Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

HIV/AIDS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah jenis penyakit
yang hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat
laun akan jatuh kedalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan.
Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan berbagai infeksi baik
akibat virus, jamur, bakteri, maupun parasit. Keadaan infeksi ini dikenal
dengan infeksi infeksi oportunistik. (Jein, 2006)
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah
sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV yang termasuk famili
retroviridqq AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Sudoyo
Aru, dkk, 2009)
AIDS adalah suatu penyakit menular yang diakibatkan oleh virus
HIV. Virus ini menyerang sistem imun tubuh, sehingga orang yang
terkena virus ini akan rentan terhadap setiap jenis penyakit infeksi.
(WHO, 2006)
2. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia
Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi
asam dedsiribunokleat (DNA) setelah masuk sel penjamu. Penularan
virus ditularkan melalui : Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang
tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang tidak sehat karena
telah terinfeksi HIV, jarum suntik/ tindik/ tato yang tidak steril dan
dipakai bergantian, mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus
HIV, dan ibu penderita HIV positif kepada bayinya.
3. Tanda dan Gejala
WHO membagi empat stadium klinik pada pasien yang terinfeksi
HIV/AIDS sebagai berikut :
a) Stadium I Asimptomatik :
1) Tidak ada penurunan berat badan
2) Tidak ada gejala atau hanya limpadenopati
generalisata persisten
b) Stadium II Sakit Ringan :
1) Penurunan berat badan 5-10%
2) ISPA berulang, misalnya sinusitis, tonsilitis,
faringitis
3) Herpes zooter dalam 5 tahun terakhir
4) Luka disekitar bibir
5) Ruam kulit yang gatal
6) Ulkus mulut berulang
7) Infeksi jamur pada kuku
c) Stadium III Sakit sedang :
1) Diare kronik tanpa sebab > 1 bulan
2) Penurunan berat badan > 10%
3) Demam yang menetap
4) Kandidiasis oral menetap
5) TB paru dalam 1 tahun terakhir
6) Infeksi bakteria yang berat (pneumoni, piomiostis,
dan lainnya)
7) Anemia (HB < 8%), Neiropenia (< 5000/ml),
trombositopenia kronis (<50.000/ml)
d) Satdium IV Sakit Berat (AIDS) :
1) Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome)
2) Pnemoni bacterial yang berat berulang
3) Herpes simpleks useratif lebih dari satu bulan
4) Kandidiasis esophagial
5) TB ekstrapulmonal
6) Sarkoma kaposi
7) Abses otak taksoplasmosis
8) Encepalopati HIV
9) Menginitis kriptokokus
10) Infeksi mikrobacterium non- TB meluas
11) Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV
4. Patofisiologi
HIV masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu
vertikal, horizontal dan transeksual. HIV dapat mencapai sirkulasi sistem
secara langsung dengan diperantai oleh benda tajam yang mampu
menembus dinding pembuluh darah atau tidak langsung melalui mukosa
yang tidak intake berada dalam sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak
paparan pertama HIV dapat dideteksi dalam pembuluh darah
(Masroudin, 2007).

Perjalanan khas infeksi HIV yang tidak diobati berjangka waktu


sebentar sekitar satu dekade. Tahap-tahapannya meliputi infeksi primer,
penyebaran virus ke organ limfoid, peningkatan ekspresi HIV, penyakit
klinis dan kematian. Durasi antara infeksi primer dan progesi menjadi
penyakit klinis rata-rata sekitar 10 tahun. Pada kasus yang tidak diobati,
kematian terjadi setelah dua tahun onset gejala.

Setelah infeksi primer, selama 4-11 hari masa antara infeksi mukosa
dan viremia permulaan. Viremia dapat terdeteksi selama 8-12 minggu. Virus
tersebar luas pada tahap ini dan menjangkit organ limfoid serta terjadi
penurunan jumlah sel T-CD4 yang beredar secara signifikan. Respon imun
terhadap HIV terjadi selam 1-3 bulan setelah terinfeksi viremia, plasma
menurun dan level CD4 kembali meningkat tetapi respon imun tidak mampu
menyingkirkan infeksi secara sempurna dan sel-sel yang terinfeksi HIV
menetap dalam limpoid.

Masa rentang klinis dapat berlangsung selama 10 tahun. Selama masa


ini terjadi replikasi virus. Siklus hidup virus dari saat infeksi sel berikutnya
rata-rata 2-6 hari. Limfosit T-CD4 merupakan target utama yang
bertanggung jawab memproduksi virus.

Pasien akan menderita gatal-gatal konstitusi yang nyata seperti


infeksi oportunistik dan neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat
terdeteksi dalam plasma darah selama tahap infeksi yang lebih lanjut. HIV
ditemukan pada pasien dengan penyakit tahap lanjutan, biasanya lebih
simptomatik dari strain virus yang ditemukan pada awal infeksi (Jawetz,
2006)

MEKANISME REPLIKASI

Virus HIV melekat pada sebuah sel (sel CD4)

Virus menempel pada dua buah reseptor yaitu reseptor CD4 dan CR5

Virus menembus dan memasukan isinya kedalam sel yang diinfeksi

RNA virus helai tunggal di ubah menjadi DNA helai ganda dibantu oleh enzim reverse
tranciptase

DNA virus bergabung dengan DNA sel inang CD4 dibantu oleh enzim integrase
Virus baru dimatangkan oleh enzim protease

Virus baru keluar dari sel dan mengidentifikasi sel-sel lainnya

5. Epidemiologi
Epidemi HIV/AIDS merupakan krisis global dan tantangan yang
berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial (ILO, 2005). Pada tahun
2008, diseluruh dunia, diperkirakan 33 juta orang hidup dengan HIV.
Setiap harinya terdapat 7.400 infeksi baru HIV 96% dari jumlah tersebut
berada di negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Daerah
subsahara di Afrika merupakan daerah dengan prevalens HIV terbesar,
mencakup 67% dari jumlah keseluruhan orang yang hidup dengan HIV.
Daerah Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Asia Selatan, merupakan
daerah nomor dua terbanyak kasus HIV dengan jumlah penderita 3,6 juta
orang, 37% dari jumlah tersebut merupakan wanita. Indonesia
merupakan satu dari lima negara dengan jumlah penderita HIV yang
besar selain Thailand, Myanmar, Nepal, dan India (HTA, 2010).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Test Saliva
Test ini untuk menditeksi antibodi HIV pada pasien dengan
menguggunakan alat ora sure test dengan akuransi 99,8%. Test
ini digunakan untuk pemeriksaan HIV pada orang Penderita
homophilia yang sulit diambil darahnya karena Resiko
perdarahan dan orang yang menggunakan obat anti koagulan
b. Test Urine
Urine merupakan cairan tubuh yang mengandung virus HIV
namun konsentrasinya rendah sehingga dapat di gunakan untuk
test antibody HIV dengan akurasi 99,8%
c. Elisa
Enzyn liked immunoabsorbent assay (Elisa) test ini. Menditeksi
antibodi yang di buat oleh tubuh terhadap Virus HIV. Antibodi
tersebut biasanya di produksi mulai Minggu ke 2 atau bahkan
setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV karena alasan
inilah maka para ahli menganjurkan pemeriksaan elisa dilakukan
setelah minggu
Ke 12 sesudah melakukan aktivitas seksual yang beresiko tinggi
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi.
d. Western Bolt
Test ini di gunakan untuk mendeteksi antibodi HIV-1. Alat ini
mengandung virus HIV yang telah dilemahkan proralon dan
sinar ultraviolet.
e. IFA
Indirect Fluorescent antibodi (IFA) juga merupakan pemeriksaan
konfirmasi elisa positif. Seperti halnya pemeriksaan diatas IFA
juga menditeksi antibodi terhadap HIV salah satu kekurangan
dari pemeriksaan ini adalah biayanya mahal.
f. PCR test
PCR atau (Polymerase Chaim Reaction) adalah uji yang
memeriksa langsung keberadaan virus HIV didalam darah. Test
ini dapat dilakukan lebih cepat adalah seminggu setelah terpapar
oleh virus HIV karena memerlukan alat yang canggih dan biaya
yang mahal, oleh sebab itu biasanya hanya dilakukan jika uji
antibodi diatas tidak memebri hasil yang pasti.
7. Diagnosis
Diagnosis Klinik :
Keadaan umum :
1) Kehilangan berat badan < 10% dari berat dasar
2) Diare (terus menerus atau intermiten) > 1 bulan
3) Demam
4) Limfa denopati meluas
Kulit kering meluas merupakam dugaan kuat
terinfeksi HIV folikulilir dan psoriasis sering terjadi
pada ODHA tetapi tidak selalu terkait dengan HIV

INFEKSI

Infeksi Jamur  Kandidiasis oral


 Dermatitis soborik
 Kandidiasis vagina kambuhan

Infeksi Vital  Herpes zooter


 Herpes Genetalia
 Kandiloma

Gangguan Pernapasan  Batuk lebih dari 1 bulan


 TB
 Pnemoni kambuhan
 Sinusitis berulang atau kronis

Gejala Neurologis  Nyeri kepala terus menerus


 Demam, kejang
 Menurutnya fungsi kognitif

8. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simpleks, sarcoma, kaposi, HPV oral,
peridonilis HIV, loukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, kecacatan.
b. Neurologik
1) Komples dimensia AIDS karena serangan langsung HIV
pada sel saraf berefek pada perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia dan
isos.
2) Enchelopaty akut, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis, dengan efek
samping sakit kepala malaise, demam paralise
total/parsial
3) Infark serebral karena sifilis meningovaskuler, hipotensi
sistemik dan endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi didominasi oleh serangan HIV
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, limfoma, sarkoma kaposi,
dengan efek : penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi dan dehidrasi
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limfomia, sarkoma
kaposi, dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen
3) Penyakit anoreksia karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi yang sebagai akibat infeksi dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri nectal, gatal dan diare
d. Respirasi
Infeksi karena pneumocystic coviuir, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococus dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, gagal nafas.

e. Dermatologik
Lesi pada kulit, virus herpes simpleks dan zooster dermatitis karena
xorosis, reaksi obat, dekubitus dengan efek nyeri, gatal, sepsis, rasa
terbakar.
f. Pandangan
Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek kekuatan
g. Pendengaran
Kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
9. Pemeriksaan Fisik
a. Suhu
Demam pada umumnya pada orang yang mengidap HIV
kadang-kadang bisa menjadi tanda dari jenis penyakit
infeksi tertentu yang lebih umum pada yang mempunyai
sistem kekebalan tubuh yang lemah.
b. Mata
Cytomegalovirus (MV) adalah komplikasi umum yang
terjadi pada mata, hala ini lebih sering terjadi pada yang
memiliki CD4 kurang dari 100 sel/mcl, bisa terjadi
penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan.
c. Berat Badan
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap
kunjungan. Kehilangan 10% atau lebih dari berat badan
mungkin akibat dari syndrom wasting yang merupakan
salah satu tanda-tanda AIDS.
d. Mulut
Infeksi jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum
pada orang terkena virus HIV.
e. Kelenjar Getah Bening
Pembengkakan kelenjar getah bening sangat umum pada
derita HIV, namun tidak selalu disebabkan oleh HIV.

f. Perut
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukan pembesaran
hati (hepatomegali). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
infeksi baru.
g. Kulit
Pemeriksaan kulit biasanya akan menunjukan adanya
dermatitis ataupun sarkoma kaposi.
h. Genetalia
Pada pemeriksaan genetalia biasanya akan menunjukan
adanya gonorheae herpes.
10. Penatalaksanaan
a. Pemberian obat-obatan anti retroviral (ARV) :
Pengobatan ARV biasanya direkomendasikan ketika jumlah
CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS 2000 atau lebih
rendah. Kombinasikan dari 3 ARV dikonsumsi untuk efektif
yaitu :
1) Nucleuside Anologue Reverse Transciptase
Intibitor (NRTI). Menargetkan pencegahan protein
reverse transciptase HIV untuk mencegah
perpindahan RNA menjadi DNA.
2) Non-Nucleuside reverse transciptase intibitor
(NNRTI) Memperlambat reproduksi dari HIV
dengan bercampur reverse transciptase (suatu
enzim viral yang penting).
3) PI (Protease intibitor)
Menargetkan protein protease HIV dan
menanamnya sehingga suatu virus tidak dapat
berkumpul pada sel tuan rumah dan dilemparkan.
b. Rehabilitasi
Dengan memberikan konseling untuk memberikan mental
dan psikologis membantu merubah perilaku, cara hidup sehat,
menemukan solusi dari permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya.
c. Edukasi
Untuk mendidik pasien dan keluarga tentang bagaimana
menghadapi hidup bersama AIDS, tanggung jawab keluarga,
masyarakat yang disertakan.
11. Hal-hal lain disertakan
a. Pencegahan HIV/AIDS
1) A : Abstinancy
Tidak melalukan hubungan seks atau menghindari seks yang
bebas dan jangan pernah melakukan hubungan seks dengan
pasangan yang berbeda-beda.
B : Be Faithful
Setia pada satu pasangan masing-masing
C : Condom
Menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual
yaitu menggunakan condom
D : Don’t Injeks atau Drugs
Dont’s Injeks yang dimaksudkan ini adalaha tidak
menggunakan jarum suntik secara bergantian dan tidak
menggunakan narkoba.
E : Education
Aktif mencari informasi yang benar tentang penyakit
HIV/AIDS
b. Virus HIV Tidak Menular melalui :
 Makan dan minum bersama.
 Menggunakan alat makan dan minum bersama.
 Pemakaian fasilitas umum bersama.
 Senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
 Air liur, keringat dan gigitan nyamuk.

c. Virus HIV Hanya Tertular Melalui :


 Hubungan seksual tanpa menggunakan pengaman atau
condom.
 Berbagi alat suntik dengan penderita yang positif
mengidap penyakit HIV.
 Melalui transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.
 Persalinan normal dan bayi minum ASI ibu ODHA >
6bulan

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, tanggal lahir, suku/bangsa, agama,
alamat, pekerjaan, diagnosa medis
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan saat ini.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Menentukan gejala yang mulai timbul
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Data yang terhubung dengan pengalaman kesehatan,
pernah mendapatkan perawatan, ada tidaknya alergi dan
pernah tidaknya melakukan operasi
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Mendapatan data tentang hubungan kekeluarga secara
langsung.
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mekanisme koping yang digunakan klien dan keyakinan
klien dalam menjalin kekeluargaan.
c. Pemeriksaan Fisik pada HIV/AIDS
 Penampilan umum
Kesadaran umum, tanda-tanda vital
 Gejala subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa menggigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, berat
badan menurun, nyeri dan susah tidur.
 Kepala
Bentuk kepala, keadaan rambut
 Mata
Keadaan konjungtiva, sklera
 Mulut
Infeksi jamur dan luka mulut
 Kelenjar getah bening
Pembesaran kelenjar getah bening
 Abdomen
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukan hati yang
membesar (Hepatomegali)
 Kulit
Pemeriksaan kulit menunjukan adanya dermatitis
ataupun sarkoma kaposi, kulit kering, gatal, lesi.
 Genetalia
Lesi/eksudat, gonorheae, herpes yang tampak pada
genetalia
 Ekstermitas
Kelemahan, pergerakan kurang baik, tidak mampu
melakukan ADL.
d. Fokus Pengkajian
 Aktifitas dan istirahat
Mudah lelah, toleransi terhadap aktifitas berkurang,
malaise, perubahan tidur.
 Sirkulasi
Penyembuhan luka lambat (bila anomia), pendarahan
lama pada cedera, taki kardial, perubahan TD.
 Intergritas ego
Cemas, depresi, takut, menarik diri, perilaku marah,
menangis, dll.
 Eliminasi
Diare terus menerus disertai atau tanpa kram dada, mual,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
 Makanan/ Cairan
Tidak nafsu makan, mual, muntah, disfagia, nyeri saat
menelan, penurunan berat badan
 Hygiene
Tidak dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari,
penampilan tidak rapi, kurangnya dalam perawatan diri.
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,
berkurangnya kemampuan diri, tidak mampu mengingat,
konsenterasi menurun.
 Nyeri/Kenyamanan
Nyeri umum, sakit, rasa terbakar, pembengkakan pada
sendi, myeri kelenjar.
 Pernapasan
Nafas pendek yang progresif disertai batuk produktif/ non
produktif, sesak
 Keamanan
Riwayat jatuh, pingsan, luka, lamban sembuh, riwayat
transfusi berulang, riwayat penyakit defisiensi imun,
peningkatan imun, peningkatan suhu.
 Seksualitas
Penggunaan kondom yang tidak konsisten, penggunakan
pil KB yang meningkatkan kerentanan virus
 Interaksi sosial
Kehilangan kerabat, orang terdekat, rasa takut untuk
mengungkapkan perasaan, perubahan interaksi keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul :
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
adanya akumulasi sekret
 Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam menelan makanan
 kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
 Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera biologis
 Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan penurunan
imunologis dan adanya lesi
 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot.
 Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit
3. Perencanaan Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji respirasi Mengetahui


bersihan jalan tindakan dan status oksigen keadaan umum
nafas keperawatan pasien pasien
berhubungan selama ...x... jam, 2. Berikan posisi Untuk
dengan adanya diharapkan mampu yang nyaman/ memaksimalka
akumulasi sekret menunjukan semi fowler n ventilasi
bersihan jalan nafas 3. Berikan Mengurangi
efektif dengan informasi kepada rasa cemas
kriteria hasil : pasien tentang pasien dan
1. Menunjukan jalan penggunaan mengoptimalka
nafas yang paten. oksigen n jalan nafas
2. Suara nafas yang 4. Kolaborasi pasien
bersih dengan dokter Memberi
 dalam pemberian penangan yang
obat dan atau tepat dan
nebulizer menyembuhka
n secara tepat

2 Ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Kaji adanya Mengetahui


an nutrisi kurang tindakan alergi makanan ada atau
dari kebutuhan keperawatan tidaknya alergi
tubuh selama ...x... jam, 2. Berikan pada pasien
berhubungan diharapkan nutrisi makanan yang Meningkatkan
dengan terpenuhi dengan ringan, kental dan nafsu makan
ketidakmampuan kriteria hasil : lunak pasien
dalam menelan 1. Tidak ada tanda- 3. Ajarkan cara Mengetahui
makanan tanda malnutrisi mencatat intake makan
2. Intake makanan makanan pada pasien
dalam batas normal 4. Kolaborasikan
dengan ahli gizi Menentukan
tentang nutrisi kebutuhan
yang dibutuhkan nutrisi/ diet
oleh pasien pasien

3 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV Mengetahui


volume cairan tindakan pasien dengan cepat
berhubungan keperawatan penyimpangan
dengan selama ...x..., dan keadaan
kehilangan cairan diharapkan 2. Kaji input dan normal pasien
aktif kebutuhan cairan output cairan Mengetahui
terpenuhi dengan balance cairan
kriteria hasil : 3. Observasi dan elektrolit
1. Membran mukosa adanya tanda- dalam tubuh
lembab tanda syok Agar dapat
2. Tugor kulit segera
normal dilakukan
4. Kolaborasi tindakan jika
dengan dokter terjadi syok
dalam pemberian Asupan cairan
cairan IV bila sangat
perlu diperlukan
untuk
menambah
volume cairan
IV sangat
penting bagi
pasien.

4 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri Mengetahui


berhubungan tindakan pasien secara penyebab
agen penyebab keperawatan berkala dan lokasi nyeri, kualitas,
cedera biologis selama ...x..., nyeri dengan tempat, skal(0-
diharapkan nyeri PQRST 10), dan waktu
pasien teratasi nyeri pasien
dengan kriteria 2. Ajarkan teknik Menenangkan
hasil : relaksasi nafas pikiran pasien
1. Nyeri berkurang dalam yang lagi
2. Pasien rasa mengalami
nyaman 3. Ajarkan nyeri
tentang teknik Pasien bisa
non farmakologik menangani
nyeri jika
4. Kolaborasikan kambuh
dengan dokter Nyeri pasien
dalam pemberian berkurang
obat analgetik dengan
farmokologik

5 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Observasi kulit Mengetahui


intergritas kulit tindakan adanya keadaan umum
berhubungan keperawatan kemerahan atau pasien
dengan selama ...x..., tanda infeksi Pakaian yang
penurunan diharapkan 2. Anjurkan longgar
imunoligis dan intergritas kulit pasien mampu
adanya lesi membaik dengan menggunakan memberikan
kriteria hasil : pakaian longgar kenyamanan
1. Mampu dan
mempertahankan menghindari
intergritas kulit gesekan
dengan baik dengan kulit
Kulit yang
3. Ajarkan pasien bersih akan
untuk menjaga meminimalkan
kebersihan kulit terjadinya
penyakit kulit

4. Kolaborasikan Dapat
dalam pemberian memberikan
body lotion/ efek nyaman
handbody dan tidak kasar
pada kulit
pasien

6 Hambatan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV Mengetahui


mobilitas fisik tindakan sebelum dan keadaan umum
berhubungan keperawatan sesudah latihan pasien
dengan selama ...x..., fisik Memberi
penurunan diharapkan pasien 2. Bantu pasien kemudahn
kekuatan otot mampu melakukan dalam melalukan pasien dalam
aktivitas secara aktifitas melakukan
mandiri dengan kegiatan
kriteria hasil : 3. Ajarkan pasien Mampu
1. Pasien meningkat merubah posisi melalukan
dalam aktifitas fisik (mobilisasi) perpihan
secara mandiri
4. Konsultasikan
kepada terapist Memberi terapi
fisik fisik kepada
pasien jika
diperlukan
7 Hipertemi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu Untuk
berhubungan tindakan tubuh pasien mengetahui
dengan proses keperawatan sesering mungkin perubahan
penyakit selama ...x..., suhu tubuh
diharapkan suhu pasien
tubuh pasien normal
dengan kriteria 2. Berikan Mempercepat
hasil : kompres hangat dalam
1. Suhu normal menurunkan
tubuh (36,5oC – suhu tubuh
37OC) 3. Berikan pasien
pengetahuan
tentang Mengetahui
pencegahan dan mampu
peningkatan suhu menghindari
tubuh gejala-gejala
kejang

4. Kolaborasikan
dalam pemberian Antipiretik
obat antipiretik mampu
menurunkan
suhu tubuh
pasien atau
menstabilkan
suhu pada
pasien yang
mengalami
hipertemi
DAFTAR PUSTAKA

Huda Hamin, Hardhi Kusuma, 2015 “Aplikasi Asuah Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC”. Yogyakarta : Medi Action

Lesmana, Leptia. 2014 “Asuhan Keperawatan HIV/AIDS” dalam


https://septialamona.com/2016/04/4/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
HIV/AIDS/ diunduh tanggal 11 juni 2018

Wilkinson Judith M, Nancy R.Ahem. 2012 “Buku Saku Diagnosis Keperawatan


Edisi 9 Edisi Revisi”. Jakarta : EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/35119/Chapter
%20II.pdf?sequence=4 diunduh pada tanggal 13 juni 2018
Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis


HIV/AIDS

Oleh:

………………………………….
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019/2020
Lembar Pengesahan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis


HIV/AIDS

Telah disahkan dan diterima oleh Clinical Instruktur (CI) dan Clinical Teacher
(CT) Aplikasi Keperawatan III sebagai syarat memperoleh nilai dari Keperawatan
Klinik VI dan klinik V Program Studi Keperawatan STIKes BULELENG.

Singaraja,.................................. 2018
Clinical Instructure (CI) Clinical Teacher (CT)
Ruang ............................. STIKes BULELENG,

............................................................... ...............................................................
NIP. NIK.

Anda mungkin juga menyukai