Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang sangat tinggi
menyebabkan adanya kemungkinan masih banyak jenis – jenis
tumbuhan bawah lainnya yang belum teridentifikasi, sehingga kita
tidak mengetahui dengan jelas bagaimana keanekaragaman dan
struktur komunitas tumbuhan bawah sebenarnya. Untuk itu dilakukan
penelitian di Cagar Alam Martelu Purba, Kabupaten Simalungun untuk
mengetahui komposisi dan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
pada tegakan meranti yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2018,
menggunakan analisis vegetasi dengan metode petak purposive
sampling dengan petak contoh 2m x 2m sebanyak 30 petak
pengamatan. Hasil penelitian yang dilakukan ditemukan 32 jenis dan
21 famili tumbuhan bawah dan memiliki Indeks Nilai Penting yang
tinggi yaitu Davallia denticulata sebesar 35,947 % dan Amydrium
humile sebesar 32,113 % dan Homalomena griffthii sebesar 17,462 %.
Indeks Keanekaragaman Jenis Shanon – Wiener (H’) sebesar 2,643
menunjukkan sedang dan Indeks Dominansi Jenis sebesar 0,0998
menunjukkan rendah. Kata Kunci : Analisis Vegetasi, Keanekaragaman
Jenis, dan Tumbuhan Bawah.
1. Pendahuluan
Di lingkungan, dapat dijumpai keanekaragaman makhluk
hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi
berbagai variasi bentuk, warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk
hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama terdapat
keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman
hayati masing-masing.Keanekaragaman hayati sangat penting
bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup.
Keanekaragaman dapat terjadi akibat proses evolusi dan
adaptasi. Evolusi adalah perubahan yang terjadi dalam waktu
lama yang akan membentuk makhluk hidup yang berbeda
dengan asalnya sehingga akan menimbulkan spesies baru.
Sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap
linkungan yang berbeda akan menghasilkan makhluk hidup
yang berbeda pula. Indonesia adalah negara yang termasuk
memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Taksiran jumlah
utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar 300
spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan
biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut
7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur 72.000 spesies, serta
bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Dari data yang
telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas
di Indonesia sangatlah tinggi. Keanekaragaman hayati dapat
terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme
tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Secara garis
besar , keanekaragaman hayati ini terbagi lagi menjadi tiga
bagian utama yaitu keanekaragaman tingkat ekosistem,
keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukan dengan adanya
variasi dari ekosistem di biosfer. Misalnya ekosistem lumut,
hutantropis, gurun, masing-masing ekosistem memiliki
organisme yang khas. Keanekaragaman tingkat ini dapat
ditunjukkan dengan adanya beranekaragaman jenis makhluk
hidup.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) dapat mempunyai
arti yang berbeda. Keanekaragaman hayati adalah jutaan
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang
mereka miliki serta ekosistem rumit yang mereka bantu menjadi
lngkungan hidup (World Wildlife Found, 1989 dalam Indrawan,
Mochamad, dkk, 2007). Pengertian keanekaragaman hayati
adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari semua sumber,
termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan
ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup
makhluk hidup menjadi bagiannya. Hal ini meliputi
keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem (Convention
on Biological Diversity, 1993). Pengertian yang lain,
keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman
sumber daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma
nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),
keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem
(Sudarsono dkk, 2005: 6). Keanekaragaman hayati atau
biodiversitas adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai
materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem
ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya
kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-
organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di
darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya (Global
Village Translations, 2007:4). Keanekaragaman hayati
merupakan istilah yang digunakan untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah
maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu
daerah. Pengertian yang lebih mudah dari keanekaragaman
hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam
hayati (tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi (Ani
Mardiastuti, 1999: 1).
Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga
tingkatan:
Keanekaragaman spesies
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies
yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista
serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan,
jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler).
Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang
menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari
kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi
atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang
paling banyak digunakan oleh pada taksonom yang
mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan
mengidentifikasi spesimen yang belum diketahui
(Mochamad Indrawan, 2007: 16-18).
Keanekaragaman genetik
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik
dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi yang
terpisah secara geografik maupun di antara individu-
individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi
memiliki perbedaan genetik antara satu dengan lainnya.
Variasi genetik timbul karena setiap individu mempunyai
bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah
ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan
kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang
terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang
meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur
ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang
berbeda-beda (Mochamad Indrawan, 2007: 15-25).
Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas
biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan
lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing (Mochamad
Indrawan, 2007: 15). Di dalam ekosistem, seluruh
makhluk hidup yang terdapat didalamnya selalu
melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk
hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungannya atau
komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini
menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem.
Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor
yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem.
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi
ekosistem darat (terestrial) dan ekosistem perairan
(akuatik). nah dari kedua ekosistem tesebut cakupannya
adalah Bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan
basah, bioma hutan gugur, bioma taiga, bioma tundra.
berikut ini kita akan bahas satu persatu bioma tersebut.
Bioma gurun/padang pasir
Bioma gurun hanya dapat di tumbuhi oleh beberapa
jenis makhluk hidup saja seperti kaktus dan hewan seperti
unta. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat
rendah, suhu di malam hari sangat dingin dan di siang
hari sangat panas sehingga tidak banyak makhluk hidup
yang bisa bertahan. beberapa wilayah yang masuk bioma
gurun adalah Asia, Amerika utara, Australia.
Bioma padang rumput atau savanna
Pada bioma ini banyak sekali jenis tumbuhan yang
berupa perdu ada pohon. hal ini disebabkan karena curah
hujannya yang lebih tinggi. Akibatnya hewan pemakan
tumbuhan dan pemakan hewan berkembangbiak dengan
baik. Bioma padang rumput terletak di Australia, Amerika
afrika dan asia bagian selatan.
Bioma hutan hujan tropis
Ciri ciri bioma ini adalah banyaknya pohon – pohon
yang besar, memiliki daun yang lebar dan lebat. Curah
hujannya sangat tinggi di sepanjang tahun dan memiliki
tingkat keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi.
Contoh bioma hutan tropis terletak di Amerika selatan,
Aftrika, Australia bagian timur dan Asia tenggara.
Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur dicirikan memiliki pohon yang
berdaun lebar dan memiliki kebiasaan menggugurkan
daunnya ketika musim dingin. Hewan yang hidup di
bioma ini memiliki aktivitas musiman karena musim
dinginnya yang sangat ekstrim. Bioma hutan gugur
banyak terdapat di Eropa, Asia timur, Amerika Serikat
dan Amerika Timur.
Metode line transek dan metode kuadrat
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan
cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi
hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut.
Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang
digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya
panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-
10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih
sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei,
1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-
variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan
untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan
sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup
oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase
perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh
individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990).
Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang
ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa
segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area
tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi
atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
(Surasana, 1990). Metode ini juga digunakan untuk komunitas
padang rumput yang dibuat berpetak dan panjang garisnya 2×5
,5×5, dan 10×10 meter. Kemudian dibuat bersegmen-segmen
dengan ukuran 1×1 meter.dan diamati dengan secara analisis
vegetasi. Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesies
yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan
pengukuran yang relatif. Secara bersama-sama, kelimpahan dan
frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur
komunitas (Michael, 1994).
2 Metodologi
2.1. Lokasi dan waktu pengamatan
Pengamatan dilakukan pada hari minggu tanggal 8 maret 2020
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data yakni dengan
menggunakan metode petak . Kami membuat petak diarea area
fakultas Tehnik kampus 4 UNG untuk mengamati, menghitung
dan mengidentifikasi hewan yang kami lihat secara langsung.
Untuk Alat dan bahan yang kami persiapkan yakni Meteran 20 m
dan 1 m, Patok Tali plastik/raffia, Counter ,Petunjuk pengenalan
jenis tumbuhan bawah
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA