Anda di halaman 1dari 6

Nixie Sabari

1523017051

TUGAS MANDIRI GIZI KESEHATAN MASYARAKAT : STUNTING

Description of Nutritional Status and the Incidence of Stunting


Children in Early Childhood Education Programs in Bali-
Indonesia
PENDAHULUAN

Usia dini pada anak sering disebut dengan golden age dimana ini merupakan masa aktif anak
diikuti dengan pertumbuhan dan perkembangan sehingga kebutuhan nutrisi harus terpenuhi dan
seimbang. Selain itu, periode ini rentan terhadap kontak lingkungan dan dibutuhkannya perhatian
lebihm khususnya kecukupan gizi. Masalah gizi yang terjadi pada balita, terutama gizi kurang
dan stunting adalah dampak dari kondisi ibu/calon ibu selama kehamilan, periode fetus, balita,
termasuk penyakit yang diderita selama masa kanak-kanak. Nutrisi yang tidak kuat dan stunting
di bawah 5 tahun dapat menghambat perkembangan dari anak, yang nantinya dapat memberikan
dampak negatif dalam kehidupan seperti penurunan intelektual, kerentanan terhadap penyakit,
penurunan aktivitas akibat kemiskinan, dan risiko berat badan lahir rendah (BBLR).

Setiap orang tua pasti menginginkan keseimbangan pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental yang optimal pada anak mereka. Dikarenakan, 10-30 tahun yang akan datang, anak-anak
akan menghadapi lebih banyak tantangan sehingga fisik dan mental mereka harus sehat agar
dapat mencapai kesuksesan di masa depan. Data WHO menunjukkan bahwa kasus kurang berat
di dunia 15.7% dan kelebihan berat badan 6.6.%. Secara nasional di Indonesia, prevalensi gizi
buruk pada tahun 2013 mencapai 19.6%, mencakup 5.7% malnutrisi dan 13.9% gizi kurang.
Hasil dari Penelitian Kesehatan Dasar pada tahun 2007 sampai 2013 menunjukkan fakta yang
menonjok bahwa anak dengan berat badan kurang di Indonesia meningkat dari 18.4% menjadi
19.6%, stunting juga meningkat dari 36.8% menjadi 37.2%, wasting juga meningkat dari 13.6%
menjadi 12.1%. Menurut WHO, prevalensi stunting menjadi masalah kesehatan umum jika
prevalensinya ≥20%.
Masalah gizi yang umum di Bali 2015-2017 menunjukkan kasus gizi buruk mengalami
penurunan yang sangat kecil hanya 9.0% (2015) menjadi 8.6% (2017), dengan prevalensi
tertinggi di wilayah Buleleng 14.4%, kasus wasting meningkat 5.9% menjadi 6.3% (2017)
dengan prevalensi tertinggi di wilayah Jembrana (12.8%). Pada kasus stunting mengalami
penurunan yang sedikit juga yaitu 20.7% menjadi 19.0% (2017), dengan prevalensi tertinggi di
wilayah Buleleng 28.9%.

Status gizi anak prasekolah merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang
tua. Pertumbuhan pada masa praskolah harus diperhatikan secara khusus karena gizi kurang yang
terjadi pada masa golden age ini tidak bisa diperbaiki (irreversible). Malnutrisi kronis dapat
disebabkan oleh kemiskinan, cara asuh yang tidak tepat, dan ketidakpedulian orang tua untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya. Hal-hal ini dapat menyebabkan penurunan perkembangan
kemampuan kognitif anak, rentan terhadap penyakit dan rasa kompetitif yang rendah. 1000 hari
pertama dari seorang anak merupakan periode kiritikal yang dapat menentukan masa depannya,
dan dalam periode tersebut anak-anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang
serius. Masalahnya adalah ketika setelah 1000 hari berlalu itu, efek samping dari malnutrisi sulit
untuk diterapi.

Mengingat dampak dari anak yang mengalami masalah gizi (kelebihan dan kekurangan
berat badan) juga stunting, evaluasi dan observasi dari status gizi sangatlah penting minimal
dilakukan sebulan sekali. Program usia dini harus dilakukan pemantauan status gizi anak dengan
menimbang dan mengukur tinggi anak setiap bulan secara teratur yang kemudian dilaporkan
dalam pertemuan dengan orang tua masing-masing anak sehingga orang tua dapat mengetahui
perkembangan dari kesehatan anak, khususnya status gizi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari status gizi dan angka kejadian
stunting dari anak berpendidikan usia dini di Provinsi Bali yang kemudian dapat digunakan
sebagai informasi bagi masyarakat dan pihak yang terkait serta dapat melakukan penanganan
dalam masalah gizi dan mencegah terjadinya peningkatan masalah gizi secara luas di Provinsi
Bali.
METODE

Penelitian ini merupakan penelitian obervasional dengan menggunakan cara cross-sectional.


Penelitian ini dilakukan dengan mengambil masing-masing program anak usia dini secara acak
di daerah Bangli, Gianyar, Singaraja Regency, dan Denpasar di mana area-area tersebut masih
didapatkan kasus stunting dan malnutrisi. Populasi untuk penelitian ini adalah semua anak usia
dini dari 4 sekolah yang di observasi dan dipilih secara acak (satu sekolah dari satu daerah).
Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dengan kriteria : program anak usia dini,
usia 4-6 tahun, laku-laki atau perempuan, dan menjalankan pendidikan saat dilakukan
pengambilan data ini. Data yang diambil meliputi berat badan, tinggi badan, dan usia dari anak.
Status gizi didapatkan dengan membandingkan berat badan dengan usia, kemudian stunting di
evaluasi dengan membandingkan tinggi badan dengan usia. Standar referensi untuk standar
antropometri yang digunakan untuk penelitian status gizi anak berdasakan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia no. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tanggal 30 Desember 2010. Standar itu
termasuk indeks berat badan mengikuti anak-anak dengan usia 0-60 bulan dikategorikan
kelebihan berat badan jika ambang batas (z-score) > 2 SD, baik jika – SD sampai 2 SD, dan
kurang beratb adan yang parah jika < -3 SD. Sementara itu, tinggi atau panjang indeks mengikuti
anak –anak dengan usia 0-60 bulan dikategorikan tinggi jika ambang batas (z-score) > 2SD,
normal jika -2 SD sampai 2 SD, pendek jika -3 SD sampai < -2 SD, dan sangat pendek (stunting)
jika < -3 SD.

HASIL

Karakterisitik Sampel :

Sampel yang di observasi sebanyak 53 anak dengan jumlah yang hampir sama perempuan dan
laki-laki, 26 (49.06%) laki-laki dan 27 (50.94%) perempuan dengan usia antara 4-6 tahun.

Status Gizi Anak :

Status gizi anak dihasilkan oleh pola konsumsi makanan anak itu sendiri. Konsumsi dari nutrisi
yang memadai sesuai dengan kebutuhan nuktrisi anak akan memberikan dampak baik bagi anak
itu sendiri, sementara konsumsi nutrisi yang berlebihan atau kurang akan memberikan amsalah
gizi pada anak. Status gizi anak dengan usia antara 4-6 tahun dinilai berdasarkan BB/U. Kasus
malnutrisi di Provinsi Bali masih tergolong tinggi dengan 35.85% didapatkan anak kekurangan
berat badan dan 3.77% didapatkan anak kelebihan berat badan.

Kejadian Stunting :

Stunting merupakan akibat dari status berat badan di bawah ideal yang kronis pada pertumbuhan
dan perkembangan dari kehidupan dini. Setelah dilakukan pengukuran tinggi, kemudian dengan
usia dibandingkan dengan standar z-score didapatkan 9.43% anak pendek dan tidak didapatkan
anak yang sangat pendek (stunting).

DISKUSI

Status Gizi Anak

Status gizi adalah ukuran dari kondisi tubuh seseorang yang bisa dilihat dari konsumsi makanan
dan penggunaan nutrisi dalam tubuh. Penentuan klasifikasi status gizi di Indonesia umumnya
menggunakan ukuran standar oleh World Health Organization-National Center for Health
Statistics (WHO-NCHS). Berdasarkan WHO-NCHS status gizi standar dibagi menjadi 4 kategori
yaitu kelebihanberat badan, gizi baik, kekurangan berat badan, dan gizi buruk (kurang berat
badan yang parah).

Hasil penelitian menunjukkan 60.38% anak dengan gizi baik, 35.85% berat badan
kurang, dan 3.77% berat badan lebih. Secara nasional, hasil pemantauan status gizi pada balita
tahun 2017 menunjukkan sebagian besar mereka (80.4%) dengan gizi baik, kurang berat badan
yang parah 3.8%, kurang berat badan 14.0%, dan kelebihan berat badan 1.8%. Sulaiman et al.
(2018) mempelajari tentang prevalensi dan penentu kurang berat badan di antara anak-anak
berusia di bawah 5 tahun di daerah pedesaan Utara Sudan ditemukan bahwa 32.7% sampel
kurang berat badan dan 22.5% kurang berat badan yang parah. Penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Chaundhary et al. (2018) di Ahemdabad India tentang status gizi anak menunjukkan 43.3%
kurang berat badan dari sampel.

Asupan nutrisi pada anak berperan penting dalam pertumbuhan pada anak secara optimal.
Asupan gizi yang adekuat atau kurang pada anak dapat dinilai dengan keadaan status gizi
ditandai oleh anak-anak yang kurus, normal, dan gemuk. Kurangnya asupan gizi akan
menyebabkan kondisi kesehatan anak yang kurang baik, gangguan tumbuh kembang, dan dapat
juga menyebabkan kematian. Balita yang memiliki defisiensi gizi rentan terhadap infeksi dan
mempengaruhi nafsu makannya, jika diet anak tidak terpenuhi dengan baik maka perkembangan
anak akan terganggu.

Kejadian masalah gizi sangat kompleks dikarenakan terkait dengan banyak faktor seperti
pengetahuan gizi, status sosio-ekonomi keluarga temasuk kemiskinan, masalah budaya di
masyarakat dan kepercayaan yang ada, cara pengolahan makanan, dan diet. Ini konsisten dengan
penelitian Myrnawati dan Anita (2015) yang melaporkan bahwa ada pengaruh langsung dari
pengetahuan gizi, status sosio-ekonomi, dan diet terhadap statu gizi pada usia dini di Kota
Semarang. Sadiya et al. (2015) juga menemukan adanya hubungan antara diet dengan status gizi
pada anak dengan usia dini di wilayah Mojokerto.

Kejadian Stunting

Stunting digambarkan sebagai kondisi kurangnya berat badan yang kronis dari pertumbuhan dan
perkembangan dari usia dini seorang anak. Keadaan ini didapatkan dengan hasil z-score dari
tinggi menurut usia (TB/U) kurang dari (-2) standar deviasi pertumbuhan berdasarkan WHO.
Stunting yang terjadi di bawah usia 5 tahun dapat menghambat perkembangan anak, seperti
penurunan intelektual, rentan terkena penyakit, penurunan produktivitas akibat kemiskinan dan
risiko berat badan lahit rendah (BBLR).

Didapatkan hasil 9.43% dari anak-anak masuk dalam kategori pendek, 73.58% normal,
dan sisanya 16.89% tinggi. Walaupun persentasi anak yang pendek kurang dari 10%, tetap harus
ditangani dengan serius. Stunting yang tidak ditangani dengan benar akan memberikan dampak
pada sosial anak, dalam jangka panjang akan mengganggu kesehatana, pendidikan, dan
produktivitas. Secara keseluruhan, hasil dari observasi status gizi pada balita tahun 2017
menunjukkan sebagian besar dari mereka (70.4%) normal, (19.8%) pendek, dan (9.8%) stunting.
Sulaiman et al.. (2018) mengevaluasi status gizi pada anak di Utara Sudan, menemukan bahwa
42.5% sampel pendek dan 28.2% stunting. Penelitian lain yang dilakukan Chaundharu, et al.
(2018) di Ahmedabad India menujukkan prevalensi dari kasus stunting sekitar 65.2%.

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak. Status gizi pada ibu
hamil sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan dari janin. Gangguan pertumbuhan
dalam rahim dapat menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Penilitian oleh Paudel et al.
(2012) di Nepal menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai
risiko lebih tinggi terhadap kejadian stunting. Lama kelahiran dengan kejadian stunting.
Penelitian Meilyasari dan Isnawati (2014) di Kendal menujukkan bayi dengan jangka pendek
kelahiran mempunyai risiko yang tinggi untuk terkena stunting. ASI ekslusif dengan kasus
stunting. Penelitian Fikadu et al. (2014) di Selatan Ethiopia membuktikan bahwa bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh mempunyai risiko tinggi terhadap stunting.
Pendapatan keluarga, edukasi orang tua, pengetahuan ibu akan gizi, dan jumlah anggota keluarga
dapat mempengaruhi kejadian stunting. Penelitian Kesehatan Dasar melaporkan bahwa kejadian
stunting pada bayi dipengaruhi oleh rendahnya pendapatan dan edukasi pada orang tua.
Penelitian dari Nasukhah et al (2012) di Semarang menunjukkan jumlah anggota keluarga
mempunyai risiko terjadinya stunting pada anak dengan usia 24-36 bulan.

Penelitian lain oleh Aridiyah et al. (2015) di wilayah Jember menemukan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kejadian stunting pada anak di bawah 5 tahun di daerah pedesaan dan
perkotaan antara lain adalah edukasi selama masa kehamilan, pendapatan keluarga, pengetahuan
ibu mengenai gizi, ASI eksklusif, kekurangan zinc, kekurangan zat besi, riwayat penyakit selama
masa kehamilan, dan faktor genetik dari orang tua.

Menurut temuan penelitian yang sudah ada ini, bisa disimpulkan agar menyarankan orang
tua dan penyelenggara kesehatan haru menekankan perhatian khusus terhadap syarat
terpenuhinya gizi anak sehingga anak tidak mengalami malnutrisi. Pengambilan data juga perlu
diperluas dengan melakukan survei secara rutin menentukan status gizi dan mencari faktor-faktor
yang dapat menyebabkan malnutrisi dan stunting. Dengan begitu, perkembangan yang optimal
dapat terlihat.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : status nutrisi dengan BB/U didapatkan 35.85% anak
dengan kekurangan berat badan, 60.38% gizi baik, dan 3.77% anak dengan kelebihan berat
badan dan kasus stunting dengan TB/U didapatkan 9.43% anak masuk dalam kelompok pendek,
73.58% normal, dan 16.98% tinggi.

Daftar pustaka : https://www.balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/viewFile/1219/pdf

Anda mungkin juga menyukai