Anda di halaman 1dari 27

TUGAS TERSTRUKTUR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CKD


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan medical bedah II

Dosen Pengampu Ns. Yunita Galih Yudanari, S.Kep.,M.Kep

Oleh :

ARI WINARSIH (012191001)

SITI NUR SHOLIKAH (012191003)

INDAH NUR SAFITRI (012191014)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem perkemihan gagal ginjal kronik (CKD)". Atas dukungan moral
dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen Pembimbing kami, yang
memberikan dorongan, masukan dan bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ungaran, 2 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
DAFTAR ISI ….………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Tujuan……………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian chronic kidney disease (CKD)………………………………
B. Tanda dan gejala chronic kidney disease (CKD) ……………………………
C. Etiologi chronic kidney disease (CKD)
D. Patofisiologi chronic kidney disease (CKD)………………………….
E. WOC chronic kidney disease (CKD) ………………………………………
F. Pemeriksaan diagnostic chronic kidney disease (CKD) ……………………
G. Penatalaksanaan chronic kidney disease (CKD) ……………………………
H. Asuhan kepererawaratan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan
chronic kidney disease (CKD)……………………………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan …………………………………………………….…………
B. Saran …………………………………………………………..…..………
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan dimana individu harus mampu menyesuaikan diri
pada perubahan-perubahan yang terjadi untuk mempertahankan status
kesehatannya (Nurhalimah, 2016). Sehat juga dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dimana sistem pada tubuh dalam keadaan normal atau tidak adanya
gangguan.
Terdapat beberapa sistem yang bekerja di tubuh manusia antara lain
sistem persyarafan, sistem pernapasan, sistem kardiovarkuler, sistem
pencernaan, sistem endokrin dan sistem perkemihan (Chalik, 2016). Sistem di
dalam tubuh tidak selalu bekerja dengan baik atau normal, sistem dalam tubuh
juga dapat mengalami ganggauan misalnya gangguan yang terjadi pada sistem
perkemihan.
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ yang memproduksi,
menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari ginjal,
ureter, kandung kemih, sphincter dan uretra. Pada sistem perkemihan terdapat
gangguan seperti gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronik atau chronic kidney disease (CKD) merupakan
suatu kondisi dimana fungsi ogan ginjal mengalami penurunan hingga
akhirnya tidak mampu melakukan fungsinya dengan normal (Cahyani, 2009
Dalam Ali dkk 2017).

Menurut hasil riset kesehatan dasar/ RISKESDAS 2018 prevalensi


klien menderita gagal ginjal kronik di Indonesia ≥ 15 tahun berdasarkan
diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah 2.0 % dan terjadi peningkatan pada
tahun 2018 sebesar 3.8 %. Dengan jumlah penderita tertinggi Kalimantan Utara
dengan jumlah 6.4% dan terendah Sulawesi Barat dengan jumlah 1,8%.
Sedangkan Jawa Tengah jumlah penderita dengan gagal ginjal kronik kurang
lebih 3.9% (Kementrian Kesehatan Republic Indonesia/ KEMENKES, 2018)
Dalam penelitian Haryanti dan Khairunisa (2015) penatalaksanaan
gagal ginjal kronik dapat dilakukan dua tahap yaitu dengan terapi konservatif
dengan tujuan mencegah memburuknya faal ginjal secara proggresif,
meringankan keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki
metabolisme secara optimal serta memelihara keseimbangan elektrolit dan
terapi pengganti ginjal.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membahas tentang “asuhan


keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan gagal ginjal
kronik atau chronic kidney disease (CKD)”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit chronic kidney disease
(CKD) serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit chronic
kidney disease (CKD)
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu menjelaskan tentang definisi gangguan sistem
perkemihan chronic kidney disease (CKD)
b. Penulis mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala pada klien
dengan gangguan sistem perkemihan chronic kidney disease
(CKD)
c. Penulis mampu menjelaskan tentang etiologi pada klien dengan
gangguan sistem perkemihan chronic kidney disease (CKD
d. Penulis mampu menjelaskan tentang patofisiologi pada pada klien
dengan gangguan sistem perkemihan chronic kidney disease
(CKD)
e. Penulis mampu menggambarkan tentang WOC pada klien dengan
gangguan sistem perkemihan chronic kidney disease (CKD)
f. Penulis mampu menjelaskan tentang penanganan pada klien
dengan gangguan sistem perkemihan chronic kidney disease
(CKD)
g. Penulis mampu menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik pada
klien dengan gangguan sistem perkemihan chronic kidney disease
(CKD)
h. Penulis mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem perkemihan chronic kidney disease
(CKD)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi fisiologi Ginjal


Menurut Chalik (2016) Ginjal merupakan organ dalam pada manusia
yang bentuknya menyerupai kacang merah tua dengan panjang sekitar 12,5
cm serta berat sekitar 125 sampai 175g pada laki-laki dan 115 sampai 155 g
pada perempuan.
Ginjal terletak pada aera yang tinggi yaitu pada dinding abdomen
posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ dalam ini
merupakan organ retroperientoneal dan terletak di antara otot-otot punggung
dan peritoneum rongga abdomen atas. Pada tiap ginjal memiliki kelenjar
yang disebut kelenjar adrenal. Ginjal pada manusia ada dua ginjal kanan
dan kiri, ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri karena
pada sisi kanan terdapat hati.
Ginjal di selubungi oleh 3 lapisan jaringan ikat yaitu:
1. Fasia renal atau pembungkus terluar, pembungkus ini melabuhkan
ginjal pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
2. Lemak perineal atau jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal.
Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada
posisinya.
3. Kapsul fibrosa (ginjal) atau membrane halus yang langsung
membungkus ginjal dan mudah dilepas.

Struktural internal pada ginjal terdapat hilus (hilum), Ginus ginjal,


pelvis ginjal, parenkim ginjal (jaringan ginjal yang menyelubungi struktur
sinus ginjal, jaringan ini terbagi atas medulla dalam dan korteks luar.

Ginjal terbagi menjadi lobus ginjal, pada setiap lobus terdiri dari satu
piramida ginjal, kolumna (saling berdekatan) dan jaringan korteks yang
melapisinya.
B. Pengertian chronic kidney disease (CKD)
Dalam penelitian Fadhilah (2014) CKD merupakan kerusakan

ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan

patologis atau pertanda kerusakan ginjal seperti proteinuria.

Dalam Penelitian Fitrianasari Dkk (2017) CKD adalah kondisi

dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat

pulih atau sembuh secara total seperti sedia kala (irreversible) dengan laju

filtrasi glomerulus (LFG) <60 ML/menit dalam waktu 3 bulan atau bahkan

bisa lebih sehingga hal ini dapat mengakibatkan tubuh gagal

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elekttrolit yang

dapat mengakibatkan uremia.

Sehingga dapat disimpulakan bahwa CKD merupakan suatu

kondisi dimana terjadi kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih

dari 3 bulan.

C. Tanda dan gejala chronic kidney disease (CKD)


Menurut Smeltzer dan Bare (2015) Tnda dan gejala dari gagal ginjal krinik
antara lain:
1. Kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema, edema periorbital,
pembesaran vena leher.
2. Integument: warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering (bersisik), kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Pulmoner: sputum kental dan liat, napas dangkal.
4. Gastrointestinal: napas berbau aminia, konstipasi dan diare, perdarahan
dari saluran gastrointestinal, anoreksia (mual-muntah).
5. Neurologi: kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai.
6. Muskulokeletal: kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot
drop.
7. Reproduktif: amenore dan atrofi tetikuler.

D. Etiologi chronic kidney disease (CKD)


Menurut Penefri (2011) Dalam Monica (2017) terjadinya gagal ginjal
kronik paling banyak disebabkan karena hipertensi (34%) nefropati diabetic
(27%) dan glomerulopati (primer (14%).
Penyebab dari gagal ginjal kronik bermacam-macam antara lain:
1. Glomerulonefritis (GN)
Merupakan penyakit parenkim ginjal progresif dan difus yang
sering berakhir dengan gagal ginjal kronik, hal ini disebabkan oleh
respon imunologik dan hanya jenis tertentu saja yang secara pasti
telah diketaui etiologinya. Secara garis besar dua mekanisme
terjandinya glomerulonephritis yaitu circulatin immune complex
dan terbentuknya deposit kompleks imun secara insitu. Kerusakan
glomerulus tidak langsung disebabkan oleh kompleks imun,
berbagai faktor seperti proses inflamasi, sel inflamasi, mediator
inflamasi dan komponen berperan pada kerusakan glomerulus.
Glomerulusnefritis ditandai dengan proteinuria, penurunan
fungsi ginjal dan perubahan ekskresi garam akibat edema, kongesti
aliran darah dan hipertensi. Manifestasi klinik glomerolusnefritis
merupakan sindrom klinik yang terdiri dari kelainan urin
asimptomatik, sindrom nefrotik dan glomerolusnefritis kronik. Saat
ini gromelorusnefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal
ginjal kronik.
2. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus menjadi salah satu penyebab utama terjadinya
gagal ginjal kronik dengan jumlah kasus kurang lebih 30 %.
3. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal itu
sendiri. Pielonefritis itu sendiri dapat bersifat akut atau kronik.
Pielonefritis akut juga bias terjadi melalui infeksi hematogen.
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang-ulang
dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
Obstruksi lain atau repluks vesikureterPenyakit Ginjal Polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PKD) ditandai dengan kista-kista multiple,
bilateral,
dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan
parenkim
ginjal normal akibat penekanan. Semakin lama ginjal tidak
mampu mempertahankan fungsi ginjal sehingga ginjal akan
menjadi rusak.
4. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor pemburuk funsi ginjal selain dari
faktor lain seperti proteinurin, jenis penyakit ginjal lainnya serta
hipertglikemia dan yang lainnya. Penyakit hipertensi ini menjadi
salah satu penyebab penyakit gagal ginjal kronik yang umum
terjadi saat ini.

E. Patofisiologi chronic kidney disease (CKD)


Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek
termasuk diantaranya GFR (Glumerular filtration rate) pengeluaran produksi
urine dan sekresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan
metabolikm abnormal. Homeostatis dipertehankan oleh hipertropai nefron.
Hal ini terjadi karena hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan ekstresi
solates dan sisa-sisa produksi dengan jalan menurukan reabsorbsi air
sehingga terjadi hipostenuria (kehilangan kemampuan memekatkan urin) dan
polyuria adalah peningkatan output ginjal. Hipostenurya dan polyuria adalah
tanda awal CKD dan dapat menyebabkan dehidrasi ringan.
Perkembangan penyakit selanjutnya, kemampuasn memkatkan urin
menjadi semakin berkurang. Osmolitasnya (isotenuria). Jika fungsi ginjal
mencpai tingkat ini serum BUN meningkat secara otomatis, dan pasien akan
beresiko kelebihan beban cairan seiring dengan outpun urin yang senakin
tidak adekuat. Pasien dengan CKD kemungkinan dapat terjadi dehidrasi atau
kelebihan beban cairan tergantung pada tingkat gagal ginjal atau kerusakan
pada ginjal.
Perubahan metabolic pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan
ekresi BUN dan keratinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus
ginjal dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum
kreatinin. Adalnya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam darah
disebut azotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal.
Perubahan kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system
kardiovaskuler. Manifestasi CKD pada umumnya adalah anemia, hipertensi,
gagal jantung kongestif, serta perikaraitis.
Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan darah akibat overlood
cairan dan sodium serta kesalahan fungsi system renin. Angiotin aldosterone
CRF menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena anemia,
hipertensi dan kelebihan cairan.
Tahap terjadinya gagal ginjal antara lain:
1. Tahap pertama : Diminishid renal reserve
Tahap ini terjadi penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak
terjadi penumpukan sisa-sisa metabolic dan ginjal yang
sehat akan melakukan kompensasi terhadap gangguan
yang sakit tersebut
2. Tadap kedua : Renal insuffinciency (insufiensi ginjal)
Pada tahap ini dikategorikan ringan apabila 40-80-%
fungsi normal, sedang apabila 15-40 fungsi normal dan
berat apabila fungsi ginjal normal hanya 2-20%. Pada
insufiensi ginjal sisa-sisa metabolic mulai berakumulasi
dalam darag karena jaringan ginjal yang lebih sehat tidak
dapat berkompensasi secara terus-menerus terhadap
kehilangan fungsi ginjal karena adanya penuakit
tersebut. Tingkat BUN, kreatinin, asam urat dan fosfor
mengalami peningkatan tergantung pada tingkat
penurunan fungsi ginjal.
3. Tahao ketiga : End stage dease atau penyakit ginjal tahap lanjut)
Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN dan kreatinin)
berakumulasi dalam darah dan ginjal tidak mampu
mempertahankan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit terjadi, bila segera dianalisis akan menjadi
fatal bahkan sampai ke kematian.
F. WOC chronic kidney dease (CKD)
Zat toksik Obstruksi saluran
infeksi Vaskuler
kemih
(hipertensi Dm)
Tertimbun dalam
Reaksi antigen anti body Arteri sklerosis Refluks
ginjal
Suplai darah ke Hidronefrosis Vaskulerasi
ginjal ginjal

GFR menurun Iskemik ginjal

CKD

Penurunan Sekresi kalium Sekresi


fungsi ekskresi Tidak mampu Retensi Na &P H20 eritropoitin
ginjal mengekskresikan asam meningkat Ekskresi mineral
Hiperkalemia Produksi Hb air menurun
Asidosis CES meningkat menurun
Sindrom uremia
Gg hantaran listrik
Hiperventilasi Tekanan kapiler
jantung Oksihemoglobin
priuritis Gg naik menurun RAA
keseimbangan Disaritmia
Pola nafas
Kerusakan asam basa Volume intersial naik Gangguan
Peningkatan preload perfusi jaringan
Produksi asal tidak efektif Edema
integritas lambung meningkat Penurunan COP
Risiko ketidak Suplai oksigen ke
kulit Nausea dan
vomitus jaringan menurun
seimbangan cairan
Kelelahan otot Intoleransi aktivitas
Risiko deficit nutrisi
F. Penatalaksanaan chronic kidney disease (CKD)

Menurut Nurarif, Huda & Kusuma (2015) Penatalaksanaan yang


dapat dilakukan pada klien dengan gaal ginjal kronik anata lain:

Sedangkan dalam penelitian Haryanti dan Khairunisa (2015)


menjelaskan bahwa penatalaksanaan pada klien dengan penyakit gagal ginjal
kronik antara lain:
1. Penanganan konservatif: penanganan ini terdiri dari tindakan
untuk menghambat perkembangannya gagal ginjal, menstabilkan
keadaan pasien, dan mengobati setiap faktor yang reversible.
2. Terapi penggantian ginjal: penanganan ini dilakukan dengan cara
mengganti ginjal yang dapat dilakukan engan dialisi intermiten
atau transplantasi ginjal yang merupakan cara paling efektif
untuk penanganan ginjal.

G. Pemeriksaan diagnostik chronic kidney disease (CKD)


Pemeriksaan diagostik yang dapat dilakukan pada klien dengan CKD (gagal
ginjal kronik antara lain:
1. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan ini berupa:
a. Laju endap darah
b. Ureum dan kreatinin
c. Hiponatremi
d. Hipokalemi dan hiperforfatemia
e. Phosphate alkaline
f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan
gangguan metabolism dan diet rendah protein
g. Peninggian gula darah akibat gangguan metabolism karbohidrat pada
gagal ginjal (resisten terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer),
h. Hipertrigleserin
2. Pemeriksaan radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu
atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan
memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak
puasa
3. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kadung
kemih dan prostat.
4. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
pericarditis, aritmia dan gangguan elektrolit (hyperkalemia)

H. Komplikasi pada klien dengan gangguan perkemihan chronic kidney disease


(CKD)
Menurut Corwin (2009) komplikasi yang dapat terjadi akibat gagal ginjal
kronik antara lain:
1. Pada gagal ginjal progresif terjadi beban volume, ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolic, uremia dan azotemia.
2. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir) terjadi azotemia
dan uremia berat. Asidoesis metabolic memburuk, yang
secaramencolokmerangsang kecepatan pernafasan.
3. Hipertensi, anemia, hiperglikemia, enselopati uremia, dan pruritus
(gatal) merupakan komplikasi gagal ginjal kronik yang sering terjadi.
4. Penurunan pembentukan eritropotein dapat menyebabkan sindrom
anemia kardiorenal, penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal yang
akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
5. Dapat terjadi gagal jantung konestif
6. Hingga dapat mengakibatkan koma serta kematian apabila tidak segera
dilakukan pengobatan.
I. Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko gagal
ginjal kronik antara lain:
1. jangan mengkonsumsi al kohol berlebihan.
2. kurangi atau jangan merokok
3. selalu control kondisi medis dengan bantuan dokter ahli untuk mengetahui
kemungkinan peningkatan gagal ginjal agar segera dialatasi
4. terapkan perilaku hidup sehat

J. Asuhan kepererawaratan pada klien dengan gagal ginjal kronik atau CKD
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Yang meliputi nama, penanggungjawab, alamat, nomor RM dll
b. Keluhan utama
Keluhan utama berupa perubahan persepsi penglihatan, gelisah dan
nyeri pada mata.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Perlu dikaji apakah ditemukan gejala yang menimbulkan penyakit
menggunakan metode PQRST
d. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat penyakit dahulu yang
berhubungan dengan timbulnya gagal ginjal kronik seperti infeksi
saluran kemih, prostektomi, dan batu daluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarganya yang menderita penyakit yang
sama.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran umum
Meliputi mengkaji tingkat kesadaran dan mengkaji tanda-
tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
2) Pemeriksaan fisik meliputi: pemeriksaan mata, hidung,
telinga, mulut, leher, dada (paru, jantung), abdomen, kulit
dan kuku, genetalia dan ekstremitas
2. Diagnosa keperawatan
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3) Risiko Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penyakit
ginjal
4) Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan)

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
1 Pola napas tidak efektif Pola napas L.01004 Pemantauan respirasi
D.0005 Definisi: inspirasi dan I.01014
atau ekspirasi yang Definisi: mengumpulan atau
Definisi: inspirasi dan memberikan ventilasi menganalisis data untuk
atau ekspirasi yang tidak adekuat. memastikan kepatenan jalan
memberikan ventilasi Setelah dilakukan 2x24 napas dan ketidakefektifan
yang kuat. jam diharapkan pola pertukaran gas.
napas tidak efektif
Tanda dan gejala mayor teratasi dengan kriteria Tindakan:
Subjektif: hasil: Observasi
Dispneu 1.frekuensi napas 1. monitor frekuensi, irama,
Objektif: membaik dari skala 2 kedalaman dan upaya napas
1.Penggunaan otot bantu menjadi skala 4 2. monitor pola napas
pernapasan 2. Dipsnea membaik (bradipnea, takipnea,
2.fase ekspirasi dari skala 2 menjadi hiperventilasi)
memanjang skala 4 3. monitor kemampuasn
3.pola napas abnormal 3. pemanjangan fase batur efektif
(takipea, hiperventilasi, ekspirasi membaik dari 4. monitor adanya sputum
bradipneu) skala 2 menjadi skala 4 5.monitor adanya sumbatan
1. jalan napas
Tanda dan gejala minor 6. palpasi kesimetrian
Subjektif ekspansi paru
1.ortopneu 7. auskultasi bunyi napas
Objektif 8. monitor saturasi oksigen
1.pernapasam pursed-lip 9. monitor nilai AGD
2.pernapasang cuping 10. monitor X-ray Thorak
hidung Terapeutik
3. tekanan ekspirasi dan 1.atur interval pemantauan
inspirasi menurun respirasi sesuai kondisi
pasien.
2. dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2.informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.

Manajemen jalan napas I.


01011
Definisi: mengidentifikasi
dan mengelola kepatenan
jalan napas
Tindakan
Observasi
1.monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
2.monitor bunyi napas
(gurgling, wheezing, ronchi)
3. monitor sputum
(jumlah,warna.aroma)
Terapeutik
1.pertehankan kepatenan
jalan napas
2.posisikan semi fowler
3.berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1.anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
bronkodilator, akspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2 Intoleransi aktivitas D. Tingkat Keletihan Manajemen energi I.05178
0056 L05046 Definisi: mengidentifikasi
Definisi: Definisi: dan mengelola penggunaan
ketidakcukupan energi Tujuan energi untuk mengatasi atau
untuk melakukan Setelah dilakukan mencegah kelelahan dan
aktifitas sehari-hari tindakan keperawatan mengoptimalkan proses
Tanda dan gejala mayor selama 3x24jam tingkat pemulihan
Subjektif keletihan berkurang
1.mengeluh lelah dengan kriteria hasil Tindakan
Objektif 1. Kemapuan Observasi
1.frekuensi jantung melakukan aktivitas 1.mengidentifikasi gangguan
meningkat >20% dari rutin meningkat dari fungsi tubuh yang
kondisi istirahat 2 menjadi 4 mengakibatkan kelehaan
2. Motivasi meningkat 2. monitor kelehaan fisik
Tanda dan gejala dari 2 menjadi 4 3. monitor pola dan jam tidur
minor 3. Verbalisasi lelah lesu Terapeutik
Subjektif meningkat dari 2 1. Lakukan latihan
1.dipsnea saat atau menjadi 4 rentang gerak pasif
setelah aktivitas 4. Pola istirahat dan aktif
2.merasa tidak nyaman meningkat dari 2 2. Berikan aktifitas
setelah beraktifitas menjadi 4 distraksi yang
3. merasa lemah Keterangan menenangkan
Objektif 3. Fasilitasi duduk di
1.sianosis sisi tempat tidur, jika
2. tekanan darah tidak dapat berpindah
berubah >20% dari atau berjalan
kondidi istirahat Edukasi
2. 1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktifitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3 Risiko Keseimbangan cairan Pemantauan cairan I.03121
Ketidakseimbangan L. 05020 Definisi: mengumpulkan
cairan D.0036 Definisi: ekuilibrium atau menganalisis data
Definisi: berisiko antara volume cairan di terkait pengarutan
mengalami penurunan ruang intraseluler dan keseimbangan cairan.
peningkatan atau ekstraseluler tubuh.
percepatan perpindahan Tindakan
cairan dari intravaskuler, Setelah dilakukan Observasi
intertisial atau tindakan selama 2x 2 1. Monitor frekuensi
intraseluler. jam diharapkan risiko dan kekuatan nadi
ketidakseimbangan 2. Monitor berat badan
Faktor risiko: cairan teratasi dengan 3. Monitor elastisitas
1.prosedur pembedahan kriteria hasil: dan turgor kulit
mayor 2. Trauma atau 1.asupan cairan 4. Monitor frekuensi
pembedahan meningkat dari skala 2 napas
3. luka bakar ke skala 4 5. Monitor intake dan
4. asites 2. kelembapan output cairan
5. Peradangan pancreas membrane mukosa 6. Identifikasi berat
6. disfungsi intestinal meningkat dari skala 2 badan hypervolemia
7.penyakit ginjal dan ke slala 4 dan hipovolemia
kelenjar 3. denyut nadi 7. Monitor hasil
meningkat dari sklala 2 pemeriksaan serum
ke skala 4 8. Identifikasi faktor
4. turgor kulit mulai resiko
meningkat dari skala 2 ketidakseimbangan
ke skala 4 cairan
Terapeutik
1. Alur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. Informasikan hasil
pemantauan jika
perlu.

Manajemen cairan I
03098
Definisi: mengidentifikasi
dan mengelola kesembangan
cairan dan mencegah
komplikasi akibat
ketidakseimbangan cairan.
Tindakan:
Obsevasi
1.monitor status hidrasi
(seperti frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral,
kelembapan mukosa, turgor
kulit, tekanan darah)
2.monitor berat badan harian
3.monitor hasil pemeriksaan
labolatorium
4.monitor status
hemodinamik.
Terapeutik
1.catat intake-output dan
hitung balance cairan 24 jam
2. berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
deuritik
4 Risiko deficit nutrisi SLKI Manjemen nutrisi
D.0032 Napsu Makan L.03024 I.03119
Definisi: beresiko Definisi: keinginan Definisi: mengidentifikasi
mengalami asupan untuk makan dan mengelola asupan
nutrisi tidak cukup Tujuan: nutrrisi yang seimbang.
untuk memnuhi Setelah dilakukan
kebutuhan metabolisme. tindakan keperawatan Tindakan:
selama 2x24 jam nafsu Observasi
Faktor risiko: makan membaik dengan 1.identifikasi status nutrisi
1.ketidakmampuan kriteria hasil 2. identifikasi kebutuhan
menelan makanan 1. Keinginan makan kalori dan jenis nutrient
2. ketidakmampuan meningkat dari 2 3.identifikasi perlunya
mencerna makanan 3. menjadi 4 penggunaan selang
Ketidakmampuan 2. Asupan makanan nasograstik
mengabsorbsi nutrient meningkat dari 2 4. monitor berat badan
4. peningkatan menjadi 4 Terapeutik
kebutuhan mebolisme 3. Asupan cairan 1. lakukan oral hygine
5. faktor ekonomi meningkat dari 2 sebelum makan, jika perlu
6. faktor psikologis menjadi 4 2. berikan suplemen
4. Kemampuan makanan, jika perlu
merasakan makanan 3. hentikan pemberian makan
meningkat dari 2 melalui selang nasogastric
menjadi 4 jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1.ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2.kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ yang
memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem
ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, sphincter dan uretra. Pada
sistem perkemihan terdapat gangguan seperti gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronik atau chronic kidney disease (CKD) merupakan
suatu kondisi dimana fungsi ogan ginjal mengalami penurunan hingga
akhirnya tidak mampu melakukan fungsinya dengan normal.
Terjadinya gagal ginjal kronik paling banyak disebabkan karena
hipertensi (34%) nefropati diabetic (27%) dan glomerulopati (primer
(14%). Penyebab lain terjadinya gagal ginjal adalah glomerulonefritis
(gn), diabetes mellitus, pielonefritis.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien dengan gagal ginjal
kronik antara lain Penanganan konservatif: penanganan ini terdiri dari
tindakan untuk menghambat perkembangannya gagal ginjal, menstabilkan
keadaan pasien, dan mengobati setiap faktor yang reversible Dedangkan
terapi penggantian ginjal: penanganan ini dilakukan dengan cara
mengganti ginjal yang dapat dilakukan engan dialisi intermiten atau
transplantasi ginjal yang merupakan cara paling efektif untuk penanganan
ginjal.

B. Saran
Saran bagi perawat diharapkan mampu menambah pemahaman
kembali mengenagi penanganan yang tepat pada klien dengan gangguan
sistem perkemihan chronic kidney disease (CKD)
DAFTAR PUSTAKA

Ali, ARB., Gresty, N & Vandri, K. (2017). Perbandingan Kaulitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dengan Comorbid Faktor Diabetes Mellitus Dan
Hipertensi Di Ruangan Hemodialisa RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado. E-jurnal keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus
2017. Dimuat dalam
Https://media.neliti.com/media/publications/106621-ID-perbandingan-
kualitas-hidup-pasien-gagal.pdf&ved. Diunduh pada tanggal 18 Maret
2020 Pukul 13.00 WIB.
Chalik, R. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Pudik SDM kesehatan
Corwin, J. Elizabet. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Fadhila, AZ. (2014). Chronic Kidney Disease State V. J Agormed unila. Volume 1
Nomor 2 Sepetmber 2014. Dimuat dalam
Https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/download/131
3/pdf&ved. Diunduh pada tanggal 18 Maret 2020 Pukul 13.40 WIB.
Fitrianasari, DL., Justina, ET., Ida Srisurani, WA. (2017). Pengaruh Dukunga
Keluarga Terhadap Tingkat Depresi Pasien Chronic Kidney Disease
Stadium 5D Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUD Dr Soebandi
Jember. E-jurnal Pustaka kesehatan, Vol. 5 (no.1), Januari 2017.
Dimuat dalam
Https://Jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/5387/4053/&v
ed. Diunduh pada tanggal 18 Maret 2020 Pukul 13.20 WIB
Haryani, IAP & Khairunissa. (2015). Terapi Konservatif Dan Terapi Pengganti
Ginjal Sebagai Penatalaksaan Pada Gagal Ginjal Kronik. Majority
Volume 4 Nomor 7 Juni 2015. Dimuat dalam
Https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/144
7&ved. Diunduh pada tanggal 18 Maret 2020 Pukul 16.00 WIB
Monica, C. (2017). Kajian Drug Related Problem (Drps) Pada Pasien Penyakit
Gagal Ginjal Kronik Stadium V Yang Menjalani Hemodialisa Di
Instalasi Hemodialisa Di RSUP DR.M.Djamil Padang. Dimuat dalam
Https://scholar.unand.ac.id/24549/&ved. Diunduh pada tanggal 20
Maret 2020 Pukul 12.00 WIB
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: keperawatan jiwa.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Smeltzer, C Suzanne & Bare. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah
Brunner Suddart, ed. 8 Vol 2. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indicator Diagnostik. Edisi I Cetakan III. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan keperawatan. Edisi I Cetakan III. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan . Edisi I Cetakan III. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai