KMB II
Dosen Pengampu :
Ns. Dewi Masyitah Sp.KepMB
Disusun Oleh :
Putri Balqis
PO71201180023
Gejala infeksi saluran kemih yang paling umum, yaitu sering buang air kecil (anyang-
anyangan), nyeri saat kencing, urin keruh atau berbau, nanah atau darah dalam urin.
Pasien infeksi saluran kemih, khususnya wanita akan merasa nyeri pada pubis. Dilansir dari
Mayo Clinic, tergantung dari organ yang terinfeksi, gejala yang muncul dapat berbeda:
Jika infeksi terdapat pada ginjal, pasien dapat demam, mual, dan muntah atau menggigil atau
nyeri punggung.
Jika infeksi terdapat pada kandung kemih, pasien akan merasakan tekanan pada pelvis depan
(perut bawah), sering buang air kecil, dan kencing berdarah
Jika infeksi terdapat pada uretra, pasien akan merasakan nyeri saat kencing dan keluarnya
cairan dari uretra
Gejala infeksi kandung kemih pada orang dewasa dan anak-anak sedikit berbeda. Pada orang
dewasa, gejala infeksi kandung kemih antara lain:
-Rasa nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil
-Frekuensi buang air kecil meningkat, tapi hanya sedikit urine yang keluar
-Rasa tidak nyaman di perut bawah dan panggul
-Urine berwarna gelap dan berbau tidak sedap
-Terdapat darah di dalam urine (hematuria)
-Demam dan tidak enak badan
Pada anak-anak, beberapa gejala infeksi kandung kemih di antaranya:
-Demam
-Sering mengompol di siang hari
-Tubuh mudah lelah
-Nafsu makan berkurang
-Rewel
-Muntah
C. Evaluasi Diagnostik Sistem Urinarius
A. Laboratorium
(a) Urine
-Volume biasanya oliguri dan anuri
-Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan
-Berat jenis menurun
-Osmolalitas menurun
-Klirens kreatinin menurun
-Natrium meningkat
-Protein meningkat
-Darah
-Serum kreatinin meningkat
-Blood urea nitrogen meningkat
-Kadar kalium meningkat
-Hematokrit menurun
-Hemoglobin menurun
-Natrium, kalsium menurun
-Magnesium/posfat meningkat
-Protein (khususnya albumin menurun)
-pH menurun
-Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
-Arteriogram mengidentifikasi adanya massa
-Ultrasonoginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas.
-EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
B. Radiologi
1. Ultrasound
Ultrasound adalah pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang
dipancarkan kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam
sistem perkemihan akan menghasilkan gambar gambar ultrasound yang khas.
Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malforasi, perubahan ukuran organ
maupun obstruksi dapat diidentifikasi. Pemeriksaan USG merupakan teknik
noninfasif yang tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan prosedur
dan tujuan kepada pasien. Karena sensitifitasnya, pemeriksaan USG talah
menggantikan banyak prosedur pemeriksaan diagnostik lainnya sebagai tindakan
diagnostik pendahuluan.
2. Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan Lainnya
a. Kidney, Ureter, and Bladder (KUB).
Pemeriksaan radologi abdomen yang dikenal dengan istilah KUB dapat dilaksanakan
untuk melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan
seperti batu dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis (dstensi pelvis ginjal),
kista, tumor, atau pergeseran ginjal akibat abnormalitas pada jaringan sekitarnya.
b. Pemindaian CT dan Mangnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan pemindaian CT dan MRI merupakan teknik noninvasif yang akan
memberikan gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas. Kedua
pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang luasnya lesi invasif pada ginjal.
c. Urografi Intravena (Ekskretori Unogram atau Intravenous Pyelogram).
Pemeriksaan urografi intavena yang juga dikenal dengan nama intravenous pyelogram
(IVP) memungknkan visualisasi ginjal, ureter, dan kandung kemih. Media kontras
radiopaque disuntikan secar intravena dan kemudian dibersihkan dari dalam darah
serta dipekatkan oleh ginjal.Nefrotomogram dapat dilaksanakan sebagai bagian dari
pemeriksaan untuk melihat berbagi lapisan ginjal serta struktur difus dalam setiap
lapisan dan untuk membedakan massa atau lesi yang padat dari kista didalam ginjal
atau traktus urinarius.
Pemeriksaab IVP dilaksanakan sebagai bagian dari pengkajian pendahulu terhadap
setiap masalah urologi yang dicurigai, khususnya dalam menegakkan diagnosa lesi
pada ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini juga memberikan pemeriksaan kasar tehadap
fungsi ginjal. Sesudah media kontras (sodium diatrizoat atau meglumin diatrizoat)
disuntikan secara intravena, pembuatan foto rontgen yang multiple dan serial
dilakukan untuk melihat struktur drainase.
Jika pasien mempunyai riwayat alergi, penyuntikan intradermal media kontras dengan
dosis untuk tes alergi dapat dillakukan. Apabila tidak terjadi reaksi kulit dalam waktu
15 menit, media kontras dengan dosis untuk tes alergi yang reguler dapat diberikan
secara intravena. Meskipun jarang dijumpai reaksi anafilaksis dapat saja terjadi
sebagai mana halnya pada pemberian intravena setiap obat.
d. Pielografi Retrograd
Dalam Pielografi retrograd kateter utama dimasukkan lewat ureter kedalam pelvis
ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras dimasukkan dengan
grafitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi retrograd biasanya dilakukan
jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas sistem pengumpul.
Pemeriksaan Pielografi retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya teknik
teknik yang digunakan dalam urografi ekskretonik.
e. Infusion Drif Pyelography
Infusion Drif pyelography merupakan pemberian lewat infus larutan encer media
kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan
mengisi seluruh traktus urinarius. Metode pemeriksaan ini berguna apabila teknik
urografi yang biasa dikerjakan tidak memperlihatkan struktur drainase yang
memuaskan (misalnya pada pasien dengan kadar nitrogen uretra yang tinggi dalam
darah) atau bila diperlukan opasitas struktur drainase untuk waktu yang lama sehingga
dapat dibuat tomogram (radiografi potongan tubuh). Gambar pielografi diperoleh
dengan interval yang dikehendaki setelah pemberian media kontras per infus dimulai
untuk memeriksa sistem pengumpul yang terisi dan mengalami distensi. Persiapan
pasien sama seperti persiapan untuk urografi ekskretorik, kecuali pemberian cairan
tidak dibatasi.
f. Sistogram
Sebuah kateter dimasukkan ke dalam kandung kemih, dan kemudian media kontras
disemprotkan untuk melihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu
dalam mengevaluasi refluks vesikouretral (aliran balik urin dari kandung kemih
kedalam salah satu atau kedua ureter). Sistogram juga dilakukan bersama dengan
perekaman tekanan yang dikerjakan bersamaan dengan didalam kandung kemih.
g. Sistouretrogram
Sistouretrogram menghasilkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang bisa
dilakukan melalui penyuntikan retrograd media kontras ke dalam uretra serta kandung
serata kandug kemih atau pemeriksaan dengan sinar X sementara pasien
mengekskresikan media kontras.
h. Angiografi renal
Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis. Arteri femoralis (atau aksilaris)
ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah kateter disisipkan melalui arteri
femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri renalis. Media kontras disuntikan
untuk menghasilkan opositas suplai arteri rennalis angiografi memungkinkan evaluasi
dinamika alira darah, memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan membantu
membedakan kista renal dengan tumor renal.
Pengkajian
1. Aktifitas dan istirahat :
a.Gejala : Kelitihan kelemahan malaese
b.Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
2. Sirkulasi.
Tanda : hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat
kehamilan).
Disritmia jantung.
Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
Pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Eliminasi
a.Gejala : Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini),
atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
Abdomen kembung diare atau konstipasi
Riwayat HPB, batu/kalkuli
b.Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
4. Makanan/Cairan
a.Gejala : Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi).
Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
Penggunaan diuretik
b.Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (Umum, bagian bawah).
5. Neurosensori
a.Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur.
Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.
b.Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa.
Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.
6. Nyeri/Kenyamanan
a.Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
b.Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
7. Pernafasan
a.Gejala : nafas pendek
b.Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk
produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
8. Keamanan
a.Gejala : adanya reaksi transfusi
b.Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
9. Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius,
malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik
penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator,
Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan
tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan ,
perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
Diagnosa Keperawatan :
1.Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
2.Resiko tinggi terhadap menurunnya curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairandan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
3.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
katabolisme protein
4.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan
diet, anemia.
5.Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
6.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan.
7.Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang mengingat.
Pengkajian
a. Genitourinaria
1) Urine berwarna coklat keruh
2) Proteinuria
3) Peningkatan berat jenis urine
4) Penurunan haluaran urine
5) Hematuria
b. Kardiovaskular
Hipertensi ringan
c. Neurologis
1) Letargi
2) Iritabilitas
3) Kejang
d. Gastro Intestinal
1) Anoreksia
2) Muntah
3) Diare
e. Mata, Telinga, hidung dan tenggorokan
Edema periorbital sedang
f. Hematologis
1) Anemia sementara
2) Azotemia
3) Hiperkalemia
g. Integumen
1) Pucat
2) Edema menyeluruh
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria
c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia
d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan
e. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas dan edema
f. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat inapo anak dirumah sakit
g. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman intruksi perawatan dirumah
DAFTAR PUSTAKA
https://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html
Luvina, Evi Dwisang, (2003), Inti Sari Biologi Untuk SMA, Jakarta : Gramedia.
Prawirohartono Slamet, (1991), IPA Biologi SMP, Jakarta : Gramedia.
Syamsuri Istamar, (2004), Biologi Untuk SMA, Jakarta : Erlangga.
Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/infeksi-saluran-kemih/
https://id.scribd.com/doc/267901655/Tanda-Dan-Gejala-Yang-Sering-Didapatkan-Pada-
Gangguan-Sistem-Perkemihan
http://nuralim92.blogspot.com/2013/03/pemeriksaan-diagnostik-pada-sistem.html
Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
https://www.academia.edu/9670034/Asuhan_Keperawatan_Gagal_Ginjal_Akut
https://www.academia.edu/10981675/askep_Glomerulonefritis_akut_GNA_