Anda di halaman 1dari 15

Tugas

KMB II

Dosen Pengampu :
Ns. Dewi Masyitah Sp.KepMB
Disusun Oleh :
Putri Balqis
PO71201180023

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI SARJANA TERAPAN
TAHUN AJARAN
2019-2020
A. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria)

A. Pengertian Sistem Urinaria


Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium
pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen.Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri
dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.Pada orang dewasa berat ginjal ± 200
gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.Satuan
struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas
komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah
yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler
terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.Kapsula
Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung
membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari
disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah
– celah antara pedikel itu sangat teratur.Kapsula bowman bersama glomerolus disebut
korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus
kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang
lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle,
karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian
berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis
renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang
disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler
darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi
oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut
badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai
bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari
sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula)


Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan
dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke
bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.
Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran
paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang
disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang
merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai
proses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)


Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut
kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang
langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus
kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter,
hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya
amonia.
2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan
berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :
1. Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam
urine.
2. Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal
(20 – 40) mg%.
3. Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat
jenisnya naik.
d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, yangberpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan
dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan
pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis
masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas
ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon
yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai
saraf sensorik.
3. Vesikula Urinaaria ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang
simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika
seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar),
tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada
dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat
yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara
volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya
dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan
otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari
sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi
spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis
bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan
vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
C. Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta
faktor lainnya.
- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
- Baerat jenis 1.015 – 1.020.
- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat
(cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart.
Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan
sebagian diserap kembali.
4. Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan
aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang
terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa
ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi
pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan
dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian
bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah
urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari
ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat
penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari
tubuh melalui uretra.
4. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih.,
keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih
dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.Miktruisi merupakan gerak reflek yang
dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari
manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih
membantu mengosongkannya.
5. Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang
masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam
terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
B. Manifestasi Klinis dari Urinarius

Gejala infeksi saluran kemih yang paling umum, yaitu sering buang air kecil (anyang-
anyangan), nyeri saat kencing, urin keruh atau berbau, nanah atau darah dalam urin.
Pasien infeksi saluran kemih, khususnya wanita akan merasa nyeri pada pubis. Dilansir dari
Mayo Clinic, tergantung dari organ yang terinfeksi, gejala yang muncul dapat berbeda:
Jika infeksi terdapat pada ginjal, pasien dapat demam, mual, dan muntah atau menggigil atau
nyeri punggung.
Jika infeksi terdapat pada kandung kemih, pasien akan merasakan tekanan pada pelvis depan
(perut bawah), sering buang air kecil, dan kencing berdarah
Jika infeksi terdapat pada uretra, pasien akan merasakan nyeri saat kencing dan keluarnya
cairan dari uretra
Gejala infeksi kandung kemih pada orang dewasa dan anak-anak sedikit berbeda. Pada orang
dewasa, gejala infeksi kandung kemih antara lain:
-Rasa nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil
-Frekuensi buang air kecil meningkat, tapi hanya sedikit urine yang keluar
-Rasa tidak nyaman di perut bawah dan panggul
-Urine berwarna gelap dan berbau tidak sedap
-Terdapat darah di dalam urine (hematuria)
-Demam dan tidak enak badan
Pada anak-anak, beberapa gejala infeksi kandung kemih di antaranya:
-Demam
-Sering mengompol di siang hari
-Tubuh mudah lelah
-Nafsu makan berkurang
-Rewel
-Muntah
C. Evaluasi Diagnostik Sistem Urinarius

A. Laboratorium
(a) Urine
-Volume biasanya oliguri dan anuri
-Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan
-Berat jenis menurun
-Osmolalitas menurun
-Klirens kreatinin menurun
-Natrium meningkat
-Protein meningkat
-Darah
-Serum kreatinin meningkat
-Blood urea nitrogen meningkat
-Kadar kalium meningkat
-Hematokrit menurun
-Hemoglobin menurun
-Natrium, kalsium menurun
-Magnesium/posfat meningkat
-Protein (khususnya albumin menurun)
-pH menurun
-Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
-Arteriogram mengidentifikasi adanya massa
-Ultrasonoginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas.
-EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

B. Radiologi
1. Ultrasound
Ultrasound adalah pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang
dipancarkan kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam
sistem perkemihan akan menghasilkan gambar gambar ultrasound yang khas.
Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malforasi, perubahan ukuran organ
maupun obstruksi dapat diidentifikasi. Pemeriksaan USG merupakan teknik
noninfasif yang tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan prosedur
dan tujuan kepada pasien. Karena sensitifitasnya, pemeriksaan USG talah
menggantikan banyak prosedur pemeriksaan diagnostik lainnya sebagai tindakan
diagnostik pendahuluan.
2. Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan Lainnya
a. Kidney, Ureter, and Bladder (KUB).
Pemeriksaan radologi abdomen yang dikenal dengan istilah KUB dapat dilaksanakan
untuk melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan
seperti batu dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis (dstensi pelvis ginjal),
kista, tumor, atau pergeseran ginjal akibat abnormalitas pada jaringan sekitarnya.
b. Pemindaian CT dan Mangnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan pemindaian CT dan MRI merupakan teknik noninvasif yang akan
memberikan gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas. Kedua
pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang luasnya lesi invasif pada ginjal.
c. Urografi Intravena (Ekskretori Unogram atau Intravenous Pyelogram).
Pemeriksaan urografi intavena yang juga dikenal dengan nama intravenous pyelogram
(IVP) memungknkan visualisasi ginjal, ureter, dan kandung kemih. Media kontras
radiopaque disuntikan secar intravena dan kemudian dibersihkan dari dalam darah
serta dipekatkan oleh ginjal.Nefrotomogram dapat dilaksanakan sebagai bagian dari
pemeriksaan untuk melihat berbagi lapisan ginjal serta struktur difus dalam setiap
lapisan dan untuk membedakan massa atau lesi yang padat dari kista didalam ginjal
atau traktus urinarius.
Pemeriksaab IVP dilaksanakan sebagai bagian dari pengkajian pendahulu terhadap
setiap masalah urologi yang dicurigai, khususnya dalam menegakkan diagnosa lesi
pada ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini juga memberikan pemeriksaan kasar tehadap
fungsi ginjal. Sesudah media kontras (sodium diatrizoat atau meglumin diatrizoat)
disuntikan secara intravena, pembuatan foto rontgen yang multiple dan serial
dilakukan untuk melihat struktur drainase.
Jika pasien mempunyai riwayat alergi, penyuntikan intradermal media kontras dengan
dosis untuk tes alergi dapat dillakukan. Apabila tidak terjadi reaksi kulit dalam waktu
15 menit, media kontras dengan dosis untuk tes alergi yang reguler dapat diberikan
secara intravena. Meskipun jarang dijumpai reaksi anafilaksis dapat saja terjadi
sebagai mana halnya pada pemberian intravena setiap obat.
d. Pielografi Retrograd
Dalam Pielografi retrograd kateter utama dimasukkan lewat ureter kedalam pelvis
ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras dimasukkan dengan
grafitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi retrograd biasanya dilakukan
jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas sistem pengumpul.
Pemeriksaan Pielografi retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya teknik
teknik yang digunakan dalam urografi ekskretonik.
e. Infusion Drif Pyelography
Infusion Drif pyelography merupakan pemberian lewat infus larutan encer media
kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan
mengisi seluruh traktus urinarius. Metode pemeriksaan ini berguna apabila teknik
urografi yang biasa dikerjakan tidak memperlihatkan struktur drainase yang
memuaskan (misalnya pada pasien dengan kadar nitrogen uretra yang tinggi dalam
darah) atau bila diperlukan opasitas struktur drainase untuk waktu yang lama sehingga
dapat dibuat tomogram (radiografi potongan tubuh). Gambar pielografi diperoleh
dengan interval yang dikehendaki setelah pemberian media kontras per infus dimulai
untuk memeriksa sistem pengumpul yang terisi dan mengalami distensi. Persiapan
pasien sama seperti persiapan untuk urografi ekskretorik, kecuali pemberian cairan
tidak dibatasi.
f. Sistogram
Sebuah kateter dimasukkan ke dalam kandung kemih, dan kemudian media kontras
disemprotkan untuk melihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu
dalam mengevaluasi refluks vesikouretral (aliran balik urin dari kandung kemih
kedalam salah satu atau kedua ureter). Sistogram juga dilakukan bersama dengan
perekaman tekanan yang dikerjakan bersamaan dengan didalam kandung kemih.
g. Sistouretrogram
Sistouretrogram menghasilkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang bisa
dilakukan melalui penyuntikan retrograd media kontras ke dalam uretra serta kandung
serata kandug kemih atau pemeriksaan dengan sinar X sementara pasien
mengekskresikan media kontras.
h. Angiografi renal
Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis. Arteri femoralis (atau aksilaris)
ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah kateter disisipkan melalui arteri
femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri renalis. Media kontras disuntikan
untuk menghasilkan opositas suplai arteri rennalis angiografi memungkinkan evaluasi
dinamika alira darah, memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan membantu
membedakan kista renal dengan tumor renal.

D. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gagal Ginjal Akut

Pengkajian
1. Aktifitas dan istirahat :
a.Gejala : Kelitihan kelemahan malaese
b.Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.

2. Sirkulasi.
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat
kehamilan).
Disritmia jantung.
Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
Pucat, kecenderungan perdarahan.

3. Eliminasi
a.Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini),
atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
Abdomen kembung diare atau konstipasi
Riwayat HPB, batu/kalkuli
b.Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
4. Makanan/Cairan
a.Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).
Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
Penggunaan diuretik
b.Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (Umum, bagian bawah).

5. Neurosensori
a.Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.
Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.
b.Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa.
Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.

6. Nyeri/Kenyamanan
a.Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
b.Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.

7. Pernafasan
a.Gejala : nafas pendek
b.Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk
produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).

8. Keamanan
a.Gejala : adanya reaksi transfusi
b.Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.

9. Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius,
malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik
penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator,
Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan
tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan ,
perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.

Diagnosa Keperawatan :

1.Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
2.Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairandan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
3.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
katabolisme protein
4.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan
diet, anemia.
5.Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
6.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan.
7.Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang mengingat.

E. Asuhan Keperawatan pasien dengan Glumerulonefritis

Pengkajian
a. Genitourinaria
1) Urine berwarna coklat keruh
2) Proteinuria
3) Peningkatan berat jenis urine
4) Penurunan haluaran urine
5) Hematuria
b. Kardiovaskular
Hipertensi ringan
c. Neurologis
1) Letargi
2) Iritabilitas
3) Kejang
d. Gastro Intestinal
1) Anoreksia
2) Muntah
3) Diare
e. Mata, Telinga, hidung dan tenggorokan
Edema periorbital sedang
f. Hematologis
1) Anemia sementara
2) Azotemia
3) Hiperkalemia
g. Integumen
1) Pucat
2) Edema menyeluruh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria
c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia
d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan
e. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas dan edema
f. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat inapo anak dirumah sakit
g. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman intruksi perawatan dirumah
DAFTAR PUSTAKA

https://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html
Luvina, Evi Dwisang, (2003), Inti Sari Biologi Untuk SMA, Jakarta : Gramedia.
Prawirohartono Slamet, (1991), IPA Biologi SMP, Jakarta : Gramedia.
Syamsuri Istamar, (2004), Biologi Untuk SMA, Jakarta : Erlangga.
Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/infeksi-saluran-kemih/
https://id.scribd.com/doc/267901655/Tanda-Dan-Gejala-Yang-Sering-Didapatkan-Pada-
Gangguan-Sistem-Perkemihan

http://nuralim92.blogspot.com/2013/03/pemeriksaan-diagnostik-pada-sistem.html
Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

https://www.academia.edu/9670034/Asuhan_Keperawatan_Gagal_Ginjal_Akut

https://www.academia.edu/10981675/askep_Glomerulonefritis_akut_GNA_

Anda mungkin juga menyukai