Anda di halaman 1dari 11

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Titrasi Asam

Basa Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa


Hayatuz Zakiyah1, Adlim2 dan A.Halim2
1
Mahasiswa dan 2Dosen Program Studi Pendidikan IPA, PPs Unsyiah, Aceh
Korespondensi: atuzzakia@gmail.com

(Diterima: 20 Juli 2013. Disetujui: 15 September 2013. Dipublikasikan: Oktober 2013)


Abstrak
Penelitian ini merupakan studi pra-eksperimen melalui one group pretest-posttest design Tujuan
penelitian untuk melihat bagaimana aktivitas kelompok mahasiswa, apakah ada peningkatan
keterampilan generik sains, dan bagaimana respon mahasiswa terhadap penerapan model PBL.
Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar observasi aktivitas kelompok, tes pilihan
ganda keterampilan generik sains serta angket tanggapan mahasiswa tentang penerapan model PBL.
Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan kimia. Data aktivitas kelompok diolah
dari skor observasi, data pretes dan postes diolah dengan menggunakan rata-rata N-Gain, sedangkan
data berupa angket tanggapan mahasiswa diolah dengan menggunakan persentase. Berdasarkan
analisis data diketahui ada perbedaan yang signifikan hasil pretes dan postes KGS setelah diterapkan
model pembelajaran PBL. Berdasarkan N-gain terjadi peningkatan KGS pada semua indikator.
Peningkatan tertinggi pada pengamatan langsung dan terendah inferensi logika. Pada pengamatan tak
langsung, hukum sebab akibat, kerangka logika taat asas terjadi peningkatan dengan kategori sedang.
Hampir seluruh mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model PBL.

Kata Kunci : Pembelajaran Berdasarkan, Masalah, Keterampilan, Generik, Sains

Abstract

This study is a pre-experimental study design by one-group pretest-posttest design. is Research


purposes to see how student activism, is there a generic science skills improvement, and how the
response of students to the application of PBL models. Data collection instruments in the form of
sheets observe group activities, multiple-choice test generic science skills as well as student feedback
questionnaires about the application of PBL models. Subjects were students of the second semester of
chemistry education. Activity data processed group of scores observations, the data pretest and
posttest processed using the average gain scores, while the data in the form of student feedback
questionnaires were processed using a percentage. Based on the analysis of the data found no
significant differences in pretest and posttest results generic skills learning model applied science
after PBL. Based on the N-value gain from pretest and normalized posttest showed an increasing
generic science skills in all indicators. The highest increase of direct observation with N-gain are
moderate, the lowest increase was contained on the logic inference. On indirect observation indicator,
the law of cause and effect, logic framework consistent respectively an increase in the amount of and
classified as medium category. Almost all students responded positive on the application of PBL
models.

Keywords: Problem, Based Learning, Generic, Science, Skills

Copyright @ 2013 Program Studi Pendidikan IPA, PPs Unsyiah

Hayatuz Zakiyah: Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada………………. |1


PENDAHULUAN mahasiswa di lingkungan program studi
Pembelajaran berdasarkan masalah pendidikan kimia FKIP Unsyiah bahwa
(PBL) adalah suatu model pembelajaran selama ini kegiatan praktikum yang
yang menggunakan masalah dunia nyata dilakukan masih menggunakan metode
sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk konvensional. Menurut Donell dkk. (2007)
belajar tentang cara berpikir kritis dan praktikum konvensional adalah suatu
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk praktikum dimana mahasiswa mengikuti
memperoleh pengetahuan dan konsep yang sejumlah prosedur eksperimental yang telah
esensial dari materi pelajaran (Ronis, 2008). ditentukan selama waktu yang telah
Keterampilan pemecahan masalah, pemikiran ditetapkan. Pernyataan ini diperkuat dengan
kritis dan pengembangan pembelajaran penuntun praktikum yang digunakan dalam
sangat diperlukan bagi mahasiswa untuk praktikum kimia larutan. Hasil wawancara
menghadapi masa depan yang nyata sesuai dengan asisten bahwa selama ini mahasiswa
dengan masalah yang terdapat di lingkungan melakukan praktikum sesuai dengan
belajar maupun lapangan pekerjaan dan penuntun yang sudah ada. Praktikum metode
kemudian mampu menghasilkan solusi yang konvensional menyebabkan keterampilan
tepat untuk masalah tersebut. Beberapa berpikir mahasiswa sangat terbatas, karena
penelitian tentang penerapan model PBL mahasiswa hanya dituntut untuk melakukan
yang dilaporkan oleh Donnell dkk. (2007) praktikum sesuai penuntun, dan kemudian
menemukan bahwa penerapan model menyiapkan laporan. Praktikum konvensional
pembelajaran berbasis masalah telah berhasil mengakibatkan mahasiswa tidak memiliki
meningkatkan pengalaman belajar sebagai pengalaman dan ilmu yang mendasar tentang
pengganti laboratorium tradisional pada apa yang dilakukan ketika praktikum kimia
mahasiswa dengan mata kuliah kimia fisik. sedang berlangsung (Donell dkk, 2007).
Akınoğlu dan Tandoğan (2007) serta Lou Mahasiswa tidak dituntut untuk melakukan
dkk. (2011) mengemukakan bahwa model percobaan yang didasarkan atas suatu
PBL telah terbukti dapat membantu masalah sehingga model praktikum
meningkatkan sikap mahasiswa, prestasi dan konvensional mengakibatkan minimnya
hasil belajar. Penelitian yang sama telah kreativitas dan keterampilan berpikir kimia.
dilaporkan oleh Yuen (2009) setelah Salah satu tujuan yang diharapkan
melakukan penelitian tentang penerapan PBL dari kegiatan praktikum adalah
selama 3 tahun, ia menyakini bahwa PBL berkembangnya keterampilan berpikir kimia.
dapat meningkatkan pengembangan Menurut Liliasari (2007) keterampilan
pemikiran reflektif. PBL juga telah berhasil generik kimia adalah kemampuan berpikir
dilakukan dalam praktikum laboratorium dan bertindak berdasarkan pengetahuan kimia
analisis pada pokok bahasan pemisahan yang dimilikinya, dan salah satunya adalah
campuran dan mampu meningkatkan keterampilan generik sains. Menurut
pemahaman mahasiswa terhadap materi Khamsah (2004), kemampuan generik sains
(Hicks dkk, 2012). Ajai dkk. (2013) juga dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan
melaporkan bahwa model PBL mampu menjadi 9 indikator yaitu: (1) pengamatan
meningkatkan hasil belajar siswa SMA pada langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3)
materi aljabar. kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa
Berdasarkan hasil observasi, simbolik; (5) kerangka logika taat asas; (6)
wawancara dengan dosen, asisten dan inferensi logika; (7) hukum sebab akibat; (8)
pemodelan matematika; (9) membangun
2| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
konsep. Ada beberapa penelitian yang telah program studi pendidikan kimia FKIP
dilakukan oleh beberapa peneliti tentang Unsyiah. Berdasarkan uraian latar belakang
indikator keterampilan generik sains masalah, maka rumusan masalah dalam
diantaranya adalah Ikhsanuddin dan penelitian ini adalah “Bagaimanakah aktivitas
Widhiyanti (2007) telah mengukur indikator mahasiswa dengan penerapan model PBL?
pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, “Apakah penerapan model PBL mampu
hukum sebab akibat, pemodelan matematik, meningkatkan keterampilan generik sains
serta membangun konsep dalam mahasiswa?.
meningkatkan pemahaman konsep pada topik
hidrolisis garam dan sifat koligatif larutan. METODE PENELITIAN
Novita dkk. (2012) juga melaporkan hasil
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian tentang indikator hukum sebab
“one group pretestt-posttest design” dengan
akibat dan membangun konsep dalam materi
metode quasi eksperimen. Subjek penelitian
asam basa Arhenius untuk meningkatkan
adalah mahasiswa program studi pendidikan
keterampilan mahasiswa.
kimia yang mengambil mata kuliah dan
Menurut Sunyono (2009) kompetensi-
praktikum kimia larutan di FKIP Unsyiah
kompetensi generik yang digunakan dalam
berjumlah 28 orang. Tahapan dalam
memahami konsep dan menyelesaikan
penelitian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
masalah formal digunakan juga dalam
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap
kegiatan melakukan percobaan IPA.
analisis data dan kesimpulan. Tahap
Curriculum Development Council di
persiapan penelitian meliputi studi
Hongkong mengidentifikasi 9 jenis
pendahuluan, pengembangan instrumen
keterampilan generik yang sangat penting
berupa lembar observasi, soal tes KGS dan
dalam pendidikan, salah satunya adalah
angket tanggapan mahasiswa, dan validasi
keterampilan pemecahan masalah (Yeung,
instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan
2007). Sangat banyak fenomena alam
penelitian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
maupun peristiwa dalam kehidupan sehari-
pretes, pembelajaran, dan postes. Tahap
hari yang berhubungan dengan materi kimia
ketiga penelitian yaitu tahap analisis terhadap
dan bisa diangkat menjadi suatu masalah.
data serta menyimpulkan hasil analisis data.
Salah satunya adalah materi titrasi asam basa.
Instrumen yang digunakan dalam
Banyak dijumpai asam cuka yang dijual
pengambilan data berupa lembar observasi
bebas tanpa diketahui secara pasti
aktivitas kelompok mahasiswa yaitu
konsentrasinya. Begitu juga dengan obat
perancangan prosedur praktikum, kualitas
maag yang beredar di pasaran, kadar basanya
praktikum dan laporan praktikum, soal pretes
juga berbeda-beda. Hal ini merupakan suatu
dan postes keterampilan generik sains dengan
masalah yang bisa diangkat dan dijadikan
lima indikator yaitu pengamatan langsung,
sebagai kasus yang dapat diselesaikan
pengamatan tak langsung, hukum sebab
melalui praktikum titrasi asam dan basa.
akibat, inferensi logika dan kerangka logika
Berdasarkan hubungan antara model PBL
taat asas dengan bentuk soal pilihan ganda
dengan keterampilan generik sains, maka
dengan lima alternatif jawaban dan angket
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tanggapan mahasiswa tentang penerapan
tentang bagaimana implementasi model
model PBL dengan alternatif pilihan jawaban
pembelajaran berbasis masalah pada materi
“Ya” dan “Tidak”. Instrumen yang
titrasi asam basa untuk meningkatkan
digunakan disusun oleh peneliti. sedangkan
keterampilan generik sains mahasiswa
Hayatuz Zakiyah: Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada………………. |3
untuk menguji validitas instrumen dianalisis penilaian kelompok mahasiswa dalam model
oleh pakar, selanjutnya dilakukan uji coba PBL terdiri dari 3 aspek yaitu rancangan
soal tes KGS pada mahasiswa semester IV prosedur praktikum, kualitas praktikum dan
Prodi Pendidikan Kimia. Data berupa skor laporan praktikum. Nilai aktivitas mahasiswa
dari lembar observasi aktivitas kelompok dalam model PBL dapat dilihat pada tabel 1
mahasiswa dicari nilai dan diinterpretasikan. berikut.
Data berupa skor pretes dan postes
keterampilan generik sains diolah secara Tabel 1. Nilai Aktivitas Mahasiswa dalam
kuantitatif dan peningkatan yang terjadi Kelompok PBL
Aspek Penilaian
sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung
Rancan
dengan rumus g faktor (N-gain). Hasil uji gan Kualita Lapora Rat
coba soal tes KGS diperoleh 22 butir soal N Kelom Prosed s n a-
yang dinyatakan valid dari 30 butir soal yang o pok ur Praktik praktik Rat
Praktik um um a
diuji. Hasil uji reliabilitas tes keterampilan
um
generik sains dengan menggunakan rumus Kelom 75,
KR-20 menunjukkan bahwa soal tes 1. 68,75 82,14 69,44
pok I 30
dinyatakan memiliki reliabilitas dengan nilai Kelom 86,
2. 75,00 92,86 91,70
sebesar 0,67 dan termasuk kategori pok II 52
Kelom 83,
tinggi.Uji Hasil analisis uji daya beda soal tes 3. 81,25 85,71 83,33
pok III 43
diperoleh data 1 butir soal kategori jelek, 12 Kelom 83,
4. 87,50 89,29 72,22
butir soal kategori kurang, 12 butir soal pok IV 00
kategori cukup, dan 5 butir soal kategori baik. Kelom 77,
5. 75,00 85,71 72,22
pok V 64
Hasil analisis tingkat kesukaran soal tes yaitu
ada 13 butir soal yang termasuk kategori
mudah, 11 butir soal kategori sedang, dan 6 Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai
butir soal kategori sulit. tertinggi untuk aspek penilaian rancangan
prosedur praktikum yaitu kelompok IV
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan nilai 87,50, sedangkan untuk nilai
terendah kelompok I 68,75. Aspek Penilaian
a. Pelaksanaan Pembelajaran Model PBL kualitas praktikum dengan nilai tertinggi
Pada pertemuan pertama mahasiswa yaitu pada kelompok II sebesar 92,86 dan
diberikan pretes untuk melihat kemampuan terendah kelompok I sebesar 82,14. Aspek
awal tentang keterampilan generik sains, penilaian laporan praktikum nilai tertinggi
pembagian kelompok dilakukan berdasarkan terdapat pada kelompok II sebesar 90,00 dan
IPK tertinggi sebanyak 5 orang dan masing- terendah kelompok I yaitu 69,44. Secara
masing kelompok terdiri dari 5-6 orang. keseluruhan kelompok dengan nilai rata-rata
Diberikan masalah yang berhubungan dengan tertinggi adalah kelompok II dan terendah
materi titrasi asam basa yang berhubungan adalah kelompok I. Rancangan prosedur
dengan kehidupan sehari-hari yaitu tentang praktikum mahasiswa kelompok IV memiliki
kadar basa dalam obat maag dan kadar cuka persentase nilai tertinggi dengan rata-rata
dalam botol. Mahasiswa diminta untuk 87,50 dengan kategori sangat baik. Kelompok
merancang prosedur praktikum dalam yang memiliki nilai terendah dalam
kelompok, dan selanjutnya melakukan rancangan prosedur praktikum adalah
praktikum sesuai dengan rancangan prosedur kelompok I dengan nilai sebesar 68,75
praktikum yang sudah dibuat. Adapun dengan kategori cukup. Adapun tiap aspek
4| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
yang dinilai dalam rancangan prosedur praktikum titrasi asam basa diwajibkan
praktikum adalah bagaimana mahasiswa membuat laporan praktikum perkelompok
merumuskan tujuan sesuai dengan sebagai suatu hasil karya dalam penerapan
permasalahan yang terdapat dalam LKM, model PBL.
menyusun teori yang mendukung dengan
metode yang akan dilakukan terhadap b. Peningkatan Keterampilan Generik
permasalahan, menentukan alat dan bahan, Mahasiswa
serta rancangan prosedur kerja yang akan Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa
dilakukan dan yang paling penting dalam nilai pretes indikator pengamatan langsung
tahapan model PBL adanya kerja sama dalam mahasiswa sebesar 40,04 dan rerata nilai postes
kelompok untuk memecahkan masalah. lebih tinggi sebesar 70,09. Hasil postes setelah
Adapun aspek penilaian kualitas pembelajaran memperlihatkan kenaikan rerata
praktikum yang di nilai di antaranya adalah dari kedua nilai tersebut. Peningkatan
kerjasama kelompok saat praktikum, keterampilan generik mahasiswa sebelum dan
kedisiplinan, persiapan alat dan bahan, cara setelah pembelajaran tentu sangat erat kaitannya
merangkai alat titrasi, melakukan titrasi dan dengan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain).
Persentase rerata nilai N-gain untuk pengamatan
melakukan percobaan secara keseluruhan.
langsung sebesar 50,11% termasuk kategori
Kelompok yang memiliki nilai tertinggi pada
sedang. Secara kuantitas nilai ini menunjukkan
aspek kualitas praktikum adalah kelompok II
terjadi peningkatan. Dapat diketahui bahwa
dengan nilai sebesar 92,86 pada kategori
nilai rerata postes indikator pengamatan tak
sangat baik. Kelompok I memiliki nilai
langsung mahasiswa lebih besar dari nilai
terendah untuk kualitas praktikum sebesar
pretes yaitu 74,95. Hasil postes setelah
82,14 tetapi masih dengan kategori baik.
pembelajaran memperlihatkan kenaikan
Hasil pengamatan pada saat melakukan
rerata dari kedua nilai tersebut dengan rerata
praktikum mahasiswa dalam kelompok II
N-gain sebesar 32,31% (kategori sedang).
secara keseluruhan menunjukkan aktivitas
Keterampilan generik sains dalam hukum
yang sangat baik antar kelompok yaitu
sebab akibat meningkat dari 40,75 pada saat
termasuk kerjasama dan kedisiplinan.
pretes dan 62,95 setelah pembelajaran
Mahasiswa dalam kelompok menyiapkan alat
(postes). Persentase rerata N-gain sebesar
dan bahan yang diperlukan untuk melakukan
37,47% dan tergolong kategori sedang.
titrasi asam basa, selanjutnya merangkai
Peningkatan keterampilan generik
perangkat titrasi dan melakukan percobaan
sains juga terjadi pada indikator inferensi
titrasi asam basa. Aspek penilaian laporan
logika mahasiswa yaitu 63,00 pada pretes dan
praktikum terdiri dari beberapa aspek yang
pada postes lebih tinggi sebesar 69,38.
pertama tujuan, teori, alat dan bahan,
Persentase rerata N-gain indikator inferensi
prosedur kerja, hasil pengamatan, analisis
logika sebesar 17,26% dan tergolong kategori
data, pembahasan, kesimpulan dan daftar
rendah. Secara kuantitas terjadinya
pustaka. Kelompok yang memiliki persentase
peningkatan keterampilan generik sains pada
nilai tertinggi yaitu kelompok II sebesar
indikator inferensi logika, tetapi masih
91,70. Adapun kelompok I memiliki nilai
kategori rendah. Hasil yang berbeda
terendah untuk aspek laporan praktikum
didapatkan pada indikator kerangka logika
sebesar 69,44 dengan kategori cukup.
taat asas dimana terjadi peningkatan dari
Laporan praktikum merupakan salah satu
39,41 menjadi 58,46 dengan N-gain 31,43%
karya yang dihasilkan melalui penerapan
dan termasuk kategori sedang.
model PBL. Mahasiswa setelah melakukan
Hayatuz Zakiyah: Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada………………. |5
Persentase Nilai Keterampilan Generik Sains
80.00
70.00
60.00
Nilai rata-rata

50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Kerangka
Pengamatan Pengamatan Hukum Sebab Inferensi
Logika Taat
Langsung Tidak Langsung Akibat Logika
Azas
Pretes 40.04 64.29 40.75 63.00 39.41
Postes 70.09 75.82 62.95 69.38 58.46
N-Gain 50.11 32.31 37.47 17.26 31.43

Gambar 1. Perbandingan Rerata Skor Pretes, Postes, dan N-gain Setiap Indikator Keterampilan
Generik Sains

Pada penelitian ini diungkap 5


Tabel 2. Hasil Uji-t Skor Pretes dan Postes
(lima) ketrampilan generik pada mahasiswa Keterampilan Generik Sains
setelah pembelajaran berlangsung, Vari Me Var d Interp Kesim
Sig
Keterampilan generik yang diungkap abel an ians f hitung retasi pulan
meliputi (a) pengamatan langsung, (b) Post 14, 8,9 Terda
pengamatan tak langsung, (c) inferensi es 375 04 pat
logika, (d) hukum sebab akibat dan (e) 0,000 perbe
kerangka logika taat azas. Apabila dilihat 5 0,0
1 < daan
secara individual dari 28 mahasiswa yang Pret 10, 8,8 4 001
0,05 yang
menjadi subyek penelitian, terdapat 2 es 928 09
signifi
mahasiswa tergolong mengalami kan
peningkatan yang tinggi, 16 mahasiswa
tergolong mengalami peningkatan sedang,
Berdasarkan tabel 2, maka didapatkan
dan ada 10 mahasiswa yang mengalami
kesimpulan bahwa terjadi perbedaan
peningkatan rendah. Ini dapat diartikan ada
signifikan terhadap keterampilan generik
10 mahasiswa yang kurang mengalami
sains setelah diterapkan model PBL.
peningkatan dilihat dari hasil pretes dan
Meningkatnya skor tes akhir dikarenakan
postes. Berdasarkan hasil pretes keterampilan
dalam model pembelajaran berdasarkan
generik sains mahasiswa, diperoleh hasil tes
masalah mahasiswa diberikan peluang dan
sebelum penerapan model PBL sebesar 49,7
kesempatan menemukan konsepnya sendiri
dan setelah diterapkan model PBL didapatkan
dengan berinteraksi sesama teman dalam
nilai rerata postes sebesar 67,69. Berdasarkan
kelompok untuk mengamati setiap proses
analisis uji-t terhadap skor pretes dan postes
pembelajaran dengan kegiatan awal dalam
didapatkan hasil t-hitung lebih besar dari t
merancang prosedur praktikum sampai
tabel seperti tertera pada tabel 2.
6| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
melakukan kegiatan percobaan berdasarkan kesetimbangan kimia dengan N-gain sebesar
masalah. Pengetahuan mahasiswa yang ada 93,00% yang memiliki kategori tinggi. Hal
tentang konsep materi titrasi asam basa dapat ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky dan
dibangun melalui praktikum berbasis masalah Piaget yang meyakini bahwa perkembangan
sehingga keterlibatan mahasiswa secara intelektual terjadi pada saat individu
langsung dalam hal merancang prosedur berhadapan dengan pengalaman baru dan
praktikum akan meningkatkan keterampilan menantang, dan ketika mereka berusaha
generik mahasiswa. Hal ini sejalan dengan untuk memecahkan masalah yang
dengan pernyataan Sanjaya (2008) bahwa dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan
guru maupun dosen perlu membangun pemahaman, individu yang bersangkutan
interaksi secara penuh dengan memberikan berusaha mengaitkan pengetahuan baru
kesempatan seluas-luasnya kepada dengan pengetahuan awal yang telah
mahasiswa untuk berinteraksi dengan dimilikinya kemudian membangun
lingkungannya. Disamping sebagai sarana pengertian baru (Ibrahim dan Nur, 2000).
untuk membangun konsep, pembelajaran Berdasarkan hasil pengujian
berbasis masalah juga merupakan wahana perbedaan skor N-gain yang dinormalisasi
untuk melatih kemandirian, mengembangkan didapatkan hasil sebesar 32,31% dengan
keterampilan berpikir, kreativitas serta kategori sedang. Hasil analisis di atas
kepercayaan diri mahasiswa. Penerapan menunjukkan bahwa model pembelajaran
model pembelajaran berbasis masalah PBL yang diterapkan dapat meningkatkan
mampu meningkatkan penguasaan keterampilan generik sains mahasiswa pada
keterampilan generik sains calon guru indikator pengamatan tak langsung, namun
kimia sampai pada tingkat pencapaian peningkatannya tidak terlalu berbeda jauh
harga N-gain kategori sedang. Indikator dengan kategori sedang. Hal ini sesuai
keterampilan generik inferensi logika dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari
memiliki harga N-gain terkecil dan berarti (2010) tentang peningkatan indikator
keterampilan generik ini belum berkembang pengamatan tak langsung dengan penerapan
dengan baik. Peningkatan keterampilan media pembelajaran visualisasi pada materi
generik sains mahasiswa setiap indikator hidrokarbon dengan N-gain sebesar 50,05%
diuraikan sebagai berikut: Deskripsi dengan kategori sedang. Hal ini
peningkatan keterampilan generik membuktikan bahwa baik penerapan model
pengamatan langsung berdasarkan data yang maupun media dalam proses pembelajaran
tertera pada gambar 1 untuk pretes dapat meningkatkan keterampilan generik
didapatkan hasil sebesar 40,04 dan postes sains. Hal ini selaras juga dengan penelitian
sebesar 70,09. Berdasarkan hasil pengujian Widhiyanti (2007) pada materi sifat koligatif
perbedaan skor N-gain yang dinormalisasi larutan indikator pengamatan tak langsung
didapatkan hasil sebesar 50,11% dengan dengan N-gain sebesar 58,00% termasuk
kategori sedang. Hasil analisis di atas kategori sedang. Iksanudin (2007) juga
menunjukkan bahwa model pembelajaran melakukan penelitian tentang indikator
PBL yang diterapkan dapat meningkatkan pengamatan tak langsung pada materi
keterampilan generik sains mahasiswa pada hidrolisis garam dengan N-gain kategori
indikator pengamatan langsung. Hal ini tinggi sebesar 79,00%. Hasil yang berbeda
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan didapat dari penelitian Wiratama (2010),
oleh Wiratama (2010), terjadi peningkatan yang melakukan penelitian tentang indikator
indikator pengamatan langsung pada materi pengamatan tak langsung pada materi
Hayatuz Zakiyah: Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada………………. |7
kesetimbangan kimia, didapatkan N-gain larutan diperoleh N-gain sebesar 42,00%.
sebesar 7% dengan kategori rendah. Hasil penelitian Novita, dkk (2012) tentang
Hal ini berbeda signifikan dengan penerapan model problem solving pada
beberapa hasil penelitian yang telah materi asam basa Arhenius diperoleh N-gain
dilakukan. Indikator pengamatan tak sebesar 32,00% termasuk kategori sedang.
langsung merupakan salah satu indikator Penelitian pada indikator hukum sebab akibat
yang mudah untuk dikembangkan. Dari hasil juga dilakukan oleh Wiratama (2010) pada
penelitian ini juga ditemukan pola yang materi kesetimbangan kimia didapatkan N-
sama dengan yang dikemukakan gain sebesar 69,00%.
Brotosiswojo (2001) yaitu keterampilan Bila ditinjau dari dari N-gain,
generik untuk pengamatan langsung dan tak keterampilan generik inferensi logika
langsung. Keterampilan generik pengamatan memiliki harga N-gain terkecil dari semua
langsung dan tak langsung termasuk kategori indikator keterampilan generik sains yang
mudah dikuasai menurut kategori dikembangkan, hal ini menunjukkan bahwa
Brotosiswojo. Kenyataannya hasil penelitian indikator inferensi logika belum
ini adalah keterampilan generik untuk terkembangkan dengan baik. Hal ini sesuai
pengamatan langsung dan tak langsung dengan penelitian yang dilakukan oleh
masih kategori sedang dengan N-gain sebesar Wiratama (2007) tentang indikator inferensi
50,10% dan 32,10%. Hasil analisis di atas logika pada materi kesetimbangan kimia,
menunjukkan bahwa model pembelajaran didapatkan N-gain sebesar 13,00% dengan
PBL yang diterapkan dapat meningkatkan kategori rendah. Namun, hasil temuan juga
keterampilan generik sains mahasiswa pada sesuai dengan penelitian Saptorini (2008)
indikator hukum sebab akibat, namun bahwa indikator inferensi logika memiliki
peningkatannya tidak terlalu berbeda jauh peningkatan paling rendah dengan model
dengan kategori sedang. Hasil penelitian ini pembelajaran praktikum kimia analisis
sesuai seperti yang dikemukakan oleh instrumen berbasis inkuiri dibandingkan
Brotosiswoyo (2001) bahwa keterampilan dengan beberapa indikator keterampilan
generik hukum sebab akibat termasuk generik sains yang lainnya dengan harga N-
keterampilan generik dengan kategori sedang gain sebesar 40,00%. Temuan ini sesuai
untuk dikembangkan. Hal ini juga sesuai dengan Brotosiswojo (2001) yang
dengan beberapa hasil penelitian yang menempatkan inferensi logika termasuk sulit
menunjukkan terjadinya peningkatan pada terkembangkan, sebab inferensi logika tidak
indikator hukum sebab akibat dengan N-gain mengalami peningkatan yang cukup
kategori sedang. Hartono (2006) menyatakan signifikan, karena dalam pretes diperoleh
keterampilan berpikir hukum sebab akibat nilai rerata sebesar 63,00 setelah diterapkan
berkaitan menghubungkan dua atau lebih model pembelajaran PBL hasil yang
hukum, teori, dan prinsip dengan suatu didapatkan sebesar 69,38. Hasil ini
fenomena alam masih pada tingkat menunjukkan bahwa hanya terjadi
keterampilan berpikir dasar. Beberapa hasil peningkatan sebesar 6,38.
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan Berdasarkan hasil pengujian perbedaan
peningkatan N-gain dengan kategori sedang skor N-gain yang dinormalisasi didapatkan
diantaranya Iksanudin (2007) pada materi hasil sebesar 37,47% dengan kategori sedang.
hidrolisis garam dengan rata-rata N-gain Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa
47,00%. Widhiyanti (2007) juga melaporkan model pembelajaran PBL yang diterapkan
hasil penelitian pada materi sifat koligatif dapat meningkatkan keterampilan generik
8| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
sains mahasiswa pada indikator pengamatan UCAPAN TERIMAKASIH
tidak langsung, namun peningkatannya tidak Pada kesempatan ini penulis
terlalu berbeda jauh dan kategori sedang. Hal menyampaikan ucapan terimakasih dan
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
oleh Sari (2010) tentang peningkatan dosen pembimbing I dan II Bapak Prof. Dr.
indikator pengamatan tak langsung dengan Adlim, M.Sc dan Dr.A.Halim, M.Si. Ucapan
penerapan media pembelajaran visualisasi terimakasih juga diberikan kepada berbagai
pada materi hidrokarbon dengan N-gain pihak yang telah memberikan bantuan baik
sebesar 42,40% dengan kategori sedang. Hal berupa tenaga maupun sumbangan pemikiran
ini membuktikan bahwa baik penerapan hingga penelitian ini dapat diselesaikan
model maupun media dalam proses dengan baik.
pembelajaran dapat meningkatkan
keterampilan generik sains. Wiratama (2010)
DAFTAR PUSTAKA
juga melakukan penelitian tentang
keterampilan generik sains pada materi Ajai, T.J, Imoko, B.I., dan O’kwu, E.I.
kesetimbangan kimia, pada indikator 2013. ”Comparison of The
kerangka logika taat azas didapatkan N-gain Learning Effectiveness of
Problem-Based Learning (PBL)
paling tinggi sebesar 93,00%.
and Conventional Method of
Teaching Algebra”. Journal of
KESIMPULAN Education and Practice. 4(1):
131-135.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Akınoğlu, O dan Tandoğan R.Ö.2007. “The
aktivitas kelompok mahasiswa dengan Effects of Problem-Based Active
penerapan model PBL menunjukkan rata-rata Learning in Science Education on
Students’ Academic Achievement,
dengan kategori sangat baik dan baik.
Attitude and Concept Learning”.
Penerapan model pembelajaran berdasarkan Eurasia Journal of Mathematics,
masalah mampu meningkatkan keterampilan Science & Technology Education.
generik sains mahasiswa dengan indikator 3(1) : 71-81.
pengamatan langsung, pengamatan tak
langsung, hukum sebab akibat, inferensi Brotosiswoyo, B. S. 2001. Hakikat
Pembelajaran Sains di Perguruan
logika, dan kerangka logika taat azas.
Tinggi Fisika. Jakarta: Pusat
Peningkatan keterampilan generik sains Antar Universitas Untuk
tertinggi terjadi pada indikator pengamatan Peningkatan Pengembangan
langsung dengan kategori sedang. Aktivitas Instruksional (PAU-
Peningkatan terendah terjadi pada indikator PPAI) Dirjen Dikti.
inferensi logika dengan kategori rendah.
De Rijdt, C. 2012.”Rigorously Selected and
Model Pembelajaran berbasis masalah dapat
Well Trained Senior Student
meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam Tutors in Problem Based
mengikuti proses pembelajaran dan Learning: Student Perceptions and
mendapat tanggapan yang positif dari Study Achievements”. Journal
mahasiswa karena dari analisis data angket Instructional Science. 40(3): 397–
hampir seluruh mahasiswa setuju dan senang 411.
dengan penerapan model PBL pada mata
Donnell, C. Mc, Connor, C. O’,dan Seery, M.
kuliah dan praktikum kimia larutan. K. 2007.” Developing Practical
Hayatuz Zakiyah: Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada………………. |9
Chemistry Skills By Means Of (http://Web,ctl.utm.my. diakses 12
Student-Driven Problem Based Desember 2012)
Learning Mini-Projects”.
Chemistry Education Research Liliasari. 2007. Scientific Concept And
and Practice. 8(2): 130-139. Generic Science Skill Relationship
in the 21 st Century Science
Downing, K. 2010. “Problem-Based Learning Education, (Online),
and Metacognition”. As. J. (http://file.upi.edu/ diakses 30 Juli
Education & Learning, 1(2) : 75- 2012).
96.
Lou, S.J, Shih, R.C, Diez, C. R, dan Tseng,
Gwee M. 2009.”Problem-Based Learning: A K.H. 2011. “The Impact of
Strategic Learning System Design Problem-Based Learning
For The Education Of Healthcare Strategieson STEM Knowledge
Professionals in The 21ST Integration and Attitudes: an
Century”. The Kaohsiung Journal Exploratory Study Among Female
of Medical Science, 25(5): 231- Taiwanese Senior High School
239. Students”. International Journal
Technology Education. 21(3)
Hartono. 2006. “Pembelajaran Fisika :195–215.
Moderen Berorientasi
Kemampuan Generik”. Disertasi Ronis, D. L. 2008. Problem Based Leraning
tidak diterbitkan. Bandung : SPs for Math & Science. Corwin
UPI. Press: USA.

Hicks, M., Reid, I. & George, R. 2009. Sanjaya,W. 2008. “ Strategi Pembelajaran
“Enhancing Online Teaching: Berorientasi Standar Proses
Designing Responsive Learning Pendidikan”. Jakarta: Kencana.
Environments”. The International
Journal for Academic Saptorini. 2008. “Peningkatan Keterampilan
Development. 6(2), 143-151. Generik Sains Bagi Mahasiswa
Melalui Perkuliahan Praktikum
Iksanudin. 2007. “Pengembangan Kimia Analisis Instrumen
Keterampilan Generik Sains dan Berbasis Inkuiri”, Jurnal Inovasi
Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Pendidikan Kimia, 2(1): 190-198.
Topik Hidrolisis Garam”. Tesis
tidak diterbitkan. Bandung: SPs Sari, P. A. 2010. “Penerapan Media
UPI. Visualisasi Hidrokarbon untuk
Meningkatkan Keterampilan
Jeong-So, H, dan Kim, B. 2009. “Learning Generik Sains dan Berpikir Kritis
About Problem Based Learning: Siswa”. Tesis tidak diterbitkan.
Student Teachers Integrating Bandung: PPS UPI.
Technology, Pedagogy and
Content Knowledge”. Australian Novita, E, Fadiawati, N, Rudibyani, R. B,
Journal of Educational Efkar, T. 2012. “Efektivitas
Technology. 25(1) : 101-116. Pembelajaran Problem Solving
Pada Materi Asam-Basa
Khamsah, M.Z. 2004. Developing Generic Arrhenius Untuk Meningkatkan
Skills in Classroom Environment: Keterampilan Siswa SMA dalam
Engineering Student’s Membangun Konsep dan Hukum
Perspective, (Online), Sebab Akibat”. Tesis tidak
diterbitkan Bandung : SPs UPI.

10| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Widhiyanti, T. 2007. “Pengembangan
Keterampilan Generik Sains dan
Berpikir Kritis Siswa SMA Pada
Topik Sifat Koligatif Larutan”.
Tesis tidak diterbitkan. Bandung:
SPs UPI.
Wiratama, B.S. 2007. “Pengembangan
Keterampilan Generik Sains dan
Berpikir Kritis Siswa SMA pada
Topik Kesetimbangan Kimia”.
Tesis tidak diterbitkan, Bandung:
SPs UPI.

Yuen, L.A dan Lim, L. 2011.”A Comparison


of Students’ Reflective Thinking
Across Different Years in A
Problem-Based Learning
Environment”. Journal
Instructional Science. 39,
(8):171–188.

Hayatuz Zakiyah: Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada………………. |11

Anda mungkin juga menyukai