Anda di halaman 1dari 3

GANGGUAN HOMEOSTASIS CAIRAN DAN ELEKTROLIT

3.1 Asupan dan Kehilangan Cairan dan Elektrolit

Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah oleh stres akibat operasi,
kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera pada paru-paru, atau traktus yak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium10 serum rendah, air di kompartemen
intravaskularberpindahkekompartemenekstravaskular,sehinggamenyebabkan penurunan volume
intravascular.7Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan
kandungannatrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis). Secara garis besar
terjadikehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natriumtinggi,
air di vena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat);

6) Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangancairan)
dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba),sehinggatidak dapat
dipasang jalur infus.

Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah

Vena: 1) Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus; 2) Daerahlengan
bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasanganfistula arteri-vena
(A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah); 3) Obat-obatan yangberpotensi iritan terhadap
pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluhvena di tungkai dan kaki).2

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus: 1) Hematoma, yaknidarah mengumpul
dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, ataukapiler, terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan”berulang pada pembuluh darah;
2) Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringansekitar (bukan pembuluh darah), terjadi
akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah; 3)Tromboflebitis atau bengkak (inflamasi) pada
pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasangtidak dipantau secara ketat dan benar; 4) Emboli
udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasidarah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam
cairan infus ke dalam pembuluh darah; 5)Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui
infus; 6) Rasa perih/sakit;

7)Reaksi alergi.2

4.1.1 Jenis Cairan Infus 2

Cairan hipotonik

Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritasserum. Maka cairan
“ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsipcairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai CDakhirnya mengisi sel-selyang dituju. Digunakan
pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cucidarah (dialisis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan

Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah

elektif (sektar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit

bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi cairan pada penderita

dengan trauma), kemungkinan meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi, demam

dan berkeringat banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum

dilakukan pembedahan.

Kehilangan cairan saat pembedahan

a. Perdarahan2

Secara teoritis perdarahan dapat diukur dari : 1) Botol penampung darah yang disambung

dengan pipa penghisap darah (suction pump); 2)Kasa yang digunakan sebelum dan setelah

pembedahan. Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung ± 10 ml darah, sedangkan

tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah ± 10-100 ml.

Dalam prakteknya jumlah perdarahan selama

Walaupun volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan kristaloid,

pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan berdasarkan: 1) Keadaan

umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum pembedahan; 2) Jumlah/penaksiran

perdarahan yang terjadi; 3) Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum; 4) Keadaan

hemodinamik (tensi dan nadi); 5) Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan; 6)

Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit; 7) Usia penderita.

Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah:

- 1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar hemoglobin sebesar
1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa.

- Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar hemoglobin 3gr% Monitor

organ-organ vital dan diuresis, berikan cairan secukupnya sehingga diuresis ± 1 ml/kgBB/jam

4.2.5 Terapi Cairan dan Elektrolit Pasca Bedah. Ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan air untuk

penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar ± 50 ml/kgBB/24 jam. Pada hari

pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian kalium karenaadanya pelepasan kalium dari

sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi darah. Akibat stress pembedahan,

akan dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi air dan natrium.

Oleh sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu pemberian natrium. Penderita dengan

keadaan umum baik dan trauma pembedahan minimum, pemberian karbohidrat 100-150

mg/hari cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan

protein sampai 50% kadar albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian

cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis.

Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan.

2. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat
sekitar 15% setiap kenaikan 1°C suhu tubuh

- Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.

- Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan humidifikasi.

3. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan yang belum

selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya diberikan transfusi darah

untuk memperbaiki daya angkut oksigen.

4. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan tersebut.

Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi tekanan darah, frekuensi

nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan

warna kulit.

Anda mungkin juga menyukai