Anda di halaman 1dari 7

Kegiatan Belajar 1

BARANG MILIK NEGARA

1. Pengertian Barang Milik Negara

Pengertian atau definisi Barang Milik Negara pada UU no 1 tahun 2004 pasal 1 angka 1,
dan PP 27 tahun 2014 pasal 1 angka 1 adalah sama yaitu semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang Milik Negara
ini merupakan bagian dari aset pemerintah yang dikelola sendiri oleh Pemerintah atau oleh
pihak lain.
Barang Milik Negara dilihat dari cara perolehannya meliputi BMN yang diperoleh dengan
APBN dan berasal dari perolehan lainnya yang sah. BMN yang berasal dari perolehan lain yang
sah tersebut dirinci dalam 4 bagian, yaitu : (a) barang yang diperoleh dari
hibah/sumbangan/sejenisnya, (b) diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/ kontrak, (c)
diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan (d) diperoleh berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Barang dari hibah berasal dari pihak-pihak di luar pemerintah pusat, seperti pemerintah
negara lain, pemerintah daerah dan pihak swasta. Barang dari pelaksanaan perjanjian/kontrak,
seperti barang yang diperoleh dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terkait eksploitasi dan
eksplorasi minyak dan gas bumi. Sedangkan barang yang diperoleh dari ketentuan undang-
undang, seperti barang-barang eks asing (cina).
Dalam kasus korupsi atau kasus yang lain dapat saja ada barang yang dirampas sehingga
barang rampasan ini harus dicatat sebagai Barang Milik Negara. Tata cara pengelolaan BMN
dari Barang Rampasan Negara dan gratifikasi diatur dalam PMK.3/PMK.06/2011 tentang
Pengelolaan BMN yang berasal dari Barang Rampasan Negara dan Barang Gratifikasi.

2. Jenis Jenis Barang Milik Negara

Barang milik Negara meliputi: (a) Persediaan; (b) Tanah; (c) Peralatan dan Mesin; (d)
Gedung dan Bangunan; (e) Jalan, Irigasi dan Jaringan; (f) Aset Tetap lainnya; (g) Konstruksi

1
dalam Pengerjaan (h) Aset Tak berwujud, Aset Kemitraaan dengan fihak ketiga serta aset lain-
lain.
Persediaan merupakan aset berupa: (1). Barang atau perlengkapan (supplies) yang
digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah; (2) Bahan atau perlengkapan
(supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi; (3) Barang dalam proses produksi yang
dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;(4)Barang yang disimpan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan.
Tanah adalah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam klasifikasi tanah ini
adalah tanah yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.
Suatu barang berwujud dapat diakui sebagai asset tetap apabila mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehan aset dapat diukur secara andal, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas, dan diperoleh atau dibangun dengan
maksud untuk digunakan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau
dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah BMN yang berupa
Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu rambu, serta Tugu Titik Kontrol.
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang
termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan
Jaringan.
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok Tanah, Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi dan Jaringan, yang
diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Koleksi Perpustakaan/Buku, Barang
Bercorak Kesenian/Kebudayaan/Olah Raga, Hewan, Ikan dan Tanaman.
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan
pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan

2
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses
perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan
belum selesai.
Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasikan dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa
atau digunakan untuk tujuan lainnya. Aset tak berwujud meliputi software komputer, lisensi
dan franchise, hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya, dan hasil kajian/penelitian yang
memberikan manfaat jangka panjang.
Dilihat dari perolehannya BMN ini dapat diperoleh atas beban APBN atau dapat juga
melalui perolehan lainnya yang syah. Jika suatu satuan kerja akan mengadakan BMN, rencana
pengadaan BMN tersebut dituangkan dalam dokumen yaitu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
yang berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
Negara dan pencairan dana atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika
suatu satker berdasarkan DIPA tersebut membeli Barang Milik Negara maka Barang Milik
Negara pada satker tersebut bertambah. Di samping itu tindakan ini juga akan mengakibatkan
pengeluaran uang dari Kas Negara yang membebani APBN. Di samping diperoleh melalui
pengadaan yang membebani APBN tersebut, BMN juga dapat diperoleh dengan cara lain yang
sah.
3. Pengeluaran yang dikapitalisasi
Suatu unit organisasi dapat mengeluarkan uang untuk membeli aset tetap yang baru
atau untuk aset tetap yang sudah ada. Jika suatu entitas memiliki aset misalnya aset tetap
biasanya entitas tersebut akan mengalami pengeluaran uang untuk aset tersebut. Suatu
pengeluaran untuk aset tetap mungkin hanya memberikan manfaat ekonomi pada tahun
pengeluaran seperti biaya pemeliharaan biasa. Namun juga terdapat pengeluaran untuk aset
tetap yang memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu tahun.
Pengeluaran yang akan memberi manfaat tahun berjalan saja akan dianggap sebagai
beban dan dilaporkan dalam Laporan Operasional, sementara itu pengeluaran yang memberi
manfaat lebih dari 12 bulan akan dikapitalisir yang dicatat menambah nilai dari aset yang
bersangkutan. Entitas harus membuat kebijakan terkait kapitalisasi pengeluaran tersebut.

3
Sesuai dengan PMK 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN pasal 40 ayat 1, kapitalisasi
BMN merupakan batasan nilai minimum per satuan BMN untuk dapat disajikan sebagai aset
tetap pada neraca. Untuk dapat dilaporkan di neraca, pengeluaran tersebut pertama kali
dicatat sebagai aset dan selanjutnya aset tersebut dilaporkan di neraca.
Kebijakan kapitalisasi pengeluaran untuk BMN ditujukan untuk landasan hukum dalam
pengelolaan dan penatausahaan BMN. Di samping itu kebijakan ini juga ditujukan untuk
terwujudnya keseragaman dalam menentukan nilai BMN yang dikapitalisir. Kebijakan ini juga
berguna untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pencatatan nilai BMN.

Kapitalisasi yang merupakan pencatatan sebagai aset dilakukan terhadap pengadaan


tanah, pembelian peralatan dan mesin sampai siap pakai, pembuatan peralatan, mesin dan
bangunan, pembangunan gedung dan bangunan, pembangunan jalan/irigasi/jaringan,
pembelian Aset Tetap lainnya sampai siap pakai, dan pembangunan/pembuatan Aset Tetap
lainnya. Ada pengecualian dari aset yang disebutkan di atas yaitu pengeluaran untuk BMN aset
tetap lainnya berupa hewan, ikan, dan tanaman yang digunakan dalam rangka tugas dan fungsi,
tidak dilakukan kapitalisasi (PMK 181/PMK.06/2016 pasal 40 ayat 3).

Pengeluaran yang dikapitalisasi sebagaimana di atas dirinci lebih lanjut sebagai berikut:
a. Pengadaan tanah meliputi biaya pembebasan, pembayaran honor tim, biaya pembuatan
sertifikat, biaya pematangan, pengukuran, dan pengurugan.
b. Pembelian peralatan dan mesin sampai siap pakai meliputi harga barang, ongkos angkut,
biaya asuransi, biaya pemasangan, dan biaya selama masa uji coba.

c. Pembuatan peralatan, mesin, dan bangunan meliputi:


1) Pembuatan peralatan dan mesin dan bangunannya yang dilaksanakan melalui kontrak
berupa pengeluaran sebesar nilai kontrak ditambah biaya perencanaan dan pengawasan,
biaya perizinan, dan jasa konsultan.

2) Pembuatan peralatan dan mesin dan bangunannya yang dilaksanakan secara swakelola
berupa biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku,
upah tanaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, dan biaya
perizinan.

4
d. Pembangunan gedung dan bangunan meliputi:
1) Pembangunan gedung dan bangunan yang dilaksanakan melalui kontrak berupa
pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.

2) Pembangunan yang dilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dan tidak
langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa
peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan
bongkar bangunan lama.

e. Pembangunan jalan/irigasi/jaringanliputi:
1) Pembangunan jalan/irigasi/jaringan yang dilaksanakan melalui kontrak berupa nilai
kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya
pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada diatas tanah yang diperuntukkan
untuk keperluan pembangunan.
2) Pembangunan jalan/irigasi/jaringan yang dilaksanakan secara swakelola berupa biaya
langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga
kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya
pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada diatas tanah yang diperuntukkan
untuk keperluan pembangunan.

f. Pembelian Aset Tetap Lainnya sampai siap pakai meliputi harga kontrak/beli, ongkos angkut,
dan biaya asuransi.

g. Pembangunan/pembuatan Aset Tetap Lainnya:


1) Pembangunan/pembuatan Aset Tetap Lainnya yang dilaksanakan melalui kontrak berupa
nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, dan biaya perizinan.
2) Pembangunan/pembuatan Aset Tetap Lainnya yang dilaksanakan secara swakelola berupa
biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah
tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan
jasa konsultan.
Pencatatan atas suatu aset tidak hanya berasal dari pembelian atau pembangunan
aset yang bersangkutan. Pencatatan bertambahnya aset juga disebabkan adanya

5
penerimaan hibah dan adanya barang rampasan. Di samping itu juga dapat terjadi
penambahan nilai aset karena pengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi aset.
Nilai penerimaan hibah dari pihak ketiga meliputi nilai yang dinyatakan oleh pemberi
hadiah atau nilai taksir, ditambah dengan biaya pengurusan.
Nilai penerimaan Aset Tetap dari rampasan meliputi nilai yang dicantumkan dalam
keputusan pengadilan atau nilai taksiran harga pasar pada saat aset diperoleh ditambah
dengan biaya pengurusan kecuali untuk Tanah, Gedung dan Bangunan meliputi nilai
taksiran atau harga pasar yang berlaku.
Nilai reklasifikasi masuk meliputi nilai perolehan aset yang direklasifikasi ditambah
biaya merubah apabila menambah umur, kapasitas dan manfaat.
Nilai pengembangan tanah meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengurugan dan
pematangan.
Nilai renovasi dan restorasi meliputi biaya yang dikeluarkan untuk mengingkatkan
kualitas dan/atau kapasitas.

4. Nilai Kapitalisasi Aset Tetap

Sesuai dengan PMK 181/PMK.06/2016, Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap
adalah pengeluaran pengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasil
pengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi. Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset
Tetap adalah :
a. sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), untuk:
1). peralatan dan mesin; atau
2). aset tetap renovasi peralatan dan mesin; dan
b. sama dengan atau lebih dari Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah), untuk:
1). gedung dan bangunan; atau
2). aset tetap renovasi gedung dan bangunan.
Nilai kapitalisasi minimum tersebut di atas tidak berlaku untuk BMN berupa tanah, JIJ, KDP
atau koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian, sehingga berapapun nilai
perolehannya dikapitalisasi. Dengan diundangkannya PMK 181/PMK.06/2016,

6
ketentuanNilai Satuan Minimum Kapitalisasi sesuai PMK 120/PMK.06/2007 masih dapat
digunakan sampai dengan 2 (dua) tahun terhitung sejak diundangkannya PMK
181/PMK.06/2016.
5. Aset tetap yang tidak diketahui nilai perolehannya
Aset tetap yang diperoleh dari donasi / hibah atau rampasan / sitaan mungkin tidak
diketahui nilai perolehannya sehingga pencatatannya menggunakan nilai wajar. Nilai wajar
adalah nilai tukar aset atau penyelesaiankewaj iban antar pihak yang memahami dan
berkeinginan untukmelakukan transaksi wajar .Penggunaan nilai waj ar pada saat tidak ada nilai
perolehanatau tidak dapat diidentifikasi bukan merupakan suatu prosespenilaian kembali
(revaluasi) .

Anda mungkin juga menyukai