Anda di halaman 1dari 126

EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN

NILAI PADA PT SAMUDRA TRIMIRA TAMA GRESIK

TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

oleh:

Dwi Purwasih

NIM:160200610

PROGRAM DIPLOMA III

JURUSAN KOMPUTERISASI AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI MADIUN

TAHUN 2017
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR

EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN


NILAI PADA PT SAMUDRA TRIMIRA TAMA GRESIK

Oleh :
DWI PURWASIH
NIM: 160200610

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan ke Tim Penguji


Madiun, 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Lely Kumalawati, SE, MSA, AK,CA Sugiharto, SE, MSA, AK, CA, CPA
NIP. 198303042014042001 NIDN. 07020160902

Ketua Jurusan
Komputerisasi Akuntansi

Dewi Kirowati, SE, MM


NIDN. 0707067301

ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN

NILAI PADA PT SAMUDRA TRIMIRA TAMA

Oleh :
DWI PURWASIH
NIM: 160200610

Telah selesai diuji oleh Tim Penguji dan berhasil pada tanggal30 Agustus 2017
Dengan predikat ………………………….
No Jabatan Nama Tanda Tangan

Sugiharto, SE, MSA, Ak, CA


1 Penguji I
NIDN. 0702016902

Lutfiyah Dwi S, S.Kom, M.Kom


2 Penguji II
NIP. 198303172014042001

3 Penguji III

Mengetahui,

Direktur Ketua Jurusan Komputerisasi Akuntansi


Politeknik Negeri Madiun Politeknik Negeri Madiun

PERNYATAAN
Muhamad Fajar Subkhan, S.T., M.T.. Dewi Kirowati, S.E., M.M.
NIP.197204291998021001 NIDN. 0707067301

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dwi Purwasih

NIM : 160200610

Program Studi : Komputerisasi Akuntansi

Jurusan : Komputerisasi Akuntansi

Judul Tugas Akhir :EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAPORAN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT SAMUDRA

TRIMIRA TAMA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya buat dan serahkan

benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan yang telah

saya jelaskan sumbernya.

Bila dikemudian hari terbukti Tugas Akhir ini merupakan hasil plagiasi , maka

saya bersedia apabila gelar Ahli Madya yang diberikan oleh Politeknik Negeri

Madiun akan dicabut.

Madiun, Agustus 2017


Yang Menyatakan,

Dwi Purwasih

iv
MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaan

“YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH”

(TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul


Madjid)

“Barang Siapa Bersungguh-

Sungguh, Sesungguhnya

Kesungguhannya Itu Adalah Untuk

Dirinya Sendiri”

(Al-Ankabut, ayat 6)

v
vi
PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur atas Kehadirat Alloh SWT dan atas dukungan dan doa dari

orang-orang tercinta, akhirnya tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan

teapt waktu. Oleh karena itu, dengan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan

terimakasih kepada:

1. Orangtua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam segala hal

termasuk penyusunan tugas akhir ini.

2. Adik-adik saya tercinta yang dengan sabar dan setia selalu membantu dalam

penyusunan tugas akhir ini.

3. Keluarga besar kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan mensuport

saya selama ini.

4. Teman-teman yang membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini.

vi
EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI PADA PT SAMUDRA TRIMIRA TAMA GRESIK

Oleh: Dwi Purwasih


NIM: 160200610
Jurusan Komputerisasi Akuntansi
Politeknik Negeri Madiun
purwasihdwi@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan, penyusunan dan
pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT Samudra Trimira Tama dengan
melakukan evaluasi sistem penyusunan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
terhadap peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Evaluasi ini dilakukan
agar pemotongan pajak PPN tidak merugikan berbagai pihak dan dapat
dilaksanakan sesuai peraturan perpajakan.
Metode penelitian yang diterapkan peneliti dalam penyusunan tugas akhir
ini adalah mengolah data-data yang sudah ada dan membandingkan hasil yang
didapat dengan peraturan perpajakan yang diterapkan di Indonesia. Penelitian ini
juga dilakukannya wawancara oleh peneliti dengan pihak perusahaan untuk
mengolah data supaya lebih akurat.
Hasil dari penelitian ini perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai
telah sesuai peraturan yang berlaku. Faktur yang telah dibuat tidak pernah ada
coretan yang dapat menimbulkan masalah pada PT Samudra Trimira Tama.
Pembayaran dan pelaporan Pajak PPN pada PT Samudra Trimira Tama
menggunakan aplikasi E-Billing dan E-SPT. Penggunaan aplikasi ini
mempermudah dalam pembayaran dan pelaporan pajak perusahaan.

Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, Jasa freight forwarding, E-Billing

vii
EVALUATION COMPILATION AND REPORTING OF VALUE ADDED
TAX AT PT SAMUDRA TRIMIRA TAMA GRESIK

By: DWI PURWASIH


NIM: 160200610
Majors Computerize Accountancy
Polytechnic of Country of Madiun
purwasihdwi@yahoo.com

ABSTRACT

This research aim to to know applying, compilation and reporting of PPN


at PT Samudra Trimira Tama by conducting compilation system evaluation and
reporting of PPN to regulation of taxation going into effect in Indonesia. Evaluate
this conducted withholding of PPN harmless various side and can be executed
according to regulation of taxation.
Method by Research methodologies is researcher in compilation of this
final duty to process datas which have there is and compare result of which is got
with regulation of applied taxation in Indonesia. This research also conducting of
interview by researcher with company side to process data so that more accurate.
Result of from this research of calculation of is level of Value added tax
have according to regulation going into effect. Invoice which have been made
have never there is streak able to generate the problem at PT Samudra Trimira
Tama. Payment and reporting of tax of PPN at PT Samudra Trimira Tama use
application of E-Billing and of E-Spt. This Usage water down in payment and
reporting of company tax.
Conclusion of this research that is PT Samudra Trimira have conducted
system calculation of Value added tax according to regulation going into effect.
Payment system and its unerring reporting also time according to deadline which
have been specified. This condition without have been given by sanction to PT
Samudra Trimira Tama of delay in payment and reporting of tax.

Keyword: Value added tax, service of freight forwarding, E-Billing

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas akhir yang
berjudul “Evaluasi Penyusunan Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT
Samudra Trimira Tama Gresik”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat dalam menyelesaikan Program Diploma III pada Jurusan
Komputerisasi Akuntansi Politeknik Negeri Madiun.
Penyusunan Tugas Akhir ini, peneliti banyak memperoleh bimbingan dan
arahan serta bantuan dari berbagai pihak. Peneliti sadar bahwa tanpa bantuan dari
pihak-pihak yang terkait penyusunan Tugas Akhir ini tidak dapat terselesaikan
tepat waktu. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak M. Fajar Subkha, ST., MT selaku Direktur Politeknik Negeri Madiun.
2. Ibu Dewi Kirowati, SE., MM. selaku ketua jurusan komputerisasi akuntansi
politeknik negeri madiun..
3. Ibu Lely Kumalawati, SE., MSA., AK., CA. selaku Pembimbing I Tugas
Akhir.
4. Bapak Sugiharto, SE., MSA., AK., CA., CPA, selaku Pembimbing II Tugas
Akhir.
5. Ibu Marta Sukmawati, S.E, selaku bagian accounting PT Samudra Trimira
Tama.
6. Rekan dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Trenggalek, Agustus 2016

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR.................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR.................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................iv
HALAMAN MOTTO............................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................6
1.3. Batasan Masalah............................................................................................6
1.4. Tujuan Penelitian...........................................................................................6
1.5. Manfaat Penelitian.........................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................8
2.1. Pengertian Pajak............................................................................................8
2.2. Sumber dan Kedudukan Hukum Pajak.........................................................9
2.3. Fungsi Pajak................................................................................................10
2.4. Sistem Pemungutan Pajak...........................................................................12
2.5. Jenis-Jenis Pajak..........................................................................................14
2.6. Syarat-Syarat Pemungutan Pajak................................................................15
2.7. Tarif Pajak...................................................................................................16
2.8. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai...........................................................19
2.9. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN)............................................20
2.10. Mekanisme Pemungutan PPN di Indonesia..............................................22
2.11. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan Dengan Pajak Keluaran..24
2.12. Pengusaha Kena Pajak...............................................................................25
2.13. Obyek Pajak Pertambahan Nilai................................................................26
2.14. Jasa Kena Pajak.........................................................................................27
2.14.1. Pengecualian Jasa Kena Pajak (JKP)..................................................27
2.14.2. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak......................................................30
2.15. Tarif PPN...................................................................................................31
2.16. Dasar Pegenaan Pajak (DPP).....................................................................32
2.17. Saat Pajak Terutang...................................................................................34
2.18. Tempat PPN Terutang...............................................................................35
2.19. Faktur Pajak...............................................................................................36
2.19.1. Saat Faktur Pajak Dibuat....................................................................37
2.19.2. Pembatalan Faktur Pajak....................................................................38
2.20. Nota Retur (Pasal 5a UU No. 42 Tahun 2009)..........................................38
2.21. Menghitung PPN.......................................................................................39

x
2.22. PPN Kurang/Lebih Disetor........................................................................40
2.23. Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran PPN.............................................40
2.24. Saat Pelaporan PPN/PPnBM.....................................................................42
2.25. Pengakuan Utang PPN..............................................................................43
2.26. Pengakuan Piutang PPN............................................................................43
2.27. Pencatatan PPN.........................................................................................43
2.28. Penggolongan PPN....................................................................................45
2.29. Penghitungan PPN yang Harus Dibayar....................................................47
2.30. Penyajian Dan Pelaporan PPN..................................................................48
2.31. Restitusi PPN.............................................................................................49
2.32. E-Billing....................................................................................................53
2.33. Surat Pemberitahuan (SPT).......................................................................54
2.34. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)...........................................................56
2.35. Pengertian Jasa Freight Forwarding.........................................................57
2.36. Pengenaan PPN atas Kepelabuhanan........................................................60
2.37. PPN Jasa Freight Forwarding...................................................................62
BAB III TEKNIK ANALISIS DATA.................................................................64
3.1. Lokasi Penelitian.........................................................................................64
3.2. Jenis Data.....................................................................................................64
3.2. Sumber Data................................................................................................65
3.3. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................66
3.5. Metode Analisis...........................................................................................67
3.6. Kerangka Penelitian.....................................................................................69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................71
4.1. Sejarah PT. Samudra Trimira Tama-Gresik................................................71
4.2. Visi dan Misi PT. Samudra Trimira Tama..................................................72
4.2.1. Visi........................................................................................................72
4.2.2. Misi.......................................................................................................72
4.3. Struktur Organisasi PT. Samudra Trimira Tama-Gresik.............................73
4.4. Pembahasan.................................................................................................76
4.4.1. Pengumpulan data-data transaksi yang berhubungan dengan PPN. 76
4.4.2. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai..............................................77
4.4.4. Evaluasi Pelaporan PPN Masa......................................................104
BAB V PENUTUP..............................................................................................109
5.1. Kesimpulan................................................................................................109
5.2. Saran..........................................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................112

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Susunan Pegawai PT Samudra Trimira Tama……….......................74


Tabel 4.2. Faktur Pajak.......................................................................................78
Tabel 4.3. Perhitungan PPN Kapal BG INTAN 705 (MSE)...............................79
Tabel 4.4. Invoice................................................................................................79
Tabel 4.5. Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan.....................................................80
Tabel 4.6. Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan.....................................................81
Tabel 4.7. Perhitungan PPN Kapal PARTAJAYA 3005 (PELINDO) ..............82
Tabel 4.8. Faktur Pajak.......................................................................................83
Tabel 4.9. Perhitungan PPN Kapal GOLD TRANS (MASPION) MSE............84
Tabel 4.10. Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan...................................................84
Tabel 4.11. Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan……….......................................85
Tabel 4.12. Perhitungan PPN Kapal BG APURA 008 (PELINDO)……...........86
Tabel 4.13. Rekap PPN Masukan Bulan Januari 2017.......................................88
Tabel 4.14. Faktur Pajak.....................................................................................88
Tabel 4.15. Faktur Pajak.....................................................................................89
Tabel 4.16. Perhitungan PPN Kapal BG PARTAJAYA 3003 (MASPION)......90
Tabel 4.17. Faktur Pajak.....................................................................................91
Tabel 4.18. Perhitungan PPN Kapal BG KAPUAS JAYA (MASPION)
CEMINDO GEMILANG.................................................................92
Tabel 4.19. Rekapitulasi PPN Masukan Bulan Februari 2017............................93
Tabel 4.20. Faktur Pajak.....................................................................................94
Tabel 4.21. Perhitungan PPN Kapal BG TERANG (MASPION) CNI..............95
Tabel 4.22. Faktur Pajak…….............................................................................95
Tabel 4.23. Perhitungan PPN Kapal BG SOEKAWATI (MASPION) CNI.......96
Tabel 4.24. Faktur Pajak.....................................................................................97

xii
Tabel 4.25. Perhitungan PPN Kapal BG PARTAJAYA 3003 (MASPION) CNI
............................................................................................................98
Tabel 4.26. Faktur Pajak.....................................................................................98
Tabel 4.27. Perhitungan PPN Kapal BG GANDASARI (MASPION) CNI.......100
Tabel 4.28. Faktur Pajak.....................................................................................100
Tabel 4.29. Perhitungan PPN Kapal BG JAUHAR (MASPION) MSE.............101
Tabel 4.30. Rekapitulasi PPN Masukan Bulan Maret 2017...............................102
Tabel 4.31. Data Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Samudra Trimira Tama
Masa Pajak 2017………..................................................................106

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Alur Penelitian.................................................................................69


Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT Samudra Trimira Tama ............................73
Gambar 4.2. Form SPT 1111 Masa PPN.............................................................107

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Bimbingan Tugas Akhir


Lampiran 2 Surat Pengantar
Lampiran 3 Surat Balasan
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak merupakan kontributor

terbesar dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Indonesia, selain pendapatan

dari minyak dan gas, yang berarti peranannya sangat besar bagi kelangsungan

pembangunan bangsa ini. Dana dari sektor pajak disamping digunakan untuk

membiayai pembangunan juga berfungsi sebagai stabilisator dan sebagai regulator

untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah satu pajak yang

memiliki jumlah pendapatan yang besar adalah Pajak Pertambahan Nilai

(selanjutnya disebut PPN).

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke

konsumen. Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu jenis pajak yang

menjadi andalan pemerintah guna mewujudkan kemandirian bangsa dalam

pembangunan, maka wajib pajak diberikan kebebasan dan tanggung jawab untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya atau

self assessment system.

Perubahanan Undang-Undang 8 tahun 1983 menjadi Undang-undang 18

tahun 2000 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dalam sasaran

1
2

pelaksanaannya. Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai menciptakan sistem

perpajakan yang lebih adil, sederhana, dan memberikan kepastian hukum bagi

masyarakat serta dapat mengamankan dan diharapkan dapat meningkatkan

penerimaan negara sebagai hasil pembangunan nasional. pelaksanaan tanggung

jawab untuk mempermudah sistem tersebut, Wajib pajak perlu mencatat seluruh

jumlah pembelian dan penyerahan barang/jasa dalam pembukuannya sehingga

dapat ditentukan dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

Pemerintah baru menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun

2000 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau

Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang dibebaskan dari Pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai setelah rezim UU PPN tahun 2000, sebagaimana telah diubah

PP Nomor 38 Tahun 2003. Jasa kepelabuhanan yang ditujukan untuk kapal tujuan

Internasional tidak termasuk jasa yang dibebaskan dari pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai, sehingga para pelaku usaha masih belum mendapat kepastian

hukum terkait dengan penyerahan atas jasa-jasa yang berhubungan dengan jasa

kepelabuhanan. Pemberian fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atas jasa

kepelabuhanan dan jasa pelayanan petikemas/jasa bongkar muat petikemas

merupakan international best practice karena negara mempunyai kepentingan

yang strategis atas jasa kepelabuhanan sebagai bagian dari faktor penentu

kelancaran arus lalu lintas barang, sehingga aktivitas ekonomi global dapat

berlangsung dengan baik.

Penyerahan atas jasa kepelabuhanan jika diberikan fasilitas Pajak

Pertambahan Nilai dibebaskan, maka tidak ada pembebanan Pajak Pertambahan


3

Nilai (Pajak Keluaran) kepada Perusahaan Pelayaran, sehingga dapat menekan

tingginya biaya operasional Perusahaan Pelayaran. Pembebasan Pajak

Pertambahan Nilai kepada Perusahaan Pelayaran dapat menyebabkan Perusahaan

Pelayaran Angkutan Luar negeri menurunkan biaya ekspor (biaya angkutan

laut/freight) atas barang-barang ekspor Indonesia.

Angkutan laut mempunyai karakteristik dan keunggulan tersendiri yang

perlu dikembangkan karena mampu mengangkut barang dalam jumlah besar

dengan biaya yang lebih murah. Kondisi demukian sangat diperlukan dalam

menunjang keberhasilan sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam

skala nasional yang dapat mendorong perkembangan dunia usaha dan

meningkatkan daya saing atas barang produksi dalam negeri.

Pengembangan usaha di bidang kelautan akan memberikan pengaruh

besar terhadap pendapatan yang diterima. Kondisi ini dikarenakan pengusaha

yang membutuhkan jasa di bidang kelautan akan mengeluarkan biaya yang jauh

lebih sedikit, sehingga pengguna jasa ini semakin meningkat. Pendapatan yang

besar karena peningkatan yang pesat, akan memberikan pengaruh juga pada Pajak

Pertambahan Nilai yang akan di bayarkan pengusaha kena pajak.

PT Samudra Trimira Tama yang merupakan perusahaan bongkar muat

barang dari atau kekapal meliputi kegiatan pembongkaran barang dari palka kapal

ke atas dermaga di lambung kapal atau sebaliknya (stevedoring), kegiatan

pemindahan barang dari dermaga di lambung kapal kegudang/lapangan,

penumpukan atau sebaliknya (cargodoring) dan kegiatan pengambilan barang dari

gudang/lapangan, dibawa keatas truck atau sebaliknya (receiving/delivery) yang


4

bertujuan melayani kegiatan bongkar muat dari darat kekapal untuk perusahaan.

PT Samudra Trimira Tama sebagai perusahaan jasa di kenakan bermacam pajak

seperti pajak Pph pasal 23, pajak Pph pasal 25 dan PPN.

Jasa bongkar muat batu bara merupakan salah satu jasa Freight

Forwarding. Jasa ini dikenai Pajak Pertambahan Nilai atas jasa karena merupakan

salah satu obyek pajak PPN yang kegiatan usahanya di lakukan di pelabuhan.

Kegiatan bongkar muat batu bara membutuhkan alat-alat yang tidak sepenuhnya

dimiliki oleh Perusahaan Bongkar Muat, sehingga perusahaan menyewa sebagian

alat-alat itu dari pihak pelabuhan yang pasti menyediakan alat-alat yang

dibutuhkan perusahaan untuk membongkar atau memuat batu bara. Sewa atas

alat-alat untuk bongkar atau muat dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

Pemahaman akan peraturan perpajakan menjadi sangat penting bagi para

wajib pajak agar bisa menghitung kewajiban pajaknya dengan tepat. Perhatian

utama pada umumnya diberikan kepada perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas

Jasa Kena Pajak seperti pajak jasa bongkar muat batu bara. Pemotong pajak

sebagai pihak yang mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan pemotongan,

perhitungan, pembayaran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena

Pajak harus mempunyai pemahaman yang baik dan benar sesuai peraturan

perundang-undangan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang berlaku

saat ini.

Pengetahuan pengusaha kena pajak terhadap perubahan peraturan-peraturan

Undang-Undang mengenai pajak juga sangat penting. Ketidaktahuan akan

perubahan Undang-Undang akan berakibat kesalahan pengusaha kena pajak


5

dalam memperhitungkan besarnya pajak yang akan di bayarkan. Pengaruh lainnya

yakni pengusaha kena pajak enggan untuk membayarkan kembali pajaknya karena

banyaknya perubahan peraturan Undang-Undang mengenai pajak.

Minimnya pemahaman pemotong pajak terhadap sistem peraturan yang

berlaku, dapat menimbulkan kesalahan dalam perhitungan, pelaporan dan

penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak dan dapat

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan terutama bagi pemerintah karena dapat

menyebabkan hilangnya potensi pajak pemerintah. Kerugian-kerugian yang terus

terjadi akan berdampak pada beberapa sektor yang akan menghambat kemajuan

Negara.

Evaluasi terhadap perhitungan, pembayaran dan pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai harus dilakukan. kegiatan ini dimaksudkan untuk menghindari

kesalahan dan mengurangi kerugian dari pihak perusahaan dan terutama

pemerintah. Evaluasi juga akan memberikan informasi kesesuaian dan

ketidaksesuaian perhitungan, pembayaran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

berdasarkan Undang-Undang Perpajakan.

Perusahaan yang belum pernah melakukan evaluasi terhadap Pajak

Pertambahan Nilai agar tidak terjadi kesalahan. PT Samudra Trimira Tama belum

melakukan evaluasi tentang Pajak Pertambahan Nilai, sehingga peneliti tertarik

untuk mengambil judul “Evaluasi Penyusunan dan Pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai pada PT Samudra Trimira Tama Gresik”.


6

1.2. Rumusan Masalah

Pengusaha Kena Pajak sebagai Wajib Pajak sering mengalami kesalahan

dalam perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak. Evaluasi terhadap

pehitungan dan pelaporan pajak tersebut perlu dilakukan, sehingga tidak

mempersulit Wajib Pajak dalam pelaksanaan pelaporan pajak pada masa

berikutnya. Rumusan masalah dalam penelitian yang diambil peneliti sesuai

uraian latar belakang diatas “Bagaimana evaluasi penyusunan dan pelaporan pajak

pertambahan nilai pada PT Samudra Trimira Tama?”

1.3. Batasan Masalah

Pembahasan dalam penelitian berfokus pada satu pokok permasalahan.

Permasalahan yang diangkat harus di batasi oleh beberapa batasan-batasan yang

berkaitan dengan obyek pembahasan. Batasan masalah dalam penelitian yang

diambil peneliti yaitu:

1. Perhitungan PPN jasa freight Forwarding pada jasa bongkar muat batu bara

pada tiga masa pajak 2017;

2. Pembayaran dan pelaporan PPN jasa freight Forwarding pada jasa bongkar

muat batu bara pada tiga masa pajak.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan bagi berbagai pihak.

Tujuan diadakannya penelitian ini dalah untuk mengetahui tentang Evaluasi

Penyusunan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT Samudra Trimira

Tama.
7

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pasti memliki manfaat tertentu

bagi berbagai pihak. Manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan

Penelitian digunakan untuk memberi kepastian bahwa pemotongan Pajak

Pertambahan Nilai jasa freight forwarding batu bara dilakukan dengan benar

dan tidak terjadi suatu permasalahan.

2. Bagi penulis

Tambahan pengetahuan yang berharga bagi penulis mengenai perhitungan,

pembayaran dan pelaporan pajak pertambahan nilai dilakukan sesuai

peraturan perundang-undangan.

3. Bagi pihak lain

Memberikan pengetahuan dan dijadikan bahan referensi terhadap topik-topik

yang bersangkututan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pajak

Sambodo (2015:4) menyatakan bahwa Hukum pajak disebut dengan

hukum fiskal yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang

pemerintahan untuk mengambil kekayaan orang dan menyerahkannya lagi kepada

masyarakat melalui kas Negara.

Para ahli berpendapat tentang pengertian pajak, diantaranya meliputi:

1. Andriani (2015:4) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat

kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan

tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubungan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

2. Soemitro (2015:4) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada

kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

3. Ray, Herschel dan Horace (2015:5) mengemukakan bahwa pajak adalah suatu

pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat

pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang

8
9

ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan

proporsional agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan.

Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan pasal 1 menetapkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada

Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-sebesanya kemakmuran

rakyat.

2.2. Sumber dan Kedudukan Hukum Pajak

Sambodo (2015:5) mengemukakan bahwa Hukum pajak adalah

keseluruhan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai

pemungut pajak (fiscus) dan rakyat sebagai pembayar pajak (wajib Pajak). Hukum

pajak juga sering disebut hukum fiskal yang merupakan bagian dari hukum

publik/hukum administrasi negara. Hukum pajak dibedakan menjadi:

1. Hukum pajak meteriil

Hukum pajak materiil adalah peraturan yang mengatur tentang pajak yang

sifatnya umum. Hukum pajak memuat norma-norma yang menerangkan

keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan, serta hukum dan peristiwa-peristiwa

hukum yang harus dikenakan pajak. Umumnya hukum pajak materiil

mengandung unsur-unsur subyek, obyek, tarif dan dasar pengenaan pajak.

Hukum pajak materiil berupa undang-undang perpajakan, seperti undang-

undang nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
10

dengan undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan,

undang-undang nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah,

terakhir dengan undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang PPN dan

PPnBM.

2. Hukum Pajak Formal

Hukum pajak formal adalah peraturan yang mengatur bagaimana hukum pajak

materiil dilaksanakan. Umumnya, hukum pajak formal terdiri atas hak dan

kewajiban, prosedur dan sanksi-sanksi. Hukum pajak formal berwujud

undang-undang nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah,

terakhir dengan undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang KUP, undang-

undang nomor 14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak, dan peraturan-

peraturan pelaksanaan dari hukum pajak materiil tersebut.

2.3. Fungsi Pajak

Sambodo (2015:7) menyatakan bahwa Pajak sebagai salah satu pendapatan

Negara memiliki fungsi dalam pelaksanaanya. Pajak memiliki lima macam fungsi,

yaitu:

1. Fungsi penerimaan (budgetair)

Dasar pemungutan pajak menurut teori ini adalah adanya kepentingan dari

masing-masing warga Negara, termasuk kepentigan dalam perlindungan jiwa

dan harta. Semakin inggi tingkat kepentingan perlindungan, semakin tinggi

pula pajak yang harus di bayarkan.

2. Fungsi mengatur (reguleren)


11

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan di

bidang sosial dan ekonomi. Misalnya, pajak sebagai fungsi sosial, yaitu

diterapkannya tarif yang tinggi terhadap beberapa barang mewah untuk

mengurangi kesenjangan sosial di kehidupan masyarakat, sedangkan pajak

sebagai fungsi ekonomi, yaitu diterapkannya pembebasan pajak untuk

komoditi ekspor yang diharapkan dapat meningkatkan ekspor hingga dapat

meningkatkan kegiatan di bidang perekonomian.

3. Fungsi stabilitas

Penetapan pajak oleh negara, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan. Pengendalian dapat dilakukan dengan jalan mengatur

peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang

efektif dan efisien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

semua kepentigan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan

sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat.

5. Fungsi demokrasi

Merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong,

termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan.


12

2.4. Sistem Pemungutan Pajak

Sambodo (2015:11) mengemukakan bahwa Pajak dalam pemungutannya

memiliki beberapa sistem. Secara umum, pemungutan pajak terdiri dari tiga

macam, yaitu:

1. Stelsel nyata

Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan) yang nyata sehingga

pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah

penghasilan yang sesungguhnya dapat diketahui.

Kelebihan: pajak yang dikenakan harus realistis.

Kekurangan: pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode.

2. Stelsel aktif

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-

undang.

Kelebihan: pajak dapat dibayar pada tahun berjalan tanpa harus menunggu

akhir tahun.

Kekurangan: pajak yang dibayar tidak berdasar pada keadaan yang

sesungguhnya.

3. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan fiktif.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia memiliki tiga sistem, yaitu:

1. Official Assessment System


13

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yag terutang oleh Wajib

Pajak.

Ciri-cirinya:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus;

b. Wajib pajak bersifat pasif;

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-ciri Self Assessment System:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib

Pajak sendiri;

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang;

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:

wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,

pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.


14

2.5. Jenis-Jenis Pajak

Resmi (2014:7) menyatakan bahwa Pajak di Indonesia dibedakan dalam

beberapa jenis. Pembedaan dilakukan untuk mempermudah dalam pelaksanaanya.

Jenis-jenis pajak Indonesia meliputi:

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:

Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah.

3. Menurut lembaga pemungutannya

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.


15

Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Cukai.

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas:

1. Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor.

2. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak

Hiburan.

2.6. Syarat-Syarat Pemungutan Pajak

Mardiasmo (2008:2) mengemukakan bahwa Pemungutan pajak memiliki

syarat-syarat tertentu yang harus terpenuhi. Syarat-syarat pemungutan pajak yang

harus dipenuhi agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan adalah sebagai berikut:

1. Syarat pemungutan pajak harus Adil (Syarat Pajak keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan,undang-undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundangan-undangan

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan

dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni

dengan memberikan hak Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan,

penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis

Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)


16

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara

maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun

perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)

Sesuai fungsi budgetir, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga

lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan medorong

masyarakarat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah

dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

2.7. Tarif Pajak

Resmi (2014:14) menyatakan bahwa perhitungan besarnya tarif yang

terutang diperlukan dua unsur, yaitu tarif pajak dan dasar pengenaan pajak.Tarif

pajak dapat berupa angka atau presentase tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan tiga,

yaitu:

1. Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun

besarnya dasar pengenaan pajak.


17

Di Indonesia, tarif tetap diterapkan pada bea materai. Pembayaran dengan

menggunakan cek atau bilyet giro untuk beberapa pun jumlahnya dikenakan

pajak sebesar Rp 6.000. Bea materai juga dekanakan atas dokumen-dokumen

atau surat perjanjian tertentu yang ditetapkan dalam peraturan tentang bea

materai.

2. Tarif Proporsional (sebanding)

Tarif proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap

terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya. Makin besar dasar pengenaan

pajak, makin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secara

proporsional atau sebanding.

Di Indonesia tarif proporsional diterapkan pada PPN (tarif 10%), PPh 26 (tarif

20%), PPh Pasal 23 (tarif 2% untuk jasa lain), PPh WP badan dalam negeri,

dan BUT (tarif Pasal 17 ayat (1) b atau 28% untuk tahun 2009 serta 25%

untuk tahun 2010, dan seterusnya); dan lain-lain.

3. Tarif Progresif (meningkat)

Tarif progresif adalah tarif berupa presentase tertentu yang makin meningkat

dengan makin meningkatnya dasar pengenaan pajak. Tarif progresif

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Tarif Progresif-Proporsional, tarif berupa presentase tertentu yang makin

meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak dan kenaikan

persentase tersebut adalah tetap.


18

Tarif Progresif-Proporsional pernah diterapkan di Indonesia untuk

menghitung PPh. Tarif ini diberlakukan sejak tahun 1984 sampai dengan

1994 dan diatur dalam Pasal 17 UU No. 7 Tahun 1983.


19

b. Tarif Progresif-Progresif, tarif berupa presentase tertentu yang makin

meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak dan kenaikan

presentase tersebut juga makin menigkat.

Tarif progresif-progserif pernah diterapkan di Indonesia untuk menghitung

Pajak Penghasilan.Tarif ini diberlakukan sejak tahun 1995 sampai dengan

tahun 2000 dan diatur dalam Pasal 17 UU No. 10 Tahun 1994. Mulai tahun

2001 hingga akhir ahun 2008 tarif ini masih berlaku, tetapi hanya untuk wajib

pajak badan dan badan udaha tetap dengan perubahan dasar pengenaan pajak.

c. Tarif Progresif-Degresif, tarif berupa presentase tertentu yang makin

meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, tetapi kenaikan

presentase tersebut makin menurun.

d. Tarif Degresif (Menurun), tarif berupa persentase tertentu yang makin

menurun dengan makin meningkatnya dasar pengenaan pajak.

2.8. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Sambodo (2015:230) menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai adalah

pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) atau penggunaan jasa kena pajak

(JKP) di dalam negeri. Bersamaan program reformasi perpajakan nasional pada 1983,

undang-undang pajak penjualan diganti dengan UU No. 8 Tahun 1983 yang

dinamakan Undang-Undang Pajak Petambahan Nilai 1984. Pajak PPN termasuk

kelompok pajak non cumulative multi-stage sales tax. Sifat nonkumulatif pada PPN

terletak pada mekanisme pemungutannya yang dikenakan pada nilai tambah (value

added) dari barang dan jasa kena pajak. Undang-Undang berlaku efektif sejak 1 april
20

1985. Pada akhir 1994 diundangkan dalan UU No. 11 Tahun 1994 tentang perubahan

atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa serta

pajak penjualan barang mewah yang mulai berlaku sejak 1 januari 1995 yang telah

mengalami perubahan terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009 yang mulai berlaku

sejak 1 April 2010.

PPN bersifat netral. Netralisasi PPN di bentuk oleh dua faktor yaitu:

1. PPN dikenakan, baik atas konsumsi barang maupun jasa.

2. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan (destination

principle) dan prinsip tempat asal (origin principle).

Prinsip tempat asal mengandung pengertian bahwa PPN dipungut di tempat asal

barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Kedua prinsip tersebut sangat besar

pegaruhnya terhadap kedudukan PPN dalam perdagangan Internasional.

2.9. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Resmi (2013:2) mengemukakan bahwa Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) di Indonesia mempunyai cri khas yang membedakannya dengan pemungutan

pajak yang lain. Ciri-ciri Pajak Pertambahan Nilai yaitu:

1. PPN sebagai pajak tidak langsung

Sebagai pajak tidak langsung, antara pemikul beban pajak dan penanggung jawab

penyetoran pajak diantara pihak-pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak yang

dimaksud adalah pembeli Barang Kena Pajak (BKP) atau penerima Jasa Kena

Pajak (JKP). Sedangkan penanggung jawab penyetoran dan pelaporan PPN

berada di pihak pengusaha kena pajak selaku penjual BKP atau pembeli JKP.
21

2. PPN sebagai Pajak Obyektif

Pajak obyektif adalah timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh peristiwa atau

perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut obyek pajak.

Kondisi subyek pajak tidak ikut menentukan PPN tidak membedakan antara

konsumen orang pribadi dengan konsumen berbentuk badan, antara konsumen

yag berpenghasilan tinggi dengan yang berpenghasilan rendah. Sebagai pajak

obyektif, PPN menimbulkan dampak regressive yaitu semakin tinggi kemampuan

konsumen makin ringan beban pajak yang di tanggumg.

3. Multi stage levy namun non kumulatif

Multi stage tax adalah karakteristik PPN yang mempunyai makna PPN dikenakan

pada setiap mata rantai jalur produksi. Setiap penyerahan barang yang menjadi

obyek PPN mulai dari tingkat pabrikan (manufacture) kemudian di tingkat

pedagang besar (wholesaler) dalam berbagai bentuk atau nama apapum sampai

dengan tingkat pengecer (retailer) dikenakan PPN.

4. Indirect Substraction Method

Indirect Substraction Method adalah metode penghitungan PPN yang akan disetor

ke kas negara dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan dengan pajak atas

penyerahan barang atau jasa. Istilahnya disebut dengan pajak keluaran atau pajak

masukan. Apabila pajak keluaran lebih besar dengan pajak masukan maka atas

selisihnya tersebut harus disetorkan ke kas negara, apabila sebaliknya maka bisa

dikompensasi ke masa berikutnya atau di restitusi.

5. PPN adalah pajak atas konsumsi umum dalam negeri


22

Sebagai pajak atas konsumsi mengandung makna bahwa PPN bukanlah pajak atas

kegiatan bisnis, dan dalam mekanisme PPN sejatinya pemikul beban pajak adalah

konsumen. Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya

dikenakan atas konsumsi BKP dan JKP yang dilakukan di dalam negeri.

6. Tarif Tunggal

Pasl 7 ayat (1) UU PPN mengatur bahwa atas penyerahan BKP dikenakan PPN

dengan tarif 10 % sedangkan tarif ekspor BKP yang ditentukan pada ayat (2)

sebesar 0% secara ekonomis tidak akan menimbulkan beban pajak.

Tarif 0% yang dibuat untuk menjaga netralitas PPN tanpa mengorbankan aspek

ekonomi yaitu PPN tetap menjaga daya saing komoditi ekspor di luar negeri

(negeri tujuan).

7. PPN Indonesia termasuk tipe konsumsi (consumption type VAT)

Dalam mekanisme PPN di Indonesia semua pembelian yang berkaitan secara

langsung dengan kegiatan usaha dikurangkan dari penghitungan nilai tambah.

Pengertian berkaitan langsung dengan kegiatan usaha adalah berkaitan dengan

produksi, distribusi, manajemen atau pemasaran.

2.10. Mekanisme Pemungutan PPN di Indonesia

Sambodo (2015:4) menyatakan bahwa Pemungutan PPN di Indonesia

menggunakan beberapa mekanisme yang telah di atur dalam undang-undang.

Mekanisme pemungutan PPN adalah sebagai berikut:

1. Jika terjadi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP, PKP wajib memungut

PPN yang terutang dan memberikan faktur pajak sebagai bukti pungutan pajak
23

(memori penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU PPN);

2. PPN yang terutang (PK) dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 UU PPN dengan DPP yang meliputi harga jual,

penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain (Pasal 8A ayat (1) UU PPN);

3. Pajak Masukan dalam satu masa pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam

masa pajak yang sama (Pasal 9 ayat (2) UU PPN);

4. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak

Keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak

berikutnya paling lama tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yang

bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan

pemeriksaan (Pasal 9 ayat (9) UU PPN);

5. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan atas perolehan

barang kena pajak atau jasa kena pajak yang mempunyai hubungan langsung

dengan kegiatan usaha (Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN).

Pengeluaran yang langsung berhubungan dengan Kegiatan usaha, seperti yang

dimaksudkan diatas adalah:

a. Pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen;

b. Pengeluaran yang berkaitan dengan adanya penyerahan yang terutang PPN.

6. Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan faktur pajak yang

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat

(9) UU PPN (Pasal 9 ayat (2b) UU PPN);


24

7. Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang

terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat

dikreditkan (Pasal 9 ayat (2a) UU PPN);

8. Dalam hal terjadi pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, Pajak Masukan atas BKP

yang dialihkan yang belum dikreditkan oleh PKP yang mengalihkan dapat

dikreditkan oleh PKP yang menerima pengalihan, sepanjang faktur pajaknya

diterima setelah terjadinya pengalihan dan Pajak Masukan tersebut belum

dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi (Pasal 9 ayat (14) UU PPN);

9. PPN dan PPnBM atas penyerahan BKP yang dikembalikan baik seluruhnya

maupun sebagian, dapat dikurangkan dari PPN dan PPnBM yang terutang dalam

masa pajak terjadinya pengembalian BKP tersebut (Pasal 5A ayat (1) dan ayat (2)

UU PPN);

10. Pajak Pertambahan Nilai atas jasa kena pajak yang dibatalkan, baik seluruhnya

maupun sebagian, dapat dikurangkan dari Pajak Pertambahan Nilai yang terutang

dalam masa pajak terjadinya pembatalan tersebut.

2.11. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan Dengan Pajak Keluaran

Sambodo (2015:5) menyatakan bahwa Pajak Masukan yang tidak dapat

dikreditkan dengan Pajak Keluaran dapat dikurangkan sebagai biaya. Pajak Masukan

yang tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran dikarenakan beberapa hal yaitu:

1. Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;


25

2. Perolehan BkP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan

kegiatan usaha;

3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,

kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;

4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean

sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;

5. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean

yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (6) UU PPN;

6. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan

ketetapan pajak;

7. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT

Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan;

8. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi

sebagaimana pada ayat (2a).

2.12. Pengusaha Kena Pajak

Sambodo (2015:245) mengemukakan bahwa Pengusaha Kena Pajak yang

telah dikukuhkan sebagai Wajib Pajak diwajibkan membayar pajaknya setiap bulan.

Pasal 1 angka 15 UU No. 42 Tahun 2009 menetapkan bahwa, pengusaha kena pajak

adalah:

1. Pengusaha (Perusahaan) yang tidak termasuk pengusaha kecil yang menyerahkan

barang kena pajak/jasa kena pajak.


26

2. Pengusaha yang memenuhi syarat ini hukumnya wajib untuk menjadi pengusaha

kena pajak, artinya tidak boleh, ia harus menjadi PKP.

3. Pengusaha kecil yang menyerahkan BKP/JKP, dan memilih menjadi Pengusaha

Kena Pajak.

2.13. Obyek Pajak Pertambahan Nilai

Sambodo (2015:235) menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai memiliki

beberapa obyek yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Obyek PPN menurut Pasal 4 ayat (1) huruf a-h Undang-

Undang PPN:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan

oleh pengusaha.

Contoh: PT Kokoh Perkasa (pabrikan semen) menyerahkan semen kepada

pembelinya di Indonesia.

2. Impor barang kena pajak

Contoh: PT Sarana Farmasi (industri farmasi) mengimpor bahan baku untuk

produknya dari jepang.

3. Penyerahan jasa kena pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh

pengusaha.

Contoh: PT Media Tax (konsultan pajak) menyerahkan jasa konsultasi pajak

kepada kliennya di Indonesia.

4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean.
27

Contoh: PT Coca Cola Indonesia (pabrikan minuman ringan) menggunakan

merek “Coca Cola” yang dimiliki perusahaan Amerika Serikat Coca Cola Corp.

5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean

Contoh: PT Garmen Indonesia (pabrikan tekstil) menggunakan jasa konsultan

manajemen dari perusahaan konsultan dari malaysia.

6. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP

Contoh: PT Garmen Indonesia (telah dikukuhkan sebagai PKP) melakukan

ekspor produk tekstilnya ke negara-negara Timur Tengah.

7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP

Contoh: PT Candra menerima pesanan jasa maklon mengolah barang milik Y

Ltd. Di luar negeri, barang jadi milik Y Ltd. Tersebut kemudian di ekspor ke luar

negeri.

2.14. Jasa Kena Pajak

Resmi (2013:18) menyatakan bahwa Jasa kena pajak (JKP) adalah setiap

kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang

menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk

dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan

atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak

berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM.

2.14.1. Pengecualian Jasa Kena Pajak (JKP)

Mardiasmo (2008:276) mengemukakan bahwa Pada dasarnya semua jasa

dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh Undang-Undang PPN. Jenis jasa
28

yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas

kelompok-kelompok jasa sebagai berikut:

1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis, meliputi:

a. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;

b. Jasa dokter hewan;

c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gizi, dan fisio terapi;

d. Jasa kebidanan dan dukun bayi;

e. Jasa paramedis dan perawat; dan

f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium dan

kesehatan, dan sanatorium.

2. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:

a. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;

b. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial;

c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

d. Jasa lembaga rehablilitasi kecuali yang bersifat komersial;

e. Jasa pemakaman termasuk crematorium; dan

f. Jasa dibidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

3. Jasa di bidang pengiriman surat dan perangko.

4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi, seperti:

a. Jasa perbankan, kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan

surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu

kontrak (perjanjian), jasa wali amanat, serta anjak piutang;


29

b. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi;

c. Jasa sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi.

5. Jasa di bidang keagamaan, seperti:

a. Jasa pelayanan rumah ibadah;

b. Jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan

c. Jasa lain dibidang keagamaan.

6. Jasa di bidang pendidikan, seperti:

a. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah; dan

b. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah (kursus-kursus).

7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang tidak dikenakan pajak tontonan

termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti:

pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.

8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan, seperti: penyiaran radio dan

televisi yang dilakukan oleh instansi Pemerintah atau swasta yang bukan bersifat

iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.

9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air, seperti: jasa angkutan umum di

darat, di laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta.

10. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi:

a. Jasa tenaga kerja;

b. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja

tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut;

c. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.


30

11. Jasa di bidang perhotelan, seperti:

a. Jasa persewaan kamar termasuk tambahnya di hotel, rumah penginapan,

motel, losmen, dan hostel serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan

perhotelan untuk tamu yang menginap; dan

b. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah

penginapan, motel, losmen, dan hostel.

12. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan

secara umum meliputi jasa-jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah,

seperti: pemberian izin mendirikan bangunan, pemberian izin usaha perdagangan,

pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

2.14.2. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Mardiasmo (2008:278) menyatakan bahwa Pengusaha Kena Pajak yang telah

di kukuhkan sebagai Wajib Pajak memiliki kewajiban yang wajib dilaksanakan.

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak antara lain untuk :

1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP;

2. Memungut PPN dan PPn BM yang terutang;

3. Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan kena pajak;

4. Membuat nota retur dalam hal terdapat pengambilan BKP;

5. Melakukan pencatatan atau pembukuan mengenai kegiatan usahanya;

6. Menyetor PPN dan PPnBM yang terutang;

7. Meyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN.


31

2.15. Tarif PPN

Resmi (2013:24) mengemukakan bahwa Pengenaan tarif atas Pajak

Pertambahan Nilai dibedakan bedasarkan jenis obyeknya. Tarif PPN menurut pasal 7

UU No. 42 Tahun 2009 adalah:

1. Tarif PPN sebesar 10% (sepuluh persen)

Tarif 10% dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam daerah pabean/impor

BKP/ penyerahan JKP di dalam daerah pabean/pemanfaatn BKP tidak berwujud

dari luar daerah pebean di dalam daerah pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah

pabean di dalam daerah pabean.

Sesuai pertimbangan ekonomi dan/atau peningkatan kebutuhan dana untuk

pembangunan, Pemerintah diberi wewenang mengubah tarif PPN menjadi paling

rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) dengan tetap

memakai prinsip tarif tunggal. Perubahan tarif dikemukakan oleh Pemerintah

kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka pembahasan dan penyusunan

rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2. Tarif PPN sebesar 0% (nol persen)

Tarif 0% dikenakan atas ekspor BKP berwujud/ekspor BKP tidak

berwujud/ekspor jasa kena pajak. Pengenaan tarif 0% (nol persen) tidak berarti

pembebasan dari pengenaan PPN. Dengan demikian pajak yang telah dibayar

untuk perolehan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak yang berkaitan

dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan.


32

2.16. Dasar Pegenaan Pajak (DPP)

Sambodo (2015:243) menyatakan bahwa Dasar pengenaan pajak artinya nilai

uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang, dengan mengalikan

tarif pajaknya. Dengan demikian, pajak yang terutang = Tarif Pajak × Dasar

Pengenaan Pajak.

Jenis DPP Pajak Pertambahan Nilia (PPN) ada lima yaitu:

1. Harga Jual (Pasal 1 angka 18 Undang-Undang PPN)

Pasal 1 angka 18 Undang-Undang PPN yang menjadi DPP PPN yaitu:

a. Nilai berupa uang;

b. Termasuk semua biaya yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh

penjual barang kena pajak;

c. Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak.

Yang termasuk dalam pengertian biaya yang merupakan unsur harga jual

antara lain: pengangkutan, asuransi, bantuan teknik, pemeliharaan dan

garansi.

2. Penggantian (Pasal 1 angka 19 Undang-Undang PPN)

Pasal 1 angka 19 Undang-Undang PPN yang menjadi DPP PPN yaitu:

a. Nilai berupa uang;

b. Termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi

jasa kena pajak;

c. Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak.

Dasar pengenaan pajak adalah harga jual/penggantian neto (setelah dikurangi


33

diskon yang diberikan), dengan syarat diskon tersebut dicantumkan dalam

faktur pajak.

3. Nilai Impor (Pasal 1 angka 20 Unadang-Undang PPN)

Pasal 1 angka 20 Unadang-Undang PPN yang menjadi DPP PPN yaitu:

a. Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk;

b. Ditambah pungutan yang dikenakan sesuai UU pabean;

c. Tidak termasuk PPN/PPnBM.

Nilai impor = Harga impor (CIF) + Bea Masuk

PPN = 10% × Nilai Impor

4. Nilai Ekspor (Pasal 1 angka 26 Undang-Undang PPN)

Pasal 1 angka 26 Undang-Undang PPN yang menjadi DPP PPN yaitu:

a. Nilai berupa uang;

b. Termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir, yaitu

nilai yang tercantum dalam dokumen PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang

yang telah difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai).

c. PPN Ekspor = 0% × Nilai Ekspor.

5. Nilai Lain (Peraturan Menteri Keuangan No. 75/PMK.03/2010)

Nilai lain adalah jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Nilai

lain tersebut ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau

penggantian setelah dikurangi laba kotor;


34

b. Untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau

penggantian setelah dikurangi laba kotor;

c. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga

jual rat-rata;

d. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

e. Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;

f. Untuk barang kena pajak berupa persediaan dan/atau asset yang menurut

tujuan semula tidak diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran

perusahaan adalah harga wajar;

g. Untuk penyerahan barang kena pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya

dan/atau penyerahan barang kena pajak antar cabang adalah harga pokok

penjualan atau harga perolehan;

h. Untuk penyerahan barang kena pajak melalui pedagang perantara adalah

harga yang disepakati antara pedagang perantara dan pembeli;

i. Untuk penyerahan barang kena pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;

j. Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari

jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih;

k. Utuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro periwisata adalah 10%

(sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

2.17. Saat Pajak Terutang

Sambodo (2014:2) menyatakan bahwa Penentuan saat pajak terutang menjadi

sangat relevan. Tanpa mengetahui saat pajak terutang, tidak mungkin ditentukan
35

bilamana PKP wajib memenuhi kewajiban melunasi utang pajaknya. Tiga hal yang

menyebabkan terjadinya saat pajak terutang yaitu:

1. Terutangnya PPN terjadi pada saat (Pasal 11 ayat (1) UU PPN):

a. Penyerahan BKP;

b. Impor BKP;

c. Penyerahan JKP;

d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean;

e. Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pebean;

f. Ekspor BKP Berwujud;

g. Ekspor BKP Tidak Berwujud;

h. Ekspor JKP.

2. Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau sebelum

penyerahan JKP atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya

pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean, saat

terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran (Pasal 11 ayat (2))

3. Terutangnya PPN atas kegiatan membangun sendiri pada saat mulai dilakukan

pembangunan.

2.18. Tempat PPN Terutang

Sambodo (2015:248) menyatakan bahwa Tempat PPN terutang diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Pasal 12 ayat (1) hingga (4) PP No. 143 Tahun 2000

sebagaimana disempurnakan dengan PP No. 24 Tahun 2002 sebagaimana telah


36

desempurnakan kembali dengan PP No. 46 Tahun 2003 perubahan keempat dengan

PP No. 31 2007 di jelaskan bahwa tempat PPN terutang yaitu:

1. PKP yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf a, huruf c, huruf g, dan/huruf h terutang PPN di tempat tinggal dan atau

tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain selain tempat tinggal dan atau

tempat kegiatan usaha dilakukan yang diatur Peraturan Dirjen Pajak;

2. Atas pemberitahuan tertulis dari PKP, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan

satu atau lebih tempat sebagai tempat pajak terutang;

3. Dalam hal impor BKP, terutangnya PPN terjadi di tempat BKP dimasukkan ke

dalam daerah pabean dan PPN dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai. Namun, PKP tidak perlu dikukuhkan lagi di tempat BKP di impor;

4. Pajak masukan atas impor BKP tersebut dapat dikreditkan di tempat

pengukuhannya sebagai PKP;

5. PKP (dan Non-PKP) yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan JKP dari luar

Daerah Pabean terutang PPN di tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha orang

pribadi atau di tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha badan.

2.19. Faktur Pajak

Sambodo (2015:248) mengemukakan bahwa Faktur Pajak menurut Pasal 1

angka 23 Undang-Undang PPN adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh

pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau

penyerahan jasa kena pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang faktur pajak adalah:


37

1. 38/PMK.03/2010;

2. PER-13/PJ/2010;

3. Se-42/PJ/2010;

4. PER-24/PJ/2012.

2.19.1. Saat Faktur Pajak Dibuat

Sambodo (2015:249) menyatakan bahwa Faktur pajak merupakan bukti

pungutan pajak. Pembuatan faktur pajak dilakukan pada saat tertentu. Faktur pajak

dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang pembuatannya saat:

1. Pada saat penyerahan BKP/JKP

Artinya faktur pajak dibuat pada tanggal yang sama dengan saat penyerahan

BKP/JKP;

2. Pada saat penerimaan pembayaran, dalam hal penerimaan pembayaran terjadi

sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP;

3. Pada saat penerimaan pembayaran termin, dalam hal penerimaan sebagai tahap

pekerjaan;

4. Pada saat PKP Rekanan mengajukan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah

sebagai Pemungut PPN. Dikecualikan dari ketentuan tersebut, yaitu PKP dapat

membuat hanya satu faktur pajak yaitu faktur pajak gabungan yang meliputi

semua penyerahan BKP atau JKP yang terjadi selama satu bulan harus dibuat

paling lambat pada akhir bulan penyerahan BKP dan atau JKP.
38

2.19.2. Pembatalan Faktur Pajak

Sambodo (2015:252) menyatakan bahwa Faktur pajak yang telah dibuat

terkadang harus dilakukan pembatalan karena beberapa hal. Pembatalan faktur pajak

mengharuskan Pengusaha Kena Pajak melakukan:

1. Terjadi pembatalan transaksi penyerahan, didukung dengan bukti berupa

pembatalan kontrak, atau dokumen lain yang menunjukkan pembatalan transaksi;

2. Pembatalan faktur pajak mengakibatkan dilakukannya pembetulan SPT Masa

PPN;

3. Tetap mengadministrasikan faktur pajak yang dibatalkan;

4. Menyampaikan surat pemberitahuan disertai lampiran faktur pajak yang

dibatalkan kepada KPP tempat PKP penjual BKP/pemberi JKP dikukuhkan

sebagai PKP, dan KPP tempat PKP pembeli BKP/penerima JKP dikukuhkan

sebagai PKP.

2.20. Nota Retur (Pasal 5a UU No. 42 Tahun 2009)

Sambodo (2015:255) mengemukakan bahwa Nota retur dibuat jika terjadi

pengembalian Barang Kena Pajak dari pembeli kepada penjuala kecuali apabila

diganti dengan barang kena pajak yeng jenis, tipe, jumlah dan harganya sama.

Retur hanya mungkin terjadi dalam transaksi penyerahan barang. PPN atas

penyerahan Jasa Kena Pajak yang dibatalkan dapat dikurangkan dari PPN yang

terutang. Nota retur minimal harus memuat hal-hal berikut:

1. Nomor urut retur;

2. Nomor seri dan tanggal faktur pajak atas barang kena pajak yang dikembalikan;
39

3. Nama, alamat dan pembeli NPWP pembeli BKP yang dikembalikan;

4. Nama, alamat, dan NPWP penjual yang menerbitkan faktur pajak;

5. Jenis dan harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;

6. PPN/PPnBM yang dikembalikan;

7. Tanggal pembuatan Nota Retur;

8. Tanda tangan pembeli.

2.21. Menghitung PPN

Resmi (2013:27) menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Rumus

perhitungan digunakan untuk menghitung besarnya pajak masukan dan pajak

keluaran.

1. Pajak Keluaran

Pajak keluaran merupajak Pajak Pertambahan Nilai yang wajib dipungut oleh

PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, atau ekspor BKP.

Rumus PPN keluaran: Pajak keluaran = Tarif × Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Tarif pajak keluaran adalah sebesar 10% untuk penyerahan barang kena pajak di

dalam daerah pabean atau penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean

oleh pengusaha kena pajak. Tarif 0% untuk ekspor barang kena pajak berwujud

atau ekspor barang kena pajak tidak berwujud atau ekspor jasa kena pajak oleh

pengusaha kena pajak. DPP dapat berupa harga jual, penggantian, atau nilai

ekspor.

2. Pajak Masukan
40

Pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh PKP karena

impor BKP/perolehan BKP/penerimaan JKP/pemanfaatan BKP tidak

berwujud dari luar daerah pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean.

Rumus pajak masukan: Pajak masukan = Tarif × Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Tarif pajak masukan adalah sebesar 10%, sedangkan DPP dapat berupa nilai

impor, harga beli (harga jual bagi penjual), nilai penggantian, atau nilai lain.

2.22. PPN Kurang/Lebih Disetor

Resmi (2013:28) menyatakan bahwa Pajak masukan dalam suatu masa pajak

dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama. Pembeli barang

kena pajak, penerima jasa kena pajak, pengimpor barang kena pajak, pihak yang

memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean, pihak yang

memanfaatkan jasa kena pajak dari luar daeah pabean wajib membayar pajak

pertambahan nilai dan berhak atas bukti pungutan pajak. Pajak pertambahan nilai

yang seharusnya sudah dibayar tersebut merupakan pajak masukan bagi pembeli

barang kena pajak, penerima jasa kena pajak, pengimpor barang kena pajak, pihak

yang memanfaatkan jasa kena pajak dari luar daerah pabean yang berstatus sebagai

pengusaha kena pajak, sehingga besarnya PPN yang kurang atau lebih dibayar/disetor

oleh PKP dihitung dari selisih Pajak (PPN) keluaran dengan pajak (PPN) masukan.

2.23. Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran PPN

Konsultama (2017) mengemukakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang

telah dihitung oleh Wajib Pajak harus segera dibayarkan/disetorkan. Saat

Pembayaran/Penyetoran PPN/PPnBM yaitu:


41

1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetor paling lama

akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan.

2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP harus

dibayar/disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan

STP tersebut.

3. PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran

Bea Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/ dibebaskan, harus

dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Impor.

4. PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh:

1. Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 7 (tujuh)

bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN / PPnBM atas

Impor, harus disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan

pemungutan PPN pajak.

5. PPN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan Logistik (BULOG),

harus dilunasi sendiri oleh PKP sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang

(D.O) ditebus.

Sarana Pembayaran/Penyetoran Pajak ada dua yaitu:

1. Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir Surat

Setoran Pajak (SSP) yang tersedia di Kantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-
42

kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di seluruh

Indonesia.

2. Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila jumlah PPN/ PPnBM

yang disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di dalam Daftar Nominatif

Wajib Pajak (DNWP) yang dibuat oleh: Bank penerima pembayaran, Kantor Pos

dan Giro, atau Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran.

2.24. Saat Pelaporan PPN/PPnBM

Konsultama (2017) menyatakan bahwa PPN/PPnBM harus dilaporkan PKP

setelah dilakukannya pembayaran/penyetoran. Pelaporan PPN/PPnBM dilakukan

saat:

1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam

SPT Masa dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama

akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang

telah dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.

3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan:

1. Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama akhir bulan

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan paling

lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

4. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM

dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan
43

kepada KPP setempat paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak

berakhir.

2.25. Pengakuan Utang PPN

Muljono, Wicaksono (2010:7) menyatakan bahwa PPN sebagai utang pajak

dapat terjadi apabila Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak menjual Barang

Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli. Utang PPN tersebut bagi Waib

Pajak sama dengan Pajak Keluaran.

Utang PPN tersebut merupakan PPN yang dibayar oleh pembeli atas

pembelian Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada penjual sehingga utang

PPN tersebut harus dibayar oleh penjual, namum demikian tata cara pembayaran

utang PPN tersebut dengan sebelumnya dilakukan perhitungan terhadap piutang PPN

atau Pajak Masukan.

2.26. Pengakuan Piutang PPN

Muljono, Wicaksono (2010:11) mengemukakan bahwa Pungutan PPN yang

dilakukan oleh PKP lain pada saat Wajib Pajak membeli Barang Kena Pajak atau Jasa

Kena Pajak diperlakukan sebagai piutang PPN atau sebagai Pajak Masukan. Piutang

PPN atau Pajak Masukan akan dilakukan penjurnalan untuk mengetahui berapa yang

harus dilunasi atau berapa yang lebih bayar atas pungutan PPN pada setiap bulannya.

2.27. Pencatatan PPN

Muljono, Wicaksono (2010:36) menyatakan bahwa Nomor rekening yang

akan digunakan untuk menampung berbagai transaksi berkaitan dengan PPN terlebih
44

dahulu ditentukan sebelum dilakukan pencatatan atas berbagai pemungutan atau

pelunasan PPN. Pencatatan PPN dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pencatatan Utang PPN

Utang PPN terjadi apabila Wajib Pajak menjual BKP atau JKP, sehingga

pada harga yang harus dibayar oleh pembeli terdapat PPN yang harus dipungut

oleh Wajib Pajak. Utang PPN bagi Wajib Pajak sama dengan pajak keluaran.

Jurnal transaksi dari utang PPN dapat terjadi seperti berikut:

Piutang dagang XXX

DPP penjualan XXX

Utang PPN XXX

Utang PPN atau Pajak Keluaran harus diberi kode rekening tersendiri, dan

tidak dapat digabung dengan utang PPh, karena utang PPN ini nanti dalam

perhitungannya akan diposting dengan piutang PPN. Apabila utang PPN ini

digabung dengan rekening PPh maka pada posting itu akan terjadi kesulitan.

2. Pencatatan Piutang PPN

Piutang PPN terjadi apabila Wajib Pajak membeli BKP atau JKP sehingga

pada harga yang harus dibayar terdapat PPN yang harus dibayar oleh Wajib

Pajak. Piutang PPN bagi Wajib Pajak sama dengan Pajak Masukan. Jurnal

transaksi dari piutang PPN dapat terjadi seperti berikut:

DPP pembelian XXX

Piutang PPN XXX

Hutang dagang XXX


45

Piutang PPN atau Pajak Masukan harus diberi kode rekening tersendiri dan

tidak dapat digabungkan dengan piutang PPh, karena piutang PPN ini nanti

dalam perhitungannya akan diposting dengan utang PPN. Apabila piutang PPN

ini digabung dengan rekening piutang PPh, dalam posting itu nanti akan

mengalami kesulitan.

2.28. Penggolongan PPN

Muljono, Wicaksono (2010:44) mengemukakan bahwa Penggolongan PPN

dilakukan agar tidak terjadi kesalahan penempatan. Penggolongan dilakukan dengan

pembuatan rekening yang berbeada antara satu dengan lainnya. Rekening berkaitan

dengan PPN dapat digolongkan menjadi empat yaitu:

1. Utang PPN

Utang PPN identik dengan PPN keluaran yang dipungut oleh Wajib Pajak dari

berbagai transaksi penjualan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Utang PPN ini

dapat dijadikan satu rekening. Wajib Pajak yang sudah mempunyai rekening

uang PPN tidak perlu lagi membuat rekening baru untuk menampung berbagai

PPN berkaitan dengan penjualan BKP maupun JKP, terkecuali Wajib Pajak

melakukan berbagai transaksi yang disana terdapat perbedaan tarif PPN dan

dasar DPP.

2. Piutang PPN

Piutang PPN atau identik dengan PPN masukan atau PPN yang diperoleh pada

waktu pembelian BKP atau JKP oleh Wajib Pajak, pada berbagai jenis BKP

maupun JKP yang dikenanakan PPN pada dasarnya dapat diperlakukan sebagai
46

kredit pajak atau sebagai piutang PPN, atau dapat pula diperlakukan sebagai

biaya. Apabila PPN masukan diperlakukan sebagai piutang PPN maka sudah

tidak diperlukan lagi pembentukan rekening baru, karena pada dasarnya semua

transaksi yang berkaitan dengan transaksi pembelian yang terdapat di dalam

piutang PPN sudah dapat tertampung pada rekening tersebut.

3. Biaya PPN

Pajak masukan yang sudah dijurnal sebagai piutang PPN tidak dapat

diperlakukan sebagai kredit pajak, sehingga harus diperlakukan sebagai biaya.

Jurnalnya sebagai berikut:

DPP PPN XXX

Piutang PPN XXX

Hutang dagang XXX

Biaya PPN masukan XXX

Piutang PPN XXX

Biaya PPN masukan adalah PPN yang tidak diperlakukan sebagai kredit

pajak, antara lain karena terlambat pengkreditannya, atau PPN masukan tersebut

tidak berhubungan dengan kegiatan usaha dan yang lainnya. Jurnal terhadap

pembelian tersebut termasuk pembelian aktiva tetap, sehingga aktiva yang diakui

pada neraca adalah sebesar DPP-nya.

Aktiva tetap yang diakui pada neraca termasuk PPN, maka PPN tersebut akan

diperlakukan sebagai biaya melalui penyusutan, sedangkan kalau piutang PPN


47

atas pengadaan aktiva tersebut sudah diperlakukan sebagai kredit pajak maka

akan terjadi dua kali pembebanan piutang PPN dan ini harus dilakukan koreksi

fiskal.

Bagi pengusaha non-PKP, tidak dikenal piutang PPN, sehingga atas

pembelian BKP atau JKP yang mengandung PPN masukan tidak akan

diperlakukan sebagai kredit pajak, tetapi akan diperlakukan sebagai biaya, yang

jurnalnya adalah sebagai berikut:

Pembelian XXX

Hutang dagang XXX

Pembelian yang diakui Wajib Pajak non-PKP terdiri dari DPP dan PPN

masukan, PPN masukan yang berada pada pembelian tersebut langsung

diperlakukan sebagai biaya.

4. Pelunasan PPN

Pelunasan PPN dlakukan Wajib Pajak setelah adanya perhitungan antara utang

PPN dengan piutang PPN, melalui jurnal sebagai berikut:

Utang PPN XXX

Piutang PPN XXX

PPN kurang bayar XXX

PPN kurang bayar XXX

Kas/Bank XXX
48

2.29. Penghitungan PPN yang Harus Dibayar

Muljono, Wicaksono (2010:51) menyatakan bahwa PPN yang akan

dibayarkan terlebih dahulu dilakukan perhitungan. Perhitungan dilakukan agar tidak

terjadi kecurangan akan besarnya pajak yuang harus dibayarkan. PPN yang harus

dibayar oleh Wajib Pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Diperlukan perhitungan terlebih dahulu

Pembayaran PPN oleh Wajib Pajak dilakukan setelah adanya penghitungan

antara utang PPN dan piutang PPN. PPN yang harus dibayar oleh Waib Pajak

atau Pengusaha Kena Pajak dihitung setiap bulan, yaitu dengan menjumlah

berapa utang pajak yang dimiliki atau sama dengan Pajak Keluaran, dan

menjumlah seluruh PPN yang dimiliki atau sama dengan Pajak Masukan.

Selisih antara utang PPN dengan piutang PPN inilah yang akan dibayar oleh

Wajib Pajak. Apabila antara utang PPN dan piutang PPN ini lebih besar

piutangnya maka akan dilakukan kompensasi atau restitusi.

2. Tidak Diperlukan Penghitungan Terlebih Dahulu

PPN yang harus dibayar oleh Wajib Pajak atas membangun sendiri dilakukan

tanpa penghitungan utang PPN dan piutang PPN lainnya. Berapapun besarnya

PPN membangun sendiri yang terutang oleh Wajib Pajak harus dibayar.

2.30. Penyajian Dan Pelaporan PPN

Muljono, Wicaksono (2010:58) menyatak bahwa Pelaporan PPN dilakukan

oleh Wajib Pajak yang sekaligus sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dilakukan

setiap bulan. Penyajian laporan PPN yang dilakukan setiap bulan oleh PKP tersebut
49

dibedakan sesuai dengan cara perhitungan PPN yang harus dibayar, yaitu seperti

berikut:

1. Penyajian Laporan PPN Bagi PKP yang penghitungannya dengan PKPM

Bagi PKP yang penghitungan PPN-nya menggunakan Pajak Keluaran Pajak

Masukan (PKPM), maka pada laporan tersebut akan ditampilkan besarnya Pajak

Keluaran (utang PPN) dan besarnya Pajak Masukan (piutang PPN). Besarnya

PPN yang harus dibayar atau lebih dibayar merupakan selisih antara pajak

keluaran dan pajak masukan tersebut.

2. Penyajian Lapoan PPN Bagi PKP yang Penghitungannya Tidak dengan PKPM

Bagi PKP yang perhitungan PPN-nya tidak menggunakan Pajak Keluaran Pajak

Masukan (PKPM), maka pada laporan tersebut tidak akan ditampilkan besarnya

pajak masukan (piutang PPN). PPN yang harus dibayar atau lebih dibayar adalah

sebesar peredaran usaha dikalikan 2%. Pajak Masukan yang diperoleh PKP tidak

diperlakukan sebagai kredit PPN maupun biaya. PKP yang tidak

mempergunakan mekanisme PKPM, penyajian laporan PPN-nya tidak

dimungkinkan lebih bayar.`

2.31. Restitusi PPN

Muljono, Wicaksono (2010:264) menyatakan bahwa Restitusi pada PPN

terjadi karena Pajak Masukan lebih besar dari Pajak Keluaran, atau dengan istilah

akuntansi: Piutang PPN lebih besar dari Hutang PPN. Pajak Masukan dapat lebih

besar daripada Pajak Keluaran karena adanya beberapa kemungkinan yaitu:

1. Penjualan lebih kecil disbanding pembelian


50

Waktu terjadi penjualan BKP/JKP, maka akan dilakukan jurnal seperti berikut:

Kas/Bank XXX

Hutang PPN XXX

Penjualan XXX

Waktu terjadi pembelian BKP/JKP, maka akan dilakukan jurnal seperti berikut:

Pembelian XXX

Piutang PPN XXX

Kas/Bank XXX

Besarnya tarif PPN ketika penjualan maupun pembelian sama, sehingga kalau

penjualan lebih kecil daripada pembelian maka akan terjadi piutang PPN lebih

besar disbanding hutang PPN, atau terjadi kelebihan dipungut PPN atau

kelebihan membayar PPN, sehingga akan dilakukan jurnal setiap bulannya

sebagai berikut:

Hutang PPN XXX

Lebih bayar PPN XXX

Piutang PPN XXX

2. Penjualan tidak dipungut PPN atau tarif 0%

Perlakukan pajak masukan bagi PKP yang saat menjual produkya pengenaan

PPN-nya diperlakukan tidak dikenakan atau dibebaskan maka PPN masukannya

tidak dapat dikreditkan, tetapi apabila PPN keluarannya tidak dipungut, maka

PPN masukannya dapat dikreditkan. Berlaku juga pada PPN keluarannya dengan

tarif 0% seperti pada ekspor, PPN masukannya dapat dikreditkan.


51

Waktu terjadi penjualan BKP/JKP bagi yang tidak memungut PPN maupun yang

tarifnya 0%, akan dilakukan jurnal sebagai berikut:

Kas/Bak XXX

Penjualan XXX

Transaksi penjualan tersebut tidak terdapat hutang PPN sedangkan pada saat

pembelian BKP/JKP akan dilakukan jurnal sebagai berikut:

Pembelian XXX

Piutang PPN XXX

Kas/Bank XXX

Waktu penjualan besarnya tarif adalah 0% atau tidak dipungut maka besarnya

hutang PPN tidak ada atau akan terjadi besarnya piutang PPN lebih besar

dibanding hutang PPN, atau terjadi kelebihan dipungut PPN atau kelebihan

membayar PPN, dan ini akan dijurnal setiap bulan seperti berikut:

Lebih bayar PPN XXX

Piutang PPN XXX

3. PPN dipungut pembeli

Mekanisme pengenaan PPN, seharusnya PPN dipungut oleh penjual, tetapi pada

transaksi dengan Bendaharawan Pemerintah Pengelola APBN atau APBD,

pemungutan PPN justru dilakukan oleh Bendaharawan sebagai pihak pembeli.

Perlakuan jurnal pada waktu penjualan dan pembelian BKP/JKP dengan adanya

pemungutan PPN oleh oleh pembeli yaitu:

Kas/Bank XXX
52

Piutang PPN XXX

Penjualan XXX

Hutang PPN XXX

Waktu penjualan, hutang PPN sudah dipungut pembeli, maka sekaligus akan

dijurnal sebagai piutang PPN yang besarnya sama, sehingga hutang PPN sudah

tidak ada lagi, atau akan terjadi piutang PPN lebih besar dibanding hutang PPN,

atau terjadi kelebihan dipungut PPN atau kelebihan membayar PPN, dan ini akan

dijurnal setiap bulan seperti berikut:

Lebih bayar PPN XXX

Piutang PPN XXX

4. PPN dibayar terlebih dahulu

Mekanisme pada pengenaan PPN, seharusnya PPN dipungut oleh penjul, tetapi

pada transaksi terhadap produk-produk tertentu, PPN yang seharusnya dipungut

justru harus dibayar lebih dahulu. Produk-produk tertentu tersebut adalah:

1. Rokok;

2. Media rekaman suara dan gambar.

PPN yang telah dibayarkan sebelum dilakukannya penjualan maka terhadap

penjualan tersebut sudah tidak terhadap hutang PPN lagi. Perlakuan jurnal pada

waktu penjualan dan pembelian BKP/JKP dengan adanya pembayaran PPN

sebelum pembayaran yaitu:

Kas/Bank XXX

Piutang PPN XXX


53

Penjualan XXX

Hutang PPN XXX

Pembelian XXX

Piutang PPN XXX

Kas/Bank XXX

Waktu penjualan PPN yang seharusnya sebagai hutang PPN karena sudah

dipungut oleh pembeli, maka sekaligus akan dilakukan jurnal sebagai piutang

PPN yang sama besarnya. Besarnya hutang PPN sudah tidak ada lagi karena

penjurnalan tersebut, dan apabila wajib pajak mempunyai piutang PPN maka

akan terjadi piutang PPN lebih besar disbanding, atau akan terjadi kelebihan

dipungut PPN atau kelebihan membayar PPN, dan akan dilakukan penjurnalan

setiap bulan seperti berikut:

Lebih bayar PPN XXX

Piutang PPN XXX

2.32. E-Billing

E-Billing pajak menurut Direktoral Jenderal Pajak (DJP) adalah sistem

pembayaran pajak elektronik dengan cara pembuatan kode billing atau ID billing

terlebih dahulu.

Manfaat E-Billing pajak yaitu:

1. E-Billing mempermudah wajib pajak untuk melakukan pembayaran dari mana

saja dan kapan saja;


54

2. E-Billing dapat meminimalisir kesalahan pencatatan transaksi yang biasa

dilakukan manual;

3. Transaksi real-time. Data transaksi langsung terekam di sistem DJP.

2.33. Surat Pemberitahuan (SPT)

Resmi (2014:42) Surat pemberitahuan adalah laporan pajak yang dilaporkan

kepada pemerintah Indonesia dan diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 36 tahun 2008. SPT dibagi menjadi dua yaitu:

1. SPT Tahunan adalah laporan pajak yang dilaporkan satu tahun sekali oleh Wajib

Pajak Pribadi atau Wajib Pajak Badan. SPT Tahunan terdiri atas:

a. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771-Rupiah);

b. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan

pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat

(1771-US);

c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan

dari usaha/ pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau norma

penghitungan penghasilan neto, dari satu atau lebih pemberi kerja, yang

dikenakan PPh final dan/ atau bersifat final dan dari penghasilan lain (1770);

d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan

dari satu atau lebih pemberi kerja, dalam negeri lainnya, dan yang dikenakan

PPh final dan/ atau bersifat final (1170 S);


55

e. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan

dari satu pemberi kerja dan tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali

bunga bank dan/ atau bunga koperasi (1770 SS).

2. SPT masa adalah laporan pajak yang dilaporkan setiap satu bulan sekali oleh

Wajib Pajak Pribadi atau Badan.

Setiap jenis SPT Masa PPh pajak penghasilan tersebut diatur dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008. Berdasarkan nomor

pasal peraturan pajak, jenis SPT masa pajak PPh sebagai berikut:

a. SPT Masa PPh Pasal 21/26, melaporkan tentang pajak penghasilan karyawan,

dimana pasal 21 mengatur karyawan Indonesia, dan pasal 26 mengatur

karyawan asing yang berdomisili di Indonesia.

Batas waktu pembayaran jatuh tempo pada tanggal 10 bulan berikutnya,

diikuti oleh batas akhir waktu lapor, yaitu tanggal 20;

b. SPT Masa PPh Pasal 22, melaporkan pajak yang dipungut bendaharawan

pemerintah berkenaan dengan penghasilan dari transaksi import.

Batas waktu pembayaran jatuh pada hari berikut setelah pajak dipungut dan

batas waktu lapor jatuh pada hari kerja akhir minggu berikutnya;

c. SPT Masa PPh Pasal 23/26, sehubungan dengan pajak yang dipotong dari

hasil transaksi modal, seperti deviden, bunga, royalty, hadiah, dan

penghargaan, sewa dan pendapatan yang terkait dengan asset selain dari

transaksi tanah, bangunan, dan jasa. Pasal 23 diperuntukkan untuk transaksi


56

yang terjadi dengan wajib pajak Indonesia, pasal 26 dengan orang asing atau

Badan Usaha Tetap Milik Asing.

Batas waktu pembayaran jatuh pada tanggal 10 bulan berikutnya, diikuti

tanggal 20 sebagai batas waktu melapor pada tanggal 20;

d. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2), sehubungan dengan pajak yang dipotong dari

penghasilan yang dipotong dari bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang negara, bunga simpanan yang dibayarkan koperasi,

hadiah undian, transaksi lain sebagaimana diatur dalam peraturannya.

Batas waktu pembayaran jatuh pada tanggal 10 bulan berikutnya, diikuti

tanggal 20 dimana merupakan batas waktu pelaporan;

e. SPT Masa PPh Pasal 15 adalah laporan pajak yang berhubungan dengan

Norma Perhitungan Khusus untuk golongan wajib pajak tertentu, seperti wajib

pajak badan yang bergerak dibidang pelayaran atau penerbangan

internasional, perusahaan dagang asing, dan perusahaan yang melakukan

investasi dalam bentuk bangunan-guna-searah.

Batas waktu pembayaran jatuh pada tanggal 10 pada bulan berikutnya dan

diikuti tanggal 20 sebagai batas waktu pelaporan.

2.34. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Sambodo (17) menyatakan bahwa Pelaporan atas pajak diharuskan

menggunakan SPT. Surat pemberitahuan (SPT) dalam pelaporan dan

pertanggungjawaban pajak memiliki tiga fungsi, yaitu:


57

1. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang;

2. Fungsi SPT bagi Pengusaha Kena Pajak sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan Barang Mewah yang sebenarnya terutang;

3. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya

ke Kantor Pelayanan Pajak dimana WP terdaftar.

2.35. Pengertian Jasa Freight Forwarding

Pengertian jasa freight forwading di Indonesia disebut dalam Keputusan

Menteri Perhubungan Nomor 10 Tahun 1998 yaitu:

Kegiatan usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang untuk

mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya kegiatan pengiriman

barang melalui transportasi udara, laut, dan darat, dengan kegiatan penerimaan

barang, penyimpanan barang, sortasi barang, pengepakan barang, penandaan barang,

pengukuran barang, penimbangan barang, pengurusan penyelesaian dokumen,

penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim asuransi atas pengi

riman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya.

Jasa Freinght forwading dibagi menjadi dalam empat segmen yaitu:

1. Pengusaha pengurusan jasa kepabean (PPJK);

2. Jasa pengurusan transportasi (JPT);

3. Jasa trucking;
58

4. Pergudangan.

Freight Forwading adalah seorang atau badan hukum yang melaksanakan

perintah pengiriman barang (muatan) dari satu atau beberapa orang pemilik barang

yang dikumpulkan dari satu atau beberapa tempat, sampai ketempat tujuan akhir

melalui sistem pengaturan lalu lintas barang dan dokumen, dengan menggunakan satu

atau beberapa jenis angkutan dengan tanpa harus memiliki sarana angkutan

dimaksud.

Kegiatan sehari-hari, freight forwading dapat dibagi dalam dua jenis golongan yaitu:

1. Dari segi operasionalnya

Forwader dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan sesuai dengan tingkat

profesionalisme dalam melaksanakan proses penanganan dan pengiriman barang

serta ketersediaan agen sebagai mitra usahanya diluar negeri. Ketiga golongan

tersebut adalah:

a. Internasional freight forwader (Klasifikasi A) merupakan forwader

profesional dalam hal menjalankan kegiatan freight forwading dengan

memberikan jasa penanganan serta pengiriman barang kepada customernya

yang terdaftar internasional;

b. Domestik/Regional forwader adalah mereka belum berhak untuk

menggunakan atau menerbitkan B/L sendiri (House B/L);

c. Local forwader merupakan forwader dengan klasifikasi yang minim. Hal ini

dikarenakan forwader lokal termasuk golongan yang belum memiliki agen

luar negeri.
59

2. Dari segi dasar sarana angkutan

Forwader dari segi sarana angkutan digolongkan menjadi empat yaitu:

a. Sea freight forwader adalah forwader yang telah mengkhususkan kegiatan

usahanya pada pengiriman barang muatan melalui angkutan laut atau melalui

kombinasi antara angkuatan darat lainnya. Ada kategori umum mengenai

barang muatan atau cargo yang harus diketahui oleh seorang forwader tentang

teknik pelayanannya (cargo handling) masing-masing jenisnya;

b. Air freight forwader adalah forwader yang mengkhususkan kegiatan usaha

jasanya pada sektor angkutan udara dengan kombinasi angkutan kereta api

atau truk. Lokasi kegiatan sebagian besar berada disekitar Bandar Udara;

c. Rail and inland freight forwader yaitu forwader yang mengkhususkan

kegiatan usaha jasa angkutan kereta api dan sarana angkutan lainnya sampai

jauh kepedalaman pada suatu daerah atau Negara;

d. Combained transport operator yaitu forwader yang dalam usaha jasanya

menggunakan lebih dari satu jenis alat angkutan atau berbagai sarana

angkutan.

Kegiatan pengiriman produk/bahan baku dari para pemilik produk/bahan baku

umumnya tidak melakukan pengiriman sendiri, tetapi menggunakan jasa pihak ketiga

yang membidangi jasa pengiriman, pihak ketiga ini disebut dengan perusahaan

freight forwarding, atau dalam bahasa Indonesia disebut perusahaan Jasa Pengurusan

Transportasi. Dilihat dari sifat jasa yang diberikan oleh perusahaan freight

forwarding, nampak jasa ini merupakan jasa yang menjadi objek PPN dan PPh Pasal
60

23, namun perlakuan pengenanaannya berbeda dari jasa lain pada umumnya. Untuk

memberikan kejelasan mengenai perlakuan perpajakan atas jasa freight forwading.

Aktivitas usaha perusahaan freight forwarding mencakup pengurusan dokumen

pengiriman, pengiriman barang dengan moda transportasi darat, laut dan udara,

pengurusan pergudangan, asuransi, pengepakan, dan sebagainya. Kegiatan usaha

yang dilakukan tidak semua aktivitas jasa dikerjakan sendiri oleh perusahaan freight

forwarding, tetapi melibatkan pihak ketiga. Aktivitas utama yang sungguh-sungguh

dikerjakan oleh perusahaan freight forwarding adalah hanya jasa pengurusan

dokumen dan jasa pengaturan agar produk/bahan baku yang dikirimkan tiba di tempat

yang dituju. Kegiatan pengiriman barang diserahkan kepada perusahaan transportasi,

demikian juga pergudangan, pengepakan, dan asuransi dilakukan oleh pihak ketiga

yang ditunjuk oleh perusahaan freight forwarding. Biaya-biaya dari pihak ketiga

karena jasa-jasa pengiriman, pergudangan, pengepakan, asuransi, dan lain-lain

tersebut ditagihkan kepada perusahaan freight forwarding, dan kemudian oleh

perusahaan freight forwarding ditagihkan kembali kepada pihak pengguna jasa

freight forwarding (pemilik produk/bahan baku) ditambah dengan biaya jasa

pengurusan dokumen (forwarding fee)yang merupakan jasa utama perusahaan freight

forwarding.

Keunikan dari perusahaan jasa freight forwarding seperti di atas, yaitu ketika

menagih kepada pengguna jasanya akan mencakup 2 komponen biaya: 1) biaya pihak

ketiga yang ditagihkan kembali (reimbustment) kepada pengguna jasa, serta 2) biaya

jasa pengurusan dokumen (forwarding fee), maka Menteri Keuangan telah


61

menerbitkan PMK No. 121/PMK.03/2015 dan PMK No. 141/PMK.03/2015 acuan

pengenaan PPN dan PPh Pasal 23 atas jasa freight forwarding.

2.36. Pengenaan PPN atas Kepelabuhanan

Pengenaan PPN di Indonesia mengunakan ‘listing approach’. Pasal 4A UU

PPN. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000, diatur jenis-jenis jasa yang tidak

dikenakan PPN.  Perlakuan PPN atas jasa-jasa di bidang pelayaran dan kepelabuhan

adalah sebagai berikut:

1. Dikenakan PPN

Jasa-jasa di bidang pelayaran dan kepelabuhan yang merupakan obyek PPN

karena tidak termasuk dalam ‘list’ barang dan jasa tidak dikenakan PPN

sebagaimana diatur dalam Pasal 4A UU PPN. Peraturan Pemerintah Nomor 144

Tahun 2000 adalah sebagai berikut:

a.  Jasa pelayanan barang yang terdiri dari jasa penumpukan dan jasa dermaga;

b. Jasa pelayanan alat-alat yang terdiri dari jasa kran darat, jasa kran apung, jasa

forklift, jasa head truck, jasa chasis, jasa tongkang, jasa BKMP (Kapal Motor

Penggandeng Tipe B), jasa towing tractor, jasa timbangan dan jasa pemadam

kebakaran;

c. Jasa pelayanan terminal yang terdiri dari stevedoring, cargodoring, receiving,

delivery dan overbrengen;

d. Jasa pelayanan peti kemas yang terdiri dari jasa bongkar muat, jasa

gerakan container, jasa penumpukan dan jasa mekanis;


62

e. Jasa pelayanan rupa-rupa yang terdiri dari pas pelabuhan, retribusi

kendaraan dan telepon extension;

3. Tidak dikenakan PPN

Jasa di bidang pelayaran dan kepelabuhan yang bukan merupakan obyek PPN

adalah jasa angkutan umum di air sebagaimana diatur dalam Pasal 4A ayat (3)

huruf i.

4. Dibebaskan dari pengenaan PPN

Berdasarkan PP 38 Tahun 2003.KMK-370/KMK.03/2003 tentang Pelaksanaan

PPN Yang Dibebaskan Atas Impor Dan/Atau Penyerahan BKP Tertentu

Dan/Atau Penyerahan JKP Tertentu disebutkan bahwa atas penyerahan Jasa Kena

Pajak (JKP) Tertentu yang meliputi:

a. Jasa persewaan kapal;

b. Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh;

dan

c. Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal. yang diterima oleh Perusahaan

Angkutan Laut Nasional, Perusahaan penangkapan ikan nasional, Perusahaan

Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional, atau Perusahaan Penyelenggara

Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional, dibebaskan dari

pengenaan PPN.

2.37. PPN Jasa Freight Forwarding

Pengenaan PPN atas jasa freight forwarding termasuk yang menggunakan

dasar “Nilai Lain” sebagaimana diatur dalam PMK No. 121/PMK.03/2015 tanggal
63

24 Juni 2015. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 2 hurup (m) PMK tersebut, yaitu:

Nilai Lain sebagaimana dimaksud Pasal 1 ditetapkan sebagai berikut: (m) untuk

penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan

jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges)

adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih.

Sesuai ketentuan di atas, maka 10% dari jumlah yang ditagih atau seharusnya

ditagih diasumsikan sebagai biaya (fee) freight forwarding. Nilai sisanya sebesar 90%

dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih diasumsikan sebagai biaya yang

dibayarkan kepada pihak ketiga (seperti biaya sewa moda transportasi, pergudangan,

pengepakan, asuransi, dan lain-lain) yang nanti ditagihkan kepada pengguna jasa

perusahaan freight forwarding.

Ketentuan di atas mengakibatkan tarif efektif PPN atas jasa freight

forwarding adalah sebesar 1%. Angka 1% tersebut diperoleh dari pengalian Nilai

Lain (10%) sebagaimana diatur pada PMK No.121/PMK.03/2015 dengan tarif PPN

10% (10% x 10% = 1%).


BAB III

TEKNIK ANALISIS DATA

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan. Penelitian

dengan judul Evaluasi Penyusunan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

Samudra Trimira Tama Gresik, maka lokasi penelitian berada di PT Samudra

Trimira Tama Jalan Sembayat No.18C Gresik.

3.2. Jenis Data

Sujarweni (2014:39,89) menyatakan bahwa Data dalam penelitian merupakan

sekumpulan informasi yang diperoleh dari lapangan dan digunakan untuk bahan

penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data sebagai berikut:

1. Data kualitatif yaitu data kualitatif yaitu data hasil kategori untuk isi data yang

berupa kata atau dapat didefinisikan sebagai data bukan angka.

2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka dalam arti sebenarnya, jadi

berbagai operasi matematika yang dapat dilakukan pada data kuantitatif.

Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian dengan jenis data

kualitatif. Jenis data kualitatif yang dibutuhkan adalah sejarah dan struktur organisasi

PT Samudra Trimira Tama, bukti pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPN.

Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis data kuantitatif

berupa perhitungan pemotongan PPN atas jasa bongkar muat batu bara berdasarkan

faktur pajak (tax invoice) sesuai per kapal/ kargo, perhitungan pajak PPN

lebih/kurang bayar.

64
65

3.2. Sumber Data

Sujarweni (2014:73-74) menyatakan bahwa Sumber data merupakan subjek

dari mana data dapat diperoleh. Sumber data digolongkan sebagai berikut:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,

kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan

narasumber. Data yang diperoleh dari data primer harus diolah lagi. Sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data yang

diperoleh dari penetian ini meliputi:

a. Sejarah perusahaan PT Samudra Trimira Tama dan struktur organisasi PT

Samudra Trimira Tama;

b. Faktur pajak (tax invoice);

c. Invoice penjualan;

d. Bill off leading;

e. Cargo manifest;

f. Draft survei;

g. Bukti potong PPN;

h. Rekap bukti potong PPN;

i. Invoice perhitungan PPN.

2. Data Sekunder, yaitu data yang didapat dari catatan, buku, majalah, berupa

laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintahan, artikel, buku-buku

sebagai teori dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder tidak
66

perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul

data. Sumber data yang diperoleh ini meliputi:

a. Buku-buku teori mengenai PPN;

b. Media internet yang berkaitan dengan topik yang dibahas peneliti;

c. literatur dari perpustakaan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Sujarweni (2014:103) menyatakan bahwa Teknik pengumpulan data

merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring informasi

kuantitatif dari responden sesuai lingkup penelitian. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Studi Kepustakaan bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan

dengan permaslahan yang dibahas dengan cara membaca berbagai literatur,

seperti buku-buku dan catatan perkuliahan dan sumber informasi lainnya seperti

dari media elektronik seperti situs internet yang relevan dan memiliki hubungan

dengan pembahasan yang dilakukan.

2. Studi Lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini berupa:

a. Dokumen

Dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data yang mendukung

pemasalahan dengan jalan menyalin laporan-laporan, catatan-catatan serta

formulir yang dimiliki perusahaan, khususnya berkaitan dengan masalah yang

dibahas. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1) Sejarah dan struktur organisasi PT Samudra Trimira Tama;


67

2) Faktur pajak PPN;

3) Bukti pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPN jasa freight

forwarding PT Samudra Trimira Tama.

b. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini adalah bagian pimpinan perusahaan,

bagian administrasi dan staf administrasi keuangan. Pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan sebagai berikut:

1) Bagaimana sejarah didirikannya PT Samudra Trimira Tama?

2) Bagaimana pemotongan PPN PT Samudra Trimira Tama?

3) Bagaimana sistem pemotongan PPN PT Samudra Trimira Tama?

4) Bagaimana sistem pelaporan PPN PT Samudra Trimira Tama?

3.5. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif komparatif

yaitu metode yang membandingkan keadaan suatu objek penelitian dengan mengolah

data-data yang sudah ada, kemudian membandingkan hasil yang didapat dengan teori

yang ada. Perhitungan PPN atas jasa PT Samudra Trimira Tama yang peneliti

lakukan sesuai dengan peraturan menteri keuangan nomor 114/PMK.03/2015.

Berikut tahapan teknis yang ditempuh peneliti dalam menganalisis data :

1. Tahapan pengumpulan data dengan mengumpulkan data transaksi-transaksi

perusahaan yang berhubungan dengan PPN dari PT Samudra Trimira Tama.


68

2. Tahapan perhitungan atas pemotongan pajak pertambahan nilai (PPN) PT

Samudra Trimira Tama sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Rumus perhitungan PPN keluaran:

PPN keluaran = Tarif × Dasar Pengenaan


Pajak (DPP)
Rumus perhitungan PPN masukan:
PPN masukan = Tarif × Dasar Pengenaan
Pajak (DPP)
3. Tahapan pembayaran dan pelaporan PPN per masa PT Samudra Trimira Tama.

4. Tahapan evaluasi dan penarikan suatu kesimpulan serta saran-saran untuk PT

Samudra Trimira Tama.


69

3.6. Kerangka Penelitian

Mulai

Mengumpulkan Data-data transaksi


dan SPT PPN Masa

Melakukan Perhitungan PPN Sesuai


Ketentuan Perpajakan

Sistem pembayaran PPN yang


diterapkan pada PT Samudra
Trimira Tama

Sistem pelaporan PPN yang


diterapkan pada PT Samudra
Trimira Tama

Melakukan Evaluasi dan Menarik


Kesimpulan

Gambar 3.1

Alur Penelitian
70

Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. kerangka penelitian ini dimulai

dengan pengumpulan data-data transaksi yang berhungan dengan Pajak Pertambahan

Nilai. Tahapan selanjutnya dilakukan perhitungan atas PPN sesuai tarif yang berlaku

pada undang-undang. Selesai melakukan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

dilakukannya penjelasan sistem pambayaran/penyetoran Pajak Pertambahan Nilai

yang dilakukan pada PT Samudra Trimira Tama. Terakhir dilakukan evaluasi dan

penarikan kesimpulan akan perhitungan, pembayaran dan pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai PT Samudra Trimira Tama.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah PT. Samudra Trimira Tama-Gresik

PT Samudra Trimira Tama didirikan pada bulan Maret 2015 yang bertempat

di Jl. Raya Sembayat no.18C Gresik. PT Samudra Trimira Tama merupakan salah

satu perusahaan bongkar muat yang kegiatan utamanya adalah melayani kegiatan

bongkar muat kargo baik menerima atau pengiriman kargo dari dan kekapal untuk

perusahaan.

PT Samudra Trimira Tama telah memiliki legalitas perusahaan dengan telah

terdaftarnya perusahaan sebagai Perseroan Terbatas. PT Samudra Trimira Tama juga

telah mendapatkan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) dan telah mendaftarkan

sebagai Wajib Pajak Badan. PT Samudra Trimira Tama telah dicatat pada Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Gresik, sehingga dapat melakukan

kegiatan operasional di Wilayah Kerja Pelabuhan Gresik.

Kegiatan bongkar muat barang di laut PT Samudra Trimira Tama melibatkan

beberapa pihak yakni: APBMI (Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia),

GAFEKSI (Gabungan Forwarder Dan Ekspedisi Indonesia), GINSI (Gabungan

Importir Nasional Seluruh Indonesia), GPEI (Gabungan Perusahaan Eksportir

Indonesia) dan INSA (Indonesian National Ship Owners Association). PT Samudra

Trimira Tama bekerja sama dengan PT Pelindo sebagai penyedia fasilitas jasa

kepelabuhan untuk menentukan tempat-tempat berlabuhnya kapal.

71
72

Kerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, mengoptimalkan

penggunaan fasilitas dan peralatan serta pengembangunan pelabuhan.

Langkah utama dalam melakukan bongkar muat batu bara, PT Samudra

Trimira Tama bekerja sama dengan satu pelanggan yaitu CNI (Centra Nusa

Indonesia). Seiring dengan perkembangan usahanya kini PT Samudra Trimira Tama

telah memiliki banyak kerja sama, serta memperluas jangkauan usahanya dengan

melakukan jasa bongkar muat bahan semen.

4.2. Visi dan Misi PT. Samudra Trimira Tama

4.2.1. Visi

Menjadi perusahaan bisnis jasa bongkar muat kapal yang professional dan

terpercaya.

4.2.2. Misi

1. Melaksanakan kegiatan bongkar muat dengan pelayanan professional untuk

menghasilkan nilai tambah dengan mengutamakan kepuasan pemegang

saham, pelanggan, pekerja, masyarakat dan pemerintah;

2. Mengutamakan kepuasan pelanggan melalui pelayanan yang peduli, proaktif

dan cepat tanggap dengan mengutamakan keselamatan kerja;

3. Mendukung kinerja pelabuhan dalam kelancaran dan arus masuk dan

keluarnya barang di pelabuhan;

4. Meningkatkan nilai perusahaan yang dibangun dengan kinerja yang baik dan

kompetensi sumber daya manusia yang unggul.


73

4.3. Struktur Organisasi PT. Samudra Trimira Tama-Gresik

Organisasi adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan atau wadah dari

kegiatan orang-orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan dan penugasan

kepada setiap kelompok kepada seorang manajer yang mempunyai kekuasaan, yang

perlu untuk menguasai anggota kelompoknya. Pengorganisasian dilakukan untuk

menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan termasuk

manusia sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilakukan dengan berhasil.

Struktur organisasi pada PT Samudra Trimira Tama yaitu:

Gambar 4.2
Struktur Organisasi PT. Samudra Trimira Tama
74

Tabel 4.1
Susunan Pegawai PT. Samudra Trimira Tama

No Nama Jabatan
1. Alfin Reda Pratama, S.M Pemegang Saham
2. Ir. Jus Indra Kusuma Direktur
3. Adji Kisworo Manager
4. Didit Nugroho, S.E Operasional
5. Brigita Yuliana Administrasi dan Keuangan
6. Marta sukmawati, S.E Akuntansi
7. Dedi Cahyono Perpajakan
8. Agus Pemasaran
9. Tenaga kerja harian lepas TKBM
Sumber : PT Samudra Trimira Tama, 2017
Tugas dari struktur organisasi PT Samudra Trimira Tama yaitu:

1. Pemegang Saham

a. Melakukan pengawasan serta memberi nasehat terhadap Direksi;

b. Memberikan wewenang kepada direksi untuk mengurus dan mewakuli

perusahaan.

2. Direktur

a. Memegang perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pengembangan

perusahaan secara keseluruhan;

b. Menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan;

c. Mengatur dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan usaha perusahaan.

3. Manager

a. Pembuat keputusan dan kebijaksanaan;

b. Membuat target dan sasaran usaha;

c. Mengambil keputusan;
75

d. Membuata rencana kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian suatu

tujuan.

4. Operasional

a. Mengawasi penyediaan jasa;

b. Mengelola dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi perusahaan;

c. Mengawasi persediaan, distribusi, dan tata letak fasilitas operasional;

d. Mengatur anggaran dan mengelola biaya – biaya;

e. Mengawasi gudang.

5. Administrasi dan Keuangan

a. Melakukan perekapan jumlah tonase yang dibongkar dari pelabuhan;

b. Membuat surat jalan, PO, SPK ke KSPO, invoice;

c. Mencocokkan surat jalan yang diterima;

d. Merekap mutasi BCA;

e. Membuat penawaran bongkar Klinker.

6. Akuntansi

a. Merekap semua hutang dan tagihan piutang;

b. Membuat neraca, laporan keuangan per kapal;

c. Memasukkan mutasi kedalam laporan keuangan.

7. Perpajakan

a. Melakukan pelaporan dan pembayaran PPh Pasal 23, PPh Pasal 25 dan

PPN.
76

8. Pemasaran

a. Melakukan publisitas, manajemen tenaga penjualan dan hubungan

konsumen;

b. Mengadakan survei terhadap konsumen, pengembangan dan penentuan

strategi pada sekmentasi pasar secara optimal;

c. Melakukan penagihan piutang serta kurir pengantar yang berkaitan

dengan kantor.

9. TKBM

a. Melakukan bongkar muat batu bara dan mengirimkannya.

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengumpulan data-data transaksi yang berhubungan dengan PPN

Peneliti dalam penelitian ini melakukan eavaluasi terhadap penyusunan

dan pelaporan PPN masa PT Samudra Trimira Tama. Penelitian membutuhkan

data transaksi-transaksi yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai. Data

yang telah di kumpulkan peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Invoice PPN jasa bongkar muat;

2. Faktur pajak;

3. Nota penjualan ke pelabuhan;

4. SPT masa PPN;

5. Bukti potong;

6. Rekapitulasi PPN;

7. Invoice pembelian;
77

8. Bill off lading;

9. SSP E-Billing.

4.4.2. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

PT Samudra Trimira Tama merupakan Perusahaan jasa yang menyediakan

jasa atas bongkar muat batubara. Perusahaan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang

telah dikukuhkan sebagai Wajib Pajak, PT Samudra Trimira Tama wajib

membayarkan pajaknya. Penyerahan atas jasa bongkar muat batubara,perusahaan

dikenai Pajak Pertambahan Nilai keluaran atas dilakukannya bongkar muat

batubara dan Pajak Pertambahan Nilai masukan atas dilakukannya penyewaan

pelabuhan dan pembelian solar.

Peraturan undang-undang yang berlaku tantang pajak, pengenaan tarif atas

Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak yaitu 10%×DPP, maka tarif pajak

Keluaran/Masukan untuk perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

Samudra Trimira Tama sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak. Pajak

Pertambahan Nilai dalam hal pembayaran atau penyerahan Barang Kena

Pajak/Jasa Kena Pajak, perhitungan atas Pajak Pertambahan Nilai yang terutang

adalah 10/110 dari harga atau pembayaran atas Barang Kena Pajak/Jasa Kena

Pajak.

Peneliti dalam penelitian ini melakukan perhitungan Pajak Pertambahan

Nilai masa selama tiga bulan. Perhitungan dilakukan karena perhitungan PPNnya

per kapal. Perhitungan pajak ini dimulai pada bulan Januari, Februari dan
78

terakhir pada bulan Maret. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya sebagai

berikut.

1. Perhitungan Pajak Keluaran pada bulan Januari 2017.

Tabel 4.2
Faktur Pajak

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 010.001-17.53347345


Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SAMUDRA TRIMIRA TAMA
Alamat: Raya Sembayat No 18C RT 19 RW 004, Gresik
NPWP: 72.448.150.2-612.000
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAWASAN INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI Blok OO
No.OO RT 001 RW 001 Kel. Sembayat Kec. Manyar Kota/Kab. Gresik JAWA TIMUR
00000
NPWP: 01.071.386.5-058.000
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Harga Jual/Penggantian/Uang Muka
Pajak /Termin
1 Jasa Bongkar Muat Rp83.268.108,00
Rp 11.000×7.569,828
Harga Jual/Penggantian Rp83.268.108,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp83.268.108,00
PPN=10% DPP Rp8.326.810,00
Total PPnBM Rp0,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Faktur pajak pada gambar diatas di terima PT Samudra Trimira Tama saat

setelah dilakukannya kegiatan bongkar muat. Faktur ini akan digunakan untuk

perhitungan besarnya total biaya atas jasa bongkar muat yang harus dibayar PT SIAM
79

MASPION TERMINAL. Perhitungan faktur pajak dari PT SIAM MASPION

TERMINAL atas jasa bongkar muat sebagai berikut:

Tabel 4.3
Perhitungan PPN BG INTAN 705 (MSE)
BG INTAN 705 (MSE)
Keterangan Harga Tonase Jumlah
Tonase BL 7569828
Tonase rill 7645
Tariff Rp11,000.00 7569828 Rp83,268,108,000.00
PPN 0.1 Rp8,326,810,800.00
Total     Rp91,594,918,800.00
Sumber: Data Diolah, 2017

Hasil perhitungan diatas menunjukkan total yang harus dibayar oleh PT SIAM

MASPION TERMINAL Rp91.594.918.800,00 termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

Besarnya PPN keluaran PT Samudra Trimira Tama sebesar Rp8.326.810.800,00.

Tabel 4.4
Invoice

CUSTOMER : PT SIAM MASPION TERMINAL NO : 04/STT-PBM/I/17


ADDRESS : Jl. Raya Manyar Gresik NO.PO :
NPWP : DATE : 20 Januari 2017
No Keterangan Harga Tonase Total
1 By. PBM (BG INTA) 7505 11.000 7.569.828 Rp83.268.108,0
0
PPN Rp8.326.811,00

Total Rp91.594.919,0
0
Sumber: Data Diolah, 2017

Invoice diterbitkan PT Samudra Trimira Tama untuk diberikan kepada PT

SIAM MASPION TERMINAL. Invoice ini digunakan sebagai tagihan setelah


80

dilakukannya bongkar muat. Tagihan yang harus bibayarkan oleh PT SIAM

MASPION TERMINAL sebasar nilai yang telah tertera pada invoice tersebut.

Tabel 4.5
Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan

PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO)


CABANG GRESIK
JL. YOS SUDARSO No. 1 Gresik
Kantor Pusat : JL. PERSAK TIMUR 610 SURABAYA
NPWP : 01.061.000.4-093.000
NOTA PENJUALAN JASA KEPELABUHAN
NOMOR : 010.006.16.00011742
NO NOTA : RJ/3003148/1216
NAMA KAPAL : PARTA JAYA-3005.TKI/-
Tgl. Jatuh Tempo : 03 Jauari 2017
Pelanggan : SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT (07028)
Alamat : JL RAYA SEMBAYAT 18C RT 19/004 GRESIK
NPWP : 72.448.150.2-612.000
No Jenis Jasa Jumlah
1 Jasa Dermaga Rp29.832.912,00
2 OPP/OPT Rp226.492.200,00

Jumlah/Total Rp256.325.112,00
Potongan Harga/Discount Rp0.00
Dasar Pengenaan Pajak/Tax Base Rp256.325.112,00
PPN 10%/10% Tax Rp25.632.511,00
Materai/Stamp Duty Rp6.000,00
Jumlah Hutang/Payable Rp281.963.623,00
Uang Jaminan/Deposit Rp250.000.000,00
Piutang Rp31.963.623,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Nota penjualan pada gambar diatas diterbitkan setelah dilakukannya transaksi

antara PT Samudra Trimira Tama dan PT Pelabuhan Indonesia III. Penerbitan Nota

ini akan dijadikan dasar sebagai perhitungan Pajak Pertambahan Nilai.


81

Tabel 4.6
Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan

PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG GRESIK


JL. YOS SUDARSO No. 1 GRESIK
KANTOR PUSAT : JL. PERAK TIMUR 610 SURABAYA
NPWP : 01.061.000.4-093.000
NOTA PENJUALAN JASA KEPELABUHAN
NOMOR : 010.006.16.00011758
NO.NOTA : 616/PAS/XII/2016
NAMA KAPAL : -
Tgl Jatuh Tempo : 30 Januari 2017
Pelanggan: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT (07028)
Alamat: JL RAYA SEMBAYAT 18C RT19/004 GRESIK
NPWP: 72.448.150.2-612.000
No Jenis Jasa Jumlah
1 Pas Harian (kendaraan) Rp1.667.273,00
Jumlah/Total Rp1.667.273,00
Potonangan Harga/Discount Rp0.00
Dasar Pengenaan Pajak/Tax Base Rp1.667.273,00
PPN 10%/10% Tax Rp166.727,00
Materai/Stamp Duty Rp6.000
Jumlah Terhutang/Payable Rp1.840.000,00
Uang Jaminan/Deposit Rp0.00
Piutang Rp1.840.000,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Nota pada tabel 4.5 diatas juga akan digunakan sebagai dasar untuk

perhitungan PPN keluaran. Nota pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 saling berkaitan.

Kondisi ini dikarenakan kegiatan dilaksaksanakan dalam waktu yang sama namun

dibedakan dalam dua jenis jasa yang berbeda. Perhitungan untuk pajak keluaran pada

jasa ini sebagai berikut.

Tabel 4.7
Perhitungan PPN Kapal PARTAJAYA 3005 (PELINDO)

PARTAJAYA 3005 (PELINDO)


Keterangan Jumlah DPP
82

Dermaga Rp281,963,623.00 (281963623/1,1) Rp256,330,566.00


Pass Truck Rp1,840,000.00 (1840000/1,1) Rp1,672,727.00
PBM (40250*7626-281963623-1840000) (23142877/1,1) Rp21,038,979.00
Total Rp279,042,272.00
PPN 10% Rp27,904,227.00
Besarnya PPN untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut:
By Jasatama (256330566+1672727)*10% Rp25,800,329.00
By PBM (21038979*10%) Rp2,103,897.00
Jumlah PPN     Rp27,904,227.00
Sumber: Data Diolah, 2017

Perhitungan atas pajak keluaran oleh PT Samudra Trimira Tama, dapat

diketahui bahwa besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut sebesar

Rp27.904.227,00. PPN ini akan dijumlahkan dengan total piutang yang harus di

bayar oleh PT Centra Nusa Indonesia yang dicantumkan dalan invoice yang

diterbitkan oleh PT Samudra Trimira Tama.

Tabel 4.8
Faktur Pajak

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 010.001-17.63347343


Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAW. INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI, GRESIK
NPWP :01.071.386.5-058.000
Pembeli Barag Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No.18C RT 19 RW 004 Kel. SEMBAYAT
Kec. MANYAR Kota/Kab. GRESIK JAWA TIMUR 00000
83

NPWP: 72.448.150.2-612.000
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Harga Jual/Penggantian/Uang Muka
Kena Pajak /Termin
1 Jasa Bongkar Muat Rp82.798.221,00
Rp 11.000×7.527.111
Harga Jual/Penggantian Rp82.798.221,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp82.798.221,00
PPN=10% DPP Rp8.279.822,00
Total PPnBM Rp0,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Faktur pajak pada tabel diatas diterbitkan setelah terjadinya transaksi

penjualan atas jasa bongkar muat. Bukti faktur ini akan dijadikan sebagai dasar

perhitungan Pajak Pertambahan Nilai oleh PT Samudra Trimira Tama.

Perhitungannya sebagai berikut:

Tabel 4.9
Perhitungan PPN Kapal GOLD TRANS (MASPION) MSE

GOLD TRANS (MASPION) PT MSE


Keterangan Harga Tonase Jumlah
Tonase BL 7.527.111
Tonase rill 7.708.650
Tarif Rp11,000.00 7.527.111 Rp82,798,221,000.00
PPN 0.1 Rp8,279,822,100.00
Total     Rp91,078,043,100.00
Sumber: Data Diolah, 2017

Hasil dari perhitungan diatas menunjukkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai

dari bongkar muat pada Kapal GOLD TRANS (MASPION) PT MSE sebasar

Rp91.078.043,00. Hasil ini yang akan dipotong oleh PT Samudra Trimira Tama.

Tabel 4.10
84

Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan

PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG GRESIK


JL. YOS SUDARSO No. 1 GRESIK
KANTOR PUSAT: JL. PERAK TIMUR 610 SURABAYA
NPWP: 01.061.000.4-093.000
NOTA PENJUALAN JASA KEPELABUHAN
NOMOR: 010.006.17.00000216
NO.NOTA: RJ/3000127/0117
NAMA KAPAL: APURA 088, BG/-
Tgl Jatuh Tempo: 17 Januari 2017
Pelanggan: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT (07028)
Alamat: JL. RAYA SEMBAYAT 18C RT 019/004 GRESIK
NPWP: 72.448.150.2-612.000
No Jenis Jasa Jumlah
1 Jasa Dermaga Rp227.947.500,00
2 OPP/OPT Rp30.024.600,00

Jumlah/Total Rp257.972.100,00
Potongan Harga/Discount Rp0.00
Dasar Pengenaan Pajak/Tax Base Rp257.972.100,00
PPN 10%/10% Tax Rp25.797.210,00
Materai/Stamp Duty Rp6.000,00
Jumlah Hutang/Payable Rp283.775.310,00
Uang Jaminan/Deposit Rp250.000.000,00
Piutang Rp33.775.310,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Nota pada tabel diatas dapat disamakan dengan faktur pajak. Nota ini

diterbitkan oleh PT Pelabuhan Indonesia III. Jumlah yang tertera pada nota diatas

akan dijadikan sebagai dasar perhitungan Pajak Pertambahan Nilai.

Tabel 4.11
Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan

PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) CABANG GRESIK


KANTOR PUSAT: JL. PERAK TIMUR 610 SURABAYA
NPWP: 01.061.000.4-093.000
85

NOTA PENJUALAN JASA KEPELABUHAN


NONOR: 010.006.17.00000472
NO.NOTA: 53001101
NAMA KAPAL: -
Tgl Jatuh Tempo: 30 Januari 2017
Pelanggan: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT (07028)
Alamat: JL RAYA SEMBAYAT 18C RT 019/004 GRESIK
NPWP: 72.448.150.2-612.000
No Jenis Jasa Jumlah
1 Pas Harian (kendaraan) Rp1.463.637,00
Jumlah/Total Rp1.463.637,00
Potonangan Harga/Discount Rp 0.00
Dasar Pengenaan Pajak/Tax Base Rp1.463.637,00
PPN 10%/10% Tax Rp146.364,00
Materai/Stamp Duty Rp0.00
Jumlah Terhutang/Payable Rp1.610.001,00
Uang Jaminan/Deposit Rp0.00
Piutang Rp1.610.001,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Penerbitan nota pada gambar 4.10 dilakukan oleh PT PELABUHAN

INDONESIA III. Nota diatas direkap dengan nota pada tabel 4.9 untuk dijadikan

dasar perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. Berikut perhitungan Pajaknya.

Tabel 4.12
Perhitungan PPN Kapal BG APURA 008 (PELINDO)
BG APURA 008 (PELINDO)
Keterangan Jumlah DPP
Dermaga Rp283,775,310.00 (283775310/1,1) Rp257,977,555.00
Pass Truck Rp1,610,001.00 (1610001/1,1) Rp1,463,637.00
PBM 40250*7675-283775310-1610001 (23533439/1,1) Rp21,394,035.00
Total Rp280,835,227.00
PPN 10% Rp28,083,522.00
Besarnya PPN untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut:
By Jasatama (257977555+1463637)*10% Rp25,944,119.00
By PBM (21394035*10%) Rp2,139,404.00
Jumlah PPN     Rp28,083,523.00
Sumber: Data Diolah, 2017
86

Besarnya pembebanan pajak pada perhitungan diatas didebakan menjadi dua

bagian. Pembedaan dilakukan karena dalam satu kegiatan tersebut di bagi dalam dua

kegiatan yang menyebabkan pemisahan total biaya beserta Pajak Pertambahan Nilai

yang dibebankan berbeda. Besarnya PPN untuk Jasatama sebesar Rp25.994.119,00

dan untuk PBM sebesar Rp2.139.404,00.

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas transaksi jasa bongkar muat selama

pada bulan Januari 2017 direkap menjadi satu. Kegiatan ini dilakukan untuk

mempermudah PT Samudra Trimira Tama sebagai pengusaha kena pajak untuk

membayar besarnya PPN selama bulan tersebut dan dijadikan sebagai arsip. Hasil

rekapan PPN yang dilakukan akan menunjukkan besarnya PPN masa bulan Januari

2017 yang harus dibayarkan. Rekap Pajak Pertambahan Nilai Bulan Januari 2017

sebagai berikut.

BG GOLD TRANS Rp 8.279.822,00

BG PARTAJAYA Rp27.904.227,00

BG INTAN Rp 8.326.810,00

BG APURA Rp28.083.523,00

Total Rp72.594.382,00

Hasil penjumlahan PPN diatas menunjukkan besarnya pajak yang dipungut

sendiri oleh PT Samudra Trimira Tama yaitu Rp72.594.382,00. Jumlah ini yang

nantinya akan dikreditkan dengan Pajak Masukan pada SPT masa PPN saat dilakukan

pelaporan pajak.
87

PT Samudra Trimira Tama tidak menghitung besarnya Pajak Masukan. Pajak

Masukan telah dicamtumkan pada faktur yang didalmnya telah terinci semua biaya

atas dilakukannya pembelian solar atau penyewaan pelabuhan. Faktur yang telah

diterbitkan dan diterima PT Samudra Trimira Tama dibuatkan rekap jumlah

keseluruhan Pajak Masukan selama bulan Januari. Rekapan Pajak Masukan sebagai

berikut.

Tabel 4.13
Rekap PPN Masukan Bulan Januari 2017
Keterangan PPN Masukan
Pelindo Rp25.799.238,00
Solar MSE Rp3.318.182,00
Pelindo Rp25.943.574,00
Maspion Rp17.047.617,00
Total PPN Masukan Rp72.108.611,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Hasil rekapan pada tabel diatas menunjukkan total PPN Masukan untuk bulan

Januari sebesar Rp72.108.661,00. Jumlah ini kemudian dikurangkan dengan jumlah

PPN Keluaran sebesar Rp72.594.382,00. Selisih dari pengurangan tersebut

dikompensasikan ke masa pajak bulan berikutnya.

2. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai bulan Februari 2017

Tabel 4.14
Faktur Pajak

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 01.001-17.49002400


Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAW. INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI, GRESIK
NPWP: 01.071.386.5-058.000
88

Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak


Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No.18C RT 019 RW 004 Kel.SEMBAYAT
Kec. MANYAR Kota/Kab. GRESIK JAWA TIMUR 00000
NPWP: 72.448.150.2-612.000
Harga
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak Jual/Penggantian/Uang
Muka/Termin
1 PORT FEE-COAL 4 (Rp 3.000*7.625,63) Rp22.876.890,00
2 ENTRY PASS FEE-TRUCK (Rp 200*7.625,63) Rp1.525.126,00
3 EQUIPMENT RENTAL FEE-FIX RAMPDOOR Rp5.000.000,00
(Rp 5.000*1)
4 EQUIPMENT RENTAL FEE-TRUCK SCALE Rp3.812.815,00
(Rp 500*7.625,63)
5 FACILITY USAGE FEE-COAL 4 (Rp Rp137.261.340,00
18.000*7.625,63)
Harga Jual/Penggantian Rp170.476.171,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp170.476.171,00
PPN =10%*Dasar Pengenaan Pajak Rp17.047.617,00
Total PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) Rp0,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Faktur yang disajikan pada tabel 4.14 diatas akan dijadikan sebagai dasar

perhitungan PPN. Faktur pajak diterbitkan oleh penerima jasa yang disini dilakukan

oleh PT SIAM MASPION TERMINAL.

Tabel 4.15
Faktur Pajak

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 010.001.17.56662766


Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAWS. INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI, GRESIK
89

NPWP: 01.071.386.5-058.000
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No.18C RT 019 RW 004 Kel. SEMBAYAT Kec.
MANYAR Kota/Kab. GRESIK JAWA TIMUR 00000
NPWP: 72.448.150.2-612.000
Harga
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak Jual/Penggantian/Uang
Muka/Termin
1 THIIRD PARTY FEE DOM (Rp 325.000*7.253.282 Rp2.357.316,9
Harga Jual/Penggantian Rp2.357.316,9
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp2.357.316,9
PPN =10%*Dasar Pengenaan Pajak Rp0,00
Total Rp2.357.316,9
Sumber: Data Diolah, 2017

Faktur pada gambar diatas juga akan dijadikan sebagai dasar perhitungan

besarnya PPN Keluaran. Faktur tersebut dibuat tersendiri untuk mempermudah

pembedaan pungutan pajak yang dilakukan PT Samudra Trimira Tama. Berikut

perhitungannya:

Tabel 4.16
Perhitungan PPN Kapal BG PARTAJAYA 3003 (MASPION)
BG PARTAJAYA 3003 (MASPION)
Keterangan Jumlah DPP
Dermaga Rp187,523,788.00 (187523788/1,1) Rp170,476,171.00
Pass Truck Rp2,357,316.00 (2357316/1,1) Rp2,143,015.00
PBM 28500*7625,63-187523788 (29806667/1,1) Rp27,096,970.00
Total Rp199,716,155.00
Besarnya PPN untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut:
By Jasatama (170.476.171)*10% Rp17,047,617.00
By PBM (27.096.970*10%) Rp2,709,697.00
Jumlah PPN     Rp19,757,314.00
Sumber: Data Diolah, 2017
90

Hasil perhitungan diatas menunjukkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai

yang dipungut oleh PT Samudra Trimira Tama kepada PT CENTRA NUSA

INDONESIA sebesar Rp19.757.314,00. PPN tersebut dibedakan menjadi dua, untuk

Jasatama sebesar Rp17.047.617,00, sedangkan untuk PBM sebesar Rp2.709.697,00.

Total Pajak Pertambahan Nilai tersebut akan dijumlahkan dengan biaya atas bongkar

muat yang kemudian dibuatkannya invoice untuk diberikan pada PT CENTRA

NUSA INDONESIA.

Tabel 4.17
Faktur Pajak

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 010.001.17.5990199


Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAW. INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI, GRESIK
NPWP: 01.071.386.5-058.000
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No.18C RT 019 RW 004 Kel. SEMBAYAT Kec.
MANYAR Kota/Kab. GRESIK JAWA TIMUR 00000
NPWP: 72.448.150.2-612.000
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Harga Jual/Penggantian/Uang Muka
Pajak /Termin
1 Jasa Bongkar Muat Rp189.842.840,00
Rp 22.000×8.629
Harga Jual/Penggantian Rp189.842.840,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp189.842.840,00
PPN=10% DPP Rp18.984.284,00
Total PPnBM Rp0,00
Sumber: Data Diolah, 2017
91

Faktur pada tabel 4.16 menunjukkan besarnya harga jual jasa bongkar muat

yaitu Rp189.842.840,00. Harga yang telah tertera pada faktur tersebut akan dijadikan

sebagai dasar perhitungan Pajak Pertambahan Nilai oleh PT Samudra Trimira Tama.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.18
Perhitungan PPN Kapal BG KAPUAS JAYA (MASPION) PT
CEMINDO GEMILANG
BG KAPUAS JAYA (MASPION) PT CEMINDO GEMILANG
Keterangan Harga Tonase Jumlah
Tonase BL 8629
Tonase rill 8629
Tarif Rp22,000.00 8629 Rp189,842,840.00
PPN 0.1 Rp18,984,284.00
Total     Rp208,827,124.00
Sumber: Data Diolah, 2017
Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas bongkar muat batubara diatas

menunjukkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan sebesar

Rp18.984.284,00. Hasil perhitungannya diperoleh dari 10%×Rp189.842.840,00,

maka PT Samudra Trimira Tama membayar PPN sebesar nominal diatas.

Hasil perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas jasa bongkar muat batubara

selama bulan Februari dijumlahkan untuk mengetahui total PPN selama bulan

tersebut. Jumlah Pajak Pertambahan Nilainya yaitu Rp19.757.314,00 +

Rp18.984.284,00 = Rp38.741.598,00. Nominal inilah yang nantinya harus

dikurangkan dengan PPN Masukan bulan Februari 2017. Berikut rekapitulasi Pajak
92

Masukan selama bulan Februari atas transaksi yeng telah dilaukan oleh PT Samudra

Trimira Tama.

Tabel 4.19
Rekapitulasi PPN Masukan Bulan Februari 2017
Keterangan PPN Masukan
Solar MSE Rp3.318.182,00
Solar MSE Rp3.363.636,00
Maspion Rp16.450.433,00
Maspion Rp17.163.278,00
Maspion Rp10.163.868,00
Total PPN Masukan Rp50.459.396,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Tabel rekapitulasi diatas menunjukkan jumlah PPN Masukan selama transaksi

pada bulan Februari sebesar Rp50.459.396,00. Jumlah tersebut kemudian

dikurangkan dengan Pajak Keluaran selama bulan Februari yang selisihnya nanti

dikompensasikan untuk masa pajak berikutnya saat dilakukannya pelaporan Pajak

Pertambahan Nilai masa.

3. Perhitungan PPN masa bulan Maret 2017.

Tabel 4.20
Faktur Pajak
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 010.001-17.711276122
Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAWS. INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI, GRESIK
NPWP: 01.071.386.5-058.000
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No.18C RT 019 RW 004 Kel. SEMBAYAT Kec.
MANYAR Kota/Kab. GRESIK JAWA TIMUR 00000
NPWP: 72.448.150.2-612.000
Harga
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak Jual/Penggantian/Uang
Muka/Termin
93

1 PORT FEE-COAL (Rp 3.000*7678.93) Rp23.036.790,00


2 ENTRY PASS FEE-TRUCK (Rp 200*7678.93) Rp1.535.786,00
3 EQUIPMENT RENTAL FEE-FIX RAMPDOOR Rp5.000.000,00
(Rp 5.000*1)
4 EQUIPMENT RENTAL FEE-TRUCK SCALE Rp3.839.465,00
(Rp 500*7678.93)
5 FACILITY USAGE FEE-COAL (Rp Rp138.220.740,00
18.000*7678.93)
Harga Jual/Penggantian Rp171.632.781,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp171.632.781,00
PPN =10%*Dasar Pengenaan Pajak Rp17.163.278,00
Grant Total Rp188.796.059,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Faktur pada tebel 4.19 akan dijadikan dasar perhitungan Pajak keluaran PT

Samudra Trimira Tama. Perhitungan ini akan menunjukkan besarnya Pajak

Pertambahan Nilai untuk Pelabuhan dan Pajak Pertambahan Nilai untuk PBM.

Berikut perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya.

Tabel 4.21
Perhitungan PPN Kapal BG TERANG (MASPION) CNI
BG TERANG 311 (MASPION) CNI
Keterangan Jumlah DPP
Dermaga Rp188,796,059.00 (188796059/1.1) Rp171,632,781.00
PNBP (650*7544946) (4904215/1.1) Rp4,458,377.00
PBM (28500*767893-188796059) (30053446/1.1) Rp27,321,314.00
Total Rp203,412,473.00
Besarnya PPN untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut:
By Jasatama (171632781*10%) Rp17,163,278.00
By PBM (27321314*10%) Rp2,732,131.00
Jumlah PPN     Rp19,895,410.00
Sumber: Data Diolah, 2017
94

Perhitungan diatas besarnya Pajak Pertambahan Nilai atas dilakukannya

bongkar muat batubara yang diangkut oleh kapal BG TERANG 311 yaitu sebesar

Rp19.895.410,00. Jumlah tersebut dari total Pajak Pertambahan Nilai untuk

Pelabuhan dan PBM, yang kemudian dimasukkan dalam ivoice yang diterbitkan oleh

PT Samudra Trimira Tama.

Tabel 4.22
Faktur Pajak
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 010.001-17.93366170
Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAWS.INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI,
GRESIK
NPWP: 01.071.386.5-058.000
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No 18C RT 019 RW 004 Kel. SEMBAYAT
Kec. MANYAR Kota/Kab. Gresik jawa timur 00000
NPWP: 72.448.150.2-612.000
Harga
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak Jual/Penggantian/Uang
Muka/Termin
1 PORT FEE-COAL (Rp 3.000*7350.43) Rp22.051.290,00
2 ENTRY PASS FEE-TRUCK (Rp 200*7350.43) Rp1.470.086,00
3 EQUIPMENT RENTAL FEE-FIX RAMPDOOR Rp5.000.000,00
(Rp 5.000*1)
4 EQUIPMENT RENTAL FEE-TRUCK SCALE Rp3.675.215,00
(Rp 500*7350.43)
5 FACILITY USAGE FEE-COAL Rp132.307.740,00
(Rp 18.000*7350.43)
Harga Jual/Penggantian Rp164.504.331,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp161.504.331,00
PPN =10%*Dasar Pengenaan Pajak Rp16.450.433,00
Grant Total Rp180.954.764,00
Sumber: Data Diolah, 2017
95

Data yang tertera pada faktur diatas akan digunakan untuk perhitungan Pajak

keluaran. Data tersebut diolah oleh PT Samudra Trimira Tama untuk memperoleh

besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dan dibayarkan. Berikut ini

perhitungan Pajak keluaran.

Tabel 4.23
Perhitungan PPN Kapal BG SOEKAWATI (MASPION) CNI
BG SOEKAWATI (MASPION) CNI
Keterangan Jumlah DPP
Dermaga Rp180,954,764.00 (180954764/1.1) Rp164,504,331.00
PNBP (650*7556.1) (4911465/1.1) Rp4,464,968.00
PBM (28500*7350.43-180954764) (28532491/1.1) Rp25,938,628.00
Total Rp194,907,927.00
Besarnya PPN untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut:
By Jasatama (164504331*10%) Rp16,450,433.00
By PBM (25938628*10%) Rp2,593,863.00
Jumlah PPN     Rp19,044,296.00
Sumber: Data Diolah, 2017

Hasil perhitungan diatas menunjukkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai

untuk masing-masing jasa. Pajak keluaran nutuk jasa pelabuhan sebesar

Rp16.450.433,00 dan untuk jasa PBM sebesar Rp2.593.863,00. jumlah untuk

keseluruhan Pajak keluaran yaitu Rp19.044.296,00.

Tabel 4.24
Faktur Pajak
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 010.001-17.96617721
Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAWS. INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI, GRESIK
NPWP: 01.071.386.5-058.000
Pembeli Barang Kea Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No 18C RT 019 RW 004 Kel. SEMBAYAT Kec. MANYAR
Kota/Kab. GRESIK JAWA TIMUR 00000
96

NPWP: 72.448.150.2-612.000
Harga Jual/Penggantian/Uang
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak
Muka/Termin
1 PORT FEE-COAL (Rp 3.000*7451.73) Rp22.355.190,00
2 ENTRY PASS FEE-TRUCK (Rp 200*7451.73) Rp1.490.346,00
3 EQUIPMENT RENTAL FEE-FIX RAMPDOOR Rp5.000.000,00
(Rp 5.000*1)
4 EQUIPMENT RENTAL FEE-TRUCK SCALE Rp3.725.865,00
(Rp 500*7451.73)
5 FACILITY USAGE FEE-COAL (Rp18.000*7451.73) Rp134.131.140,00
Harga Jual/Penggantian Rp166.702.541,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp166.702.541,00
PPN =10%*Dasar Pengenaan Pajak Rp16.670.254,00
Grant Total Rp183.372.795,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Angka-angka yang tertera pada faktur diatas dijadikan sebagai dasar

perhitungan Pajak Pertambahan Nilai oleh PT Samudra Trimira Tama. Faktur

tersebut diterbitkan setelah terjadinya transaksi antar kedua belah pihak. Perhitungan

Pajak Pertambahan Nilai untuk faktur diatas sebagai berikut.

Tabel 4.25
Perhitungan PPN Kapal BG PARTAJAYA 3003 (MASPION) CNI
BG PARTAJAYA 3003 (MASPION) CNI
Keterangan Jumlah DPP
Dermaga Rp183,372,795.00 (183372795/1.1) Rp166,702,541.00
PNBP Rp1,322,000.00 (1322000/1.1) Rp1,201,818.00
PBM (28500*7451.73-183372795) (29001510/1.1) Rp26,365,009.00
Total Rp194,269,368.00
Besarnya PPN untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut:
By Jasatama (166702541*10%) Rp16,670,254.00
By PBM (26365009*10%) Rp2,636,501.00
Jumlah PPN     Rp19,306,755.00
Sumber: Data Diolah, 2017
97

Hasil perhitungan diatas menunjukkan total Pajak Pertambahan Nilai untuk

bongkar muat dari kapal BG PARTAJAYA 3003 sebesar Rp19.306.755,00. Jumlah

tersebut terdiri dari Pajak Pertambahan Nilai atas dua jasa yaitu jasa pelabuhan

sebesar Rp16.670.254,00 dan jasa PBM sebesar Rp2.636.501,00. Nominal itulah

yang nantinya harus dipungut oleh PT Samudra Trimira Tama kepada PT CENTRA

NUSA INDONESIA.

Tabel 4.26
Faktur Pajak
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 010.001-17.97781882
Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAWS. INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI, GRESIK
NPWP: 01.071.386.5-058.000
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No. 18C RT 019 RW 004 Kel. SEMBAYAT Kec. MANYAR
Kota/Kab. GRESIK JAWA TIMUR 00000
NPWP: 72.448.150.2-612.000
Harga Jual/Penggantian/Uang
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak
Muka/Termin
1 PORT FEE-COAL (Rp 3.000*4683.81) Rp14.051.430,00
2 ENTRY PASS FEE-TRUCK (Rp 200*4683.81) Rp936.762,00
4 EQUIPMENT RENTAL FEE-TRUCK SCALE Rp2.341.905,00
(Rp 500*4683.81)
5 FACILITY USAGE FEE-COAL (Rp18.000*4683.81) Rp84.308.580,00
Harga Jual/Penggantian Rp101.638.677,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp101.638.677,00
PPN =10%*Dasar Pengenaan Pajak Rp10.163.868,00
Grant Total Rp111.802.545,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Faktur pajak pada tabel 4.25 diterbitkan oleh PT MASPION SIAM

TERMINAL III GREIK untuk diberikan kepada PT Samudra Trimira Tama. Faktur
98

ini kemudian akan dijadikan sebagai acuan untuk perhitungan besarnya Pajak

Keluaran. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak sebagi berikut.

Tabel 4.27
Perhitungan PPN Kapal BG GANDASARI (MASPION) CNI
BG GANDASARI (MASPION) CNI
Keterangan Jumlah DPP
Dermaga Rp111,802,545.00 (111802545/1.1) Rp101,638,677.00
PNBP 650*5303.252 (3447114/1.1) Rp3,133,740.00
PBM (28500*4683.81-111802545) (21686040/1.1) Rp19,714,582.00
Total Rp124,486,999.00
Besarnya PPN untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut:
By Jasatama (101638677*10%) Rp10,163,868.00
By PBM (19714582*10%) Rp1,971,458.00
Jumlah PPN     Rp12,135,326.00
Sumber: Data Diolah, 2017

Hasil perhitungan diatas menunjukkan besarnya PPN yang harus dipungut PT

Samudra Trimira Tama kepada PT CENTRA NUSA INDONESIA sebesar

Rp10.163.868,00 untuk jasa pelabuhan dan sebesar Rp1.971.458,00. Nominal ini

kemudian jumlahkan dengan biaya lainnya yang kemudian diterbitkannya invoice

kepada PT CENTRA NUSA INDONESIA.

Tabel 4.28
Faktur Pajak
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak: 010.001-17.99211877
Pengusaha Kena Pajak
Nama: PT SIAM MASPION TERMINAL
Alamat: KAWS. INDUSTRI MASPION DESA MANYAR SIDOMUKTI, GRESIK
NPWP: 01.071.386.5-058.000
Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak
Nama: SAMUDRA TRIMIRA TAMA, PT
Alamat: RAYA SEMBAYAT Blok-No. 18C RT 019 RW 004 Kel. SEMBAYAT Kec.
99

MANYAR Kota/Kab. GRESIK JAWA TIMUR 00000


NPWP: 72.448.150.2-612.000
No Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Harga Jual/Penggantian/Uang Muka
Pajak /Termin
1 Jasa Bongkar Muat Rp82.602.245,00
Rp 11.000×7.509
Harga Jual/Penggantian Rp82.602.245,00
Dikurangi Potongan Harga Rp0,00
Dikurangi Uang Muka Rp0,00
Dasar Pengenaan Pajak Rp82.602.245,00
PPN=10% DPP Rp8.260.225,00
Total Rp90.862.470,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Faktur Pajak atas jasa bongkar muat diterbitkan oleh PT Samudra Trimira

Tama. Faktur tersebut mencantumkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang harus

dipungut. Perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai tersebut sebagai berikut.

Tabel 4.29
Perhitungan PPN Kapal BG JAUHAR (MASPION) MSE
BG KAPUAS JAYA (MASPION) PT CEMINDO GEMILANG
Keterangan Harga Tonase Jumlah
Tonase BL 7509
Tonase rill 6221
Tarif Rp11,000.00 7509 Rp82,602,245.00
PPN 0.1 Rp8,260,225.00
Total     Rp90,862,470.00
Sumber: Data Diolah, 2017

Hasil perhitungan diatas menunjukkan besarnya Pajak Pertambahan Nilai

yang dipungut sebesar Rp8.260.225,00. Pajak Pertambahan Nilai ini dipungut atas

adanya transaksi dari kegiatan bongkar muat batubara. Jumlah tersebut yang harus di

pungut oleh PT Samudra Trimira Tama dan kemudian dijumlahkan dengan biaya
100

untuk kegiatan bongkar muat. Total tersebut dibuatkan invoice untuk ditagihkan

kepada PT SIAM MASPION TERMINAL.

Hasil seluruh pajak keluaran atas transaksi dari dilakukannya bongkar muat

batubara selama bulan Maret direkap dan dijumlahkan. Total keseluruhan Pajak

Pertambahan Nilai tersebut yang dibayarkan PT Samudra Trimira Tama untuk Pajak

Pertambahan Nilai masa bulan Maret 2017. Rekapan Pajak Pertambahan Nilai selama

bulan Maret sebagai berikut.

BG SUKOWATI Rp19.044.296,00

BG TERANG Rp19.895.410,00

BG GANDASARI Rp12.135.326,00

BG PARTAJAYA Rp19.306.755,00

BG JAUHAR Rp 8.260.225,00

Total PPN Rp78.642.011,00

Selama bulan Maret terjadi kegiatan bongkar muat batu bara lima kali.

Perhitungan seluruh Pajak Pertambahan Nilai selama bulam Maret menunjukkan

jumlahnya sebesar Rp78.642.001,00. Jumlah itu diperoleh dari transaksi mulai awal

bulan hingga akhir bulan Maret. Jumlah itu harus dikurangkan dengan total Pajak

Keluaran selama bulan Maret 2017.

Besarnya Pajak Masukan tidak dilakukan perhitungan oleh PT Samudra Tri

mira Tama karena perhitungan telah dilakukan oleh pemberi jasa. Perusahaan hanya

melakukan rekap terhadap seluruh jumlah Pajak Masukannya. Rekapan Pajak

Masukan selama bulan Maret sebagai berikut.


101

Tabel 4.30
Rekapitulasi PPN Masukan Bulan Maret 2017
Keterangan PPN Masukan
Maspion Rp16.670.254,00
Solar MSE Rp3.409.091,00
Total PPN Masukan Rp20.079.346,00
Sumber: Data Diolah, 2017

Hasil penjumlahan diatas diketahui besarnya Pajak Masukan selama bulan

Maret yaitu Rp20.079.346,00 yang harus dikurangkan dengan jumlah Pajak Keluaran

selama bulan Maret. Selisih dari jumlah tersebut kemudian dikompensasikan ke masa

pajak selanjutnya saat pelaporan Pajak Pertambahan Nilai masa yang dilakukan oleh

PT Samudra Trimira Tama.

Hasil dari perhitungan yang dilakukan peneliti menunjukkan PT Samudra

Trimira Tama telah melakkan perhitungan besarnya Pajak keluaran dengan tarif 10%.

Tarif ini telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun 2009

pasal 7.

4.4.3. Sistem Pambayaran dan Pelaporan PPN masa

PT Samudra Trimira Tama sebagai perusahaan jasa yang melayani jasa

atas bongkar muat batubara merupakan salah satu perusahaan yang telah

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Perusahaan dalam hal ini dikenai

Pajak yang salah satunya PPN. PT Samudra Trimira Tama sebagai Wajib Pajak

harus membayar dan melaporkan PPN tersebut. Sarana pembayaran Pajak

Pertambahan Nilai sebelumnya dilakukan di kantor pos.


102

Semakin berkembangnya teknologi dan untuk memudahkan Wajib Pajak

untuk membayarkan Pajak, Dirjen Pajak mempermudah dengan menyediakan

pembayarannya dengan sistem online pajak. Aplikasi yang digunakan disebut

dengan E-Billing. Aplikasi ini mengharuskan Pengusaha Kena Pajak sebagai

Wajib Pajak mendaftarkan terlebih dahulu perusahaannya dengan menggunakan

NPWP yang telah diterima Wajib Pajak. E-Billing telah ditetapkan sebagai

wadah untuk pembayaran Pajak menggantikan pembayaran manual sesui dengan

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-11/PJ/2016.

Kemudahan yang telah diberikan dan keharusan WP untuk menggunakan

E-Biling, maka PT Samudra Trimira Tama mengguakan sistem online pajak

tersebut. Penggunaan sistem E-Billing mengharuskan PT Samudra Trimira Tama

mengikuti langkah-langkah pembayaran pajak sebagai berikut:

1. Buka laman https://sse.pajak.go.id, masukkan NPWP dan PIN, lalu klik

login;

2. Memasukkan data setoran pajak yang akan dibayarkan, lalu klik simpan;

3. Cek kembali pengisian data. Data yang diisi sudah benar, klik sterbitkan

kode Billing;

4. Sistem akan menerbitkan kode Billing atas data pembayaran yang direkam.

Pelaporan PPN Masa pada PT Samudra Trimira Tama menggunakan aplikasi e-

SPT sebagai sarana untuk mempermudah pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

Masa.
103

4.4.4. Evaluasi Pelaporan PPN Masa

SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai berfungsi sebagai sarana bagi PKP

untuk mempertanggungjawabkan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan

melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

oleh PKP. Pengusaha yang statusnya sebagai pemungut wajib melaporkan Pajak

Pertambahan Nilai tersebut dengan menggunakan formulir SPT Masa Pajak

Pertambahan Nilai. SPT Masa ini akan dijadikan sebagai bukti bahwa telah

dilakukannya pelaporan terhadap Pajak Pertambahan Nilai.

Pajak Pertambahan Nilai yang telah dibayarkan wajib dilaporkan atas

pembayaran tersebut. Pelaporan atas Pajak Pertambahan dilakukan di Kantor

Pelayanan Pajak, dilakukan secara online atau tempat-tempat yang telah ditunjuk

Dirjen Pajak. Pelaporan pajak Pertambahan Nilai paling lambat 20 hari atau

pada hari terakhir (tanggal 30 atau 31) bulan berikutnya setelah akhir masa pajak

yang bersangkutan. Keterlambatan pelaporan pajak akan dikenai sanksi berupa

denda sebesar Rp500.000,00. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2015.

Peningkatan teknologi yang semakin pesat karena kemudahan-

kemudahan yang diberikan, Dirjen Pajak memutuskan untuk menggunakan

aplikasi sebagai sarana pelaporannya,yaitu aplikasi e-SPT. PT Samudra Trimira

Tama sebagai Wajib Pajak yang diharuskan melaporkan pajak Pajak

Pertambahan Nilai setelah dilakukannya pembayaran atas PPN, melaporkan PPN

melalui aplikasi e-SPT. Cara pelaporannya yaitu sebagai berikut:


104

1. Login melalui aplikasi e-SPT, kemudian mengisi SPT Masa PPN beserta

lampiran-lampirannya pada e-SPT.

2. Cetak SPT Masa PPN 111 rangkap dua, lembar pertama untuk KPP dan

lembar ke dua untuk PT Samudra Trimira Tama

3. SPT Masa PPN 111 ditandatangani, diberi nama jelas, jabatan dan nama PT

Samudra Trimira Tama.

Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT Samudra Trimira Tama untuk masa

bulan Januari-Maret 2017, adalah sebagai berikut.

Tabel 4.31
Data Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Samudra Trimira Tama Masa Pajak
2017
Masa Pajak Tanggal Pelaporan
Januari 14 Februari 2017
Februari 14 Maret 2017
Maret 14 April 2017
Sumber: Data Diolah, 2017

Data dari tabel 4.30 dapat diketahui bahwa PT Samudra Trimira Tama

melakukan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai setiap bulan. Pelaporan dilakukan

setiap tanggal 14 pada bulan berikutnya. PT Samudra Trimira Tama tidak pernah

melakukan keterlambatan pelaporan pajak.

Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Masa yang telah dilakukan oleh PT

Samudra Trimira Tama harus dilakukan penyampaian atas SPT Masa PPN 111.

SPT Masa PPN 111 disampaikan langsung pada Kantor Pelayanan Pajak.

Penyampaian dapat dilakukan dengan dua cara yitu dengan dokumen elektronik
105

dan dengan formulir kertas. PT Samudra Trimira Tama tidak melakukan

penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dalam bentuk dokumen

elektronik melainkan disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy).

Penggunaan dengan formulir kertas (hard copy) dalam penyampaian SPT Masa

Pajak Pertambahan Nilai tidak perlu dilampiri dengan lampiran SPT Masa PPN

111 karena sudah dinyatakan lengkap sesuai dengan Lampiran I Peraturan

Dirjen Pajak Nomor Per-29/PJ/2015. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai yang

telah disampaikan oleh PT Samudra Trimira Tama diterima Bukti Penerimaan

Surat yang telah ditandatangai dan di beri cap oleh Kantor Pelayanan Pajak

sebagai bukti bahwa SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai telah disampaikan.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti, Penyampaian SPT Masa Pajak

Pertambahan Nilai pada PT Samudra Trimira Tama dilakukan dengan benar dan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berikut contoh form

pengisisan SPT 1111 Masa PPN.

Gambar 4.3
Form SPT 1111 Masa PPN
106

Gambar diatas contoh pengisisan form SPT 111. Form pada sisi

penyerahan barang dan jasa diisikan pada nomor dua yaitu jumlah penyerahan

PPN yang harus dipungut sendiri, pada sisi penghitungan PPN kurang

bayar/lebih bayar diisikan pada huruf A pajak keluaran yang harus dipungut

sendiri dan huruf C pajak masukan yang dapat diperhitungkan. Terakhir selisih

antara jumlah pada huruf A dan huruf B dimasukkan pada kolom huruf D yaitu

PPN kurang atau lebih bayar. Jumlah tersebut kemudian dapat digunakan untuk

dikompensasikan ke masa pajak berikutnya dengan menyilang pada kolom

nomor 3.1 yang tertera pada form SPT 1111.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan

mengenai evaluasi Pajak Pertambahan Nilai pada PT Samudra Trimira Tama.

Kesimpulan dari penelitian diatas yakni:

1. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada PT Samudra Trimira Tama yaitu pajak

atas jasa sewa. PT Samudra Trimira Tama memungut pajak keluaran atas

dilakukannya sewa pelabuhan yang digunakan sebagai sarana untuk kegiatan

bongkar atau muat batu bara. Pajak masukan dikenakan oleh PT Samudra

Trimira Tama kepada konsumen yang menerima atas jasa pembongkar atau

muatan batubara.

2. Perhitungan Pajak keluaran PT Samudra Trimira Tama dilakukan setelah

diterbitkannya faktur oleh pihak pelabuhan. Tarif untuk Pajak Pertambahan Nilai

sebesar 10% × DPP yang telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar

No.42 tahun 2009 pasal 7. Pasal ini mengatur besarnya tarif yang dikenakan

untuk Pajak Pertambahan Nilai. Perhitungan pajak masukan telah dilakukan oleh

pemberi jasa dan telah tertera pada faktur pajak.

3. Sistem pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan pada PT Samudra

Trimira Tama menggunakan aplikasi online pajak yang disebut E-Billing.

107
108

Penggunaan aplikasi ini semakin mempermudah dalam pembayaran Pajak

Pertambahan Nilai PT Samudra Trimira Tama. Pembayaran pajak melalui

aplikasi ini telah diatur dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-

11/PJ/2016.

4. SPT yang digunakan sebagai alat Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

Samudra Trimira Tama dilakukan secara online dengan menggunakan aplikasi

E-SPT, namun untuk pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan dikantor

pelayanan pajak tempat PT samudra Trimira Tama dikukuhkan sebagai

pengusaha kena pajak. Pelaporan dilakukan setelah akhir masa pajak yang

bersangkutan. Pelaksanaan pelaporan pada PT Samudra Trimira Tama telah

sesuai dengan ketetapan Nomor PER-29/PJ/2015.

5.2. Saran

Peneliti akan memberikan saran kepada PT Samudra Trimira Tama atas

dilakukannya penelitian. Saran yang diberikan oleh peneliti yakni sebagai berikut:

1. Bagi PT Samudra Trimira Tama

a. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh PT Samudra Trimira Tama harus tetap

dijaga keefektivitasannya agar tidak terjadi kesalahan nantinya.

b. PT Samudra Trimira Tama harus tetap melakukan perhitungan Pajak

Pertambahan Nilai sesuai peraturan perundangan yang berlaku agar tidak

merugikan perusahaan dan pemerintah.

c. PT Samudra Trimira Tama harus tetap menggunakan aplikasi E-Billing dalam

pelaksanaan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan mengupgrade aplikasi


109

jika diharuskan untuk dilakukannya upgrade untuk lebih mempermudah

sistem pembayaran pajak.

d. PT Samudra Trimira Tama harus tetap menggunakan sistem aplikasi E-SPT

dalam melakukan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai agar lebih

mempermudah dilakukannya pelaporan pajak.

2. Bagi peneliti lain

a. Untuk peneliti selanjutnya lebih memperbanyak referensi baik dari buku,

jurnal dan penelitian sebelumnya.

b. Menyesuaikan dengan peraturan yang diubah oleh Direktorat Jenderal Pajak

baik dalam sistem pembayaran maupun pelaporan pajak dalam mempermudah

sistem perpajakan di Indonesia.


110

DAFTAR PUSTAKA

Sambodo, Agus. 2015. Pajak Dalam Entitas Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak. 2008. Perpajakan. Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan. Edisi Delapan. Yogyakarta: Salemba Empat

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Abubakar, A.Ghonie, And Sambodo, Agus, And rekan. Pendidikan Profesi


Konsultan Pajak Brevet ABC. Malang: Jasa Tama

Resmi, Siti. 2013. Perpajakan. Edisi Enam. Jakarta: Salemba Empat

Direktoral Jenderal Pajak. 2012. Seri PPN dan PPnBM - Tata Cara Pembayaran dan
Penyetoran PPN dan PPnBM. [Online] Tersedia:
http://www.pajak.go.id/content/seri-ppn-dan-ppnbm-tata-cara-
pembayaran-dan-penyetoran-ppn-dan-ppnbm Diakses pada tanggal [19
januari 2017].

Calangonastory. 2011. Pajak Atas Jasa Pelabuhan.


[Online]Tersedia:https://calangonastorys.wordpress.com/tax-share/pajak-atas-
jasa kepelabuhanan/Diakses pada tanggal [19 januari 2017].

Bedfodr, Russel. PPN Jasa Freight Forwarding dan PPh Pasal 23 atas Jasa Freight
Forwarding.[Online] Tersedia: https//: www.Russellbedford.co.id Diakses
pada tanggal [14 januari 017]

Anda mungkin juga menyukai