Revisi Proposal Hari H Sempro
Revisi Proposal Hari H Sempro
Disusun Oleh :
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia Dosen Pembimbing
C. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian kali ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan alkali terhadap hasil degradasi senyawa
lignin, selulosa, dan hemiselulosa?
2. Bagaimana pengaruh jenis larutan alkali terhadap hasil degradasi senyawa
lignin, selulosa, dan hemiselulosa?
D. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan alkali dan mendapatkan hasil selulosa
yang optimal dari hasil degradasi senyawa lignin, selulosa, dan hemiselulosa.
2. Mengetahui pengaruh jenis larutan alkali dan mendapatkan hasil selulosa yang
optimal dari hasil degradasi senyawa lignin, selulosa, dan hemiselulosa.
E. Luaran Yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil sebagai berikut :
1. Dipublikasikan sebagai artikel ilmiah atau jurnal ilmiah agar dapat berguna bagi
masyarakat.
2. Dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
F. Kegunaan
Penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan alkali dan mendapatkan hasil selulosa
yang optimal dari hasil degradasi senyawa lignin, selulosa, dan hemiselulosa.
2. Menambah informasi mengenai pengaruh variasi konsentrasi dan jenis larutan
alkali pada proses delignifikasi cangkang kemiri.
3. Memberikan nilai lebih pada cangkang kemiri yang bisa digunakan sebagai
bahan bakar alternatif.
G. Tinjauan Pustaka
Cangkang Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccana Wild) merupakan salah satu komoditas Hasil Hutan
Non Kayu (HHNK) penting yang biasa digunakan sebagai bahan dasar cat, pernis, tinta,
sabun, pengawet kayu, minyak rambut, bahan pembatik, dan bumbu masak (Yovial dkk,
2017).
Klasifikasi tanaman kemiri:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : A. Moluccana
Kemiri tergolong pohon berukuran sedang dengan tajuk lebar yang dapat
mencapai ketinggian hingga 20 m dan diameter setinggi dada hingga 90 cm. Pada
tempat terbuka, jenis ini umumnya hanya dapat mencapai ketinggian pohon 10–15 m.
Umumnya bentuk cabang pohon kemiri adalah berliku, tidak teratur, membentang lebar
dan menggantung pada cabang bagian samping. Pada lembah yang sempit, pohon
kemiri biasanya memiliki sedikit percabangan dan tumbuh menjulang tinggi. Buah
kemiri berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk oval sampai bulat dengan panjang
5–6 cm dan lebar 5–7 cm. Satu buah kemiri umumnya berisi 2–3 biji, tetapi pada buah
jantan kemungkinan hanya ditemukan satu biji. Biji kemiri dapat dimakan jika
dipanggang terlebih dahulu. Kulit biji kemiri umumnya kasar, hitam, keras dan
berbentuk bulat panjang sekitar 2,5–3,5 cm (Elevitch dan Manner 2006).
Lignoselulosa
Selulosa
Selulosa mengandung sekitar 50-90% bagian berkristal dan sisanya bagian amorf
(Aziz et al., 2002). Selulosa hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam,
melainkan selalu berikatan dengan bahan lain seperti lignin dan hemiselulosa. Selulosa
terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel dan serat tumbuhan.
Molekul selulosa merupakan mikrofibil dari glukosa yang terikat satu dengan lainnya
membentuk rantai polimer yang sangat panjang. Adanya lignin serta hemiselulosa di
sekeliling selulosa merupakan hambatan utama untuk menghidrolisis selulosa
(Sjostrom, 1995). Molekul selulosa memanjang dan kaku, meskipun dalam larutan
(Groggins,1985).
Selulosa merupakan polisakarida yang terdiri atas satuan-satuan dan mempunyai
massa molekul relatif yang sangat tinggi, tersusun dari 2.000-3.000 glukosa. Rumus
karena elemen strukturalnya secara prinsip diturunkan dari coniferil alkohol (lebih dari
90%) dan sisanya mengandung senyawa utama pcoumaryl alkohol. Lignin pada
hardwood umumnya disebut lignin guaiasilsiringil dengan penyusun utamanya adalah
unit-unit coniferyl alkohol dan sinapyl alkohol dengan rasio yang beragam (Panshin dan
de Zeeuw 1970; Lin dan Dence 1992; Sjostrom 1995).
Gambar 5. Unit Fenil Propana Penyusun Lignin. (1) p-komaril alkohol, (2) koniferil
alkohol, (3) sinapil alkohol (Gullichcen dan Paulapuro, 2004)
Delignifikasi
Size Reduction
Gula
Distilasi
Bioetanol
Jenis delignifikasi menurut Menon & Rao (2012) secara umum meliputi:
1. Pretreatment Secara Fisika
Sebagian besar biomassa lignoselulosa memerlukan beberapa pemrosesan
mekanis untuk pengurangan ukuran. Beberapa metode pretreatment seperti
penggilingan, iradiasi (menggunakan sinar gamma, berkas elektron, radiasi
gelombang mikro dll) dan ekstrusi biasanya digunakan untuk meningkatkan
hidrolisis enzimatik atau biodegradabilitas lignoselulosa suatu bahan. Kebutuhan
energi untuk pretreatment fisik tergantung pada ukuran partikel akhir dan
pengurangan kristalinitas bahan lignoselulosa. Di sebagian besar kasus di mana
satu-satunya pilihan yang tersedia untuk pretreatment adalah fisik, energi yang
dibutuhkan lebih tinggi daripada kandungan energi teoretis tersedia di biomassa.
Metode ini mahal dan mungkin tidak akan digunakan dalam proses skala penuh.
2. Pretreatment Secara Kimia-Fisika
Pretreatment yang menggabungkan bahan kimia dan proses fisik disebut sebagai
proses fisikokimia.
2.1. Ledakan Steam/Uap
Dalam ledakan uap, biomassa diperlakukan dengan tekanan tinggi uap
jenuh, dan kemudian tekanan tiba-tiba berkurang, yang membuat bahan
mengalami dekompresi eksplosif. Uap ledakan biasanya dimulai pada suhu 160-
260°C (sesuai tekanan, 0.69–4.83 MPa) selama beberapa detik hingga beberapa
menit sebelum material terkena tekanan atmosfer. Campuran biomassa/uap
diadakan untuk jangka waktu tertentu untuk hidrolisis hemiselulosa, dan proses
ini diakhiri oleh dekompresi eksplosif. Proses ini menyebabkan hemiselulosa
mengalami degradasi dan terjadi transformasi lignin karena suhu tinggi
meningkatkan potensi hidrolisis selulosa. Proses pretreatment ledakan-uap telah
menjadi teknik yang terbukti untuk pretreatment yang berbeda bahan baku
biomassa. Perbedaan antara pretreatment uap dan ledakan uap adalah penurunan
tekanan dengan cepat dan pendinginan biomassa di akhir pretreatment ledakan
uap, yang menyebabkan air dalam biomassa meledak. Selama uap bagian
pretreatment dari hidrolisis hemiselulosa dan membentuk asam, yang dapat
mengkatalisis hidrolisis hemiselulosa lebih lanjut.
2.2. Microwave-Pretreatment Kimia
Microwave/pretreatment kimia menghasilkan lebih efektif pretreatment dari
pretreatment bahan kimia pemanas konvensional dengan mempercepat reaksi
selama proses pretreatment. Zhu et al (2006) memeriksa tiga microwave/bahan
kimia proses pretreatment dari jerami padi dengan microwave/alkali,
microwave/asam/alkali dan microwave/asam/alkali/H 2O2 untuk enzimatiknya
hidrolisis dan untuk pemulihan xilosa dari cairan pretreatment. Mereka
menemukan bahwa xylose tidak dapat dipulihkan selama microwave/alkali
proses pretreatment, tetapi dapat dipulihkan sebagai kristal xylose selama
gelombang mikro/asam/alkali dan gelombang mikro/asam/alkali/H 2O2
pretreatment. Hidrolisis enzimatik dari jerami padi pretreatment menunjukkan
bahwa pretreatment oleh microwave/asam/alkali/H2O2 memiliki tingkat
hidrolisis tertinggi dan kadar glukosa dalam hidrolisat.
2.3. Pretreatment Air Panas-Cair
Dalam pretreatment air panas cair (Liquid Hot Water), tekanan digunakan
untuk menjaga air dalam keadaan cair pada suhu tinggi. Biomassa mengalami
pemasakan suhu tinggi dalam air dengan tekanan tinggi. Pretreatment LHW
telah dilaporkan berpotensi untuk meningkatkan kecernaan selulosa, ekstraksi
gula, dan pemulihan pentosa, dengan keuntungan menghasilkan prehydrolyzates
mengandung sedikit atau tidak ada penghambat fermentasi gula. Prehydrolyzates
yang diperkaya gula dapat langsung difermentasi untuk etanol. Telah terbukti
menghilangkan hingga 80% hemiselulosa dan untuk meningkatkan daya cerna
enzimatik dari yang diolah sebelumnya bahan biomassa seperti serat jagung dan
ampas tebu.
3. Pretreatment Secara Kimia
Pretreatment kimia pada awalnya dikembangkan dan dimiliki telah banyak
digunakan dalam industri kertas untuk delignifikasi bahan selulosa untuk
menghasilkan produk kertas berkualitas tinggi. Pretreatment kimia yang telah
dipelajari hingga saat ini telah memiliki tujuan utama yakni meningkatkan
biodegradabilitas selulosa dengan menghapus lignin dan/atau hemiselulosa, dan
pada tingkat yang lebih rendah mengurangi derajat polimerisasi (DP) dan
kristalinitas komponen selulosa. Tekni pretreatment kimia adalah yang paling
banyak dipelajari di antara kategori pretreatment.
3.1 Pretreatment Asam
Pretreatment asam melibatkan penggunaan asam pekat dan encer untuk
memecahkan struktur kaku (lignin) dari bahan lignoselulosa. Asam yang paling
umum digunakan adalah asam sulfat encer (H2SO4), yang telah digunakan secara
komersial untuk berbagai macam biomassa, seperti brangkasan jagung, cemara
(kayu lunak), dan poplar. Asam lain juga telah diteliti, seperti asam klorida
(HCl), asam fosfat (H3PO4), dan asam nitrat (HNO3). Karena kemampuannya
untuk menghilangkan hemiselulosa, pretreatment asam telah digunakan sebagai
bagian dari keseluruhan proses dalam fraksionasi komponen lignoselulosa
biomassa. Pretreatment asam (pengangkatan hemiselulosa) diikuti dengan
pretreatment alkali (penghapusan lignin) menghasilkan relatif selulosa murni.
Pretreatment kimia ini biasanya terdiri dari penambahan asam pekat atau encer
(biasanya antara 0,2% dan 2,5% b/b) ke biomassa, diikuti dengan pencampuran
konstan pada suhu antara 130℃ dan 210℃.
3.2 Pretreatment Basa
Pretreatment alkali melibatkan penggunaan basa, seperti natrium, potasium,
kalsium, dan amonium hidroksida, untuk pretreatment biomassa lignoselulosa.
Penggunaan alkali menyebabkan degradasi rantai samping ester dan glikosidik
mengakibatkan struktur perubahan lignin, pembengkakan selulosa, dekristalisasi
parsial selulosa, dan solvasi parsial hemiselulosa. Natrium hidroksida telah
dipelajari secara luas bagi banyak orang tahun, dan telah terbukti mengganggu
struktur lignin biomassa, meningkatkan aksesibilitas enzim ke selulosa dan
hemiselulosa. Alkali lain yang telah digunakan untuk pretreatment biomassa
adalah kapur. Bahan baku lignoselulosa itu telah terbukti mendapat manfaat dari
metode pretreatment ini brangkasan jagung, switchgrass, ampas tebu, gandum,
dan jerami padi.
3.3 Pelarut Hijau (Cairan Ionik)
Baru-baru ini muncul pelarut baru yang disebut ion cairan/pelarut hijau.
Pelarut-pelarut ini sering cair di kamar suhu, dan seluruhnya terdiri dari spesies
ionik. Baru-baru ini cairan ionik telah dikonfirmasi efisien untuk pembubaran
bahan lignoselulosa, seperti selulosa, kayu, atau jerami gandum, switchgrass,
brangkasan jagung. Tingkat peningkatan hidrolisis selulosa melalui selulase
dalam cairan ionik dapat menyebabkan peningkatan produksi gula yang dapat
difermentasi yang dapat dikonversi menjadi bahan bakar. Selain itu, cairan ionik
yang terlibat proses lebih sedikit energi menuntut, lebih mudah dioperasikan,
dan lebih ramah lingkungan dari proses pembubaran saat ini.
4. Pretreatment Biologis
Pretreatment biologis menggunakan mikroorganisme pendegradasi kayu,
termasuk jamur putih, coklat, busuk lunak, dan bakteri memodifikasi komposisi
kimia dan/atau struktur lignoselulosa biomassa sehingga biomassa yang
dimodifikasi lebih mudah menerima untuk pencernaan enzim. Pretreatment biologis
tampaknya menjadi teknik yang menjanjikan dan memiliki keunggulan yang sangat
jelas, termasuk tidak ada persyaratan kimia, input energi rendah, kondisi
lingkungan ringan, dan cara kerja yang ramah lingkungan. Namun, kerugiannya
sejelas keuntungannya karena pretreatment biologis sangat lambat dan
membutuhkan kontrol yang cermat terhadap kondisi pertumbuhan dan ruang yang
luas untuk melakukan treatment. Selain itu, sebagian besar mikroorganisme
lignolitik melarutkan/mengkonsumsi tidak hanya lignin tetapi juga hemiselulosa
dan selulosa. Oleh karena itu, pretreatment biologis menghadapi teknologi ekonomi
kurang menarik secara komersial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi adalah:
1. Waktu pemasakan, dipengaruhi oleh lignin semakin besar konsentrasi lignin
semakin lama waktu pemasakan dan kisaran waktu pemasakan antara 1–4 jam.
2. Konsentrasi larutan pemasak, jika kadar lignin besar maka konsentrasi larutan
pemasak juga harus besar.
3. Pencampuran bahan, dipengaruhi oleh pengadukan. Dengan pengadukan,
akan dapat meratakan larutan dengan bahan baku yang akan dipisahkan ligninnya.
4. Perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku, didasarkan pada
perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku. Semakin kecil perbandingan larutan
pemasak dengan bahan baku maka lignin yang didegradasi akan kecil juga.
5. Ukuran bahan, semakin besar ukuran bahan maka semakin lama waktu
prosesnya.
6. Suhu dan Tekanan, semakin besar suhu dan tekanan maka semakin cepat
waktu prosesnya, kisaran suhunya antara 100–110℃ dan untuk tekanananya 1 atm
(Sumada, 2011).
Proses delignifikasi merupakan proses yang potensial sebagai proses pendahuluan
dalam tahap persiapan bahan baku (Sahare et al, 2012). Untuk meningkatkan luas
permukaan dan kereaktifan dari katalisator asam untuk proses hidrolisis. Larutan
sodium hidroksida, kalsium hidroksida dan ammonium hidroksida adalah larutan basa
yang sering digunakan dalam proses delignifikasi. Berikut beberapa penelitian terdahulu
tentang delignifikasi beberapa bahan.
Tabel 2. Daftar Penelitian Terdahulu
Karakteristik Nilai
Berat Molekul 58,34 g/mol
Spesific Gravity 2,4
Kelarutan dalam 100 mL air 0,0009(18℃),
Densitas 2,36 g/cm3
918(100℃)
Sumber: (Perry, 1997)
Magnesium hidroxida adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus
kimia (dalam keadaan basah) Mg(OH)2. Biasanya Magnesium terdapat dalam bentuk
klorida, silikat, hidrat, oksida, sulfat, atau karbonat. Oksigen dalam tabel periodik
memiliki simbol O dengan nomor Atom 16, Magnesium berreaksi dengan Oksigen
menghasilkan Mg(OH)2. Karakteristik dari Magnesium Hidroksida yaitu berbentuk
serbuk putih, tidak berrasa, mengabsorsi CO2 secara perlahan dari udara. Magnesium
Hidroksida tidak larut dalam air, alkohol, kloroform, dan eter namun larut dalam asam
encer (Anonim, 2019).
H. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan metode pengumpulan data
yaitu metode eksperimen. Variabel terikat adalah delignifikasi cangkang kemiri berupa
kadar lignin. Sedangkan variabel bebas berupa jenis alkali yaitu NaOH, KOH, dan
Mg(OH)2 dan konsentrasi dari masing-masing larutan alkali. Konsentrasi berarti 1 mol
zat terlarut di dalam 1 L larutan. Konsentrasi dari masing-masing jenis larutan alkali
yang digunakan adalah 12%, 15%, 18%, 21%, dan 24% (v/v).
Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah :
1. Faktor jenis alkali pretreatment yang terdiri dari :
1 = NaOH
2 = KOH
3 = Mg(OH)2
2. Faktor konsentrasi alkali pretreatment yang terdiri dari :
A = 12%
B = 15%
C = 18%
D = 21%
E = 24%
1 A1 B1 C1 D1 E1
2 A2 B2 C2 D2 E2
3 A3 B3 C3 D3 E3
Variabel Tetap
- Bahan Baku : Serbuk Cangkang Kemiri
- Waktu Pengeringan : 10 jam
- Suhu Pengeringan : 105 °C
- Massa Serbuk Cangkang Kemiri : 4 gram
- Waktu Pemanasan : 60 menit
- Suhu Pemanasan : 100 °C
- Volume Alkali : 20 ml
- Perbandingan Serbuk dengan Alkali :1:5
- Ukuran Serbuk Cangkang Kemiri : 80 mesh
Variabel Berubah
- Jenis alkali pretreatment : NaOH, KOH, Mg(OH)2
- Konsentrasi alkali : 12%, 15%, 18%, 21%, dan 24%
Alat yang digunakan
Proses Delignifikasi
- Serbuk cangkang kemiri ditimbang seberat 4 gram dimasukkan kedalam beaker
glass.
- Tambahkan jenis larutan pretreatment (NaOH, KOH, Mg(OH) 2) dengan konsentrasi
sesuai variabel dengan volume 20 ml.
- Perbandingan serbuk cangkang kemiri dengan jenis larutan pretreatment (NaOH,
KOH, Mg(OH)2) adalah 1 : 5
- Panaskan didalam waterbath selama 60 menit dengan suhu 100°C.
- Setelah dipanaskan sampel di tetesi dengan asam asetat glasial hingga pH netral.
- Keringkan kembali menggunakan oven dengan suhu 105°C selama 10 jam.
- Dilanjutkan dengan prosedur analisa lignin, selulosa dan hemiselulosa.
Prosedur Analisa Data
- 1 gram sampel kering (berat A) ditambahkan 150 ml Aquadest direflux pada suhu
100oC selama 1 jam.
- Residu disaring dan dicuci dengan air panas suhu 50oC sebanyak 300 ml.
- Residu kemudian dikeringkan dengan oven suhu 105oC selama 1 jam sampai
beratnya konstan dan kemudian ditimbang (berat B).
- Residu ditambah 100 ml H2SO4 1 N, kemudian direflux pada suhu 100°C selama 1
jam.
- Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air panas suhu 50°C sebanyak 300 ml sampai
netral.
- Residu kemudian dikeringkan dengan oven suhu 105°C selama 1 jam sampai
beratnya konstan dan kemudian ditimbang (berat C).
- Residu ditambah 10 ml H2SO4 72 % dan direndam pada suhu kamar selama 4 jam.
- Kemudian H2SO4 diencerkan menjadi 1 N, kemudian direflux pada suhu 100°C
selama 1 jam.
- Residu disaring dan dicuci dengan Aquadest 400 ml.
- Residu kemudian dikeringkan dengan oven suhu 105°C selama 1 jam sampai
beratnya konstan dan kemudian ditimbang (berat D).
Rumus persentase kadar sebagai berikut :
C−D
Kadar Selulosa : x 100 %
A
B−C
Kadar Hemiselulosa : x 100 %
A
D
Kadar Lignin : x 100 %
A
Kerangka Penelitian
Kerangka Penelitian Proses
Analisa kandungan
selulosa, hemiseluloa,
Cangkang Kemiri
lignin (Metode Chesson)
Analisa SEM (Scanning
Electron Microscope) Dibersihkan
Dikeringkan di oven (105℃, 10 jam)
Dihancurkan sampai halus
Diayak dengan ayakan 80 mesh
Analisa kandungan
selulosa, hemiseluloa,
Serbuk Cangkang Kemiri 80 mesh
lignin (Metode Chesson)
Analisa SEM (Scanning
Proses Delignifikasi
Electron Microscope)
Proses Delignifikasi
Bahan dibersihkan
Analisa lignin,
Ditumbuk hingga ukuran Serbuk Cangkang Kemiri 80 mesh selulosa,
hemiselulosa
Sampel ditetesi dengan asam asetat glasial dan basa hingga pH netral
Analisa lignin,
Analisa serbuk cangkang kemiri selulosa,
hemiselulosa
Disaring residu dicuci dengan air panas suhu 50 oC, 300 ml.
Dikeringkan dengan oven suhu 105 oC, 1 jam ditimbang sampai beratnya konstan
Disaring residu dicuci dengan air panas suhu 50 oC, 300 ml sampai netral
Dikeringkan dengan oven suhu 105 oC, 1 jam ditimbang sampai beratnya konstan
Kemudian H2SO4 diencerkan menjadi 1 N, kemudian direflux pada suhu 100 oC 1 jam
Disaring dan dicuci dengan Aquadest, 400 ml dan dikeringkan dengan oven suhu
105 oC, ditimbang sampai berat konstan
I. Rencana Biaya
Tabel 7. Bahan
No Nama Bahan Harga Satuan Jumlah Harga
1 Cangkang kemiri Rp1.200,00/kg 500 gram Rp600,00
2 NaOH Rp28.500,00/kg 100 gram Rp2.850,00
3 KOH Rp31.000/kg 100 gram Rp3.100,00
4 Mg(OH)2 Rp125.000,00/kg 100 gram Rp12.500,00
5 H2SO4 Rp97.500/L 200 ml Rp19.500,00
6 Asam asetat glasial Rp55.000/L 100 ml Rp5.500,00
7 Akuades Rp20.000/L 15 liter Rp300.000,00
Total Rp344.050,00
Tabel 8. Alat
No Nama Bahan Harga Satuan Jumlah Harga
1 pH meter Rp30.000,00/hari 1 hari Rp30.000,00
2 Kertas saring Rp1.700,00/lembar 70 lembar Rp119.000,00
3 Neraca analitik Rp1.000/sampel 100 sampel Rp100.000,00
4 Oven Rp5.000,00/hari 7 hari Rp35.000,00
5 Hot plate Rp30.000,00/hari 7 hari Rp210.000,00
6 Alumunium foil Rp20.000,00/pack 1 pack Rp20.000,00
7 Refluks Rp10.000/hari 7 hari Rp70.000,00
8 Waterbath Rp10.000/hari 1 hari Rp10.000,00
Total Rp594.000,00
Tabel 9. Transportasi
No Nama Harga Satuan Jumlah Harga
1 Perjalanan analisa Rp10.000,00 2x Rp20.000,00
2 Perjalanan beli Rp10.000,00 5x Rp50.000,00
bahan
Total Rp70.000,00
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD SMP SMA D3 S1
SDN 1 Politeknik
Nama SMPN 1 SMAN 2 ITN
Ditotruna Negeri
Institusi Lumajang Lumajang Malang
n Malang
Teknik Teknik
Jurusan - - IPA
Kimia Kimia
Tahun
2003- 2009- 2012- 2015- 2018-
Masuk-
2009 2012 2015 2018 sekarang
Lulus
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi persyaratan pengajuan usulan penelitian.
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD SMP SMA D3 S1
MI
MTsN
Nizhamiy Politeknik
Nama Tambakbe MAN 1 ITN
ah Negeri
Institusi ras Jombang Malang
Jatigedon Malang
Jombang
g
Teknik Teknik
Jurusan - - IPA
Kimia Kimia
Tahun
2003- 2009- 2012- 2015- 2018-
Masuk-
2009 2012 2015 2018 sekarang
Lulus
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk
memenuhi persyaratan pengajuan usulan penelitian.
Axelsson, L. 2004. Lactic acid bacteria: classification and physiology. In Salminen, S.,
Wright, A.V., Ouwehand, A., editors. Lactic Acid Bacteria: Microbiologycal and
Functional Aspects. 3rd edition, revised and expanded. New York: Marcel
Dekker, Inc.
Aziz A.A., M. Husin and A. Mokhtar. 2002. Preparation of cellulose from oil palm
empty fruit bunches via ethanol digestion: effect of acid and alkali catalysts.
Journal of Oil Palm Research 14(1):9-14
Browning BL. 1967. Methods of Wood Chemistry. Interscience Publ. New York.
Elevitch, C.R. dan Manner, H.I. 2006. Aluerites moluccana (kukui), Euphorbiaceae
(spurge family).Traditional tree initiative: species profiles for Pacific Islands
agroforestry.
Fan, et al. (1982). The Nature of Lignocellulosic and Their Pretreatment for Enzymatic
Hydrolysis. Adv. Bichem. Eng. 23: 158-187.
Gianyar, Nurchayati & Yesung Allo Padang. 2012. Pengaruh Persentase Arang
Tempurung Kemiri Terhadap Nilai Kalor Briket Campuran Biomassa Ampas
Kelapa - Arang Tempurung Kemiri. Universitas Mataram. Volume 2 No.2 ISSN:
2088-088X.
Groggins P.H. 1958. Unit Process in Organic Syntetic 5th edition. Tokyo: McGraw-
Hill, Ltd.
Gunam, I. B., Wartini, N. M., Anggreni, A. A., & Suparyana, P. M. 2011. Delignifikasi
Ampas Tebu Dengan Larutan Natrium Hidroksida Sebelum Sakarifikasi Secara
Enzimatis Menggunakan Enzim Selulase Kasar Dari Aspergillus Niger FNU
6018. Teknologi Indonesia LIPI Press , 34 (Edisi Khusus 2011): 24--32.
Han SJ, Trinh HT, Hong SS, Ryu SN, Kim DH. Antipruritic effect of black colored rice.
Nat Prod Sci 2007;13:373–7
Howard RL, et. al. 2003: Lignocellulose biotechnology: issues of bioconversion and
enzyme production. African Journal of Biotechnology, Volume 2, No.12, Page
602-619.
Kurniaty, Ika., Ummul H. H., Devi Y., Isnaini F. M., 2017. Proses Delignifikasi
Menggunakan NaOH dan (Ammonia) NH3 pada Tempurung Kelapa. Jurnal
Integrasi Proses Vol. , No. 04 (197-201). Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Lempang, M., Syafii, W. dan Pari, G. 2011. Struktur dan Komponen Arang Serta Arang
Aktif Tempurung Kemiri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
Lin SY, CW Dence. 1992. Introduction. In: Methodes in Lignin Chemistry. Springer-
Verlag. Berlin/New York: 3-19.
Mardina, P. et al., 2013. Pengaruh Proses Delignifikasi Pada Produksi Glukosa Dari
Tongkol Jagung Dengan Hidrolisis Asam Encer. Konversi, Volume 2, pp. 17 -
23.
Menon, Visnu & Mala Rao. 2012. Trends In Bioconversion Of Lignocellulose: Biofuels,
Platform Chemicals & Biorefinery Concept. Jurnal Elsavier Progress in Energy
and Combustion Science 38 page 522-550.
Novia, Khairunnas, Gigih Tejo Purboyo. 2015. Pengaruh Konsentrasi NaOH saat
Pretreatment dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol dari Daun Nanas.
Vol. 21, No.3. Universitas Sriwijaya.
Panshin AJ, Zeeuw C de. 1980. Textbook of Wood Technology Vol. II. New York: Mc
Graw-Hill Book Company Inc.
Permatasari, Harry Rizka, Fakhlili Gulo, Bety Lesmini. 2011. Pengaruh Konsentrasi
H2SO4 dan NaOH Terhadap Delignifikasi Serbuk Bambu (Gigantochloa Apus).
Universitas Sriwijaya.
Perry, R.H. and Green, D.W. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th ed.
McGraw-Hill Book Company. New York.
Rosgaard, L., S. Pedesen, & A.S. Meyer. (2007). Comparison of Different Pretreatment
Strategies for Enzymatic Hydrolysis of Wheat and Barley Straw. Appl. Biochem.
Biotechnol., 143,284 - 296.
Sahare, P., Singh, R., Laxman, S., dan Rao, M., 2012. Effect of alkali pretreatment on
the structural properties and enzymatic hydrolysis of corn cob. Applied
biochemistry and biotechnology. 168(7), 1806-1819.
Sari, Ni Ketut& Dira Ernawati. 2017. Teori dan Aplikasi Pembuatan Bioethanol dari
Selulosa (Bambu). Surabaya: Jakad Media Publishing.
Sixta, Herbert, 2006. Handbook of Pulp, volume 1, Willey-VCH Verlog GmbH and co.,
Lenzig, page 610-611, 634, 849-852.
Sumada, K., Tamara, P. E., dan Alqani, F. 2011. Kajian Proses Isolasi Α – Selulosa
Dari Limbah Batang Tanaman Manihot Esculenta Crantz Yang Efisien.
FakultasTeknologi Industri. UPN: Surabaya.
Sun Y., and J. Cheng. 2002. Hydrolysis of lignocellulosic materials for ethanol
production: a review. Bioresources Technology, 83, 1-11.
Sunarno. 2011. Catalytic Slurry Cracking Cangkang Sawit Menjadi Crude Bio Fuel
dengan Katalis Ni/ZSM-5 dan NiMo/ZSM-5. Riau: Universitas Riau.
Yovial, Wenny M., Duskiardi & Habibi. 2017. Pemanfaatan Cangkang Kemiri Dengan
Ukuran Serbuk D <250 Μm Sebagai Bahan Penguat Pada Komposit Resin
Epoksi. Padang: Universitas Bung Hatta. ISSN 2088 – 5369.
Zuhroh, Sayyidah Tus & Siti Zulaikha. 2018. Optimasi proses Delignifikasi Cangkang
Kemiri (Chandlenut Shll) dengan Variasi Konsentrasi dan Jenis Pretreatment
Alkali. Malang. Institut Teknologi Nasional.