Laporan Kasus Interna Malariaj
Laporan Kasus Interna Malariaj
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SDF
TTL : 14 Februari 1954
Umur : 61 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Hukurila
No. RM : 08-30-39
Tanggal MRS : 3 Agustus 2015
Tanggal KRS : 17 Agustus 2015
2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Demam
b. Keluhan Tambahan:
Menggigil, keringat malam, sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan demam ± 1 minggu sebelum MRS. Pasien
mengatakan demamnya muncul hilang timbul, diikuti dengan rasa
menggigil. Pada malam hari pasien sering berkeringat banyak dan merasa
suhu tubuhnya turun setelah berkeringat, tetapi kemudian suhu tubuhnya
naik lagi. Pasien juga mengeluh sakit kepala yang muncul perlahan-lahan
bersamaan dengan demam. Sakit kepala dirasakan seperti tertimpa beban
berat pada seluruh bagian kepala. Pasien juga mengaku pusing dan mual,
muntah tidak ada, badan terasa lemas, wajah, telapak tangan dan telapak
kaki tampak pucat. Tidak ada sesak napas, tidak ada batuk, tidak ada nyeri
tenggorokan, tidak nyeri dada dan tidak ada nyeri pada perut. Pasien
mengatakan nafsu makannya menurun. BAB/BAK lancar normal.
1
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki keluhan yang sama sebelumnya. Malaria disangkal,
hipertensi disangkal, DM disangkal
e. Riwayat Pengobatan
Pasien minum obat paracetamol untuk menurunkan demam, namun
demam tidak hilang.
f. Riwayat Bepergian
Pasien baru kembali dari Jayapura 2 minggu yang lalu untuk menjenguk
anaknya.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2015
a. Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang
b. Status Gizi: Cukup (BB 43 kg, TB 150 cm, IMT 19 kg/m2)
c. Kesadaran: Compos Mentis
d. Tanda Vital:
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 39,3° Celcius
e. Kepala:
Ekspresi : tampak lemah
Simetris Wajah : simetris
Rambut : hitam beruban, sukar dicabut
f. Mata:
Bola mata: eksoftalmos/enoftalmos (-/-)
Gerakan: bisa ke segala arah, strabismus (-/-)
Kelopak mata: xanthelasma (-/-), edema (-/-)
Konjungtiva: Anemis (+/+), ikterus (-/-)
Pupil: isokor (3 mm/3 mm), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tidak langsung (+/+)
2
Kornea: pterigium (-/-), injeksi siliaris (-/-)
g. Telinga:
Aurikula: tofus (-/-), sekret (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-)
Pendengaran: kesan normal
Prosesus mastoideus: nyeri tekan (-/-)
h. Hidung:
Cavum nasi: lapang (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
i. Mulut:
Bibir: sianosis (-), stomatitis (-), perdarahan (-)
Tonsil: sulit dievaluasi
Gigi: intak
Faring: sulit dievaluasi
Gusi: perdarahan (-)
Lidah: kandidiasis oral (-), lidah kotor (+)
j. Leher:
Kelenjar getah bening: pembesaran (-)
Kelenjar tiroid: ukuran normal, simetris, permukaan licin, konsistensi
kenyal, massa (-), nyeri tekan (-)
DVS: JVP = 5-2 cmH2O
Pembuluh darah: Venektasi (-), pulsasi abnormal (-)
Kaku kuduk: negatif
Tumor: tidak ada
k. Dada:
Inspeksi: simetris ki = ka, pembengkakan abnormal (-)
Bentuk: normochest
Pembuluh darah: venektasi (-), spider naevi (-),
Buah dada: simetris kanan kiri, tanda radang (-), massa (-)
Sela iga: pelebaran (-), retraksi (-)
l. Paru:
Palpasi: Fremitus raba simetris ki = ka, nyeri tekan (-)
3
Perkusi: Paru kanan dan kiri sonor, batas paru hepar di ICS V (liver
span 7 cm), batas paru belakang kanan di vertebra torakalis X, batas
paru belakang kiri di vertebra torakalis XI
Auskultasi: bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan Ronki tidak
ada, Wheezing tidak ada
m. Jantung:
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi: redup, batas jantung di ICS III-IV linea parasternalis dextra,
pinggang jantung di ICS III sinistra (2-3 cm dari mid sternum), batas
kiri jantung di ICS V linea midclavicularis sinistra.
Auskultasi: bunyi jantung I, II regular murni, murmur (-), gallop (-)
n. Perut:
Inspeksi: supel, striae (-), caput medusae (-)
Palpasi: nyeri tekan (-), hepar tidak teraba membesar, limpa tidak
teraba membesar, ginjal tidak teraba, tidak teraba massa tumor
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal
o. Alat kelamin: tidak diperiksa
p. Anus dan rectum: tidak diperiksa
q. Punggung:
Palpasi: Nyeri tekan (-), Nyeri ketok CVA (-/-)
r. Ekstremitas:
Edema: Edema pretibial (-/-), Edema tungkai bawah & atas (-/-), tanda
radang (-), hemosiderosis (-), ulkus (-)
Kelenjar getah bening: Pembesaran (-)
4
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Rutin (tanggal 3 Agustus 2015)
PARAMETER NILAI SATUAN NILAI RUJUKAN
6 3
Sel darah merah 2,30 10 /mm 3,8-6,5
Lym % 19,5 % 25-50
Hemoglobin 7,5 g/dL 11,5-17,0
Hematokrit 21,6 % 37-54,0
MCV 94 µm3 80-100
MCH 32,7 pg 27,0-32,0
MCHC 34,7 g/dL 32,0-36,0
Trombosit 15 103/mm3 150-500
PCT 0,021 % 0,150-0,500
PDW 28,5 % 11-18
Leukosit 2,5 10 /mm3
3
4,0-10,0
5. RESUME
Pasien perempuan usia 61 tahun datang dengan keluhan demam ± 1 minggu
sebelum MRS. Pasien mengatakan demamnya muncul hilang timbul, diikuti
dengan rasa menggigil. Pada malam hari pasien sering berkeringat banyak dan
merasa suhu tubuhnya turun setelah berkeringat, tetapi kemudian suhu tubuhnya
naik lagi. Pasien juga mengeluh sakit kepala yang muncul perlahan-lahan
bersamaan dengan demam. Sakit kepala dirasakan seperti tertimpa beban berat
pada seluruh bagian kepala. Pasien juga mengaku pusing dan mual, muntah tidak
5
ada, badan terasa lemas, wajah, telapak tangan dan telapak kaki tampak pucat.
Tidak ada sesak napas, tidak ada batuk, tidak ada nyeri tenggorokan, tidak nyeri
dada dan tidak ada nyeri pada perut. Pasien mengatakan nafsu makannya
menurun. BAB/BAK lancar normal.
Pada pemeriksaan TTV tampak pernapasan lebih cepat 24 x/menit dan suhu
meningkat 39,3°. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kedua mata tampak anemis.
Pada pemeriksaan DDR pertama didapatkan malaria: vivax stadium tropozoid dan
pada pemeriksaan yang kedua didapatkan malaria: falciparum stadium tropozoid.
6. ASSESMENT
a. Malaria Mix (P. Falciparum dan P. Vivax)
b. Pansitopenia
7. DIAGNOSIS BANDING
a. Demam Tifoid
b. Demam Dengue
c. Leptospirosis
8. RENCANA PEMERIKSAAN
a. Darah Lengkap
b. Darah Kimia (Ureum dan Creatinin)
c. DDR
d. Widal
9. TATALAKSANA
- Diet lunak
- IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxonee 2x1 gram/12 jam/IV
- Ketorolac 2x1 gram/12 jam/IV
- Ranitidin 2x 1 gram/12 jam/IV
6
- Paracetamol 3 x500 mg PO
7
5 Agustus 2015 S: Demam (+), susah tidur, nyeri kepala, mual -Diet lunak
(H-3) (+), muntah (-), BAB encer, kuning, lendir -IVFD RL 28 tpm
TD: 90/50 mmHg (-) -Inj. Cefotaxime 1 gram/8 jam/IV
N: 88x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/- (Hari ke-3)
P: 30x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-) -Inj. Metilprednisolon 125 mg/24 jam/
S: 40°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- IV (H-3)
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal -Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/ IV
RBC 1.94 106/mm3 Urogenital: kateter urin (-), -Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
HGB 6.3 g/dL Ext: pitting edema -/-, akral hangat -Paracetamol 3 x500 mg PO
HCT 17.9 % -Darplex 1x3 tab (Hari ke-1)
MCV 93 µm3 A: Malaria Mix + Pansitopenia -Transfusi PRC 1 kantong
MCH 32,4 pg
MCHC 34,9 g/dL
PLT 10 103/mm3
MPV 13.4 µm3
PCT 0,013 %
PDW 31.3 %
WBC 3.8 103/mm3
Malaria : falciparum
stadium tropozoid (+)
6 Agustus 2015 S: Demam (+), susah tidur, nyeri kepala, pusing (+), -Diet lunak
(H-4) mual (+), muntah (-), BAB encer, kuning, lendir -IVFD RL 20 tpm
TD: 140/70 mmHg (-) -Inj. Cefotaxime 1 gram/12 jam/IV (Hari
N: 80x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/- ke-4)
P: 20x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-) -Inj. Metilprednisolon 125 mg/ 24 jam/IV
S: 37°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-
(H-4)
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
Urogenital: kateter urin (-),
-Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/ IV
Ext: pitting edema -/-, akral hangat -Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
-Paracetamol 3 x500 mg PO
-Tunda darplex, ganti Inj. Artem/ 12 jam
A: Malaria Mix + Pansitopenia
IM (H-1) dilanjutkan per 24 jam
7 Agustus 2015 S: Demam (+),nyeri kepala, pusing (+), mual (+), -Diet lunak
(H-5) muntah (-), makan/ minum kurang, BAB encer, -IVFD RL 20 tpm
TD: 120/60 mmHg kuning, lendir (-), darah (-) -Inj. Cefotaxime 1 gram/12 jam/IV (Hari
N: 80x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/- ke-5)
P: 22x/mnt Cor: BJ I & II regular, murmur (-)
-Inj. Metilprednisolon 125 mg/ 24 jam/IV
S: 37,2°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
-Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam/ IV
Urogenital: kateter urin (-), -Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Ext: pitting edema -/-, akral hangat -Paracetamol 3 x500 mg PO (suhu > 39
°C)
-Transfusi PRC
A: Malaria Mix + Pansitopenia
8
8 Agustus 2015 S: Demam (+), sulit tidur, nyeri kepala, pusing (+), -Diet cair 6 x 200cc
(H-6) mual (+), muntah (-), makan/ minum kurang, -O2 sungkup 10 L/menit
TD: 130/80 mmHg BAB encer, kuning, lendir (-), tangan-tangan -IVFD RL/ NaCl 0,9% 38 tpm
N: 72x/mnt sakit -Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV (H-1)
P: 20x/mnt O: Mata: CA +/+, SI -/-
S: 37.5°C Cor: BJ I & II regular, murmur (-)
-Inj. Artem/ 12 jam IM (Hari-1)
BB 43 kg TB 150 cm Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- -Paracetamol drips/ 8 jam (panas)
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal -Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
GDS 147mg/dL Urogenital: kateter urin (-), -Transfusi PRC
RBC 2.03 106/mm3 Ext: pitting edema -/-, akral hangat -Pasang kateter
HGB 6.2 g/dL A: Penurunan Kesadaran +Malaria Mix + Anemia -Takar urin
HCT 17.9 % (normositik normokrom) Berat + Pansitopenia -Cek urinalisa
MCV 88 µm3 -Cek elektrolit
MCH 30.7 pg
MCHC 34.9 g/dL
PLT 22 103/mm3
WBC 2,8 103/mm3
9 Agustus 2015 S: pasien tidak sadar -Diet cair 6 x 200cc
(H-7) O: Keadaan Umum : Somnolen -O2 sungkup 10 L/menit
TD : 90/50 mmHg GCS (E2V2M4) -IVFD RL/ NaCl 0,9% 38 tpm
N : 80x/min Mata: CA +/+, SI -/- -Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV (H-
P : 24x/min Cor: BJ I & II regular, murmur (-) 2)
S : 37,5°C Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- -Inj. Artem/ 24 jam (H-2)
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal -Paracetamol drips/ 8 jam (panas)
Urogenital: kateter urin (+), -Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Ext: pitting edema -/-, akral hangat -Cek Elektrolit
Sedimen:
Eritrosit: 0-1/LPB
9
Leukosit: 1-2/LPB
Epitel: negatif
Kristal: negatif
Silinder: negatif
12 Agustus 2015 S: Pasien sudah mulai membuka mata dan -Lepas NGT, Diet saring
(H-10) berbicara meskipun terbata-bata. -IVFD RL/ NaCl 0,9% 30 tpm
TD: 90/50 mmHg O: Keadaan Umum : Compos Mentis -Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/IV (H-
N: 84x/mnt GCS (E4V4M5) 5)
P: 18x/mnt Mata: CA +/+, SI -/- -Inj. Ranitidin 1 amp/24 jam/IV
S: 36,2°C Cor: BJ I & II regular, murmur (-) -Farbion drip 5000 1 amp/ 24 jam
Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/- -Transfusi PRC/ WBC
Malaria: vivax stadium Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
Ring (+) Urogenital: kateter urin (+),
Ext: pitting edema -/-, akral hangat
10
RBC 2.62 106/mm3 Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-
HGB 8.3 g/dL
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
HCT 25.0 %
MCV 95 µm3 Urogenital: kateter urin (+),
MCH 31,8 pg Ext: pitting edema -/-, akral hangat
MCHC 33,4 g/dL
PLT 12 103/mm3
MPV 12.9 µm3 A: Malaria Mix + Pansitopenia
PCT 0,021 %
PDW 28,5 %
WBC 3.6 103/mm3
16 Agustus 2015 S: Pasien mengeluh sulit tidur, demam (-), -Diet Lunak
(H-14) makan/minum baik, BAB/BAK lancar -DHP 1x3 tab p.o (H-3)
TD: 100/50 mmHg normal -Ranitidin 2x1 tab p.o
N : 76x/min O: Keadaan Umum : Compos Mentis -Farbion 5000 1x 1 tab p.o
P: 20 x/min GCS (E4V4M6)
S : 36°C Mata: CA -/-, SI -/-
Cor: BJ I & II regular, murmur (-)
Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal
Urogenital: kateter urin (-),
Ext: pitting edema -/-, akral hangat
A: Malaria Mix + Pansitopenia
17 Agustus 2015 S: Pasien mengeluh sulit tidur, demam (-), -Primakuin 1x1 tab p.o (14 hari)
(H-15) makan/minum baik, BAB/BAK lancar -Ranitidin 2x1 tab p.o
TD: 100/60 mmHg normal -Farbion 5000 1x 1 tab p.o
N : 96x/min O: Keadaan Umum : Compos Mentis
P: 20 x/min GCS (E4V4M6)
S : 36,5°C Mata: CA -/-, SI -/-
Cor: BJ I & II regular, murmur (-)
Paru: BP vesikuler +/+, Rh/Wh -/-
Abd: Supel, NT/NTE (-), BU (+) Normal =Pasien Boleh Pulang=
Urogenital: kateter urin (-),
Ext: pitting edema -/-, akral hangat
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malaria
2.1.1. Definisi
masal, yang ditularkan oleh nyamuk.1 Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang
tubuh nyamuk, yaitu anopheles betina. Plasmodium malaria yang sering dijumpai
2.1.2. Epidemiologi
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global.
menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta
menyebabkan kematian.
populasi terbesar di daerah Afrika – Sub Sahara. Hingga tahun 2011, 81% kasus
malaria dan 91% kematian akibat malaria terjadi di wilayah Afrika, dengan
populasi yang paling sering terinfeksi adalah anak dibawah lima tahun dan wanita
hamil.1
didapati bahwa malaria masih cukup banyak didapati terutama di wilayah timur
12
merupakan parasit terbanyak penyebab malaria (55%) di Indonesia, kemudian
menurun dibanding tahun 2007 yaitu 2,9%, tetapi di Papua Barat mengalami
adalah 6,0%. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua
(9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7%
dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan
10,7%).4
2.1.3. Etiologi
Malaria adalah suatu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari keluarga
menginfeksi manusia:1,2,5
13
4. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Gambar 2. Plasmodium1
[sumber: Arsin AA. Malaria di Indonesia tinjauan aspek epidemiologi]
2.1.4. Patofisiologi
Saat nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi mengigit manusia, pada
bentuk seksual dari parasit (gametosit). Di dalam saluran cerna nyamuk dimulai
maka sporozoit kemudian menginvasi sel-sel hati. Satu hingga dua minggu
14
skizon, suatu struktur yang mengandung ribuan bentukan merozoit (tahap
selanjutnya dari parasit). Saat skizon dewasa, maka skizon akan pecah dan
melepaskan merozoit ke dalam peredaran darah. Tahap dalam siklus mulai dari
darah dan menginfeksi sel-sel darah merah. Tahap berikutnya parasit berkembang
dalam sel darah merah (blood schizogony) menghasilkan bentuk aseksual parasit
(tropozoit, skizon dan merosoit), juga bentuk seksual parasit (gametosit). Sel
darah merah yang mengandung skizon pecah dan melepaskan merozoit sehingga
15
Gambar 4. Siklus dan Penularan malaria6
[Sumber: US Department of Health and Human Services. Understanding malaria. US:
National Institute of Health; 2007]
Sebagian P. vivax dan P. ovale dapat masuk dalam tahap hipnozoit, suatu
bentuk dormant di dalam sel-sel hati selama berbulan-bulan hingga tahunan. Bila
16
teraktifasi kembali, maka hipnosoit akan berkembang menjadi skizon yang dapat
kepala, rasa tidak nyaman di perut dan otot, serta nyeri sendi, kemudian diikuti
oleh demam, menggigil, berkeringat, anoreksia, muntah dan malaise. Gejala yang
klasik yaitu Trias Malaria secara berurutan fase menggigil atau fase ‘dingin’ yang
bertahan 30 menit hingga 1 jam, fase demam atau fase ‘panas’ yang bertahan 1
hingga 4 jam dan fase berkeringat yang bertahan 1 sampai 2 jam. 1,2,9 Anemia
merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Hal ini disebabkan
Gejala awal malaria muncul secara bervariasi sejak gigitan nyamuk yang
sporozoit, 12-15 hari untuk P. vivax, sekitar 24 hari untuk P. malariae dan sekitar
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan temuan antara lain:
a. Anamnesis1,2,9
17
Pada anamnesis perlu diperhatikan:
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Selain hal diatas, pada penderita malaria berat dapat ditemukan keadaan
dibawah ini:1,2,9
3. Kejang-kejang.
9. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman.
10. Jumlah air seni kurang (oligouria) sampai tidak ada (anuria).
b. Pemeriksaan fisik
18
1. Demam (> 37,5 C)1,5
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis untuk
2. Rapid diagnostic test (RDT). Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat
darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak
tersedia fasilitas laboratorium serta untuk survei tertentu. Mekanisme kerja tes
Diagnosis Banding1,2,9,10
1. Demam Dengue. Pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti
oleh fase kritis 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak pengobatan adekuat.
Ditandai dengan dua atau lebih manifestasi: nyeri kepala, nyeri retro-orbital,
2. Demam Tifoid. Masa tunas 10-14 hari. Minggu pertama muncul demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, batuk dan epistaksis. Sifat
19
3. Leptospirosis. Masa inkubasi 2-26 hari dan rata-rata 10 hari. Gejala yang
2.1.7. Tatalaksana
WHO9 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.5 tahun 201410 antara lain:
Lini pertama: dengan Fixed Dose Combination = FDC yang terdiri dari
Badan (BB) sampai dengan 59 kg diberikan DHP per oral 3 tablet satu kali per
hari selama 3 hari dan Primakuin 2 tablet sekali sehari satu kali pemberian,
sedang untuk BB > 60 kg diberikan 4 tablet DHP satu kali sehari selama 3 hari
dan Primaquin 3 tablet sekali sehari satu kali pemberian. Dosis DHA = 2-4
mg/kgBB/kali (3x/ hari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5 mg/kgBB per hari
(dewasa, 2x/hr selama7 hari) , 2,2 mg/kgBB/hari ( 8-14 tahun, 2x/hr selama7
20
b. Pengobatan malaria vivax dan ovale
(selama 14 hari).
Diberikan lagi regimen DHP yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan
Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakiun dosis
0,25 mg/kgBB/hr sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali
dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah
pengobatan.
Cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari dengan dosis sama dengan
pengobatan malaria lainnya dan dengan dosis sama dengan pengobatan malaria
21
diberikan DHP 1 kali per hari selama 3 hari, serta DHP 1 kali per hari selama 3
Kriteria Rujukan
b. Malaria berat, namun pasien harus terlebih dahulu diberi dosis awal
Artemisinin atau Artesunat per Intra Muskular atau Intra Vena dengan dosis
nutrisi
22
c. Monitoring: temperature, nadi, tensi dan respirasi.
2. Pengobatan simptomatik
parasitemianya. Oleh karena itu dipilih pemakaian obat per parenteral (IV, per
infus atau IM) yang berefek cepat dan kurang menyebabkan terjadinya
resistensi.
dengan 5-10 cc 5% dekstrose disuntikkan bolus IV. Dosis 2,4 mg/kgBB pada
2.1.9. Komplikasi
23
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena plasmodium falciparum
dan sering disebut pernicious manifestations. Sering terjadi mendadak dan tanpa
lain:2,10
a. Malaria serebral. Malaria serebral yang tidak disebabkan oleh penyakit lain
atau >30 menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran harus
b. Anemia berat (Hb <5 g/dL atau hematocrit < 15%) pada keadaan parasit
hemoglobinopati lainnya.2,9,10
c. Gagal ginjal akut (urin < 400 mL/ 24jam pada orang dewasa atau 12 ml/kgBB
f. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik < 70 mmHg disertai keringat
dingin.2,9,10
g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai
i. Asidemia (pH darah <7.25) atau asidosis (biknat plasma < 15 mmol/L).2,9,10
24
2.1.10. Pencegahan
dewasa.
2.1.11. Prognosis
Penyakit ini dapat terjadi kembali apabila daya tahan tubuh seseorang menurun.10
BAB III
DISKUSI KASUS
25
Pasien wanita usia 61 tahun datang dengan keluhan demam sejak ±1
minggu SMRS. Demam muncul hilang timbul disertai menggigil dan keringat
malam. Pasien juga mengeluh sakit kepala seperti tertimpa benda berat. Selain
itu pasien juga mengeluh muntah setiap kali mau makan, lendir dan darah tidak
ada. Pasien juga mengaku wajah pucat dan badannya terasa lemah. Pasien baru
kembali dari Jayapura ±2 minggu yang lalu. Tidak ada sesak napas, nyeri dada
ataupun jantung berdebar. Nafsu makan berkurang. BAK lancar normal. BAB
encer sudah 3x, sejak 1 hari yang lalu, warna kuning tidak ada lendir dan darah.
dengan Malaria Mix (P. falciparum dan P. vivax) + Pansitopenia. Malaria mix
endemik malaria 2 minggu yang lalu dan diperkuat oleh hasil pemeriksaan DDR
terdapat bercak putih pada mulut, keluhan demam. Namun ternyata setelah
bercak putih pada mulut dibersihkan hilang dan tidak tampak kelainan.
26
Kemudian diagnosa banding demam berdarah dengue (DBD) karena terdapat
demam, tetapi pada pemeriksaan Rumple leede (-) tidak ada bintik-bintik
diperbolehkan pulang.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS PATTIMURA OKTOBER 2015
MALARIA MIX
(P. Falciparum & P. Vivax)
. Disusun oleh:
Valentine Hursepuny
NIM. 2010-83-049
Pembimbing:
dr. Denny Jolanda, Sp. PD, FINASIM
29
30