Tugas Makalah Perkembangan
Tugas Makalah Perkembangan
OLEH :
UNGE MAYA
A1I119092
1. Kebutuhan Fisiologis
1). misalnya saat kebutuhan kita akan makanan tidak terpenuhi sementara kita bekerja
terus maka dengan sendirinya tubuh kita akan lemas dan bisa jadi kita akan
kehilangan kesadaran. Hilangnya kesadaran kita ini terjadi secara tiba-tiba tanpa di
rencanakan terlebih dahulu.
2). Saat seseorang mengantuk dia tidak akan perduli dengan apapun itu, yang dia
pikirkan hanyalah mau tidur.
1.) misalnya jika setiap pagi biasanya kita selalu sarapan,tiba-tiba suatu hari kita
tidak sempat sarapan di karenakan sudah mau terlambat ke kampus atau ke kantor
maka perut kita akan merasa lain-lain dan mungkin saja akan menimbulkan penyakit
yang sangat serius. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan fisiologis berupa makanan
sangat di pengaruhi oleh faktor kebiasaan.
2.) contoh lainnya misalnya kita memiliki kebiasaan tidur di bawah jam 10
malam,tiba-tiba di suatu malam kita terlambat tidur misalnya karena faktor kerja
tugas atau kegiatan lainnya maka paginya kita akan mengalami sakit kepala.Hal ini
tidak bisa di pungkiri karena saya sendiri sering mengalami sakit kepala yang di
sebabkan faktor kebiasaan.
1.) misalnya ketika kita sedang belajar di ruang yang tertutup ( kekurangan oksigen)
maka kita tidak akan merasa nyaman karena kebutuhan dasar kita akan oksigen tidak
terpenuhi.
2.) saat kita belajar,tiba-tiba perut kita merasa lapar maka kita tidak akan fokus karena
kebutuhan kita akan makanan tidak terpenuhi. Dapat disimpulkan bahwa kita akan
fokus pada suatu kegiatan hanya jika kebutuhan kita akan fisiologis ini terpenuhi.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti
anak-anak yang tidak aman.Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan
terancam besar.Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan
stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing
dan yang tidak diharapkannya.
1.) Saat kita berada di tengah-tengah masyarakat yang sedang kacau dan rusuh maka
dengan sendirinya kita memiliki keinginan untuk pindah dari lingkungan tersebut
karena kita merasa sangat tidak nyaman,Artinya keinginan untuk pindah itulah
yang merupakan akibat dari adanya faktor refleks. Hal ini di karenakan rasa aman
itu merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi. Jika kebutuhan rasa aman ini
tidak terpenuhi maka keinginan untuk mencari keamanan itu selalu muncul dalam
diri seseorang.
2.) Contoh lainnya misalnya orang kaya yang mempunyai rumah yang sangat mewah
tetapi dia merasa tidak aman jika tidak memiliki pagar besi sehingga muncullah
keinginan dari si pemilik rumah ini untuk membuatkan pagar besi di rumahnya.
1.) Misalnya kita lahir dan berkembang di sebuah desa yang aman yang biasanya
selalu tentram dan bahagia.Tiba-tiba kita pindah ke desa yang rusuh maka kita
akan merasa sangat tidak nyaman dan terganggu karena tidak biasa dengan
suasana yang seperti itu. Hal ini menunjukan faktor kebiasaan dengan rasa aman
itu saling berkaitan.
c. Kaitan kebutuhan akan rasa aman dengan belajar
1.) Untuk bisa menangkap pelajaran dengan baik maka kebutuhan akan rasa aman
harus terpenuhi karena jika kita belajar di tempat yang tidak aman tentu saja fokus
pikiran kita akan kemana-mana. Dalam hal ini pikiran kita tidak tertuju pada apa
yang di pelajari. Oleh karena itu kebutuhan akan rasa aman memiliki kaitan yang
sangat erat dengan faktor belajar dalam hal pencapaian tujuan belajar yang
sesungguhnya.
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka
muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.Kebutuhan-
kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai
warga komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat,
keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan
kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.Seseorang yang
kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat
menolak cinta.Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang
yang memang penting bagi dirinya Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan
merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra
antara dua orang, termasuk sikap saling percaya.Sering kali cinta menjadi rusak jika salah
satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.Maslow
juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang
menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan
meramalkannya.Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan
kebencian.
a. Kaitan antara kebutuhan akan kasih sayang dan memiliki dengan faktor refleks
1.) Seorang pria yang sedang jatuh cinta kepada seorang gadis maka dalam dirinya
pasti akan timbul rasa sayang yang begitu besar dan keinginan untuk memiliki
gadis tersebut. Rasa sayang dan keinginan untuk memiliki ini muncul dengan
sendirinya tanpa kita sadari. Hal ini sering kita temukan dalam kehidupan sehari-
hari atau bahkan mungkin kita sendiri yang mengalaminya.
b. Kaitan antara kebutuhan akan kasih sayang dan memiliki dengan faktor
kebiasaan
1.) Seorang anak yang selalu mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya dan
setiap keinginannya selalu terpenuhi maka hingga dewasa pun dia tetap
menginginkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.Dia juga selalu ingin
memiliki barang-barang yang dia inginkan. Hal ini karena faktor kebiasaan anak
tersebut yang di bawa-bawa dari kecil.
c. Kaitan antara kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki dengan faktor
belajar
1.) Setiap orang pasti menginginkan kasih sayang dari orang lain,baik itu kasih
sayang dari orang tua,seorang pasangan, teman,sahabat, atau mungkin kasih
sayang dari seorang guru pada saat menempuh proses belajar. Kita juga ingin
memiliki ilmu yang bermanfaat pada saat belajar.
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan bebas
untuk mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise.
Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan
penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah
adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan
akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat,
bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk
perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali
manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki
gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
1.) Saat kita mengikuti sebuah lomba kita selalu ingin mendapat penghargaan.
Keinginan ini muncul dalam diri setiap orang yang mengikuti suatu lomba
tersebut.
2.) Ketika sedang berada di tengah-tengah masyarakat kita selalu ingin dihargai,kita
ingin di hormati dan lain-lain
1.) Seseorang yang terbiasa mendapat penghargaan terutama pada saat mengikuti
berbagai lomba dia tidak akan pernah menerima kekalahan karena dia memiliki
kebiasaan selalu mendapat penghargaan. Dia akan merasa sangat kecewa jika
gagal untuk mendapat penghargaan karena tidak sesuai dengan kebiasaan-
kebiasaannya sebelum-sebelumnya.
1.) Dalam proses belajar mengajar seorang guru pasti menginginkan untuk di hargai
oleh murid-muridnya, begitupun antara siswa yang satu dengan yang lainnya
mereka juga pasti ingin di hargai.
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu
kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. Pada tahap ini,
seseorang mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang dimilikinya.
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi
melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan
kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri,
menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan
untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan
tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda di [Brandeis]] memiliki
pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan
harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.
Kebutuhan
Kebiasaan
Belajar