HIV/AIDS
Setelah infeksi primer, selama 4-11 hari masa antara infeksi mukosa
dan viremia permulaan. Viremia dapat terdeteksi selama 8-12 minggu. Virus
tersebar luas pada tahap ini dan menjangkit organ limfoid serta terjadi
penurunan jumlah sel T-CD4 yang beredar secara signifikan. Respon imun
terhadap HIV terjadi selam 1-3 bulan setelah terinfeksi viremia, plasma
menurun dan level CD4 kembali meningkat tetapi respon imun tidak mampu
menyingkirkan infeksi secara sempurna dan sel-sel yang terinfeksi HIV
menetap dalam limpoid.
MEKANISME REPLIKASI
Virus menempel pada dua buah reseptor yaitu reseptor CD4 dan CR5
RNA virus helai tunggal di ubah menjadi DNA helai ganda dibantu oleh enzim reverse
tranciptase
DNA virus bergabung dengan DNA sel inang CD4 dibantu oleh enzim integrase
Virus baru dimatangkan oleh enzim protease
5. Epidemiologi
Epidemi HIV/AIDS merupakan krisis global dan tantangan yang
berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial (ILO, 2005). Pada tahun
2008, diseluruh dunia, diperkirakan 33 juta orang hidup dengan HIV.
Setiap harinya terdapat 7.400 infeksi baru HIV 96% dari jumlah tersebut
berada di negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Daerah
subsahara di Afrika merupakan daerah dengan prevalens HIV terbesar,
mencakup 67% dari jumlah keseluruhan orang yang hidup dengan HIV.
Daerah Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Asia Selatan, merupakan
daerah nomor dua terbanyak kasus HIV dengan jumlah penderita 3,6 juta
orang, 37% dari jumlah tersebut merupakan wanita. Indonesia
merupakan satu dari lima negara dengan jumlah penderita HIV yang
besar selain Thailand, Myanmar, Nepal, dan India (HTA, 2010).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Test Saliva
Test ini untuk menditeksi antibodi HIV pada pasien dengan
menguggunakan alat ora sure test dengan akuransi 99,8%. Test
ini digunakan untuk pemeriksaan HIV pada orang Penderita
homophilia yang sulit diambil darahnya karena Resiko
perdarahan dan orang yang menggunakan obat anti koagulan
b. Test Urine
Urine merupakan cairan tubuh yang mengandung virus HIV
namun konsentrasinya rendah sehingga dapat di gunakan untuk
test antibody HIV dengan akurasi 99,8%
c. Elisa
Enzyn liked immunoabsorbent assay (Elisa) test ini. Menditeksi
antibodi yang di buat oleh tubuh terhadap Virus HIV. Antibodi
tersebut biasanya di produksi mulai Minggu ke 2 atau bahkan
setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV karena alasan
inilah maka para ahli menganjurkan pemeriksaan elisa dilakukan
setelah minggu
Ke 12 sesudah melakukan aktivitas seksual yang beresiko tinggi
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi.
d. Western Bolt
Test ini di gunakan untuk mendeteksi antibodi HIV-1. Alat ini
mengandung virus HIV yang telah dilemahkan proralon dan
sinar ultraviolet.
e. IFA
Indirect Fluorescent antibodi (IFA) juga merupakan pemeriksaan
konfirmasi elisa positif. Seperti halnya pemeriksaan diatas IFA
juga menditeksi antibodi terhadap HIV salah satu kekurangan
dari pemeriksaan ini adalah biayanya mahal.
f. PCR test
PCR atau (Polymerase Chaim Reaction) adalah uji yang
memeriksa langsung keberadaan virus HIV didalam darah. Test
ini dapat dilakukan lebih cepat adalah seminggu setelah terpapar
oleh virus HIV karena memerlukan alat yang canggih dan biaya
yang mahal, oleh sebab itu biasanya hanya dilakukan jika uji
antibodi diatas tidak memebri hasil yang pasti.
7. Diagnosis
Diagnosis Klinik :
Keadaan umum :
1) Kehilangan berat badan < 10% dari berat dasar
2) Diare (terus menerus atau intermiten) > 1 bulan
3) Demam
4) Limfa denopati meluas
Kulit kering meluas merupakam dugaan kuat
terinfeksi HIV folikulilir dan psoriasis sering terjadi
pada ODHA tetapi tidak selalu terkait dengan HIV
INFEKSI
8. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simpleks, sarcoma, kaposi, HPV oral,
peridonilis HIV, loukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, kecacatan.
b. Neurologik
1) Komples dimensia AIDS karena serangan langsung HIV
pada sel saraf berefek pada perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia dan
isos.
2) Enchelopaty akut, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis, dengan efek
samping sakit kepala malaise, demam paralise
total/parsial
3) Infark serebral karena sifilis meningovaskuler, hipotensi
sistemik dan endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi didominasi oleh serangan HIV
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, limfoma, sarkoma kaposi,
dengan efek : penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi dan dehidrasi
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limfomia, sarkoma
kaposi, dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen
3) Penyakit anoreksia karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi yang sebagai akibat infeksi dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri nectal, gatal dan diare
d. Respirasi
Infeksi karena pneumocystic coviuir, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococus dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi pada kulit, virus herpes simpleks dan zooster dermatitis karena
xorosis, reaksi obat, dekubitus dengan efek nyeri, gatal, sepsis, rasa
terbakar.
f. Pandangan
Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek kekuatan
g. Pendengaran
Kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
9. Pemeriksaan Fisik
a. Suhu
Demam pada umumnya pada orang yang mengidap HIV
kadang-kadang bisa menjadi tanda dari jenis penyakit
infeksi tertentu yang lebih umum pada yang mempunyai
sistem kekebalan tubuh yang lemah.
b. Mata
Cytomegalovirus (MV) adalah komplikasi umum yang
terjadi pada mata, hala ini lebih sering terjadi pada yang
memiliki CD4 kurang dari 100 sel/mcl, bisa terjadi
penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan.
c. Berat Badan
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap
kunjungan. Kehilangan 10% atau lebih dari berat badan
mungkin akibat dari syndrom wasting yang merupakan
salah satu tanda-tanda AIDS.
d. Mulut
Infeksi jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum
pada orang terkena virus HIV.
e. Kelenjar Getah Bening
Pembengkakan kelenjar getah bening sangat umum pada
derita HIV, namun tidak selalu disebabkan oleh HIV.
f. Perut
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukan pembesaran
hati (hepatomegali). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
infeksi baru.
g. Kulit
Pemeriksaan kulit biasanya akan menunjukan adanya
dermatitis ataupun sarkoma kaposi.
h. Genetalia
Pada pemeriksaan genetalia biasanya akan menunjukan
adanya gonorheae herpes.
10. Penatalaksanaan
a. Pemberian obat-obatan anti retroviral (ARV) :
Pengobatan ARV biasanya direkomendasikan ketika jumlah
CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS 2000 atau lebih
rendah. Kombinasikan dari 3 ARV dikonsumsi untuk efektif
yaitu :
1) Nucleuside Anologue Reverse Transciptase
Intibitor (NRTI). Menargetkan pencegahan protein
reverse transciptase HIV untuk mencegah
perpindahan RNA menjadi DNA.
2) Non-Nucleuside reverse transciptase intibitor
(NNRTI) Memperlambat reproduksi dari HIV
dengan bercampur reverse transciptase (suatu
enzim viral yang penting).
3) PI (Protease intibitor)
Menargetkan protein protease HIV dan
menanamnya sehingga suatu virus tidak dapat
berkumpul pada sel tuan rumah dan dilemparkan.
b. Rehabilitasi
Dengan memberikan konseling untuk memberikan mental
dan psikologis membantu merubah perilaku, cara hidup sehat,
menemukan solusi dari permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya.
c. Edukasi
Untuk mendidik pasien dan keluarga tentang bagaimana
menghadapi hidup bersama AIDS, tanggung jawab keluarga,
masyarakat yang disertakan.
11. Hal-hal lain disertakan
a. Pencegahan HIV/AIDS
1) A : Abstinancy
Tidak melalukan hubungan seks atau menghindari seks yang
bebas dan jangan pernah melakukan hubungan seks dengan
pasangan yang berbeda-beda.
B : Be Faithful
Setia pada satu pasangan masing-masing
C : Condom
Menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual
yaitu menggunakan condom
D : Don’t Injeks atau Drugs
Dont’s Injeks yang dimaksudkan ini adalaha tidak
menggunakan jarum suntik secara bergantian dan tidak
menggunakan narkoba.
E : Education
Aktif mencari informasi yang benar tentang penyakit
HIV/AIDS
b. Virus HIV Tidak Menular melalui :
Makan dan minum bersama.
Menggunakan alat makan dan minum bersama.
Pemakaian fasilitas umum bersama.
Senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
Air liur, keringat dan gigitan nyamuk.
4. Kolaborasikan Dapat
dalam pemberian memberikan
body lotion/ efek nyaman
handbody dan tidak kasar
pada kulit
pasien
4. Kolaborasikan
dalam pemberian Antipiretik
obat antipiretik mampu
menurunkan
suhu tubuh
pasien atau
menstabilkan
suhu pada
pasien yang
mengalami
hipertemi
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/35119/Chapter
%20II.pdf?sequence=4 diunduh pada tanggal 13 juni 2018
Laporan Pendahuluan
Oleh:
………………………………….
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019/2020
Lembar Pengesahan
Telah disahkan dan diterima oleh Clinical Instruktur (CI) dan Clinical Teacher
(CT) Aplikasi Keperawatan III sebagai syarat memperoleh nilai dari Keperawatan
Klinik VI dan klinik V Program Studi Keperawatan STIKes BULELENG.
Singaraja,.................................. 2018
Clinical Instructure (CI) Clinical Teacher (CT)
Ruang ............................. STIKes BULELENG,
............................................................... ...............................................................
NIP. NIK.