Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern, dengan
bertambahnya sumber daya manusia yang ada di muka bumi, maka munsul keinginan untuk
meningkatkan kualitas hidup melalui bidang pendidikan, sehingga menimbulkan manusia
dengan kualitas yang bagus.
Begitupula sering berjalannya waktu, banyak muncul manusia yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi dan mulai memunculkan ide-ide baru atau konsep-konsep baru baik
yang telah dibuktikan maupun yang belum dibuktikan. Dalam perkembangannya, saat ini
banyak orang mulai berfikir untuk membuat makanan yang menghasilkan beberapa jenis
makanan yang berbeda dengan bahan yang sama, begitu pula untuk mengawetkan makanan
sehingga lebih tahan lama. Salah satu penerapannya yaitu bioteknologi, terdapat beberapa
contoh penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari, adapun yang kami buat adalah
roti.
Kualitas roti secara umum disebabkan karena variasi dalam peng-gunaan bahan baku
dan proses pembuatannya. Jika bahan baku yang di-gunakan mempunyai kualitas yang baik
dan proses pembuatannya benar maka roti yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang
baik pula. Jenis dan mutu produk bakery sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan
formulasi yang digunakan dalam pembuatannya. Variasi produk ini diperlukan untuk
memenuhi adanya variasi selera dan daya beli kon-sumen (Desrosier, 1987).
Roti merupakan salah satu pangan olahan yang terbentuk dari fermentasi terigu
dengan menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau bahan pengembang lainnya
kemudian dipanggang (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Roti khususnya roti tawar merupakan
salah satu pangan olahan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas. Roti
tawar merupakan salah satu jenis roti sponge yang sebagian besar tersusun dari gelembung-
gelembung gas. Harga yang relatif murah, menyebabkan roti tawar mudah dijangkau oleh
seluruh lapisan mayarakat baik dari lapisan bawah, menengah hingga atas. Hal ini dapat
dibuktikan dengan semakin banyaknya industri roti baik dalam skala rumah tangga maupun
industri menengah.
Tujuan
Untuk menambah nilai ekonomis, mengetahui pembuatan roti metode straight dough
dan sponge dough dan untuk diversifikasi produk olahan serealia.
Prinsip
Berdasarkan terbentuknya gluten dari gliadin dan glutenin serta penambahan air dan
ragi, sehingga terjadi proses fermentasi dimana CO2 terperangkap dalam gluten maka adonan
mengembang.
Manfaat
B. Metode
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan untuk proses pembuatan roti yaitu :
- Baskom - Oven
- Pisau - Timbangan dan
- Panci - Lap
Bahan yang dipakai untuk proses pembuatan roti yaitu :
- Tepung terigu (diayak) - Susu skim
- Ragi roti - Garam
- Gula - Shortening
- Air dingin - Keju atau coklat atau jam
* Jumlah air yang pasti ditentukan berdasarkan konsistensi adonan
Diagram Alir
\
Prosedur Kerja
Setelah di uleni
Setelah di fermentasi
Proses pengovenan
Setelah dioven
Setelah di belah dua
Tepung terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan roti. Tepung terigu diproses
atau digiling dari biji gandum (Triticum aesticum). Dalam tepung terigu terdapat protein yang
berfungsi mengikat/ mengabsorbsi air membentuk gluten. Gluten berfungsi menahan gas
CO2 yang dihasilkan dalam proses fermentasi. Karbohidrat dari tepung terigu juga akan
menyerap air menjadi adonan bersama gluten, yang dengan adanya panas dalam oven akan
membentuk gelatin. Gluten dan gelatin ini merupakan kerangka dan jaringan pada roti.
Tepung terigu yang dapat digunakan untuk membuat roti, adalah tepung terigu dengan
kandungan protein minimal 11%.
2. Air
Air dalam pembuatan roti berfungsi sebagai pelarut semua bahan menjadi adonan yang
kompak. Protein bereaksi dengan air membentuk gluten. Karbohidrat tepung bereaksi dengan
air dibantu oleh panas sekitar 64oC atau lebih. .Air berubah menjadi uap di dalam oven,
menyebabkan pengembangan roti menjadi pori-pori dari remah. Persyaratan air untuk roti
adalah pH netral, kandungan mineral normal (hardness 150-300 ppm) dan layak untuk air
minum.
3. Ragi
Ragi berupa gumpalan jenis jamur Saccaromices cerevisioae. Di dalam cairan sel ragi
terdapat sejumlah enzim yang berperan dalam proses fermentasi. Fungsi utama ragi dalam
pembuatan roti, adalah untuk mengembangkan adonan, membangkitkan aroma dan rasa.
Proses fermentasi menghasilkan gas CO2, asam, dan alkohol. Asam berfungsi untuk
melunakkan adonan supaya mudah dibentuk setelah proses istirahat kedua. Alkohol yang
bersifat cair dan gas mudah menguap dan hilang pada proses pembakaran roti karena panas.
Proses fermentasi yang ideal apabila terdapat keseimbangan antara faktor-faktor, antara lain:
jumlah ragi, gula, garam, air, suhu serta derajat keasaman adonan. Jumlah ragi tergantung
jenis ragi sebagai pedoman adalah ragi instan. Bila menggunakan ragi kering dan atau ragi
basah, maka perbandingan nya adalah 1 (ragi instan): 1,5 (ragi kering): 3 (ragi basah).
Ketiga bahan di atas merupakan bahan utama untuk membuat roti. Selanjutnya bahan
keempat hingga ketujuh merupakan bahan tambahan.
4. Garam
Fungsi garam dalam pembuatan roti, adalah pembuat rasa gurih, membangkitkan rasa dan
aroma bahan-bahan-bahan lain, meningkatkan ekstensibilitas adonan, mengontrol aktifitas
ragi dalam proses fermentasi dan berfungsi sebagai pengawet. Garam juga memiliki
astringent effect, yakni memperkecil pori-pori roti.
Pemakaian garam dalam keadaan normal berkisar 1,5-2%. Pemakaian garam lebih rendah
dari 1,5% akan memberi rasa hambar, sedangkan pemakaian lebih dari 2% akan menghambat
laju fermentasi.
5. Gula
Gula dalam pembuatan roti berfungsi sebagai sumber energi bagi ragi. Risidu gula yang
tidak habis dalam proses fermentasi akan memberikan rasa manis dan warna kecoklatan
(golden brown) pada roti. Jumlah gula untuk fermentasi ± 2%. Gula juga berperan pada
proses pewarnaan kulit (karamelisasi gula) pda pembakaran di oven pada temperatur 150ºC.
Gula juga bersifat pengawet (preservative) atau meningkatkan daya simpan roti. Pemakaian
gula lebih dari 8% pada roti tawar akan memberikan sifat empuk yang berlebihan sehingga
bentuk roti tidak tegar, sedangkan pada roti manis sifat empuk terjadi pada kadar gula 15% ke
atas. Peningkatan jumlah gula dalam adonan harus diimbangi dengan penambahan jumlah
ragi agar proses fermentasi tidak terganggu.
Jenis dan bentuk gula untuk roti dapat berupa gula tepung (maltose), gula pasir (sukrosa),
gula cair (fruktosa) dan sirup.
6. Susu
Susu berfungsi sebagai peningkat gizi. Kandungan gula pada susu memiliki sifat yang
sama, yaitu sebagai pewarna kulit.
Protein susu mengandung banyak lysine (asam amino) yang kurang dalam tepung terigu.
Diharapkan dengan pemberian susu, memberikan gizi yang lengkap. Susu juga sebagai
penambah aroma dan cita rasa. Jenis susu yang ideal adalah susu bubuk nonfat.
7. Lemak
Jenis lemak untuk roti adalah shortening berbentuk padat dari tumbuhan atau hewani.
Margarin terbuat dari minyak bantai, sedangkan butter/mentega terbuat dari minyak hewani.
Pastry/ korsvet adalah margarine yang dikeraskan.
Lemak berfungsi sebagai pelumas adonan pada pengembangan sel sewaktu final proof
(pengembangan akhir), yang akan memperbaiki roti. Di samping itu, dapat menjadi
pengempuk, membangkitkan rasa lezat, membantu menahan gas karena gluten lebih
mengikat udara dan membuat volume roti menjadi lebih baik serta membantu/ mempermudah
sifat pemotongan (slicing).
Titik Kritis Pembuatan Roti
Ada beberapa titik kritis peluang masuknya bahan haram ke dalam produk bakery :
Kuas sering dipakai untuk mengoleskan mentega, margarin, telur, cokelat, dll. Hati-hati
dengan bahan bulu kuas, karena umumnya berasal dari bulu babi (bisa mencapai 80-90%).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor boar bristle dan pig/boar
hair periode Januari-Juni 2001 sejumlah 282.983 kg atau senilai US $ 1.713.309 (Jurnal
LPPOM-MUI HALAL, N0. 41/VII/2002).
Pada gagang kuas berbulu babi sering tertulis kata : Bristle, Pure Bristle, 100% China
Bristle, dll. Salah satu makna kata Bristle adalah Pig Hair atau bulu babi (Webster’s
Dictionary) yang berstatus najis apabila basah. Oleh karena itu, roti yang terkena sapuan kuas
najis menjadi terkena najis, sehingga haram dimakan.
Pengganti kuas bulu babi adalah kuas dari bahan plastik (polyester). Perusahaan kuas
merk Ken Master dan Selery juga meproduksi kuas dari bahan halal ini.
2. Rhum
Rhum banyak dipakai untuk mem-buat adonan tercampur dengan baik, agar cake lebih
awet, serta untuk mengikat aroma. Rhum diharamkan karena memiliki sifat khamer. Bahkan
kandungan alkohol rhum bisa mencapai 38-40%. Hati-hati de-ngan roti Black Forest, Sus Fla,
Cake, dll.
Rhum essence (rhum sintetis) juga diharamkan karena membuat konsumen tidak dapat
membedakan rhum ‘asli’ dan rhum ‘sintetis’.
Daging haram (khususnya : babi) dapat masuk dalam berbagai bahan dan produk rerotian.
Produk daging dan olahannya dapat masuk dalam bentuk : daging, sosis, abon, dll.
4. Emulsifier
Emulsifier adalah bahan yang dipakai agar bahan-bahan yang berkadar lemak tinggi dapat
bercampur dengan air ketika dibuat adonan. Beberapa macam emulsifier juga dapat dipakai
sebagai stabilizer (penstabil) adonan roti.
Ada beberapa jenis emulsifier yang lazim dipakai di pasaran, seperti : lesitin, lesitin
kedelai (soya/soy lechitine), dan emulsifier lain yang menggunakan kode E-number. Lesitin
bersifat syubhat karena bisa berasal dari bahan nabati maupun hewani (sapi, babi, dll). Lesitin
kedelai halal karena berasal dari bahan nabati. Hati-hati dengan E-number, karena beberapa
emulsifier (seperti : E471, E472, dll.) ada yang menggunakan bahan dari babi.
5. Ovalet
Ovalet dipakai sebagai pengembang dan pelembut produk bakery. Bahan ini dibuat dari
asam lemak, bisa berasal dari asam lemak hewani maupun nabati (tumbuhan). Apabila
berasal dari tumbuhan, tentu tidak masalah. Namun apabila dibuat dari produk hewani, maka
harus dipastikan berasal dari hewan halal atau hewan haram (babi).
6. Shortening
Shortening sering dikenal dengan istilah mentega putih. Bahan ini berasal dari lemak, bisa
dari lemak hewan, tanaman, maupun campuran keduanya. Shortening sering dipakai untuk
membuat sensasi lembut dan renyah (crispy). Oleh karena bisa berasal dari lemak hewan,
maka shortening bersifat syubhat.
Selain itu, sudah lama dikenal di masyarakat bahwa lemak hewan (animal fat) yang
paling enak adalah lemak babi (Lard). Meskipun ada yang menulis dengan huruf Arab,
namun karena berasal dari babi, maka tetap saja lard hukumnya haram.
7. Margarin
Margarin dibuat dengan bahan dasar lemak tumbuhan. Dalam proses pembuat-annya,
sering kali ada bahan penstabil (stabilizer), pewarna, maupun penambah rasa (flavor) yang
ditambahkan. Oleh karena itu, apabila bahan penstabil yang dipakai dari tanaman tentu tidak
masalah. Namun apabila berasal dari produk hewan, maka harus dipastikan dari hewan halal
atau haram. Penggunaan lesitin babi, membuat produk roti menjadi haram.
Yeast banyak dipakai pada produk-produk rerotian sebagai bahan pengembang (bread
improver). Dalam pembuatannya, adakalanya ditambahkan bahan pengemulsi (emulsifier).
Nah, kalau emulsifier yang dipakai berasal dari bahan haram (misal : lesitin babi), maka yeast
ini tentu menjadi tidak halal.
Selain itu, senyawa anti-caking (anti gumpal) yang ditambahkan juga harus diperhatikan
status kehalalannya.
Metode straight dough merupakan metode pembuatan roti yang paling sederhana karena
dilakukan dalam satu alur proses yaitu dengan langsung mencampur semua bahan sehingga
menjadi suatu adonan yang kemudian diuleni sampai kalis dan setelah itu difermentasi
beberapa lama untuk menghasilkan volume adonan yang mengembang. Keuntungan dari
metode ini adalah empunyai toleransi yang baik terhadap waktu aduk, dan waktu produksi
lebih pendek dibandingkan dengan metode sponge dough. Kerugian dari metode ini adalah
metode ini mempunyai kedap waktu fermentasi serta kesalahan tidak dapat dikoreksi apabila
kesalahan terjadi pada proses pengandukan (Kristian V, 2011)
Metode sponge dough diperlukan pembagian bahan dalam dua bagian, yaitu bahan untuk
membuat sponge atau biang dan bahan untuk membuat dugh. Bahan utama sponge adalah
±70% terigu dari keseluruhan terigu dalam resep, ragi, dan air sedangkan sisanya adalah
bahan yang digunakan untuk membuat dough. Pada tahap pertama dilakukan dengan
membuat sponge terlebih dahulu yaitu dengan mencampur semua bahan sponge, diuleni,
kemudian difermentasi beberapa saat. Sponge merupakan agen perfermentasi pada camporan
adonan akhir karena adanya yeast yang berkembang biak didalamnya. Selanjutnya sponge
dicampur dengan bahan pembuat dough sehingga menjadi adonan akhir yang kemudian
diuleni sampai khalis dan difermentasi kembali untuk mengembangkan volume adonan dan
menciptakan flavor yang khas (Kristian V, 2011). Keuntungan dari metode ini adalah daya
tahan roti yang lebih lama dibandingkan metode lain, volume roti lebih besar, aroma roti
yang lebih harum, dan toleransi yang baik terhadap waktu fermentasi. Kerugian dari metode
ini adalah sedikitnya toleransi waktu pada proses pengadukan, peralatan yang dibutuhkan
lebih banyak, dan waktu yang dibutuhkan lebih lama (Kristian V, 2011).
Metode ini dilakukan dengan cara seluruh bahan diaduk dibawa pada kondisi vakum
sebagian, dan selanjutnya diproses dengan no-fermentation time atau proses langsung juga
dengan waktu fermentasi yang sesingkat mungkin atau ditiadakan sama sekali. Keuntungan
dari metode ini adalah waktu yang dibutuhkan lebih singkat, kehilangan berat pada waktu
fermentasi lebih sedikit, dan memerlukan peralatan yang lebih sedikit. Kerugian dari metode
ini adalah kurangnya toleransi waktu fermentasi (Enggarini, 2015).
No Time Dough adalah system adonan cepat dimana dalam waktu 3 menit, roti dapat
dibuat. Ciri-ciri dari sitem ini adalah pengadukan satu kali fermentasi 0-45 menit,
penambahan yeast dan bread improver untuk mempercepat pengembangan dan volume tetap
baik, dan daya tahan sekitar 3 hari.
Metode ini mempunyai keuntungan waktu produksi jauh lebih pendek,tidak memerlukan
ruangan untuk fermentasi, kehilangan berat karena fermentasi lebih sedikit, tidak
memerlukan banyak mixer dan pekerja, dan pemeliharaan alat lebih ringan. Sedangkan
kerugiannya aroma roti tidak ada, shelf life lebih pendek, dan memakai lebih banyak bread
improver (Koswara, S. 2009).
Hasil yang didapat pada praktikum kali ini roti yang diuleni dengan pas hingga membuat
tekstur yang lembut dan kalis, pada saat di fermentasi juga mengembang secara baik, saat di
oven itu matang dan tidak terjadi kerusakan, tetapi pada saat di belah menjadi dua ternyata
masih ada bagian dalam yang belum matang. Kejadian ini disebut case hardening yaitu suatu
keadaan di mana bagian luar (permukaan) dari bahan sudah kering sedangkan bagian sebelah
dalamnya masih basah. Hal ini disebabkan karena suhu pengeringan yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan bagian permukaan cepat mengering dan menjadi keras, sehingga akan
menghambat penguapan selanjutnya dari air yang terdapat di bagian dalam bahan tersebut
atau juga terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang
masif (keras) pada permukaan bahan.
Kualitas roti yang baik ada dari dua penilaian yaitu bgian luar dan dalam ;
Volume adalah keseluruhan isi roti atau volume dari roti yang di hasilkan.
Penentuan besar kecilnya volume roti sangat bervariasi dari satu daerah dengan
daerah lain atau berlainan antar berbagai negara di dunia.
2. Warna kulit (color of crust) adalah warna keseluruhan kulit roti dari hasil proses
pemanggangan. Kulit roti yang di harapkan harus memiliki warna coklat keemasan
atau golden brown rata, bebas dari bintik-bintik hitam atau bergaris.
5. Karakteristik kulit (crust Character) adalah kualitas kulit roti yang harus memiliki
ciri-ciri tipis dan mudah untuk di robek. Kulit roti tidak boleh tebal, keras atau liat
(mengaret).
6. Pecahan dan sobekan.
Roti harus memiliki sobekan yang serasi di bagian sisi-sisinya. Pecahan dan sobekan
yang liar akan mengurangi keindahan tampak luar roti.
1. Pori-pori (grain)
Pori-pori roti dan area di sekitarnya terbentuk dari jaringan gluten yang
terdapat dalam tepung terigu. Struktur pori-pori roti sangat bervariasi serta tergantung
dari roti yang di buat. Tidak ada standarisasi dalam penilaian pori-pori roti. Umumnya
struktur pori-pori roti harus memiliki bentuk yang seragam dengan dinding sel yang
tipis.
Warna pori-pori tidak ada standard yang ditetapkan, namun pada umumnya
warna pori-pori roti yang di harapkan harus berwarna cerah atau “bright”. Warna
permukaan pori-pori seharusnya seragam tanpa adanya bercak-bercak berwarna gelap
atau bergaris-garis.
3. Aroma
Aroma dapat di nilai dengan menggunakan indra penciuman. Aroma roti dapat
di kenali dengan aroma yang manis, khas roti (fresh), berbau asam, berbau logam atau
berbau jamur . Roti yang baik di harapkan memiliki aroma yang enak, berbau khas
gandum atau berbau khas biji-bijan atau kacang-kacangan.
4. Rasa (taste)
Kualitas roti yang baik harus memiliki rasa roti yang khas (fresh) dan enak
5. Texture
Tekstur roti dapat di nilai dengan menggunakan indra perabaan. Tekstur roti
yang ideal harus memiliki tekstur yang halus, kemampuan kembali pada kondisi
semula saat di tekan dan tidak mudah menggumpal.
D. Kesimpulan dan Saran
Proses pembuatan roti dipengaruhi oleh adanya gluten yang terdapat pada tepung terigu
yang membentuk struktur roti. Penambahan air dapat membentuk sifat kenyal gluten serta
banyaknya air yang diserap dapat membuat roti yang menjadi kalis. Pada proses pemasanan
dimana roti menjadi mengembang dan terjadinya proses browning atau karamelisasi.
Saran dari penulis yaitu diharapkan untuk pemasanan bahan roti pada alat yang sesuai
dengan suhu yang pas agar tidak terjadinya hal – hal seperti case hardening yang dialami.
E. Daftar Pustaka
Enggarini Pratiwi P. 2015. Pembuatan Nastar Komposit Tepung Ubi Jalar Kuning (Ipomoea
Batatas L) Varietas Jago. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Kristian, V. 2011. Proses Pengolahan Roti di Perusahaan Roti Matahari Pasuruan. Surabaya:
Widya Mandala Catholic University