Tujuan
1.
Landasan teori
Pembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau lebih
pasangan elektron dari ligan ke ion logam, maka ligan bertindak sebagai pemberi
elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Akibat dari perpindahan kerapatan
elektron ini, pasangan elektron jadi milik bersama antara ion logam dan ligan, sehingga
terjadi. Namun, jika pasangan elektron itu terikat kuat, maka ikatan kovalen sejati dapat
M + :L ↔ M:L
Dimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron (rivai, 1995).
Senyawa koordinasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompleks netral
dan ion yang dalam hal ini paling sedikit satu dari ion tersebut harus merupakan ion
kompleks. Salah satu karakteristik karakteristik senyawa kompleks ialah bahwa ion
kompleks atau kompleks netral yang menyusun senyawa tersebut masih seringkali
mempertahankan identitasnya dalam larutan. Meskipun dapat terjadi disosiasi parsial.
Misalnya senyawa yang semula ditulis 2 KBr.HgBr2 sebetulnya mengandung ion
tetrahedral [HgBr4]2- dalam padatan Kristal dan ion ini tetap mempertahankan
keutuhannya jika dimasukkan dalam larutan dan harga disosiasi menjadi kecil (Day dan
1|KIMIA KOORDINASI
Selbin, 1993).
2|KIMIA KOORDINASI
2. Dibiarkan larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar sampai
terbentuk kristal. Apabila dibiarkan selama 1 malam maka akan diperoleh
Kristal yang banyak.
3. Dilanjutkan pendinginan campuran itu dengan waterbath, kemudian didekantir
untuk memisahkan Kristal dari larutan.
4. Dikeringkan Kristal dalam kertas saring. Kristal yang diperoleh berbentuk
monoklin (tidak perlu dibuktikan).
5. Ditimbanglah Kristal yang dihasilkan dan dicatat jumlah mol reaktan dan mol
Kristal hasil. Kemudian dihitung persen hasilnya.
3|KIMIA KOORDINASI
1. Ditempatkan sedikit (kira-kira 1 mL) Kristal kupri sulfat anhidrit didalam
tabung reaksi kecil kering. Dicatat perubahan warna yang terjadi apabila 2
atau 3 mL aquades ditambahkan. Kemudian ditambahkan larutan 6 M
ammonia tetes demi tetes sampai 5 mL. dicatat apa yang saudara amati!
2. Dilarutkan sedikit garam rangkap hasil percobaan bagian a dalam kira-kira 5
mL aquades dalam tabung reaksi besar. Dilakukan pula terhadap garam
kompleks hasil percobaan bagian b. dibandingkan warna larutan. Jenis ion apa
yang menyebabkan adanya perbedaan warna. Diencerkan setiap larutan
dengan kira-kira 20 mL aquades dan dicatat perubahan warnanya.
3. Ditempatkan sejumlah garam kering hasil percobaan bagian a dan b didalam
tabung reaksi yang berbeda. Dipanaskan pelan-pelan masing-masing tabung
dan dicatat perubahan warnanya. Gas apa yang dibebaskan oleh setiap sampel.
Hasil pengamatan
= 0,02 x 419,5
= 8,39 gram
6,86
% yield = x 100% = 81,8 %
8,39
b. Pembuatan garam kompleks tetraammincopper(II) sulfat monohidrat,
Cu(NH3)4SO4•5H2O.
Massa kertas saring + cawan petri = 39,30 gram
Massa kertas saring + cawan petri + sempel = 43,55 gram
4|KIMIA KOORDINASI
Massa sempel = 4,25 gram
m
Mol NH3 = ρ = =0,88 gram/mol
v
m = ρ x v = 0,88 x 13= 11,44 gram
Berat amonia yang dipakai = 0,32 x 11,4 = 3,66 gram
3,66
Mol NM3 = = 0,215 mol
17 gram/mol
Pembahasan
5|KIMIA KOORDINASI
Daftar Pustaka
Cotton, F.A dan Wilkinson, 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI press, Jakarta.
Day, M.C dan J. Selbin, 1993, Kimia Anorganik Teori, UGM Press, Yogyakarta.
Khopkar, S.M, 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.
Rivai, H, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia Edisi Pertama, UI, Jakarta. Sukardjo, 1985,
Kimia Koordinasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif makro dan Semi Mikro Jilid 1, PT.
Kalman Media Pustaka, Jakarta.
6|KIMIA KOORDINASI
7|KIMIA KOORDINASI