Makalah Konsep Diri
Makalah Konsep Diri
Oleh :
Dwiky Harly Wibowo (201410370311185)
a. Menurut Hurlock (dalam Nia, 2011 : ) konsep diri adalah konsep seseorang dari
siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan
sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya
reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri mencakup citra diri fisik dan
psikologis. Citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, sedangkan citra
diri psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi.
b. Song dan Hattie (dalam Nia, 2011 : ) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri
atas konsep diri akademis dan non akademis. Selanjutnya konsep diri non
akademis dapat dibedakan menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi
menurut Song dan Hattie, konsep diri secara umum dapat dibedakan menjadi
konsep diri akademis, konsep diri sosial, dan penampilan diri.
c. Menurut Burns (dalam Erawati, 2011 : ) konsep diri adalah suatu gambaran
campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat mengenai diri
kita, dan seperti apa diri yang kita inginkan.
d. Menurut William D. brooks yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmad (1985: 125)
yang menyatakan konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya
sendiri yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain.
Berdasarkan kajian-kajian teori di atas, maka dasar teori yang digunakan untuk
menyusun kisi-kisi konsep diri adalah gabungan dari teori Hurlock dan teori Song
& Hattie yang menyatakan konsep diri adalah gabungan dari keyakinan yang
dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Dimensi konsep diri
mencakup citra diri fisik, citra diri psikologis dan konsep diri sosial. Indikator
citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, indikator citra diri
psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan indikator
konsep diri sosial adalah pandangan, penilaian siswa terhadap kemampuan
bergaul dan kerjasama dengan orang lain.
Dengan adanya konsep diri individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan
tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan
sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila
individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan
untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses
dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu
LANDASAN TEORI
A. KONSEP DIRI
gambaran, proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
sesuatu. Istilah diri berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang
lain. Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya
Konsep diri merupakan sebuah konstruk psikologis yang telah lama menjadi
pembahasan dalam ranah ilmu-ilmu sosial (Marsh & Craven, 2008). Shavelson,
Hubner, & Stanton (1976) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi
juga menambahkan bahwasanya konsep diri merupakan nilai dari hasil proses
pembelajaran yang dilakukan dan dari hasil situasi psikologis yang diterima.
terhadap diri individu, sikap dan opini mengenai dirinya, dan individu tersebut
merasa hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada dirinya. Menurut Rice & Gale
(1975) konsep diri terdiri diri dari berbagai aspek, misalnya aspek sosial, aspek
fisik, dan moralitas. Konsep diri merupakan suatu proses yang terus selalu
berubah, terutama pada masa kanak-kanak dan remaja. Menurut Gage dan
Berliner (1998) selain merupakan cara bagaimana individu melihat tentang diri
mereka sendiri, konsep diri juga mengukur tentang apa yang akan dilakukan di
masa yang akan datang, dan bagaimana mereka mengevaluasi performa diri
mereka.
mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika konsep diri seseorang negatif,
maka akan negatiflah perilaku seseorang, sebaliknya jika konsep diri seseorang
positif, maka positiflah perilaku seseorang tersebut (Fits dan Shavelson, dalam
dengan masyarakat.
dari diri individu adalah proses mental. Freud mengatakan bahwasanya konsep
diri merupakan sebuah unit psikologis yang paling dasar untuk memahami proses
mental individu. Konsep ini terus dikembangkan oleh Freud dalam perkembangan
teori ego dan dalam interpretasi terhadap diri individu. Dalam perkembangannya,
konsep diri semakin luas digunakan dalam dunia terapi dan konseling. Lecky pada
tahun 1945 menggunakan istilah konsistensi diri yang mengacu pada dasar-dasar
perilaku individu dalam terapi dan pada tahun 1948, Raimy memperkenalkan
“self” dalam sebuah sistem psikologis. Roger menilai bahwa ―self” merupakan
dasar atau hal utama yang menjadi bagian dari kepribadian dan penyesuaian
yang tumbuh dari proses interpersonal yang dilakukan. Teori konsep diri semakin
berkembang pada tahun 1970 sampai tahun 1980-an dengan pola konsep diri
umum. Pada saat itu semakin banyak peneliti yang menyadari betapa pentingnya
sangat dipengaruhi oleh konsep diri seseorang. Sehingga banyak para peneliti
mengembangkan suatu cara bagaimana agar dapat menguatkan konsep diri untuk
Pada awalnya konsep diri merupakan suatu konstruk yang bersifat umum
atau yang lebih dikenal dengan istilah unidimensional (Prasetyo, 2006). Konsep
deskripsi spesifik dari apa yang dilihat secara khusus. Hal ini mengandung arti
bahwa konsep diri umum merupakan pemahaman seorang individu terhadap diri
mereka secara umum tanpa melihat bagian-bagian yang lebih spesifik dari diri
yang bersifat spesifik atau yang lebih dikenal dengan istilah multidimensional.
Konsep diri spesifik merupakan pola penilaian konsep diri individu yang melihat
ke dalam perspektif yang lebih luas terhadap diri individu, sehingga bisa
mendapatkan gambaran diri individu dari berbagai sudut pandang yang beragam
dan dinamis (Metivier, 2009). Jika hanya ada satu penjelasan mengenai konsep
diri unidimensional, maka pada konsep diri multidimensional dapat melihat diri
seseorang dari berbagai konteks, seperti konsep diri spiritual, konsep diri sosial,
konsep diri terhadap lingkungan dan lain sebagainya (James, dalam Metivier,
2009).
mengembangkan konstruk konsep diri pada diri individu. Salah satu pola
pola konsep diri yang bersifat multidimensional (Marsh & Craven, 2008). Marsh
unidimensional.
multidimensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsep diri secara spesifik
sehingga mendapatkan berbagai macam konsep diri individu dari sudut pandang
yang beragam selain dari beberapa keunggulan pola konsep diri multidimensional
beberapa bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non
akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi
Konsep diri secara umum dibagi ke dalam 4 jenis konsep diri, yakni :
1. Konsep diri akademis (Academic self concept), yang terdiri dari konsep diri
pengetahuan alam.
2. Konsep diri Sosial (social self-concept), yang terdiri dari konsep diri teman
others).
4. Konsep diri fisik (physical self-concept), yang terdiri dari konsep diri
Kemudian pada tahun 1985, Marsh merevisi struktur konsep diri bersama
Dalam pola ini Marsh & Shavelson tidak membentuk pola hierarkial.
Namun lebih kepada pola multifacet dari general konsep diri kepada banyak jenis
konsep diri seperti konsep diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua,
Marsh & Shavelson (1985) dalam teorinya membuat 13 jenis konsep diri
7. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama
8. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin berbeda
Dari berbagai macam jenis konsep diri Marsh & Shavelson di atas, peneliti
hanya mengambil tujuh jenis konsep diri yang akan diteliti. Hal ini dilakukan
peneliti karena ketujuh jenis konsep diri ini dianggap berpengaruh oleh peneliti
mentoring.
3. konsep diri spiritual, dalam prosesnya mentoring memiliki tujuan utama untuk
meningkatkan potensi spiritual dalam diri peserta.
6. konsep diri emotional, dalam prosesnya mentoring melatih peserta untuk dapat
tujuan untuk membangun individu untuk menjadi insan yang lebih berguna secara
paripurna (keseluruhan).
Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
intelegensi, motivasi dan emosi (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock,
episode keberhasilan dan kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998;
Hurlock, 1999; Ulfah, 2007), episode dalam kehidupan (Burger, 2008; Stuart &
2008; Hurlock, 1999), usia (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah, 2007;
Rola, 2006), kondisi dan penampilan fisik (Hurlock, 1999; Rola, 2006), persepsi
individu tentang kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998), jenis kelamin
(Rola, 2006), aktualisasi diri (Fits, dalam Agustiani, 2006), religiusitas (Agustiani,
(Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger,
1981; Christa, 2007), teman sebaya (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah,
2007; Shavelson & Roger, 1981; Christa, 2007), peran pendidik (Marsh, 2003;
Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981;
Christa, 2007), kebudayaan (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger,
1981), status sosial (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981), dan
1. Faktor internal :
oleh mahasiswa).
j. Jenis kelamin.
k. Religiusitas.
l. Usia.
m. Tingkat stres.
2. Faktor Eksternal
tinggal individu).
dan lain-lain).
dilakukan).
Dalam penelitian ini, hal yang difokuskan untuk meningkatkan konsep diri
mahasiswa muslim adalah melalui faktor religiusitas dari faktor internal, dan
Burns (dalam Strein, 1995) mengemukakan dua cara yang dapat dilakukan
1. Melalui respon atas aitem-aitem dalam skala konsep diri spesifik yang
2. Melalui pengamatan individual atas pola perilaku yang muncul dari subjek.
Untuk metode pelaporan yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri
individu di antaranya :
1. Skala Penilaian
Skala ini dapat berupa kuesioner, inventori, atau skala-skala sikap yang
2. Daftar ceklist
Metode ini mengarahkan subjek untuk memilih aitem-aitem yang sesuai
3. Teknik Sort-Q
Metode ini meminta subjek untuk memberikan jawaban yang tidak terstruktur
(bebas). Jenis soal yang ditawarkan biasanya tertulis dalam bentuk essay,
kosong.
5. teknik-teknik proyektif
Teknik ini sering digunakan dalam mengukur konsep diri yang tidak sadar
(unconscious self-concept).
6. Wawancara
Alat ukur yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri ini cukup
banyak. Marsh (1992) membuat beberapa alat ukur konsep diri yang dapat
Scale), SDQI, SDQII, & SDQIII (Self Description Questionnaire), ASDQI &
Selain di atas, alat ukur konsep diri lainnya yang sering digunakan adalah
merupakan alat ukur lanjutan dari SDQI dan SDQII. Alasan peneliti
menggunakan alat ukur ini karena SDQIII dapat digunakan untuk subjek yang
berusia remaja akhir hingga dewasa. Sejalan dengan tujuan penelitian ini adalah
untuk mengukur konsep diri remaja akhir (mahasiswa). Sedangkan metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik ceklist dan wawancara.
Teknik ceklist dilakukan dengan memberikan ceklist pada skala SDQIII yang
harapan,
impian,
visi,
idaman
Semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam self-
imageself-image
Siapa Saya?
Sangat ditentukan oleh sikap diri Anda sendiri. Sikap adalah kebiasaan berpikir
dan oleh karenanya dapat dibentuk dan dipelajari.
Sikap yang baik harus terus menerus dipupuk dan dikembangkan dari waktu ke
waktu dengan cara mengubah cara berpikir Anda yang lama, menjadi cara
berpikir yang baru dalam memandang semua hal.
Kuesioner Konsep Diri
Untuk mengukur variabel konsep diri digunakan kuesioner dengan lima alternatif
jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Cara menjawab : jika pada butir 1 anda
menjawab Sangat Setuju maka anda membuat jawaban dikomentar ” 1/SS” dan
seterusnya.
NO PERNYATAAN SS S KS TS STS
Sumber :
http://belajarpsikologi.com/
http://Wikipedia.com/
Burns, R.B. 1993. Konsep Diri, Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku.