Anda di halaman 1dari 39

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan konsep sebagai penunjang materi penelitian

tentang Gambaran peran keluarga dalam pemberian makan pada penderita

hipertensi. Penjelasan konsep-konsep tersebut mencakup: (1) Konsep Dasar

Keluarga, (2) Konsep Dasar Hipertensi, (3) Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

Dengan Hipertensi. (4) Konsep Dasar Nyeri Akut.

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian keluarga

WHO (1969) Menyatakan bahwa keluarga adalah kumpulan anggota

rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau

perkawinan.[CITATION Sul12 \l 1033 ]

Friedman (1998) menyatakan keluarga adalah kumpulan dua orang atau

lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga[CITATION ADP13 \l 1033 ]

Stanhope dan Lancaster (1996) menyatakan keluarga adalah dua atau lebih

individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan

saling mengikut sertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya

bertempat tinggal dalam satu rumah, mempeunyai ikatan emosional dan adanya

pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya.[CITATION Sus12 \l 1033 ]

2.1.2 Tipe Keluarga

Susanto 2012 menjelaskan beberapa tipe keluarga sebagai berikut :


1. Tradisional

a. The nuclear family ( keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami,istri dan anak.

b. The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak)yang hidup bersama

satu rumah.

c. Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah

memisahkan diri.

d. The childless family

Keluarga tanpa anak karna terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak

terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan

yang terjadi pada wanita.

e. The exstended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek/nenk),

keponakan.

f. The sigle-perent family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal

ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena

ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).

g. Commute family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa

berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu

tertentu.

h. Multigenational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal

bersama dalam satu rumah.

i. Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang

sama. Contoh: dapur, kamar mandi, telepon, televise, dan lain-lain.

j. Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

k. The single adult living alone/single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2. Non tradisional

a. The unmarriend teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dengan

hubungan tanpa nikah.

b. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anknya) yang tidak ada hubungan

saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang

sama, pengalaman yang sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok/membesarkan anak bersama.

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersma berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

e. Gay and lesbian families

Seseorang yang mampunyai persamaan seks hidup berasama sebagai

‘maritals patners’.

f. Cohabitating family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena

beberapa alasan tertentu.

g. Group-mariage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,

yang saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk

seksual dan membesarkan anaknya.

h. Grup-network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu

sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,

pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara


didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu

mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

j. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dan atau problem keehatan mental.

k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi

berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupan.[ CITATION

Sus12 \l 1033 ]

2.1.3 Tahapan dan tugas perkembangan keluarga

1. Tahap pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitusuami dan istri

membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga

masing-masing dalm arti psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga

baru. Dua orang yaitu suami dan istri yang membentuk keluarga yang baru

tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya

membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari.

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :

a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama

b. Menetapkan tujuan bersama

c. Membina hubungan dengan keluarga lain , teman dan kelompok social.


d. Merencanakan anak –KB.

e. Menyesuaikan diri dengan kehamialan dan mempersiapkan diri untuk

menjadi orang tua.

2. Tahap keluarga kelahiran anak pertama

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran

anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Kehamilan

dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri.

Tugas perkembangan pada tahap ini :

a. Persiapan menjadi orang tua.

b. Membagi peran dan tangguang jawab.

c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang

menyenangkan.

d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.

e. Memfasilitasi role learning angota keluarga.

f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita

g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Tahap keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak

berusia 5 tahun.pada tahap ini orang tua beradap tasi terhadap kebutuhan-

kebutuhan dan minat anak dari pra sekolah dalam meningkatkan

pertumbuhannya.

Tugas perkebangan keluarga :

a. Mememnuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat


tinggal, privasi, dan rasa aman.

b. Membantu anak untuk bersosialisasi.

c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir di dalam keluarga ataupun di luar

keluarga.

d. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

e. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

f. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.

4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)

Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun

dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai

jumlah anggota mencapai jumlah maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk.

Selain aktivitas sekolah, masing-masing anak mempunyai aktivitas dan

minatnya sendiri.

a. Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan dan

semangat kerja.

b. Tahap mempertahankan hubungan yang humoris dalam perkawinan.

c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

d. Menyediakan aktifitas untuk ank.

e. Menyesuaikan pola aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.

5. Tahap keluarga dengan ank remaja (families with teenagers)

Tahap ini dimualai pada saat anak pertama berusia 13 tahunbiasanya berakhir

pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.

Tujuannya dalah untuk melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih

dewasa.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah ;

a. Memberikan kebebasan yang seimbang denga tanggung jawab mengingat

remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.

b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari

perdebatan, kecurugaan dan permusuhan.

d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluaraga.

6. Tahap keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center

families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya

tahap ini tergantung jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum

berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.tujuan utama pada tahap ini

adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas

anak untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk

membentukkeluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir lebih mandiri.

Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b. Mempertahankan keintiman pasanagn.

c. Membantu orang tua suami istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiridan menerimakpergian anaknya.

e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.


f. Berperan suami-istri kakek dan nenek

g. Menciptakan lingkunagn rumah yang dapat menjadi cpntoh pada anak-

anaknya.

7. Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa

pasangan pada fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia.

Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah:

a. Mempertahankan kesehatan.

b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengelolah

minat social dan waktu santai.

c. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.

d. Keakrapan dengan pasangan.

e. Memlihara hubungan / kontak dengan anak dan keluarga.

f. Persiapan masa tua yang akan pensiun dan meningkatkan keakrapan

pasangan.

8. Tahapan keluarga lanjut usia

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah mulai pada saat sala satu

pasangan pension berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya

meninggal. Proses lanjut usia dan pension merupakan realita yang tidak dapat

dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami

keluarga.

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan


b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik

dan pendapatan.

c. Mempertahankan keakrapan suami istri dan saling merawat.

d. Mempertahankan hubungan dan social masyarakat.

e. Menerima kematian pasangan , kawan dan mempersiapka kematian.

[ CITATION ADP13 \l 1033 ]

2.1.4 Struktur keluarga

[ CITATION ADP13 \l 1033 ] Menjelakan beberapa struktur keluarga

yaitu :

1. Patrilineal

adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami istri[ CITATION ADP13 \l 1033 ]


2.1.5 Ciri-ciri struktur keluarga

[ CITATION ADP13 \l 1033 ] menjelaskan beberapa ciri-ciri struktur

keluarga yaitu :

1. Terorganisir adalah : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

2. Ada keterbatasan adalah : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-

masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan adalah : setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.[ CITATION ADP13 \l 1033 ]

2.1.6 Karakteristik keluarga

[ CITATION ADP13 \l 1033 ] Menjelakan beberapa karakteristik keluarga

yaitu :

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan

darah,perkawinan atau adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai

peran social : suami, istri, anak, kakak, dan adik.

4. Mempunyai tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan dan

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota.

[ CITATION ADP13 \l 1033 ]

2.1.7 fungsi keluarga


1. Fungsi efektif (fungsi mempertahankan kepribadian) : menfasilitasi

menstabilisasi kepribadian orang dewasa,memenuhi kebutuhan psokologis

anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi dan status social : memfasilitasi sosialisasi primer anak yang

bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif, serta

memberiakan status pada anggota keluarga

3. Fungsi reproduksi : untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama

beberapa generasi dan keberlangsungan hidup masyarakat.

4. Fungsi ekonomi : menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi

efektifnya.

5. Fungsi perawat kesehatan : menyediakan kebutuhan fisik, makan, pakaian,

tempat tinggal, perawatan kesehatan.[CITATION MFr10 \l 1033 ]

2.1.8 Nilai-nilai keluarga

1. Menurut Wirgth, Watson, dan Bell (1996) dalam [ CITATION MFr10 \l 1033 ]

menyatakan bahwa “ keyakinan adalah lensa atau mata bagaimana kita melihat

atau mempersepsikan kehidupan. Keyakinan merupakan pijakan kuat dari

prilaku kita dan merupakan esensi dari kepedulian kita. Keyakinan merupakan

cetak biru atau dasar bagi kita untuk membangun kehidupan untuk berinteraksi

dengan kehidupan lainnya”. Istilah keyakinan disertarakan dengan prilaku,

penjelasan, perjanjian, asumsi yang dibangun, kecenderungan, dan nilai.

Keyakinan membimbing dan mengarahkan keluarga serta individu dalam

bertindak. Jadi, keyakinan disetarakan dengan prilaku, penjelasan, perjanjian,

asumsi yang dibangun.[ CITATION MFr10 \l 1033 ]


2. Norma adalah pola prilaku yang dianggap benar olaeh masyarakat, sebagai

sesuatuyang berdasarkan pada system nilai keluarga. Norma juga merupakan

prilaku modalitas dengan kata lain, norma menentukan prilaku peran yang

tepat bagi setiap posisi di dalam keluarga dan masyarkat serta menetapkan

bagaimana mempertahankan atau menjaga hubungan timbal baik, dan

bagaimana prilaku peran dapat berubah dengan perubahan usia pemilik posisi

ini.[ CITATION MFr10 \l 1033 ]

3. Aturan keluarga merupakan refleksi atau ungkapan yang lebih khusus dari nilai

keluarga dibandingkan dengan norma keluarga. Peraturan merupakan

pengaturan khusus bagaimana keluarga menegakkan atau menetapkan prilaku

yang dapat diterima, aturan keluarga lebih banyak dituntun oleh nilai abstrak,

memberikan stabilitas, kesamaan, dan mengarahkan kebutuhan anggota

keluarga.

2.2 Konsep hipertensi

2.2.1 Devinisi hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan

darah diastolic 90 mm≥ Hg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian

terpisah. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥160/95 mmHg dinyatakan

sebagai hipertensi. Tekanan darah diatara normatensi dan hipertensi disebut

borderline hypertension (Garis batas hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak

membedakan usia dan jenis kelamin.[ CITATION Waj11 \l 1033 ]

Menurut brunner and suddarth (2004) Hipertensi adalah peningkatan


tekanan darah systole diatas 140 mmHgdan tekanan darah diastole diatas 90

mmHg. Menurut WHO (1978), hipertensi adalah adanya peningkatan tekanan

darah tinggi diatas 160 sistole dan diastole 95 mmHg.[ CITATION Har15 \l

1033 ]

2.2.2. Klasifikasi hipertensi

Kategori Tekanan darah systole Tekanan darah diastole

(mmHg) (mmHg)
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥210 ≥120
[ CITATION Har15 \l 1033 ]

2.2.3 Jenis hipertensi

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah hipeetensi yang belum diketahui penyebabnya

diderita oleh 95% orang. Oleh sebab itu, penelitian dan penghambatan lebih

ditunjukkan pada penderita esensial.

Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh factor berikut ini :

a. Factor keturunan

Data dari statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang memengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur

(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari

kulit putih)

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan atau makan

berlebihan, stress, merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (efadrin,

prednisol, epinefrin)[ CITATION Asp14 \l 1033 ]

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu contoh

hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskuler renal,yang terjadi akibat stenosis

arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongebital atau akibat aterosklerosis.

Stenosis arteri renalis menurunka aliran darah keginjal sehingga terjadi

pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan

angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah, dan

secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorbsinatrium.

Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena

diangkat, tekanan darah akan kembali normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma, yaitu

tumor penghasil epinefrin dikelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan

kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit Cushing, yang

menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan

peningkatan CTR karena hipersensitivitas system syaraf simpatis aldosteronisme

primer (peningkatan aldosterone tanpa diketahui penyebabnya). Dan hipertensi


yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi

sekunder.

3. Hipertensi akibat kehamilan

Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis

hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah

( ≥140 mmHg pada sistolik : ≥90 mmHg pada diastolik ) terjadi setelah usia

kehamilan 20 minggu pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu

pascapartum. Hipertensi jenis ini tampak terjadi akibat kombinasi dan

peningkatan curah jantung dan peningkatan total peripheral resistence (TPR).

Jika hipertensi terjadi setelah 12 minggu pascapartum,atau telah ada sebelum

kehamilan 20 minggu, masuk ke dalam kategori hipertensi kronik.

Pada preeklamsia, tekanan darah tinggi disertai dengan proteinuria ( dari

dalam urine setidaknya 0,3 protein dalam 24 jam ). Preeklamsia biasanya terjadi

setelah usia kehamilan 20 minggu dan dihubungkan dengan penurunan aliran

darah plasenta dan pelepasan mediator kimiawi yang dapat menyebabkan

disfungsi sel endotel vaskuler diseluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan

yang sangat serius seperti halnya preeklamsia superimposed pada hipertensi

kronis. [ CITATION Asp14 \l 1033 ]

2.2.4 Etiologi Hipertensi

Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

1. Genetik : respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau traspor

Na

2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan


tekanan darah meningkat.

3. Stress karna lingkungan

4. Hilangnya elastisistas jaringan dan arterosklorosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah. [ CITATION Asp14 \l 1033 ]

2.2.5 Tanda dan gejala Hipertensi

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama

pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala

yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Derdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga berdenging

Crpwing (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul

setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :

1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intra kranial.

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina kerusakan susunan saraf pusat.

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf pusat.

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi gromerlus.

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

[ CITATION Asp14 \l 1033 ]

2.2.6 Patofisiologi Hipertensi


Menurut brunner & suddarth 2002 menjelaskan mekanisme yang

mengontrol konstriksi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada mendula

diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jelas syaraf simpatis, yang berlanjut

kebawah kekorda spinalis dihantarkan dalam bentuk an keluar dari kolumna

mendula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui

system syaraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-geng lion

melepaskan asetilkonin, yang akan meransang serabut syaraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepas kannya norepinefrin mengakibatkan

kontriksi pembuluh darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darh terhadap rangsang vasokonstiktor. Klien

dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat besamaan ketika saraf sumpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga merangsang mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal menyekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin.

Ranin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angio tensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya

merangsang sekresi aldosteronoleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan


retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi.

[ CITATION Asp14 \l 1033 ]

2.2.7 Komplikasi Hipertensi

1. Strok dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi diotak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpanjang

tekanan tinggi. Strok dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang

mendarahi otak mengalami hipertrofi dan penambalan, sehingga aliran darah

ke area otak yang diperdarahi berkurang arteri otak yang mengalami

arteroskloresis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma

2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada

hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distrimia,

hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan

3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi dan

kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan

rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga


tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang

sering dijumpai pada hipertensi kronis.

4. Ensafalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang tinggi pada

kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

ke ruang interstisial deseluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps

dan terjadi koma serta kematian.

5. Kejang dapat terjadi pada penderita preeklamsia. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian

dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau

sebelum proses persalinan.[ CITATION Asp14 \l 1033 ]

2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanan factor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-

farmakologi, antara lain :

1. Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan

ataudengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat

memperbaiki keadaan hipetrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan

a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanna darah pada

klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi

stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti

hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam per hari.

b. Diit tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi merekanismenya

belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan

vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksida nitrat pada dinding

vascular.

c. Diet kaya buah dan sayur

d. Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung coroner.

2. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat

badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan menggurangi beban kerja

jantung dan folume sekuncup. Pada bebrapa studi menunjukkan bahwa obesitas

berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,

penurunan berat badan adalah hal yang sanagat efektif untuk menurunkan tekanan

darah. Penurunan berat badan (1 kg / minggu)sangat dianjurkan. Penurunan berat

badan dengan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat

penurun berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik, sehingga

dapat meningkatkan tekanan darah, pemperburuk anginaatau gejala gagal jantung

dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

3. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga

isotonic dapat juga dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan

mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4


kali dalam seminggu dapat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

4. Memperbaiki gaya hidup yang sehat

Berhenti merokok dan tidak menkonsumsi alcohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui

menurunkan aliran darah ke sebagi organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita pada hipertensi

adalah sebagai berikut :

1. Terapi oksigen

2. Pemantauan hemodinamika

3. Pemantauan jantung

4. Obat-obatan

a. Diuretik : Chlorthalidon, Hydromox, Lasix, Aldoctone, Dyrenium,

Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangai curah

jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan

airnya.

b. Penyakit saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau

arteri dengan mengintervensi influx kalsium yang dibutuhkan untuk

kontraksi. Sebgian penyakit saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk

saluran lambat kalsium otot jantung ; sebagian yang lebih spesifik

untuksaluran kalsium otot polos vascular. Dengan demikian, berbagai

penyakit kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR


c. Penghambat enzim mengubah angiotensisin II atau inhibitor ACE

berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim

yang yang diperlukan untuk mngubah angiotensin I menjadi angiotensin

II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan

TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone,

yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada urine kemudian

menurunkan volume plasma dan curah jantung.

d. Antagonis (penyekat) respetor beta (b-blocker), terutama penyekat

selektif, bekerja pada reseptor beta dijantung untuk menurunkan

kecepatan denyut dan curah jantung.

e. Antagonis reseptor alfa (x-blocker) menghambat reseptor alfa otot polos

vascular yang secara normal berenspons terhadap rangsangan saraf

simpatis dengan fasokontriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.

f. Vasodilator arterior lansung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.

Misalnya, natrium, nitroprusida, nikardipin, hidralazin, nitrogliserin, dll.

g. Hipertensi gastasional dan preeklamsia-eklamsia membaik setelah bayi

lahir.[ CITATION Asp14 \l 1033 ]

2.3 konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi

2.3.1 Pengkajian

Menurut hidayahningsih[CITATION IHi09 \l 1033 ] pengkajian adalah

tahap awaldari prosseskeperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan


mengidentivikasi status kesehatan klien. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga

adalah :

A. adalah Data umum

Dalam proses pengkajian keperawatan keluarga terhadap data umum

keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga (KK).

2) Alamat dan telepon.

3) Pekerjaan kepala keluarga.

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga (Genogram).

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

7) Tipe bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial


ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-

sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan

menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga

inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing- masing

anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status

imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga

serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami


dan istri.

C. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan

perabotan rumah tangga, jenis septic tank, septic tank dengan sumber air,

sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,

yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan

penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasan keluarga

berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul

serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga

interaksinya dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas

psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.

D. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang

lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang

berhubungan dengan kesehatan.

E. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota

keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,

sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan


perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di

dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan

keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu

mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit,

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan keehatan, dan keluarga

mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan

setempat.

Hal-hal yang dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan

tugas perawatan keluarga adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,

yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui mengenai

fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi

keluarga terhadap masalah.

2. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai

tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :

a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah.
b. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.

c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.

d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit.

e. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah

kesehatan.

f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.

g. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.

h. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan

dalam mengatasi masalah.

3. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah :

a. Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat,

penyebaran, komplikasi prognosa, dan cara perawatannya).

b. Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sikap dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan.

c. Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang

diperlukan untuk perawatan.

d. Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam

keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber

keuangan/financial, fasilitas fisik, psikososial).

e. Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.

4. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :


a. Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang

dimiliki.

b. Sejauh mana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan

lingkungan.

c. Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi.

d. Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit.

e. Sejauh mana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.

f. Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga.

5. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah

a. Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan.

b. Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat

diperoleh dari fasilitas kesehatan.

c. Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan

fasilitas kesehatan.

d. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap

petugas kesehatan.

e. Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga ada beberapa

yaitu

a) Berapa jumlah anak.

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.


c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga terdiri dari

beberapa yaitu :

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan

papan.

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

6) Stres dan koping keluarga

a) Stresor jangka pendek dan panjang

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.Sedangkan

stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi atau stresor.

c) Strategi koping yang digunakan

d) Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

e) Strategi adaptasi disfungsional


Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

7)Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang

digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan pemeriksaan fisik di

klinik.

8) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

table 2.3 skala untuk menentukan prioritas asuhan keperawatan keluarga (bailon

dan maglaya, 1978)

No. Kriteria Skala Bobot


1. Sifat masalah
 Tidak/kurang sehat 3 1
 Ancaman kesehatan 2
 Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
 Mudah 2 2
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
 Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
 Masalah berat harus segera ditangani 2 1
 Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan 0
SKORING

1. Tentukan skor untuk setiap criteria

2. Score dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

Skor x Bobot

Angka tertinggi

3. jumlahkan skore untuk semua criteria

2.3.2 Diagnosa

Diagnose keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialamiya baik

yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan

untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap

situasi yang berkaitan dengan kesehatan

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang

muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang

meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi

pada anggota keluarga

b. Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi

c. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi


e. Ketidak mampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi

2.3.3 Intervensi

Intervensi keperawatan adalah Segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk memcapai

luaran yang diharapkan

2.3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang

dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan

1.2.5 Evaluasi

Menurut [ CITATION Nur11 \l 1033 ] dokumentasi evaluasi adalah catatan

tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai pernyataan

evaluasi terdiri dari dua komponen, yaitu data yang tercatat (yang menyatakan

status kesehatan sekarang) dan penyataan konsklusi (yang menyatakan efek dari

tindakan yang diberikan kepada pasien)

1) Tujuan

Tujuan dari evaluasi adalah mengkomunikasikan status klien dan hasilnya

berhubungan dengna semua arti umum untuk semua perawat, memberikan

informasi yang bermanfaat untuk memutuskan apakah mengawali,

melanjutkan, memodifikasi,atau menghentikan tindakan keperawatan,

memberikan bukti refisi untuk perencanaan perawatan yang berdasarkan

pada catatan penilai ulang atau reformulasi diagnose keperawatan,


mereflesikankeefektifan asuhan keperawatan, respon klien untuk intervensi

keperawatan, dan revisi rencana keperawatan.

2) Jenis-jenis evaluasi

a) Evaluasi vormatif

Dokumentasi evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intevensi

dengan mengobservasiresponklien secara langsung

b) Evaluasi sumatif

Dokumentasi evaluasi yang dilakukan dalam rentang waktu

tertentuyang mereflesikan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis

status pasien pada waktu tertentu terhadap pemenuhan hasil yang

diharapkan.

2.4 Konsep Dasar Nyeri Akut

2.4.1 Devinisi

Menurut [ CITATION AHN15 \l 1033 ] Nyeri akut adalah pengalaman

sensori dan emosional yang tidak menyenagkan yang muncul akibat kerusakan

jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan

sedemikian rupa (international Association for the Study of pain) : awitan yang

tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

2.4.2 Batasan karakteristik

Menurut [ CITATION MHi16 \l 1033 ]batasan karakteristik dari nyeri

akut yaitu : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, prubahan


frekuensi jantung,perubahan frekuensi pernafasan, prilaku distraksi,

mengekspresikan prilaku, sikap melindungi area nyeri.

2.4.3 Skala nyeri

Beberapa instrument pengkajian nyeri yang sering digunakan sebgai

berikut.

1) Skala pendeskripsian verbal ( Verbal descriptor/VDS)

VDS merupakan sebuah garis yang terdiri dari atas tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.

Pendeskripsian ini dirangkai dari tidak terasa nyeri sampai sangat nyeri.

Pengukuran menunjukkan kepada pasien skala tersebut dan memintanya untuk

memilih intensitas nyeri yang dirasakannya. Alay vsd ini memungkinkan

pasien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.

2) Skala penilaian numeric (Numerical rating Scale/NRS)

NRS lebih digunakan sebgai pengganti atau pendamping VDS. Dalam hal ini

pasien memberikan penilaian nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala

paling efektif digunakan dalam mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah

intervensi terpeutik. Penggunaan skala NSR biasanya dipakai patokan 10cm

untuk menilai nyeri pasien. Nyeri yang dinilai pasien akan dikategoikan

menjadi:

a) Skala 0 : tidak nyeri

b) Skala 1-3 : nyeri ringan secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan

baik.
c) Skla 4-6 : secara objektif klien mendesis, menyeringai dapat menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

baik.

d) Skala 7-9 ; secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

tapimasih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak

dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas

panjang dan distraksi

e) Skala 10 : pasien sudah tidak mampu lagi berkmunikasi, memukul.

3) Skala analog visual ( visual analog scale/VAS)

VAS merupakan pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitive karena pasien

dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian angka yang menurut mereka

paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan pada satu waktu.

VAS tidak melabelkan suatu defines, melainkan hanya terdiri atas sebuah garis

lurus yang dibagi secara merata menjadi 10 segmen dengan angka 0 sampai 10

dan memiliki alat pendeksripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diberi tahu

bahwa 0 menyatakan “ tidak ada nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri

palinag parah” yang klien dpat bayangkan. Skala ini memberikan

kebebasankepada pasien untuk mengidentifikasi keperawatan nyeri. VAS

modifikasi dapat digunakan pada anak dan orang dewasa yang mengalami

gangguan kognitif, profil kartun yang menggambarkan wajah dari yang sedang

terenyum (tidak merasakan nyeri) kemudian kurang bahagia, wajah yang

sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan(sangat nyeri).

2.4.4 intervensi
Intervensi didalam buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ialah

Tindakan

1) Observasi

a. Identivikasi lokasi, karakteristk, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

b. Identifikasi skala nyeri

c. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

d. Identifikasi respon nyeri non verbal

e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

i. Monitor efek samping penggunan analgetik

2) Terapeutik

a. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasanyeri ( mis, TENS,

hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedblack, terapi pijat, aroma terapi,

teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain.)

b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis, suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

c. Fasilitasi istirahat dan tidur

d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan

nyeri

3) Edukasi
a. Jelaskan penyebab, pereda dan pemicu nyeri

b. Jelaskan strategi meredakan nyeri

c. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

e. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

4) Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu

Anda mungkin juga menyukai