaikan "riil" dari pendapatan bersih (total
biaya dikurangi total manfaat), sementara manfaat redistribusional adalah manfaat
berupa pergeseran yang bersifat semu berupa pendapatan oleh suatu kelompok
dengan konsekuensi pengorbanan (pendapatan yang hilang) dari kelompok lain tanpa
menghasilkan peningkatan efisiensi bersih. Perubahan pada contoh pertama disebut
sebagai manfaat riil atau pada contoh kedua disebut manfaat semu. Sebagai contoh,
program pemugaran lingkungan kumuh kemungkinan menghasilkan $1 juta
manfaat efisieasi bersih. Jika pemugaran lingkungan kumuh juga meningkatkan
pendapatan toko-toko grosir kecil di sekitarnya dan menurunkan penjualan di toko
yang mempunyai jarak labih jauh dari apartemen yang baru dibangun manfaat
dan biaya dari pendapatan yang diperoleh dan yang hilang adalah semu. Mereka
saling meniadakan tanpa menghasilkan perubahan dalam manfaatl efisiensi bersih.

3. Tahapan Dalam Pembuatan ABM


Melakukan analisis manfaat-biaya pada dasarnya sama dengan proses pengambilan
keputusan pada umumnya, yaitu melalui tahapan-tahapan yang runut yang masing-
masing akan mengantarkan kepada tahapan berikutnya secara berkesinambungan.
Tahapan-tahapan atau langkah pembuatan ABM adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah. Perumusan masalah menghasilkan informasi tentang tujuan-
tujuan potensial yang relevan, sasaran, alternatif, kriteria, kelompok sasaran, biaya,
dan manfaat untuk menjadi pedoman dalam analisis. Perumusan masalah dapat
menghasilkan perumusan kembali masalah,
2. Spesifikasi sasaran. Analisis sering dimulai dengan tujuan-tujuan yang bersifat
umum, sebagai contoh, mengendalikan kecanduan kokain. Tujuan, seperti yang telah
kita lihat, harus dijabarkan ke dalam sasaran yang Iebih spesifik dan terukur. Tujuan
untuk mengendalikan kecanduan kokain dapat dijabarkan ke dalam sejumlah sasaran
yang spesifik, sebagai contoh, pengurangan 50% pasokan kokain dalam waktu 5
tahun.
3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah. Ketika suatu sasaran telah dispesifikasi,
analis mempunyai asumsi tentang penyebab masalah dan peluang pemecahannya
hampir selalu ditransformasikan ke dalam allernatif kebijakan untuk mencapai tujuan-
tujuan kebijakan.
4. Pencarian, analisis, dan interpretasi informasi Tugas yang di lakukan di sini adalah
menelusur, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang relevan untuk
meramalkan hasil dari alternatif-alternatif kebijakan. Pada tahapan ini sasaran utama
dari peramaIan adalah biaya dan manfaat dari alternatif kebijakan yang telah
diidenlifikasi pada tahapan sebelumnya. Di sini, informasi dapat diperoleh dari data-
data yang tersedia yang menyangkut biaya dan manfaat dari beberapa program yang
sejenis.
5. Identifikasi kelompok sasaran dan pemanfaat. Di sini tugas yang dilakukan adalah
melakukan analisis semua pihak terkait (stakeholder) dengan mendaftar semua
kelompok yang mempunyai peranan dalam setiap isu karena akan dipengaruhi, secara
negatif atau positif, ketika kebijakan diterapkan.
6. Menafsirkan biaya dan manfaat. Tugas yang mengharuskan penafsiran dalam bentuk
uang atas semua manfaat dan biaya yang akan diperoleh kelompok sasaran dan
pemanfaat. Validitas, reliabilitas dan kelayakan dari jenis pengukuran ini selalu
menimbulkan ketidak-sepakatan.
7. Penyusutan dari biaya dan manfaat. Jika tingkat biaya dan manfaat nyata
diproyeksikan untuk waktu mendatang, penafsir harus menyesuaikan untuk
menurunkan nilai riil dari uang sebagai akibat adanya infglasi dan perubahan-
perubahan dalam tingkat suku bunga di masa mendatang. Nilai nyata dari biaya dan
manfaat selalu didasarkan pada teknik penyusutan, suatu prosedur yang
menggABMarkan biaya dan manfaat pada tingkat harga sekarang. (NPV)
8. Menafsirkan resiko dan ketidak-pastian. Tugas yang dilakukan di sini adalah
melakukan analisis sensitivitas, suatu istilah umum yang merujuk pada prosedur
untuk menguji sensitivitas kesimpulan terhadap asumsi-asumsi alternatif tentang
probabilitas terjadinya perbedaan biaya dan manfaat, atau terhadap faktor penyusutan
yang berbeda-beda. Sangat sulit untuk mengembangkan penafsiran probabilitas yang
terpercaya karena peramalan yang berbeda mengenai hasi! yang sama di masa depan,.
9. Memilih kriteria pengABMilan keputusan. Di sini pekerjaan yang dilakukan adalah
menekankan suatu kriteria atau aturan pengABMilan keputusan untuk memilih antara
dua atau lebih alternatif yang mempunyai perbedaan komposisi biaya dan manfaat.
[Criteria di sini ada enam jenis: efisiensi, efektivitas, kesepakatan, keadilan, daya
tanggap dan ketepatan) . Pilihan kriteria keputusan mempunyai implikasi etis yang
pcnting, karena kriteria keputusan didasarkan pada konsepsi yang berbeda tentang
keharusan moral dan keadilan sosial.
10. Rekomendasi. Tugas terakhir dalam analisis manfaat-biaya adalah membuat
rekomendasi dengan memilih di antara dua atau lebih alternatif. Pilihan alternatif
biasanya tetap saja mengandung persoalan, yang kemudian mengundang analisis
kritis mengenai plausibilitas dari rekomendasi tersebut, memperhitungkan hipotesis
kausal dan etis yang lain yang dapat melemahkan atau mengurangi validitas suatu
rekomendasi.

D. Manfaat Pelaksanaan Audit Manajemen bagi Perusahaan


Manfaat dari audit manajemen adalah sebagai berikut:
1. Melakukan evaluasi tujuan, kebijakan, sasaran, peraturan, prosedur, terhadap struktur
organisasi yang belum ditetapkan sebelumnya.
2. Melakukan evaluasi kriteria pengukuran tercapainya tujuan organisasi dan menilai
prestasi manajemen.
3. Secara independen dan objektif melakukan penilaian prestasi individual dan aktivitas unit
organisasi tertentu.
4. Melakukan penilaian efisiensi, efektivitas dan kehematan sistem perencanaan dan
pengendalian manajemen.
5. Menemukan / mengidentifikasi masalah organisasi yang timbul dan apabila
memungkinkan menetapkan penyebabnya.
6. Menilai / meyakini reliabilitas dan kegunaan beberapa laporan pengendalian manajemen.
Secara khusus, audit internal membawa manfaat dalam bentuk:
1. Objektivitas
Pelaksana audit internal atau auditor wajib memberikan pendapat yang objektif mengenai
aspek yang sedang diamati. Oleh karena itu, pelaksana audit internal harus berasal dari
luar departemen yang bersangkutan dan tidak boleh memiliki kewajiban atau tanggung
jawab kerja di tempat tersebut. Dengan begitu, pelaksana audit internal akan mampu
bersikap independen dan tidak bias dalam melakukan proses audit untuk kebaikan
perusahaan itu sendiri.
2. Menunjukkan diri sebagai perusahaan yang taat hukum
Proses audit internal merupakan salah satu peraturan yang wajib dijalankan oleh setiap
perusahaan. Keberlangsungan proses ini akan menjadi salah satu cara untuk memastikan
bahwa setiap aspek dari perusahaan telah sesuai dengan peraturan yang ada. Audit
internal juga merupakan bentuk persiapan perusahaan sebelum dilakukannya audit
eksternal. Sebuah perusahaan yang telah lulus proses audit internal dan juga eksternal
akan memiliki nilai lebih di mata klien dan konsumen.
3. Perlindungan terhadap aset perusahaan
Salah satu cara untuk melindungi aset perusahaan yang ada adalah dengan mengenali
risiko yang dapat membahayakan tersebut, terutama risiko yang berasal dari dalam
lingkungan perusahaan. Audit internal akan membantu pihak manajemen untuk
menemukan permasalahan yang ada serta mengambil tindakan pencegahan dan perbaikan
lebih lanjut. Selain mengidentifikasi masalah dan risiko, proses audit internal juga akan
mendokumentasikan semua langkah yang diambil untuk meringankan tingkat risiko yang
dihadapi, sebagai catatan evaluasi di masa yang akan datang.
4. Peningkatan efisiensi dan produktivitas perusahaan
Ada kalanya, kondisi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan prosedur dan
kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses audit internal menjadi salah satu cara
untuk memastikan kesesuaian antara SOP dengan kondisi di lapangan. Proses ini juga
akan membuktikan apakah SOP yang ada merupakan prosedur yang tepat dalam
menghadapi risiko yang dihadapi perusahaan. Proses audit internal akan menghasilkan
rekomendasi yang ditujukan untuk perbaikan aspek-aspek yang masih memiliki
kekurangan.
5. Mengidentifikasi tingkat kesuksesan sistem kontrol yang ada
Setiap perusahaan pastinya telah memiliki sistem kontrol tersendiri. Hal yang menjadi
pertanyaan adalah seberapa besar tingkat kesuksesan sistem kontrol tersebut? Proses
internal audit akan mengidentifikasi tingkat kesuksesan sistem kontrol ini. Apabila masih
ditemukan kekurangan, informasi dari hasil audit ini nantinya akan dipergunakan untuk
mengembangkan strategi baru yang lebih sesuai dengan kondisi di lapangan.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan:

1. Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara


tujuan – tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Manajemen terdiri dari berbagai unsur, yakni man, money, method, machine, dan market.
2. Penerapan standar audit internal terdiri dari, Standar umum internal auditor dan unit internal
audit, Standar pelaksanaan penugasan, Standar Pelaporan dan tindak lanjut, dan Standar mutu
pengelolaan unit internal audit.
3. Analisia biaya dan manfaat sangat bermanfaat untuk memandu pengambil kebijakan apabila
ukuran yang diperhitungkan adalah berapa besar tingkat efisiensi yang ditimbulkan, dengan
perkataan lain, analisa biaya-manfaat ini sangat memperhitungkan untung rugi melalui
ukuran nilai uang, oleh karenanya memerlukan kecermatan dan tingkat berfikir yang sangat
rasional.
4. Manfaat pelakasanan audit manajemen bagi perusahaan yaitu, Mengevaluasi tujuan,
Mengevaluasi Kriteria, Menilai prestasi, Menilai Efisiensi dan Efektivitas, Menemukan dan
mengidentifikasi masalah, serta Menilai reliabilitas dan manfaat berbagai laporan
pengendalian manajemen.

Anda mungkin juga menyukai