Anda di halaman 1dari 24

PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

4. PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN


TUGAS GURU

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas
profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan
tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga
berkaitan dengan etika.

Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh
anak.

Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama
dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri,
identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam
satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti
bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya
dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau
penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi
kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di
mana dia hidup.

Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut
mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945
dan GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan
dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu
menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi
pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-
praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak
didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu
membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini
tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain
tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu,
nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau
melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.

Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan
tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus
merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda
namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah
nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya
sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih
mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga
kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk
melaksanakan tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon
guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi
teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian
menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan
makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan
bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training
menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya
menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi
berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang
berbudaya.

Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang
yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai
pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak
membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan
mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan
kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini
tergantung 3 elemen pokok yaitu :
1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu
menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur
pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru
atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai
pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu
pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar
adalah seni. Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of
teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas
dianggap menjadi guru.

2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat
diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek
manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang
dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi
guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.

3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu
pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita
harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena
mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam
masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu
yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka
diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk
kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik.
Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang
harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan
memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih
berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.
PERAN GURU

WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3)
pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6)
pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.

Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas
memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-
aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih
lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain,
moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk
perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung
jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak
menyimpang dengan norma-norma yang ada.

Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat
menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau
tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan
negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku
pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus
memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan
perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan
memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku
sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai
dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan
kemampuannya lebih lanjut.

Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan
dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas
kemanusiaan.

Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu
kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara
langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan
aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.

Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut
bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu
diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar,
mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_154.html

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada
bidang pendidikan dan pengajaran. Partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting
dan menjadi keharusan.
Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru
dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk
memecahkan berbagai masalah pendidikan.

Secara berangsur-angsur tekanan diberikan kepada partisipasi guru dalam administrasi


pendidikan/sekolah, yaitu penyelenggaraan dan manajemen sekolah.

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik,melainkan juga sebagai administrator pada bidang
pendidikan. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur yang segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik.

Hal itu semua dilakukan agar guru benar-benar menjadi seorang pengajar serta pembimbing yang
professional yang dituntut pada era ini.

Guru dan Administrasi Pendidikan

A. Guru sebagai administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada
bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara
administrasi teratur.

Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara
baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil
belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan
tugasnya dengan baik.

Ø Pentingnya Partisipasi Guru Dalam Administrasi Pendidikan

Partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan menjadi keharusan. Partisipasi
dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala
sekolah untuk member ikan contoh tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk
memecahkan berbagai masalah pendidikan.

Ø Arti demokrasi dalam administrasi sekolah

Penerapan demokrasi dalam administrasi sekolah hendaknya diartikan bahwa administrasi


sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan kepemimpinan, dengan itu tujuan-tujuan sekolah dan
cara-cara untuk mencapainya dikembangkan dan dijalankan.
Apabila administrasi dipandang sebagai peruses bekerja dengan orang-orang dan mengoordinasi
usaha-usaha mereka ke dalam keseluruhan yang bekerja efisien dan produktif, maka jelas bahwa
tanggung jawab tidak dapat lagi dipusatkan pada hanya satu orang belaka.

Tanggung jawab harus disalurkan secara luas di antara semua orang yang mengambil bagian
dalam program sekolah.

Ø Beberapa kesempatan berpartisipasi

Ada bermacam-macam kesempatan yang dapat digunakan untuk mengikutsrtakan guru-guru


dalam kegiatan-kegiatan sekolah seperti;

a. Mengembangkan filsafat pendidikan

Mengembangkan filsafat pendidikan berarti, bahwa dalam setiap langkah kegiatan mendidik
selalu berusaha hendak menjawab apakah yang sedang kita lakukan, bagaimana kita
melakukannya, apa sebab kita melakukannya, dan untuk apa kita melakukannya.

b. Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum

Keharusan untuk mengikut sertakan guru-guru, dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan
kurikulum.

c. Merencanakan program supervise

d. Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian

e. Kesempatan-kesempatan berpartisipasi lainnya.

B. Fungsi Guru

Dalam paparan yang diuangkapkan oleh Muhibbin Syah, pada dasarnya fungsi atau peranan
penting guru dalam peruses belajar mengajar ialah sebagai director of learning (direktur belajar).
Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar
mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
sasaran kegiatan peruses belajar mengajar.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran guru dalam dunia pendidikan modern sekarang ini
semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan
tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat.
Fungsi pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Sebagai pengajar (intruksioal) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan


melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian
setelah program dilaksanakan.

2. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan yang
berkepribadian insane kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakannya.

3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, anak didik, dan
masyarakat terkait, yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,
pengkontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.

C.Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Selain mengajar,guru juga, mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab lain sebagai berikut:

· Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti
observasi,wawancara,melalui pergaulan,angket dan sebagainya.

· Berusaha menoloong anak didikmengembangkan pembawaan yang baik dan menekan


perkembangan yang buruk agartidak berkembang.

· Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan caramemperkenalkan berbagai
bidang keahlian,keterampilan,agar anak didik memilihnya dengan tepat.

· Mengadakan evaluasi setiap waktuuntuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan
dengan baik. Memberikan bimbimgan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.

Sementara itu, menurut Oemar Hamalik, tugas dan tanggung jawab guru meliputi 11 macam,
yaitu:

· Guru harus menuntun murid-murid belajar

· Turut serta membina kurikulum sekolah.

· Melakukan pembinaan terhadap diri anak (kepribadian, watak, dan jasmaniah).

· Memberikan bimbingan kepada murid.


· Melakukan diagnose atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan
belajar.

· Menyelenggarakan penelitian.

· Mengenal masyarakat dan ikut aktif di dalamnya.

· Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila.

· Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia.

· Turut mensukseskan pembangunan.

· Tanggung jawab meningkatkan professional guru.

Sumber Bacaan :

http//pakguruonline.pendidikan.net

http//mtsaahgl.blogspot.com

http//one.indoskripsi.com

DRS. M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervise Pendidikan, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya,2002Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Partisipasi guru dalam administrasi
sekolah sangat penting dan menjadi keharusan.

Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru


dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk
memecahkan berbagai masalah pendidikan.

Secara berangsur-angsur tekanan diberikan kepada partisipasi guru dalam administrasi


pendidikan/sekolah, yaitu penyelenggaraan dan manajemen sekolah.

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik,melainkan juga sebagai administrator pada bidang
pendidikan. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur yang segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik.
Hal itu semua dilakukan agar guru benar-benar menjadi seorang pengajar serta pembimbing yang
professional yang dituntut pada era ini.

Guru dan Administrasi Pendidikan

A. Guru sebagai administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada
bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara
administrasi teratur.

Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara
baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil
belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan
tugasnya dengan baik.

Ø Pentingnya Partisipasi Guru Dalam Administrasi Pendidikan

Partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan menjadi keharusan. Partisipasi
dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala
sekolah untuk member ikan contoh tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk
memecahkan berbagai masalah pendidikan.

Ø Arti demokrasi dalam administrasi sekolah

Penerapan demokrasi dalam administrasi sekolah hendaknya diartikan bahwa administrasi


sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan kepemimpinan, dengan itu tujuan-tujuan sekolah dan
cara-cara untuk mencapainya dikembangkan dan dijalankan.

Apabila administrasi dipandang sebagai peruses bekerja dengan orang-orang dan mengoordinasi
usaha-usaha mereka ke dalam keseluruhan yang bekerja efisien dan produktif, maka jelas bahwa
tanggung jawab tidak dapat lagi dipusatkan pada hanya satu orang belaka.

Tanggung jawab harus disalurkan secara luas di antara semua orang yang mengambil bagian
dalam program sekolah.

Ø Beberapa kesempatan berpartisipasi

Ada bermacam-macam kesempatan yang dapat digunakan untuk mengikutsrtakan guru-guru


dalam kegiatan-kegiatan sekolah seperti;
a. Mengembangkan filsafat pendidikan

Mengembangkan filsafat pendidikan berarti, bahwa dalam setiap langkah kegiatan mendidik
selalu berusaha hendak menjawab apakah yang sedang kita lakukan, bagaimana kita
melakukannya, apa sebab kita melakukannya, dan untuk apa kita melakukannya.

b. Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum

Keharusan untuk mengikut sertakan guru-guru, dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan
kurikulum.

c. Merencanakan program supervise

d. Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian

e. Kesempatan-kesempatan berpartisipasi lainnya.

B. Fungsi Guru

Dalam paparan yang diuangkapkan oleh Muhibbin Syah, pada dasarnya fungsi atau peranan
penting guru dalam peruses belajar mengajar ialah sebagai director of learning (direktur belajar).
Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar
mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
sasaran kegiatan peruses belajar mengajar.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran guru dalam dunia pendidikan modern sekarang ini
semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan
tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat.

Fungsi pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Sebagai pengajar (intruksioal) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan


melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian
setelah program dilaksanakan.

2. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan yang
berkepribadian insane kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakannya.

3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, anak didik, dan
masyarakat terkait, yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,
pengkontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.

C.Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Selain mengajar,guru juga, mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab lain sebagai berikut:

· Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti
observasi,wawancara,melalui pergaulan,angket dan sebagainya.

· Berusaha menoloong anak didikmengembangkan pembawaan yang baik dan menekan


perkembangan yang buruk agartidak berkembang.

· Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan caramemperkenalkan berbagai
bidang keahlian,keterampilan,agar anak didik memilihnya dengan tepat.

· Mengadakan evaluasi setiap waktuuntuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan
dengan baik. Memberikan bimbimgan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.

Sementara itu, menurut Oemar Hamalik, tugas dan tanggung jawab guru meliputi 11 macam,
yaitu:

· Guru harus menuntun murid-murid belajar

· Turut serta membina kurikulum sekolah.

· Melakukan pembinaan terhadap diri anak (kepribadian, watak, dan jasmaniah).

· Memberikan bimbingan kepada murid.

· Melakukan diagnose atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan
belajar.

· Menyelenggarakan penelitian.

· Mengenal masyarakat dan ikut aktif di dalamnya.

· Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila.

· Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia.
· Turut mensukseskan pembangunan.

· Tanggung jawab meningkatkan professional guru.

Sumber Bacaan :

http//pakguruonline.pendidikan.net

http//mtsaahgl.blogspot.com

http//one.indoskripsi.com

DRS. M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervise Pendidikan, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya,2002

SYARAT- SYARAT MENJADI WALI KELAS

Wali kelas memang bukan jabatan yang strategis namun kinerja wali kelas
berdampak baik bagi siswa didik maupun sekolah selaku penyelenggara kegitan
belajar mengajar, untuk itu dalam menentukan guru sebagai wali kelas tentu
seorang kepala sekolah maupun wk kurikulum tidak akan main comot saja, namun
akan dilihat baik kemampuan administratif maupun faktor-faktor lain, sayangnya
tanggung jawab wali kelas yang begitu besar tidak mendapatkan perhatian artinya
honorarium selaku wali kelas sangatlah kecil yaitu Rp. 75 rb dipotong pajak.
Dari awal mengajar th 2000 sampai sekarang jabatan wali kelas selalu melekat
sebagai tugas tambahan yang diberikan sekolah padaku, untuk itu berbagai
pengalaman telah aku jalani dari yang terenak (diberi ikan karena mayoritas orang
tua siswa adalah sebagai nelayan) hingga yang tidak enak karena dicari orang tua
siswa karena anaknya bandel jadi minta tolong dan nitip anaknya.
Untuk itu saya mau mencoba memberi pengalaman saya selaku wali kelas yaitu
bagaimana untuk menjadi wali kelas yang baik dan syarat-syarat apa yang
dibutuhkan yaitu :

1. Perasaan sayang
Rasa sayang kita sebagai wali di sekolah akan tembus pada anak didik kita,
sehingga akan timbul simpati dan empati. Hal ini akan sangat berdampak pada
kejiwaan anak-anak. Dengan perasaan sayang mampu mengatasi permasalahan
yang terbilang rumit bahkan kesulitan dan problematika anak yang tidak
disampaikan ke orang tuanya karena berbagai alasan akan mampu dicurhatkan ke
guru wali kelasnya sehingga problematika yang disembunyikan anak akan dapat
teratasi karena kerja sama dengan walikelas melalui bimbingan dan arahan.
2. Bertanggung jawab

Beraneka ragam tanggung jawab yang harus dipikul seorang guru wali kelas mulai
dari manajemen administrasi kelas sampai dengan administrasi sekolah yaitu
berupa limpahan tanggung jawab untuk menarik dan mengumpulkan iuran anak-
anak misalnya uang untuk kegiatan kesiswaan. selaku wali kelas yang mendapat
mandat dari sekolah untuk mengelola kelas serta dari orang tua untuk ikut
memimbing dan mengawasi selama mengikuti kegiatan KBM di sekolah, maka
tidaklah ringan yang harus dilakukan seorang wali kelas untuk itu tanpa memiliki
rasa tanggung jawab akan menjadi mustahil terciptanya harapan sesuai dengan
keinginan sekolah serta orang tua.

3. Terbuka

Untuk menciptakan suasana keterbukaan maka seorang wali kelas harus mampu
membawa permasyalahan yang dihadapi kelas diselesaikan secara terbuka dengan
mengkaji permasyalahan yang dihadapi tanpa membedakan anak satu dengan
yang lainnya serta tanpa menutup-nutupi artinya yang benar dikatakan benar yang
salah dikatakan salah, apabila berlaku tidak adil maka akan terdapat kelompok-
kelompok siswa yang biasanya akan sulit mengambil keputusan bersama karena
masing-masing kelompok akan mencari kebenaran sendiri- sendiri.

4. Disliplin dan tepat waktu

Menerapkan disiplin dan tepat waktu membutuhkan suatu sikap serta kesabaran,
bagaimana tidak bahwa di dalam kelas terdapat individu-individu yang terdiri dari
karakter yang berbeda-beda oleh karena itu masing-masing siswa juga berbeda,
ada siswa yang sudah terbentu kedisiplinannya di ligkungan keluarganya, namun
tidak jarang yang terbiasa hidup bebas. Rendahnya sikap disiplin pada siswa akan
tercermin pada saat-saat guru wali kelas meminta biodata untuk diisikan dalam
data siswa, pada saat mengumpulkan buku rapot, pada saat kelas mengadakan
iuran-iuran dan banyak hal yang dapat digunakan sebagai patokan pada anak yang
disiplin atau tidak. Dengan sikap wali kelas yang selalu tidak meberikan ruang
waktu /tenggang diharapkan mampu merubah sikap anak yang kurang disiplin atau
tidak disiplin menjadi disiplin.

5. Konsisten dalam mengambil keputusan


Permasalahan di kelas sering muncul tanpa disengaja misalnya jadwal piket yang
tidak diterapkan seperti yang sudah ditentukan bersama bahkan sering juga
dijumpai adanya konflik dengan guru pengajar di kelas (biasanya disebabkan oleh
suasana KBM yang kurang mendukung) sehingga guru tidak mau mengajar di kelas.
Hal-hal seperti itulah yang harus dibicarakan bersama dengan anak-anak di kelas
sehingga permasalahan tidak meluas. Apabila tidak ditemukan jalan pemecahannya
maka guru wali kelas harus mengambil keputusan secara adil namun secara
konsisten memegang teguh pada keputusan yang telah diambil.
6. Bijaksana
Agar kita dapat bersikap bijaksana, maka dalam melihat setiap permasyalahan
dengan melihat dari banyak sisi, dimana terkadang dari sisi yang satu baik artinya
tidak ada kendala, namun disisi yang lain akan membawa dampak yang luas untuk
masa yang akan datang. Misalnya kasus perkelahian antar teman sekelas, jika
dilihat dari sisi manapun perkelahian tetap salah, namun selaku wali kelas harus
mampu melihat sisi-sisi lain dari timbulnya perkelahian ini agar tidak terulang lagi.

7. Mau mendengarkan
Dengan mendengarkan anak didik, maka akan menjadi jalan dalam menemukan
titik terang dari adanya konflik-konflik kecil di kelas, maupun adanya keinginan-
keinginan anak yang perlu dibimbing dan diarahkan serta memudahkan dalam
mencari solusi atas problematika yang dihadapi anak didik. Karena dengan menjadi
pendengar yang baik maka si anak akan terbuka dalam mengutarakan
pendapatnya serta mau mendengarkan juga atas nasehat-nasehat yang kita
berikan. Dengan mendengarkan keluh kesahnya, suka citanya maka akan terjalin
komunikasi dua arah yang saling menguntungkan sehingga rasa sayang layaknya
orang tua kepada anaknya akan tumbuh dan berkemang, hingga mampu menjadi
bahan evaluasi maupun perbaikan diri pribadi ke arah yang positif.

8. Mampu memberi wawasan dan wacana


Minimnya pengetahuan, rendahnya kualitas sosial dan ekonomi mengakibatkan
sempitnya wawasan dan wacana kehidupan ke arah depannya, sehingga akan
cenderung memikirkan sesaat bukan sebaliknya yaitu dampak untuk masa-masa
yang akan datang. Dengan minimnya wawasan dan wacana maka akan timbul pola
hidup yang simpel bahkan akan cenderung mudah pasrah dengan keadaan, tanpa
suatu usaha dan kerja yang sungguh-sungguh. Misalnya rendahnya wawasan akan
pentingnya pendidikan, akan mengakibatkan anak malas untuk sekolah dan
rendahnya motivasi belajar anak.
9. Mampu mengontrol, mengevaluasi dan memperbaiki
Kontrol kepada anak didik tidak harus dengan mengintai tingkah lakunya sehari-
hari, namun bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi dengan anak, melihat
perkembangan anak maupun menjalin komunikasi dengan orang tua.
Evaluasi dapat dilakukan dengan mengajak secara bersama-sama apa-apa saja
yang telah dilakukan, dan apa yang harus dilakukan serta bagaimana cara
melakukan guna semua kepentingan yang berbeda-beda tercover semua, sehingga
semua dengan sadar akan melakukan penilaian guna perbaikan, baik itu bersifat
personal maupun bersifat untuk kepentingan bersama.

Diposkan oleh Parwati Tjakra Diredja di 23.12

Label: Tip dan Trik

Peran Guru dan Wali Kelas dalam Pendidikan


Tugas
guru
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok, yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan ( sivic mission ).

Tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau mentransmisi ilmu pengetahuan,
ketrampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui
oleh anak.

Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas utama
dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri,
identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turun
mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat
UUD 1945 dan GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis
dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus
mampu menjadi katalisator, motivator, dan dinamisator. Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi
anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi.
Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada
akhirnya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat
anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena itu anak didik ini
tidak akan hidup mengasingkan diri. Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga
kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan
tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahua, pilihan hidup dan
praktek komun

Peran
Wali
Kelas

Seorang wali kelas merupaan orang tua pertama di sekolah, seorang wali kelas juga dapat
berperan sebagai seorang motivator, fasilitator dan mengetahui seluk beluk permasalahan siswa
baik secara pribadi, sosial

dan
akademis.
Peran
wali
kelas
sebagai
motivator
Seorang wali kelas harus mampu mendorong siswa agar lebih maju dan semangat, memberikan
wawasan
yang lebih luas, memberikan bekal untuk masa depan siswa.

Peran wali kelas sebagai fasilitator. Seorang wali kelas harus bisa menjalin hubungan kemitraan
dengan siswa, hubungan kemitraan antara guru denagn siswa, guru bertindak sebagai
pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan
agar siswa dapat belajar dengan baik.


Pribadi. Seorang wali kelass harus mengetahui karakter dan sifat anak sehingga guru bisa
memberikan pelayanan sesuai dengan sifat anak.

social
seorang wali kelas harus mengetahui hubungan social anak dengan teman sebaya, guru, dan
orang tua agar wali kelas dapat menyesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya.

akademis
seorang wali kelas harus mengetahui kemampuan, pretasi siswa sehinggga wali kelas bisa
memberikan motivasi sesuai dengan masalah akademis dalam kemampuan sisswa.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas peranan guru dan dosen sangat diperlukan,
dalam kaitan ini Pemerintah dan DPR telah mengeluarkan Undang Undang No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam undang-undang itu diperlukan agar kualitas manusia
pada masa yang akan datang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan
bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, oleh karena itu guru dan dosen mempunyai
fungsi peran dan kedudukan yang sangat strategis. Guru dan dosen merupakan tenaga
profesional yang mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan
prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warganegara
dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarah, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah sedangkan yang
dimaksud dengan dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, menggabungkan, dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan, tekhnolgi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Adapun profesional
dimaksudkan adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh sesorang dan menjadikan
sumber penghasilan kehidupan, memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Guru dan dosen sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru
dan dosen hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik
kopetensi dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang
pendidikan tertentu. Sejalan dengan hal ini maka kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat guru dan dosen serta perannya sebagai
agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Pengakuan guru dan dosen bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, sehingga dengan hal itu maka diperlukan hak
dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru dan dosen dalam rangka melaksanakan
tugas-tugasnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip profesional yang dimilikinya.

http://www.umsu.ac.id/index-berita/125-profesi-guru-dan-dosen-antara-tanggung-jawab-dan-
perlindungan-hukum.html

SEKOLAH MENENGAH ATAS


SMA YADIKA 6
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU PIKET
1. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran proses belajar
mengajar pada hari bertugas sebagai guru piket.
2. Memantau pelaksanaan tata tertib sekolah dan 6-K.
3.Melakukan pendataan terhadap semua jenis pelanggaran dan
menindaklanjuti pelanggaran tersebut.
4.Memantau kehadiran guru dan anak didik serta keamanan
dan ketertiban sekolah.
5.Menerima tamu yang berurusan dengan sekolah dan
mencatat dalam buku tamu.
6.Mengijinkan atau melarang anak didik keluar kompleks
sekolah/ruang kelas dengan pertimbangan tertentu demi
menegakkan tata tertib sekolah.
7. Memberikan laporan tertulis kepada coordinator piket dan Kepala Sekolah mengenai pelaksanaa
kegiatan piket pada hari bertugas sebagai guru piket.

TUGAS WALI KELAS


Wali Kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan - kegiatan sebagai berikut :
1. Pengelola kelas
2. Penyelenggaraan administrasi kelas yang meliputi :
- denah tempat duduk siswa

- papan absensi siswa


- daftar pelajaran kelas
- daftar piket kelas
- buku kegiatan belajar mengajar/ jurnal kelas
- tata tertib kelas

3. Penyusunan / pembuatan statistik bulanan siswa


4. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa
( leger )

5. Pembuatan catatan khusus tentang siswa


6. Pencatatan mutasi siswa
7. Pengisian buku laporan pendidikan ( rapor )

8. Pembagian buku laporan pendidikan ( rapor)

http://www.scribd.com/doc/19119991/CONTOHCONTOH-SK

ADMINISTRASI KESISWAAN

1. Pengertian
Administrasi kesiswaan merupakan usaha dan kegiatan yang meliputipengaturan
tentang administrasi yang berkaitan dengan siswa dalam upaya mengembangkan
potensi siswa. Administrasi Kesiswaan berhubungan dengan Tata Usaha dalam
penyimpanan data-data siswa.
Penyimpanan data tersebut harus ditangan oleh satu orang saja, jika ditangani oleh
beberapa orang maka akan mempersulit dalam pencariannya. Administrasi murid
dibagi dalam berbagai file, diantaranya :
a. Buku Induk
Buku Induk berisi tentang data pribadi siswa yang meliputi : nama siswa, nama
orang tua, tempat tanggal lahir, alamat siswa, alamat orang tua, dll yang meliputi
tentang siswa itu sendiri.
b. Presensi Siswa
Berisi tentang kehadiran siswa setiap hari selama 1 bulan dan setelah itu direkap
sebagai laporan kepada wali kelas.
c. Jurnal Kelas
Berisi tentang kegiatan proses belajar mengajar dalam kelas perjam pelajaran.
d. Laporan Hasil Nilai Siswa
Berisi tentang hasil nilai yang telah dilaksanakan dalam 1 semester oleh siswa.

2. Tujuan
Tujuan administrasi kesiswaan adalah mengatur kegiaatan-kegiatan peserta didik
dari mulai masuk sampai lulus sekolah. Pengaturan kegiatan peserta didik tersebut
diarahkan pada peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar baik intra maupun
ekstrakurikuler, sehingga memberikan kontribusi bagi pencapaian visi, misi, dan
tujuan sekolah serta tujuan pendidikan secara keseluruhan.
3. Perencanaan dan Penerimaan Siswa Baru
Ruang lingkup administrasi kesiswaan meliputi:
¬ Perencanaan
Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud dengan
perencanaan adalah memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus dilakukan.
Muka di sini perlu diberi garis bawah, oleh karena ia berkenaan dengan kurun waktu
dan bukan kurun tempat. Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya, sedangkan hasil
dari perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud rumusan tertulis. Dengan
perkataan lain, jika rencana yang terumus secara tertulis tersebut belum ada maka
aktivitas perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil. Perencanaan
peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang harus
dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik sejak peserta didik akan
memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari sekolah. Yang direncanakan
adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan dengan penerimaan peserta didik
sampai dengan pelulusan peserta didik.

¬ Penerimaan Siswa Baru (PSB)


Penerimaan siswa baru meliputi kegiatan: Penetuan kebijakan PSB, sistem PSB,
kriteria PSB, Prosedur PSB, dan pemecahan problemproblem PSB. Sebagai dasar
pembuatan kebijakan mengenai proses penerimaan peserta didik atau penerimaan
siswa baru, Permendikanas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menggariskan ketentuan
yang berkenaan dengan criteria calon peserta didik dan norma-norma pelaksanaan
penerimaan peserta didik.

ϖ Kriteria calon peserta didik :


1) SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, pengecualian terhadap usia
peserta didik yang dari 6 (enam) tahun dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis
dari pihak yang berkompeten, seperti koselor sekolah/madrasah maupun psikolog.
2) SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau sosial;
3) SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan pendidikan bentuk
lainnya yang sederajat.
4) SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat yang telah lulus dari
SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat.

ϖ Penerimaan Peserta didik sekolah/madrasah dilakukan :


1) Secara objektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan
sekolah/madrasah,
2) Tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis, status sosial,
kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMP/Mts penerima subsidi dari Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah;
3) Berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK
4) Sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.

4. Pembinaan Kesiswaan
A. Dasar Pemikiran
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya terpaku pada pencapaian
aspek akademik, melainkan aspek non-akademik juga; baik penyelenggaraannya
dalam bentuk kegiatan kurikuler ataupun ekstra-kurikuler, melalui berbagai
program kegiatan yang sistematis dan sistemik. Dengan upaya seperti itu, peserta
didik (siswa) diharapkan memperoleh pengalaman belajar yang utuh; hingga
seluruh modalitas belajarnya berkembang secara optimal.
Di samping itu, peningkatan mutu diarahkan pula kepada guru sebagai tenaga
kependidikan yang berperan sentral dan strategis dalam memfasilitasi
perkembangan pribadi peserta didik di sekolah. Peningkatan mutu guru merupakan
upaya mediasi dalam rangka pembinaan kesiswaan. Tujuan dari peningkatan mutu
guru adalah pengembangan kompetensi dalam layanan pembelajaran,
pembimbingan, dan pembinaan kesiswaan secara terintegrasi dan bermutu.
Dengan demikian, dalam pembinaan kesiswaan terlingkup program kegiatan yang
langsung melibatkan peserta didik (siswa) sebagai sasaran; ada pula program yang
melibatkan guru sebagai mediasi atau sasaran antara (tidak langsung). Namun,
sasaran akhir dari kinerja pembinaan kesiswaan adalah perkembangan siswa yang
optimal; sesuai dengan karakteristik pribadi, tugas perkembangan, kebutuhan,
bakat, minat, dan kreativitasnya.

B. Kompetensi Pembina Kesiswaan


Walaupun di sekolah-sekolah telah ada wakil kepala sekolah urusan kesiswaan,
akan tetapi sifatnya koordinatif dan administratif. Ia bertugas mewakili kepala
sekolah dalam hal memadukan rencana serta mengkoordinasikan penyelenggaraan
pembinaan kesiswaan sebagai bagian yang terpadu dari keseluruhan program
pendidikan di sekolah.
Pada dasarnya, pembinaan kesiswaan di sekolah merupakan tanggung jawab
semua tenaga kependidikan. Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang
kerap kali berhadapan dengan peserta didik dalam proses pendidikan. Guru sebagai
pendidik bertanggungjawab atas terselenggaranya proses tersebut di sekolah, baik
melalui bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Seluruh tanggung jawab itu
dijalankan dalam upaya memfasilitasi peserta didik agar kompetensi dan seluruh
aspek pribadinya berkembang optimal. Apabila guru hanya menjalankan salah satu
bagian dari tanggung jawabnya, maka perkembangan peserta didik tidak mungkin
optimal. Dengan kata lain, pencapaian hasil pada diri peserta didik yang optimal,
mempersyaratkan pelayanan dari guru yang optimal pula.
Oleh karena guru merupakan tenaga kependidikan, maka guru pun
bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan kesiswaan di sekolah secara
umum dan secara khusus terpadu dalam setiap mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian, setiap guru sebagai pendidik
seyogianya memahami, menguasai, dan menerapkan kompetensi bidang
pembinaan kesiswaan.
Dalam kerangka berpikir dan bertindak seperti itulah dikembangkan standar
kompetensi guru bidang pembinaan kesiswaan; yang selanjutnya dirinci ke dalam
sub-sub kompetensi dan indikator-indikator sebagai rujukan penyelenggaraan
pembinaan kesiswaan. Keseluruhan indikator yang diturunkan dari enam
kompetensi dasar yang dimaksud dapat dijadikan acuan, baik bagi
penyelenggaraan pembinaan kesiswaan secara umum dalam program pendidikan di
sekolah; maupun secara khusus terpadu dalam program pembelajaran dan
bimbingan yang menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran dan guru
pembimbing.

C. Fungsi dan Tujuan


Fungsi dan tujuan akhir pembinaan kesiswaan secara umum sama dengan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional; sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, yang
berbunyi sebagai berikut.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

D. Kaitan Kompetensi Dengan Materi


Materi program pembinaan kesiswaan dikembangkan dari enam kompetensi
standar yang harus dikuasai oleh guru pembina kesiswaan. Dalam penerapannya,
para guru diharapkan berangkat dari pengkajian secara seksama terhadap setiap
kompetensi, sub kompetensi, dan indikator-indikator tersebut. Selanjutnya
dipertimbangkan kesesuaiannya dengan bidang masing-masing dan atau bidang
kegiatan bakat, minat, dan kreativitas siswa. Pada giliran berikutnya, para guru
dapat menuangkan hasil pengkajian itu ke dalam rancangan program pembinaan
kesiswaan yang terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah.
Matrik berikut menunjukkan keterkaitan antara kompetensi dengan materi bidang
pembinaan kesiswaan. Dengan mencermati matrik yang dimaksud, para guru
diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang kompetensi dan
materi bidang pembinaan kesiswaan. Dari gambaran yang jelas, selanjutnya para
guru dapat merancang, melaksanakan, dan menilai program pembinaan kesiswaan
secara komprehensif.

E. Materi Program
Dalam keseluruhan program Direktorat PSMP, program-program pembinaan
kesiswaan termasuk kelompok bidang peningkatan mutu. Di dalam kelompok
program peningkatan mutu terdapat bagian-bagian atau sub kelompok program
yang memayungi program-program pembinaan kesiswaan. Berdasarkan sub
kelompok program peningkatan mutu, program-program pembinaan kesiswaan ada
yang langsung melibatkan siswa sebagai sasaran kegiatan; ada pula yang
melibatkan guru sebagai sasaran tidak langsung (mediasi/sasaran antara). Adapun
sub kelompok program pembinaan kesiswaan meliputi sebagai berikut.
1. Lokakarya Kegiatan Kesiswaan , terdiri dari: (a) Kegiatan yang bersifat akademik;
dan (b) Kegiatan non-akademik.
2. Pengembangan Program Kesiswaan , meliputi pengembangan: (a) klub olah raga
siswa; (b) klub bakat, minat, dan kreativitas siswa; (c) etika, tata tertib, dan tata
kehidupan sosial di sekolah; dan (d) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
3. Program Pra-vokasional untuk siswa SMP dinamakan Program Pendidikan
Berorientasi Kecakapan Hidup Melalui Pendidikan Pra-vokasional.
4. Program Lomba Kesiswaan , meliputi: (a) International Junior Science
Olympiad/IJSO; (b) Olimpiade Sains Nasional untuk Siswa SMP; (c) Lomba Penelitian
Ilmiah Pelajar (LPIP); (d) Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Siswa SMP; (e) Lomba
Mengarang Dalam Bahasa Indonesia; (f) Lomba Pidato Dalam Bahasa Inggris; dan
(g) Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) untuk Siswa SMP Terbuka.
5. Pembinaan Lingkungan Sekolah , terdiri dari: (a) Asistensi Pendidikan
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba; (b) Program Pembinaan Sekolah Sehat
(Lomba Sekolah Sehat/LSS); dan (c) Program Pendidikan Budi Pekerti.

F. Strategi Pelaksanaan
Sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi program pembinaan kesiswaan
tersebut di atas, maka strategi yang digunakan meliputi pelatihan (terintegrasi dan
distrik), lokakarya, kunjungan sekolah (school visit), dan perlombaan/pertandingan
(bersifat kompetisi). Penggunaan jenis strategi bersifat fleksibel, dalam arti dapat
digunakan satu strategi untuk program tertentu; dan atau beberapa strategi
dikombinasikan dalam pelaksanaan satu atau beberapa program, yang disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan pelaksanaan.
Di samping itu, dasar pertimbangan penggunaan suatu strategi mencakup aspek-
aspek sebagai berikut: (1) keluasan materi dan sasaran program; (2) waktu dan
tempat penyelenggaraan; (3) tenaga pelaksana; dan (4) dana yang tersedia.
Strategi pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi digunakan dalam program
pembinaan kesiswaan yang melibatkan sasaran guru atau tenaga pendidikan; dan
pelaksanaan pelatihan itu merupakan bagian dari program pelatihan lainnya
(program induk) yang serumpun. Dalam hal ini, baik biaya, tenaga pelatih, maupun
bahan atau materi pelatihan program pembinaan kesiswaan merupakan bagian dari
program induk.
Strategi pelatihan distrik (district training) merupakan bentuk pengembangan
kapasitas aparat pendidikan tingkat provinsi, kabupaten-kota, dan atau sekolah
yang diselenggarakan di tingkat provinsi tentang program pembinaan kesiswaan
tertentu atau program yang serumpun. Tentu saja, biaya, tenaga pelatih, dan bahan
atau materi pelatihan berasal dari pusat; sedangkan tempat/lokasi pelatihan
dikoordinasikan dengan pihak provinsi.
Strategi lokakarya (workshop) digunakan dalam rangka menghasilkan sesuatu, baik
berupa rumusan acuan, rencana kegiatan, pengembangan teknik atau instrumen,
maupun kesamaan persepsi, wawasan, dan komitmen untuk kepentingan
pelaksanaan program yang terlingkup dalam bidang pembinaan kesiswaan.
Lokakarya dapat diselenggarakan secara nasional atau di tingkat pusat; dan dapat
pula dibagi menjadi beberapa region penyelenggaraan.
Kunjungan sekolah (school visit) merupakan strategi yang digunakan dalam bentuk
kegiatan pemantauan (monitoring), penilaian (evaluasi), pengamatan (observasi),
studi kasus, dan atau konsultasi klinis-pengembangan, baik tentang persiapan,
pelaksanaan, maupun hasil suatu program pembinaan kesiswaan. Strategi
kunjungan sekolah dilaksanakan terutama untuk mempersempit kesenjangan
antara kebijakan yang dihasilkan di tingkat pusat dengan pelaksanaan suatu
program pembinaan kesiswaan di tingkat sekolah sasaran.
Perlombaan merupakan strategi pelaksanaan program pembinaan kesiswaan yang
bersifat kompetitif, melibatkan siswa atau sekolah peserta secara langsung dalam
suatu event atau kegiatan, baik yang bertaraf internasional maupun nasional.
Strategi perlombaan dapat dilaksanakan sebagai kegiatan tunggal (bukan kegiatan
yang dilaksanakan secara bertahap dari tingkat bawah); dapat pula (lazimnya)
dilakukan secara bertahap dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, hingga tingkat nasional ataupun internasional.

G. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur kadar efektivitas dan efisiensi setiap
program pembinaan kesiswaan. Pada gilirannya, hasil evaluasi dapat dijadikan
dasar pertimbangan lahirnya kebijakan tentang tindak lanjut program. Prinsip
evaluasi tersebut mengindikasikan bahwa evaluasi seyogianya dilakukan terhadap
setiap program pembinaan kesiswaan, baik berkenaan dengan aspek persiapan,
pelaksanaan, maupun hasil. Setiap aspek program perlu dievaluasi dengan
mempergunakan instrumen yang terandalkan dan petugas evaluasi yang
kompeten; sehingga hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan dan berguna
untuk pengambilan keputusan.
H. Pelaporan
Pelaporan setiap program pembinaan kesiswaan didasarkan atas data dan atau
informasi yang dihasilkan dari kegiatan evaluasi. Agar keotentikan laporan
diperoleh, maka laporan disusun secara komprehensif setelah selesai pelaksanaan
suatu program. Pelaporan untuk setiap program pembinaan kesiswaan merupakan
bagian dari tugas penanggung-jawab program yang bersangkutan. Format laporan
disesuaikan dengan kebutuhan atau panduan masing-masing satuan program.
Dengan demikian, pelaporan dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan suatu program. (ditulis oleh : Mamat Supriatna).

5. Instrumen Pengelolaan Siswa


Menurut Arikunto (1988), catatan tentang data siswa di sekolah dibedakan atas dua
jenis yaitu :
 Catatan data siswa untuk sekolah, yang meliputi : buku induk, buku kleper,
catatan tata tertib sekolah, yaitu kumpulan semua peraturan (bersifat umum dan
khusus, ada yang dari pemerintah dan ada dari produk sekolah itu sendiri).
 Catatan siswa untuk masing-masing kelas yaitu : buku kelas yang merupakan
cuplikan dari buku induk, buku presensi kelas, buku catatan Bimbingan dan
konseling, buku catatan prestasi murid, yang meliputi buku daftar nilai dan buku
lagger, buku rapar dan buku mutasi.

6. Peranan Guru dalam Administrasi Kesiswaan


Beberapa peranan guru dalam administrasi kesiswaan itu di antaranya adalah:
a. Dalam penerimaan siswa, para guru dapat dilibatkan untuk ambil bagian. Di
antara mereka dapat ditunjuk menjadi panitia penerimaan yang dapat
melaksanakan tugas-tugas teknis mulai dari pencatatan penerimaan sampai
dengan pelaporan pelaksanaan tugas.
b. Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para siswa cepat
beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya. Peranan guru dalam hal ini sangat
penting, karena andaikata terjadi salah langkah pada saat pertama, dapat berakibat
kurang menguntungkan bagi jiwa anak untuk waktu-waktu selanjutnya.
c. Untuk pengaturan kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar
juga. Guru diharapkan mampu mencatat/ merekam kehadiran ini meskipun dengan
sederhana akan tetapi harus baik. Data kehadiran ini dimungkinkan untuk bahan
pertimbangan penilaian terhadap siswa, misalnya sebagai pertimbangan dalam
menetapkan kenaikan kelas.
d. Dalam memotivasi siswa untuk senantiasi berprestasi tinggi, guru juga harus
mampu menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut. Hal ini dapat mereka
lakukan misalnya dengan membuat grafik prestasi belajar siswa-siswanya.

http://lenyradili89.blogspot.com/2009/12/administrasi-kesiswaan.html

Anda mungkin juga menyukai