Anda di halaman 1dari 21

MODUL PENERIMAAN

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAH

DISUSUN OLEH:

Kelompok 7

Cynthia Atika Dewi 07 / 1302170123

I Dewa Made Vedanta Dwipayana 16 / 1302170764

Nabila Maharani Agfi 25 / 1302170400

Shafira Shaliha 34 / 1302170543

KELAS:

D III AKUNTANSI 5-09

Politeknik Keuangan Negara STAN

Jalan Bintaro Utama sektor V, Bintaro Jaya

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah “Modul Penerimaan” dalam rangka memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi Pemerintah.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan kami memohon maaf atas
ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Syukur kami panjatkan apabila makalah ini telah
memaparkan modul penerimaan pada SIAP dengan sehingga dapat membantu kami maupun pembaca
dalam proses belajar mengajar ini.

Tangerang Selatan, 3 Desember 2019

Kelompok 7 Kelas 5-09

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1

a. Latar Belakang................................................................................................................................... 1

b. Dasar Hukum ..................................................................................................................................... 2

c. Kerangka Teori .................................................................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 4

a. Bagian Proses Bisnis, Input proses/aktivitas, dan output (MODUL PENERIMAAN) .......................... 4

b. Keterkaitan dengan modul atau sistem lain ................................................................................... 10

BAB III .......................................................................................................................................................... 13

PENUTUP ..................................................................................................................................................... 13

a. Pengendalian................................................................................................................................... 13

b. Kesimpulan...................................................................................................................................... 13

c. Saran ............................................................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Administrasi keuangan negara secara tertib merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.
Pelaksanaan pembangunan yang selama ini didorong penyelenggaraannya sangat membutuhkan
perencanaan keuangan negara yang memadai, dan hal tersebut membutuhkan penyelenggaraan
administrasi keuangan negara yang tertib dan memenuhi syarat sebagaimana yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Domai, 2002:29). Atas dasar itu proses administrasi
keuangan negara dalam sistem pemerintahan sangat penting dan berpengaruh besar terhadap
pelaksanaan pembangunan.

Sejak tahun 2003, telah diterbitkan tiga undang-undang di bidang pengelolaan keuangan negara,
yaitu UU 17/2003 Tentang Keuangan Negara, UU 1/2004 Tentang Perbendaharaan Negara, dan UU
15/2004 Tentang Pemeriksaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Hal yang terpenting di dalam
perundang-undangan tersebut adalah penggabungan anggaran rutin dan pembangunan, dan penerapan
anggaran berbasis kinerja, dimana setiap penggunaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan
hasilnya (output, outcome). Perubahan tersebut menuntut penerapan pengawasan yang dapat
menjamin tercapainya hasil dengan penggunaan anggaran yang telah ditetapkan. Namun, hingga saat ini
reformasi dalam pengelolaan keuangan negara ini masih menghadapi kendala, antara lain belum
terbangunnya sistem atau manajemen yang mampu mendukung penerapan kebijakan pengelolaan
keuangan negara yang benar-benar didasarkan pada kinerja unit kerja atau lembaganya.

Salah satu wujud dari kegiatan administrasi keuangan negara adalah penatausahaan atas
penerimaan negara (Government Receipt). Hingga saat ini Indonesia belum mempunyai sistem baku
yang terintegrasi dalam pengelolaan Government Receipt. Saat ini sedang diupayakan salah satu sistem
dalam penatausahaan Government Receipt dengan menggunakan yang diberi nama MPN (Modul
Penerimaan Negara) dan juga telah diupayakan integrasinya dengan jajaran eselon satu lainnya di
kemeterian keuangan melalui penyempurnaan MPN dengan sistem MPN-G2. Secara umum
penatausahaan penerimaan negara melalui MPN diharapkan mampu untuk menciptakan suatu sistem

1
penerimaan negara yang terintegrasi dalam satu database, di mana sebelumnya penatausahaan
penerimaan negara dilakukan secara terpisah oleh Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai serta Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dengan hanya satu data base, maka tujuan utama
pengelolaan keuangan Negara yaitu memudahkan koordinasi dari masing-masing institusi dan dapat
diarahkan sesuai dengan apa yang diprioritaskan dan dituju oleh Pemerintah dapat dicapai. Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengamanatkan
pemanfaatan teknologi informasi harus dilakukan secara baik, bijaksana, bertanggung jawab, efektif,
dan efisien agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Maka pengembangan
MPN difokuskan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi yang salah satunya
adalah pengembangan sistem pembayaran penerimaan negara yang lebih modern (transaksi elektronik)
yangselanjutnya disebut/ditulis dengan istilah MPN-G2 (electronic – Modul Penerimaan Negara).

b. Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
 Peraturan Menteri Keuangan No 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara secara
Elektronik dan Perubahannya
 PMK No 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
 Peraturan Dirjen Perbendaharaan No PER-07/PB/2014 tentang Penatausahaan Penerimaan
Negara pada SPAN
 Peraturan Dirjen Perbendaharaan No PER-05/PB/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konfirmasi
Setoran Penerimaan Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 96/PMK.05/2017 tentang Tata Cara Pembayaran atas
Transaksi Pengembalian Penerimaan Negara;
 Peraturan Dirjen Perbendaharaan PER-43/PB/2014_Perdirjen Petunjuk Teknis UAT MPN G2
 Peraturan Dirjen Perbendaharaan No PER-07/PB/2014 tentang Penatausahaan Penerimaan
Negara pada SPAN

c. Kerangka Teori
Mulai tahun 2006 Kementerian Keuangan mengimplementasikan Modul Penerimaan Negara
(MPN) untuk menatausahakan penerimaan negara. MPN adalah Modul penerimaan yang memuat
serangkaian prosedur mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan,

2
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara. Sebagaisuatu
sistem, meskipun MPN telah berhasil meletakkan pondasi bagi pengintegrasian sistem penerimaan
negara yang selama ini terkotak-kotak dalam beberapa struktur otoritas, tetapi masih ditemui beberapa
permasalahan/kelemahan. Kondisi tersebut menyebabkan pada hasil audit pada bidang penerimaan
negara tidak diyakini kewajarannya. Meskipun sudah diatur secara administrasi, tetapi secara sistem
praktis tidak ada perbaikan/penyempurnaan.
Penyempurnaan sistem MPN G1 dilakukan dengan membangun sistem baru, yaitu Sistem
Penerimaan Negara Secara Elektronik atau lebih dikenal dengan Modul Penerimaan Negara Generasi
Dua (MPN-G2), yaitu sistem penerimaan negara menggunakan surat setoran elektronik yang dilaunching
Februari 2015 . Secara umum, arah penyempurnaan MPN G2 meliputi perubahan dari sistem manual ke
billing system, dari layanan over the counter (teller) ke layanan on line, dari single currencymenjadi
dapat melayani dalam valas, dari terbatas pada beberapa jenis penerimaan menjadi mencakup
keseluruhan penerimaan. Melalui MPN G-2, penatausahaan negara dilakukansecara terpusat
(sentralisasi) dengan berbasis billing system, dan systemsettlement sebagai upaya integrasi data
penerimaan negara dan penyelesaian status akhir pembayaran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

a. Bagian Proses Bisnis, Input proses/aktivitas, dan output (MODUL PENERIMAAN)


A. Alur dan Cakupan Modul Penerimaan
Modul Penerimaan adalah bagian SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi penatausahaan
transaksi penerimaan negara yang diterima melalui:
1. Rekening milik BUN di Bank Indonesia(Setoran jumlah besar),
2. Bank/Pos Persepsi, dan lembaga lain(G3),
3. Potongan Surat Perintah Membayar atau pengesahan pendapatan dan belanja oleh KPPN.

Diatas merupakan alur dan konfigurasi sistem dalam Modul Penerimaan Negara beserta dengan
alur proses bisnisnya secara umum. Penjelasan gambar adalah sebagai berikut:

1. Rekening milik BUN di Bank Indonesia


Proses bisnis ini terkait dengan Rekening BUN di BI. Setoran yang dilakukan langsung ke
Bank Indonesia pada umumnya adalah setoran dengan jumlah yang besar. Penyetoran
langsung ke BI ini Kas yang berkaitan akan lalu dikelola oleh SPAN melalui modul Cash

4
Management. Yang kemudian dicatat dan dilaporkan pada modul General Ledger SPAN.
Dicatat sebagai penerimaan pada modul Government Receipt.

2. Bank/Pos Persepsi, dan lembaga lain(untuk MPN G3)


Proses bisnis dimulai dari Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor(Penyetor) yang melakukan
registrasi kepada biller dalam rangka mendapatkan kode billing sesuai dengan jenis
setoran/pembayaran penerimaan negara yang akan dilakukan. Proses ini dilakukan melalui
sistem MPN G2-G3 (Sistem Penerimaan Negara berbasis Elektronik/Modul Penerimaan
Negara Generasi 2). Berdasarkan kode billing tersebut penyetor akan melakukan
pembayaran kepada bank/pos persepsi atau lembaga persepsi. Kemudian, melalui MPN G2
akan diproses dari bank ke Kementrian Keuangan. Kas pada bank/pos persepsi akan
diserahkan kepada Bank Indonesia (ter-sentral) yang kemudian akan dikelola oleh SPAN
dalam modul Cash Management. Proses lebih lengkapnya mengenai MPN G2 akan dibahas
pada bahasan dibawah. Dicatat sebagai penerimaan pada modul Government Receipt.
Dicatat dan dilaporkan pada modul General Ledger.

3. Potongan Surat Perintah Membayar atau pengesahan pendapatan dan belanja oleh KPPN
Proses ini berkaitan dengan modul Payment Management atau prosedur penerbitan SPP,
SPM, hingga SP2D. Dimana setoran dari potongan SPM, pengesahan pendapatan, dan
rekening retur dari SP2D yang dibukukan oleh KPPN tersebut akan disetor oleh KPPN dan
akan dikelola oleh modul Cash Management SPAN. Kemudian, dicatat sebagai penerimaan
oleh modul Government Receipt. Kemudian, dicatat dan dilaporkan pada modul General
Ledger SPAN.

Dari ketiga jenis penerimaan diatas akan dilakukan e-rekonsilasi dari data satker dengan
laporan yang dibuat oleh modul GL SPAN. Terkait penerimaan secara garis besar terdapat
penerimaan dari
1. Bank Indonesia (Setoran langsung berupa penerimaan),
2. Bank/Pos Persepsi (Setoran melalui MPN G2 berupa penerimaan), dan
3. Bank Operasional (Penerimaan yang berupa retur pembayaran belanja).

5
B. Penjelasan Jenis Penerimaan
1. Penerimaan melalui KPPN
Berdasarkan PMK No 154/PMK.05/2014, penerimaan negara yang diterima melalui KPPN
merupakan penerimaan yang berasal dari:
a. potongan SPM;
b. pengesahan pendapatan;
c. rekening retur SP2D yang dibukukan oleh KPPN.

Jika penerimaan negara memerlukan NTPN, KPPN dapat menggunakan nomor referensi
penerimaan yang diberikan SPAN. Dimana, NTPN untuk potongan SPM adalah nomor SP2D.

Penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM, KPPN dapat mencetak dan
menyerahkan Bukti Penerimaan Negara (BPN) yang bersangkutan dengan SPAN dengan 2
cara

1. mencetak bukti penerimaan negara (BPN) melalui modul Payment Management di seksi
bank dalam hal yang meminta adalah satker mitra kerja KPPN; dan
2. mencetak Laporan Daftar Penerimaan lewat modul Government Receipt dalam hal yang
meminta adalah KPP mitra kerja KPPN.

2. Penerimaan dari Bank Indonesia


Penerimaan dari BI meliputi
a. Rekening Sub RKUN untuk menampung penerimaan dari penjualan Surat Utang Negara
(SUN)
b. Rekening khusus untuk menampung penerimaan yang terkait dengan penerimaan
pembiayaan, khususnya yang diperoleh dari initial deposit dan replenishment.

3. Penerimaan Negara melalui MPN G2-G3

6
Setoran penerimaan negara yang disetor ke kas negara oleh Wajib Bayar/Wajib Setor/Wajib
Pajak yang dilakukan melalui MPN G2-G3. Sistem MPN G2-G3 menggunakan sistem billing
yang difasilitasi oleh biller (DJA, DJBC, DJP).

MPN merupakan Sistem Penerimaan Negara yang memiliki arti sebagai sebuah sistem yang
berkaitan dengan pengumpulan/pembayaran penerimaan negara. MPN sendiri merupakan
Modul Penerimaan Negara yang memuat serangkaian prosedur mulai dari penerimaan,
penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan
penerimaan negara yang merupakan bagian dari SPAN.

Terdapat beberapa iterasi dari MPN yaitu:


1. MPN G1 (2006)
Modul Penerimaan Negara yang berbasis manual. Terdiri dari 2 tahapan fungsi utama
yaitu inquiry yang masih dilakukan secara manual dengan mengisi surat setoran oleh
penyetor dan yang nanti akan dicatat oleh teller/petugas bank dengan manual dan
payment yang masih dilakukan kepada teller/petugas bank (over the counter). Memiliki
banyak kelemahan dan digantikan oleh MPN G2.

2. MPN G2 (2014, launching Februari 2015)


Modul Penerimaan Negara berbasis elektronik. Berupa pengganti dan penyempurna
dari MPN G1. Dilaksanakan dengan sistem billing yang difasilitasi oleh biller. Terdapat 3

7
subsistem yaitu sistem billing, sistem settlement-switching, dan sistem collecting agent
(CA).

Pembahasan subsistem

a. Sistem Billing

Sistem yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam rangka pembayaran penerimaan negara secara
elektronik. Sistem menghasilkan data tagihan/billing dengan kode billing, yang merupakan kode
identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan
dilakukan WP/WB/WS. Sistem billing dikelola oleh biller, yang merupakan unit eselon I Kementrian
Keuangan, terdiri atas DJP, DJA, DJBC.

b. Sistem Settlement-Switching

Sistem Settlement adalah sistem penerimaan negara yang dikelola oleh DJPb yang memfasilitasi
penyelesaian proses pembayaran dan pemberian NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara).
Berdasarkan kode billing maka sistem memberikan konfirmasi atas permintaan pembayaran yang

8
disampaikan oleh Bank/Pos Persepsi. Setelah memberikan konfirmasi data pembayaran, sistem
settlement menerbitkan NTPN. NTPN dikirim ke sistem CA dan sistem billing secara real time.

Sistem Switching adalah sistem yang menyiapkan interface kea rah sistem settlement dan dari arah
Bank/Pos Persepsi, serta menyiapkan link yang terhubung ke Bank/Pos Persepsi.

c. Sistem Collecting Agent

Sistem pada Bank/Pos Persepsi (pada MPN G3, CA termasuk juga lembaga persepsi lainnya). Memiliki
fungsi untuk menyiapkan interface ke arah sistem settlement dan memungkinkan berjalannya proses
transaksi penerimaan negara dengan men-generate notifikasi transaksi Bank (NTB), mengkredit rekening
kas negara, mencetak/menyediakan fasilitas pencetakan BPN, dan pelaporan ke otoritas sistem
settlement Kemenkeu.

Penjelasan proses:

1. WP/WB/WS akan melakukan registrasi pada website Biller (DJA/DJBC/DJP) terkait dengan jenis
transaksi pembayaran atau penyetoran yang akan dilakukan.
2. Setelah melakukan registrasi maka WP/WB/WS memiliki username dan password.
3. Setelah memasuki laman website dengan data user, maka WP/WB/WS dapat segera membuat kode
billing.
4. Biller akan memproses data yang diberikan WP/WB/WS dan menerbitkan kode billing yang sesuai.

9
5. WP/WB/WS akan melakukan pembayaran atau penyetoran penerimaan negara ke Bank/Pos
persepsi.
6. Kemudian, Bank/Pos persepsi akan melakukan inquiry atas kode billing dan melalui MPN G2
(Settlement) oleh DJPb akan memberikan inquiry response. Jika respons billing valid, Bank/Pos
persepsi akan melanjutkan ke langkah berikutnya.
7. Bank/Pos persepsi melakukan konfirmasi payment kepada sistem settlement MPN G2. Sebelum
melakukan konfirmasi payment, Bank/Pos persepsi harus sudah mendebitkan rekening penyetor
dan menkreditkan rekening kas negara. Jika konfirmasi berhasil, sistem settlement akan
menerbitkan NTPN dan memberikannya kepada sistem CA (Bank/Pos Persepsi) dan sistem billing
(DJA/DJBC/DJP).
8. Berdasarkan NTPN maka akan dilanjutkan pengelolaan kas pada modul-modul SPAN.
9. Dilakukan rekonsilasi pula antara rekening koran Bank dan laporan hasil penerimaan pada SPAN.

b. Keterkaitan dengan modul atau sistem lain

Keterkaitan antara modul penerimaan negara dalam modul span berkaitan dengan beberapa modul,
yaitu modul government receipt, modul payment management, modul cash management, dan modul
general ledger.

10
Namun modul yang berkaitan lang sung dengan modul penerimaan negara adalah modul Government
Receipt dan modul Cash Management.

Seperti yang sudah tergambar dalam bagan diatas, berikut penjelasannya:

1. Keterkaitan dengan Modul Government Receipt.

Modul penerimaan negara adalah bagian SPAN yang melaksanakan fungsi-fungsi penatausahaan
transaksi penerimaan negara.

Setoran penerimaan negara yang disetor ke kas negara oleh wajib bayar, wajib setor dan atau
wajib pajak yang dilakukan melalui :
1. Setoran langsung ke rekening BUN di Bank Indonesia
2. Modul Penerimaan Negara yang saat ini dikenal dengan Modul Penerimaan Negara Generasi
Kedua (MPN G2).
3. Penerimaan negara melalui KPPN.

Ketika pada tahap subsistem dari MPN G2 yaitu settlement, MPN G2 yang dipegang oleh DJPB
akan menerbitkan NTPN atau kependekan dari Nomor Transaksi Penerimaan negara, yang akan
disampaikan ke Government Receipt yang merupakan SPAN yang dipegang oleh KPPN. Jadi
semua transaksi yang sampai menimbulkan terbitnya NTPN akan disampaikan oleh DJPB melalui
MPN G2 ke SPAN atau ke KPPN dan akan ditata usahakan (interface) dalam modul Government
Receipt.

2. Keterkaitan dengan Modul Cash Management.

Setelah terbitnya kode billing oleh biller yaitu Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal
Anggaran, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Akan diserahkan kembali kepada wajib setor/
wajib bayar yang nantinya akan melakukan penyetoran penerimaan negara ke Bank/ Pos
Persepsi.

11
Setelah penerimaan negara sudah disetor, kemudian Bank/Pos Persepsi akan menyampaikan ke
bank Indonesia yang berperan sebagai perantara antara penyetor yang menyetor penerimaan
negara dengan bank sentral.

Keterkaitannya dengan modul cash management adalah semua yang sudah diterima oleh bank
persepsi dan bank Indonesia akan diinput ke SPAN yaitu melalui modul cash management.

3. Antara Modul Cash Management dengan Government Receipt


Kemudian hasil input yang ada di dalam modul cash management dengan modul government
receipt akan dilakukan rekonsiliasi.

4. Antara Modul Payment Management Dan Cash Management


Modul cash management merupakan modul yang menjadi sentral, seperti yang sudah
digambarkan dalam bagan. Hubungannya dengan modul payment adalah ketika ada
pembayaran yang harus dilakukan oleh negara melalui modul payment management maka akan
dicatat oleh modul cash management dalam SPAN.

5. Keterkaitan dengan Modul General Ledger


Kemudian modul payment management, modul cash management dan modul government
receipt meneruskan hasil input dari proses transaksi sebelumnya ke modul general ledger yang
akan dijurnal dan ditutup.

12
BAB III

PENUTUP

a. Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan dalam Penerimaan Negara adalah sebagai berikut :
1. Penatausahaan penerimaan negara secara terpusat oleh Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
2. Dengan menerapkan billing system dalam MPN G2, dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya human error dalam perekaman data transaksi.
3. Pengelolaan layanan dan data transaksi bersama dalam sistem MPN G2 menjadi satu
kesatuan database dan informasi penerimaan negara.
4. Adanya pembatasan/validasi agar Rekening Kas Negara tidak dapat dimasuki selain
transaksi melalui mekanisme MPN G2.
5. Kebijakan larangan reversal (pembatalan transaksi). Apabila ditemukan transaksi yang tidak
ditemukan tagihannya atau telah terbayar, maka akan dilakukan error correction (EC).
6. Transaksi time out harus dilanjutkan menjadi transaksi yang sah, apabila respons payment
dari settlement tidak diterima samapi batas waktu (25 detik) maka bank/pos persepsi
diminta melakukan re-inquiry otomatis sebanyak tiga kali dengan interval 25 detik. Apabila
masih gagal maka dapat dilakukan secara manual.

b. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerimaan negara dapat diterima melalui Rekening BUN di BI, Bank/Pos persepsi, dan
KPPN.
2. Sistem MPN G1 yang masih secara manual memiliki kelemahan secara fungsional, yaitu
rendahnya kualitas data transaksi penerimaan negara.
3. Penyempurnaan sistem MPN G1 dilakukan dengan meluncurkan sistem MPN G2 yang sudah
berbasis elektronik.
4. Penyempurnaan sistem MPN meliputi basis billing system, pengkreditan ke RKUN, kebijakan
reversal dan error correction, dan perlakuan transaksi time out.

13
5. Sistem MPN G2 memiliki sub sistem : Billing system , Settlement system, dan Collecting
Agent system.

c. Saran
Mengingat pelaksanaan sistem MPN G2 yang masih relatif baru (baru diluncurkan pada
17 Februari 2015), perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem ini berdasarkan kebijakan yang
berlaku, baik itu pada sistem collecting agent (sisi perbankan) maupun subsistem yang lain
(sistem billing dan sistem settlement). Selain itu, juga perlu dilakukan evaluasi apakah sistem
MPN G2 ini sudah memenuhi kebutuhan dari WP/WB/WS sehingga memudahkan dalam
melakukan penyetoran penerimaan negara. Dengan semakin canggihnya teknologi, dapat
dilakukan peningkatan kualitas sistem dan memperluas jaringan (collecting agent) payment.

14
DFD LEVEL KONTEKS

1
DFD LEVEL NOL

2
DFD LEVEL 1
3
4

Anda mungkin juga menyukai